Mudik 2024: Perjalanan Penuh Tantangan dan Kenangan

 
Akhirnya, tahun 2024 ini kami bisa mudik untuk lebaran. Disebut mudik lebaran karena memang bertepatan dengan suasana lebaran. Terakhir kali kami mudik pada tahun 2022, tetapi saat itu hanya untuk menengok tante yang sakit, bukan untuk merayakan lebaran. 

Kami memang jarang sekali mudik ke Sumsel saat lebaran, bahkan saya sudah lupa kapan terakhir kali melakukannya. Bukan karena tidak rindu kampung halaman di Sumsel, tetapi karena orang tua tinggal bersama kami di BSD. Kecuali ibu masih tinggal di Sumsel, barulah kami pulang menengok beliau. 

Jika dihitung-hitung, mungkin sudah lebih dari enam tahun kami tidak mudik untuk lebaran. Waktu yang cukup lama, tentunya. Karena itulah, mudik kali ini saya sambut dengan semangat yang membara dan rasa gembira yang menggebu-gebu. Anak-anak dan suami juga begitu, semua bersemangat. Karena yang namanya kembali ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar setelah sekian lama, sungguh akan menjadi momen yang tak terlupakan.

Sebelum saya cerita lebih lanjut soal perjalanan mudik kami ke Sumsel via darat dan laut, saya bagikan dulu video perjalanan kami saat naik kapal dari Pelabuhan Merak Banten ke Pelabuhan Bakauheni Lampung. Suasana dalam video inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini. Berikut videonya: 



Mudik Sarat Tantangan

Perjalanan mudik kali ini ternyata menjadi pengalaman yang sangat berbeda dari sebelumnya. Seperti yang diberitakan di televisi, media online, dan video-video di media sosial, perjalanan mudik Lebaran 2024 dari Pelabuhan Merak, Banten ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung dipenuhi dengan tantangan luar biasa. 

Kemacetan parah di tol menuju Merak, antrian kapal yang sangat lama, dan kepadatan di pelabuhan menjadi beberapa rintangan yang harus dihadapi. Meski penuh tantangan, pengalaman ini tetap saya nikmati dan saya siap menghadapi apa pun yang terjadi. Bukan hanya saya yang merasakan pengalaman ini, anak-anak dan suami juga merasakannya. 

Jarang-jarang 'menderita' saat mudik, ya kan? Tapi, kalau mau disebut menderita, aslinya saya nggak merasa begitu. Enjoy aja. Karena kalau dipikir menderita, jadinya menderita. Dipikir baik saja, maka semua akan baik-baik saja. Ini sedang momennya, jalani saja. Yang penting selamat. Ga ada yang dikejar juga kan? Soal waktu tiba, ya sesampainya saja. Sampai besok ayo, sampainya lusa monggo. Asal ga tahun depan baru sampai, itu namanya berkelana tiada akhir, kata Om Rhoma Irama.

Menjalani perjalanan mudik dengan sikap positif sangat penting. Perjalanan panjang yang penuh tantangan bisa terasa lebih ringan jika dinikmati. Mengutamakan keselamatan di atas segalanya, tanpa terburu-buru, membuat perjalanan ini lebih bermakna. Setiap momen menjadi bagian dari cerita yang akan dikenang.

Suasana di Pelabuhan Merak tgl. 7 April 2024 Pukul 23.52WIB

Tiket Online Ferizy

Untuk menyeberang dari Pelabuhan Merak, Banten menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, pemudik wajib membeli tiket secara online melalui aplikasi Ferizy. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan di pelabuhan dan memastikan kelancaran proses penyeberangan.

Saya memesan tiket pada tanggal 6 April 2024 untuk keberangkatan tanggal 8 April 2024. Saat itu, ketersediaan tiket masih banyak, memungkinkan saya untuk memilih jadwal sesuai keinginan, yaitu pukul 02.30 WIB. Menurut berbagai sumber, tanggal 7-8 April adalah puncak arus mudik, sehingga tiket semakin menipis atau bahkan habis pada hari-hari tersebut karena lonjakan pemudik.

Oleh karena itu, penting untuk memesan tiket jauh-jauh hari untuk memastikan ketersediaan tempat dan menghindari kesulitan saat puncak arus mudik. Memesan tiket lebih awal memberi fleksibilitas dalam memilih waktu keberangkatan yang nyaman dan sesuai dengan jadwal perjalanan.




Alasan Wajib Tiket Online
Pemudik menuju Sumatera diwajibkan membeli tiket kapal secara online melalui aplikasi Ferizy karena beberapa alasan penting:
  • Mengurangi Kepadatan dan Antrian: Membeli tiket online mengurangi kepadatan di loket pelabuhan, membuat proses penyeberangan lebih lancar dan tertib, serta mencegah kemacetan​ 
  • Efisiensi Waktu: Dengan tiket online, pemudik bisa langsung ke kapal tanpa antri lama di pelabuhan, menghemat waktu dan mengurangi stres​ 
  • Kepastian Jadwal: Tiket online memberikan kepastian jadwal keberangkatan dan memastikan tempat di kapal sesuai waktu yang dipilih, membantu perencanaan perjalanan yang lebih baik​
  • Kemudahan Akses: Tiket bisa dibeli kapan saja dan di mana saja tanpa harus datang ke pelabuhan, sangat membantu bagi mereka yang tinggal jauh atau memiliki jadwal padat​ 

Cara Membeli Tiket Melalui Ferizy
Berikut panduan praktis bagi yang belum pernah, atau mungkin lupa caranya:
  • Buka Aplikasi atau Website Ferizy: Unduh aplikasi di ponsel atau buka situs Ferizy.
  • Pilih Rute dan Jadwal: Masukkan Pelabuhan Merak sebagai asal dan Pelabuhan Bakauheni sebagai tujuan. Pilih tanggal dan waktu keberangkatan.
  • Isi Data: Masukkan informasi kendaraan dan penumpang.
  • Lakukan Pembayaran: Pilih metode pembayaran dan selesaikan transaksi.
  • Dapatkan E-Tiket: E-tiket akan dikirim ke email, siap digunakan saat check-in di pelabuhan.
Mudah, bukan?

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, pemudik bisa memastikan perjalanan mereka lebih teratur dan nyaman, serta mengurangi stres dari antrian panjang dan kepadatan di pelabuhan.

Namun, masih ada saja yang belum melakukannya saat tiba di pelabuhan. Mereka mengira bisa membeli tiket di tempat, padahal tidak bisa. Akibatnya, mereka bisa saja dipaksa mundur atau keluar dari pelabuhan oleh petugas.

Sewaktu berada di pelabuhan Merak, saya dengar sendiri petugas berkali-kali menghimbau pemudik melalui pengeras suara agar memasuki pelabuhan hanya jika sudah memiliki tiket yang sudah dibeli secara online.


Ada yang pernah melihat kendaraan-kendaraan yang berjejer di pinggir jalan sebelum memasuki kawasan pelabuhan? Mungkin itu adalah mereka yang belum punya tiket. Mungkin ya, saya tidak memastikannya. Tapi saya perhatikan, beberapa kios dan rumah makan di pinggir jalan tempat kendaraan-kendaraan itu berhenti, ada yang menawarkan jasa jual tiket online. Ada tulisannya lho, terpampang di depannya. Tapi maaf saya ga sempat memotret hal itu.

Lantas, bagaimana tiket online bisa diperjualbelikan jika nama penumpang dan nomor identitas harus sesuai? Entahlah bagaimana caranya. Mungkin yang dijual jasa pembeliannya saja, nomor ID tetap pakai punya si pemudik yang belum punya tiket itu? 

Padahal, urusan beli tiket online ini bisa pemudik lakukan sendiri dengan mudah. Tinggal install aplikasi Ferizy, daftar, dan beli tiketnya. Metode pembayarannya pun praktis dengan banyak pilihan.

Jadi, pastikan untuk membeli tiket online sebelum berangkat agar perjalanan mudik lebih lancar dan nyaman.

Macet di Tol Merak

Kemacetan di tol menuju Pelabuhan Merak menjadi salah satu masalah utama pada puncak arus mudik Lebaran. Diprediksi terjadi pada 6-7 April 2024, bertepatan dengan mulainya cuti bersama Hari Raya Idul Fitri, lonjakan volume kendaraan menyebabkan kemacetan panjang di beberapa titik, terutama di ruas tol yang mengarah ke Pelabuhan Merak.

Suami saya mendapatkan kabar tentang kemacetan ini dari teman-teman kuliahnya yang sudah lebih dulu mudik. Suami saya kuliah di Unsri (Universitas Sriwijaya), jadi beliau berteman dengan banyak orang asal Palembang. Teman-temannya yang tinggal di luar Sumatera saling berbagi informasi perihal mudik dalam grup alumni. Informasi dari teman-teman suami itulah yang membantu kami mengantisipasi kemacetan panjang di tol menuju Merak.

Untuk menghindari kemacetan, kami memulai perjalanan dari BSD lewat tol, lalu keluar di Serang (saya lupa tepatnya di mana), dan melanjutkan perjalanan melalui jalan biasa menuju Merak. Alhamdulillah, strategi ini memudahkan perjalanan kami sehingga tidak terjebak kemacetan parah di tol. Memang, kami masih menemui kemacetan mendekati Merak, tapi hanya sekitar 30 menit karena bertemu pengendara lain yang juga menghindari tol.

Pulang pakai innova biar lega dan nyaman di perjalanan karena banyak bawa barang. Aisyah menguasai kursi paling belakang, biar bisa rebahan. Alief dan papanya di depan, gantian nyetir. Kalau lagi singgah, ya dua-duanya tidur kayak gini 😂 Saya cuma bagian yang ngingetin kapan waktu harus makan, minum, solat, dan istirahat, serta bagian ATM berjalan 😂
 
Total perjalanan kami dari BSD ke Merak memakan waktu sedikit lebih dari 2 jam, yang masih terbilang normal. Kami berangkat dari BSD pukul 9 malam, dengan harapan tiba paling lambat pukul 12 malam, sehingga masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum keberangkatan kapal pukul 02.30 pagi. Ternyata, kami tiba lebih cepat pada pukul 11.07 WIB.

Namun, tiba lebih cepat di pelabuhan tidak berarti cepat masuk kapal. Kami baru masuk kapal pukul 6.30 pagi, tujuh jam setelah tiba di Pelabuhan Merak. Luar biasa lama, namun ternyata masih lebih cepat dibandingkan hari sebelumnya, di mana ada yang mengantre selama 18 jam! Super luar biasa itu. Padahal, perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni ke Palembang saja hanya memakan waktu sekitar 4 jam, lebih lama waktu antre kapal dibandingkan perjalanan ke Palembangnya.


Menunggu di Pelabuhan Merak

Setibanya di Pelabuhan Merak, kami harus menghadapi antrian panjang untuk menaiki kapal ferry. Meskipun PT ASDP Indonesia Ferry telah menyiapkan kapal yang beroperasi setiap jam di dermaga reguler dan dermaga ekspres, volume pemudik yang tinggi tetap menyebabkan waktu tunggu yang lama. Direksi ASDP bahkan memperkirakan kenaikan jumlah pemudik sekitar 15% dibandingkan tahun sebelumnya, yang turut memperparah situasi .

Kami yang awalnya mengira dapat menaiki kapal sesuai jadwal, yakni pukul 02.30, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa di jam tersebut kami masih "camping cantik" di pelabuhan, di dalam mobil. 

Saat itu masih bulan Ramadan, tentu kami harus sahur untuk melanjutkan ibadah puasa yang tinggal 2 hari lagi. Alhamdulillah, bekal sudah disiapkan dari rumah. Ketika memasak untuk buka puasa dan makan malam, saya dan ibu sekaligus memasak lebih banyak untuk bekal sahur. Kami berpikir waktu sahur akan berada di kapal dalam perjalanan menyeberang ke Lampung. Ternyata, prediksi kami meleset.

Di pelabuhan sebenarnya banyak restoran yang buka, dari restoran ayam dan burger hingga restoran masakan khas Indonesia. Minimarket pun buka, menjual berbagai macam jajanan. Namun, kami semua sepakat untuk tidak turun dari mobil dan memanfaatkan bekal yang sudah dibawa untuk sahur. Turun hanya jika perlu ke toilet. Ini bukan hanya soal hemat biaya, tetapi juga hemat waktu dan tenaga. Kalau bisa hemat, kenapa harus boros? Emak-emak banget, kan? 😂

Dengan bekal dari rumah, kami tidak perlu repot turun mencari makanan, yang tentu memudahkan kami di tengah suasana pelabuhan yang padat. Sungguh, meski tantangan banyak, pengalaman ini tetap menjadi kenangan tersendiri yang penuh makna.


Pagi Ceria di Pelabuhan Merak

Pagi datang dengan ceria, menyapa para pemudik di pelabuhan yang padat, tanpa peduli apakah kami penat atau sehat. Yang pasti, kabar baik menyambut kami: antrean masuk kapal telah tiba. Hore!

Mau hore-hore, namun, ada sedikit rasa ngenes karena kami sudah dilelahkan dengan 7 jam penantian he he. Tapi sungguh, melihat petugas mengarahkan antrean kami untuk masuk kapal, rasanya luar biasa senang, seolah mampu melenyapkan letih dari penantian panjang semalam. 

"Makanya naik pesawat saja, satu jam sudah sampai Palembang!" Begitu komentar mereka yang tidak mengerti nikmatnya mudik. Buat saya, sesekali begini ada hikmahnya. Memang capek, tapi kenikmatan yang dirasakan jauh lebih besar.

Membawa mobil jalan darat dan menyeberangi laut itu menyenangkan. Kami bisa menikmati perjalanan, melihat pemandangan, dan merasakan kebersamaan dengan pemudik lain yang juga berjuang untuk pulang kampung. Suasana pelabuhan yang ramai, meskipun melelahkan, justru menambah semangat kami karena merasakan kebersamaan dengan ribuan pemudik lainnya.

Selain itu, membawa mobil pribadi itu praktis. Setibanya di tujuan, kami tidak perlu meminjam kendaraan saudara atau menyewa. Di musim Lebaran, rental mobil sering penuh dipesan. Sewa mobil selama seminggu juga mahal, lebih baik uangnya dipakai untuk menambah hadiah ke saudara-saudara dan ponakan. Keuntungan lain membawa mobil pribadi adalah kebebasan dan kenyamanan dalam berkeliling di kampung halaman tanpa harus bergantung pada kendaraan umum.

Bagi saya, sesekali mudik seperti ini tidak masalah, malah hampir 6 tahun tidak merasakan suasana mudik yang ramai. Tapi kalau setiap hari? Wah, ogah. Saya bisa gempor! 😂Namun, setiap tantangan dalam perjalanan akan selalu menjadi cerita yang dikenang dan diceritakan kembali pada kesempatan berikutnya. Setiap lelah dan peluh adalah bagian dari perjalanan mudik yang penuh makna.


Nyaman di Lantai Teratas Kapal

Mobil kami kebagian parkir di lantai teratas area parkir kapal. Alhamdulillah, tempatnya semi terbuka dengan atap yang melindungi dari sinar matahari langsung dan hujan. Letaknya juga dekat dengan tangga menuju dek paling atas, jadi sangat mudah untuk naik.

Karena posisinya yang terbuka dan berada di pinggir kapal, kami bisa merasakan hembusan angin laut yang segar. Udara di sini lebih bersih dan sejuk, sehingga meskipun tetap berada di dalam mobil, kami tidak merasa pengap. Ini sangat berbeda dengan pengalaman parkir di bagian lambung kapal, yang tertutup di segala sisi. Di sana, udara terasa pengap dan gelap, sehingga mau tidak mau pemudik harus turun dan pindah ke ruang penumpang ber-AC di atas.

Dengan posisi mobil di lantai teratas, perjalanan menyeberang dengan kapal express ini menjadi lebih nyaman. Kami bisa menikmati pemandangan laut dan angin segar tanpa harus meninggalkan mobil. Ini juga membuat pengalaman mudik lebih menyenangkan, karena bisa menghindari ketidaknyamanan yang sering dialami di bagian bawah kapal.

Aktivitas di Atas Kapal

Saat kapal mulai berlayar, saya dan suami naik ke dek atas, membawa laptop untuk mengerjakan beberapa pekerjaan penting. Pada awalnya, koneksi internet masih baik karena kami masih dekat dengan pelabuhan. Namun, semakin menjauh dari pelabuhan, koneksi internet mulai terputus. Akhirnya, kami memutuskan untuk menghentikan pekerjaan.

Menariknya, meskipun baru saja melewati malam yang panjang dengan antrean, kami masih memiliki tenaga untuk bekerja. Seolah-olah kelelahan tidak terasa. Mungkin karena semangat mudik, jadi rasa capek pun tidak terasa.

Di kapal, kami sempat mengerjakan beberapa tugas, berfoto-foto, membuat video untuk konten, dan menikmati suasana serta pemandangan laut. Suasana di atas kapal memberikan pengalaman yang menyenangkan dan berbeda. Angin laut yang sejuk dan pemandangan luas menjadi hiburan tersendiri.

Tak terasa, penyeberangan menuju Pelabuhan Bakauheni terasa cepat. Ketika kapal hampir tiba di pelabuhan, kami kembali ke mobil. Durasi penyeberangan sekitar satu jam lebih, tidak sampai dua jam. Memang lebih lama waktu yang dihabiskan untuk antre naik kapal dibandingkan waktu penyeberangan itu sendiri. Cepat sekali rasanya!


Mendarat di Pelabuhan Bakauheni

Saya tidak mencatat kapan tepatnya kapal bersandar di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Namun, dari data exif pada rekaman video yang saya ambil, tercatat bahwa mobil kami turun dari kapal pada pukul 09.42. Mungkin sekitar 30 menit sebelumnya kapal sudah bersandar. 

Jika dihitung sejak masuk kapal, total durasi perjalanan laut ini sekitar 3 jam. Namun, perlu diingat bahwa sejak naik ke kapal hingga mulai berlayar, waktu yang diperlukan lebih dari 1 jam. Jadi, saya perkirakan durasi perjalanan laut sebenarnya kurang dari 2 jam.

Foto ini diambil saat di perjalanan melintasi tol Lampung

Keluar dari Kapal

Setelah keluar dari kapal dan menjejak daratan, kami langsung menuju jalan tol menuju Sumatera Selatan. Hal pertama yang ingin kami lakukan adalah mampir di rest area untuk beberapa keperluan seperti ke toilet, berjalan kaki, dan mengisi bahan bakar kendaraan. 

Setelah perjalanan panjang, kami perlu menggunakan toilet dan berjalan kaki untuk melancarkan peredaran darah serta mengurangi rasa pegal, karena sejak semalam lebih banyak duduk dan rebahan. Suami saya juga perlu mengirimkan data penting kepada timnya terkait pekerjaan. Jadi, perlu duduk tenang di rest area di bagian food court-nya.

Masjid di Rest Area Km 49A Lampung

Singgah di Rest Area KM. 49A Lampung
Rest Area KM. 49A Lampung menjadi tempat persinggahan yang populer bagi pemudik. Banyak yang berhenti di sini untuk berbagai keperluan: istirahat, ke toilet, mandi, salat, mengisi BBM, bahkan makan.

Fenomena Makan Siang di Bulan Ramadan
Melihat pemudik makan siang di bulan Ramadan mungkin menimbulkan tanda tanya. Namun, penting untuk tidak berburuk sangka. Ada beberapa alasan yang bisa diterima: perempuan yang haid atau menyusui dibolehkan tidak berpuasa, laki-laki yang sakit atau sangat lelah juga memiliki keringanan untuk tidak berpuasa, serta pemudik dalam perjalanan jauh (musafir) yang juga mendapatkan keringanan untuk berbuka puasa.

di Rest Area Km 49 A Lampung

Alief, saya, dan suami sama-sama menyempatkan waktu di sela-sela perjalanan untuk mengerjakan tugas di Rest Area Km 49 A Lampung. Sama-sama tugas darurat, jadi sifatnya urgent. Tetep ya, biarpun dalam perjalanan sibuk, masih punya energi dan waktu untuk hal-hal penting. Alhamdulillah di lantai 2 rest area ini nyaman buat buka laptop. Di sini kurang lebih 30 menit saja. 

Kondisi Ekstrem Pemudik

Tahun ini, perjalanan mudik dari Merak ke Bakauheni sangat menantang. Pemudik menghabiskan waktu hingga belasan jam terjebak dalam antrean masuk kapal, sebelum melanjutkan perjalanan darat yang juga memakan waktu belasan jam atau bahkan beberapa hari hingga tiba di kota-kota ujung barat Sumatera. Ini membuat rest area seperti KM. 49A menjadi penting untuk pemulihan tenaga. Melihat mereka beristirahat dan memenuhi kebutuhan dasar adalah pemandangan yang sangat wajar mengingat kondisi ekstrem yang mereka hadapi.

Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan

Dalam perjalanan mudik yang penuh tantangan ini, menjaga kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas. Pemudik yang berhenti untuk makan atau beristirahat di rest area membantu memastikan bahwa mereka tetap bugar untuk melanjutkan perjalanan dan tiba di kampung halaman dengan selamat.

Sehat-sehat selalu untuk semua yang berupaya kembali ke rumah di kampung halaman untuk bertemu keluarga besar. Semoga perjalanan mudik kali ini memberikan pengalaman yang berkesan dan penuh berkah. Selamat mudik, selamat bertemu keluarga tercinta! 

Video saat kami singgah di Rest Area Km. 49A Lampung dapat ditonton pada Reels berikut: 


Perjalanan Mudik Terlama Kami

Setelah singgah di Rest Area KM 49A Lampung, kami berhenti tiga kali lagi di rest area berikutnya untuk salat Ashar, berbuka puasa dan salat Magrib, serta salat Isya. Setiap rest area yang kami singgahi tak pernah sepi. Suasana seperti itu hanya bisa saya saksikan di musim libur lebaran.

Setelah keluar dari tol yang panjang membentang dari Lampung hingga Palembang, kami sempat singgah satu kali lagi untuk membeli makan. Ternyata, Alief merasa lapar di jam 11 malam. Untungnya restoran Padang masih pada buka. Urusan lapar hampir tengah malam jadi bisa teratasi. 

Bagi saya, setiap singgahan itu, menjadi bagian dari cerita mudik kami yang penuh kenangan, tawa, dan kebersamaan.

Kami tiba di Kabupaten Muaraenim hampir jam 12 malam, sehingga perjalanan mudik kali ini memakan waktu lebih dari 24 jam, tepatnya 26 jam. Ini adalah perjalanan mudik terlama yang pernah kami alami.

Meski panjang dan melelahkan, kebahagiaan saat tiba di kampung halaman dan bertemu keluarga besar untuk merayakan Lebaran sungguh tak ternilai. 

Mudik kali ini memang yang terlama, tapi juga yang paling berkesan bagi kami sekeluarga.

Berikut adalah beberapa foto yang saya ambil saat mampir di rest area dari Lampung menuju Sumatera Selatan. Meskipun tidak banyak foto yang diambil, momen perjalanan ini lebih banyak saya abadikan dalam bentuk video.






Demikianlah cerita mudik kami kali ini. Perjalanannya penuh tantangan, dari kemacetan menuju Pelabuhan Merak, antrean kapal, hingga jalur darat yang melelahkan. Namun, semangat pulang membuat semua terasa ringan.

Setiap momen, mulai dari pemesanan tiket di Ferizy hingga perjalanan laut, memiliki ceritanya sendiri. Saat kapal bersandar di Bakauheni, semangat kami kembali untuk melanjutkan perjalanan.

Berbagai perhentian di rest area menjadi titik istirahat penting yang membantu kami tetap bugar dan memenuhi kebutuhan ibadah selama perjalanan. Meskipun perjalanan lebih dari 24 jam, kebersamaan dan kenangan yang tercipta sangat berharga.

Pengalaman ini mengajarkan pentingnya perencanaan, kesabaran, dan kebersamaan. Meski terlama, mudik kali ini paling berkesan. Bertemu keluarga besar dan merayakan Lebaran bersama adalah tujuan yang membuat segala usaha dan waktu yang dihabiskan terasa sepadan.

Perjalanan mudik ini bukan sekadar tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang menikmati setiap langkah menuju rumah.


-Katerina. April 2024-

Pemenang ASUS ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition


Alhamdulillah ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition yang berlangsung dari tanggal 01 Maret hingga 20 Maret 2024 telah mencapai akhirnya. Saat ini, dengan bangga saya mengumumkan para pemenangnya.

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah menunjukkan kesabaran dan dedikasi selama kompetisi ini berlangsung. Tanpa partisipasi dan kontribusi kalian, acara ini tidak akan seberhasil ini.

Teman-teman dapat melihat daftar lengkap para peserta dalam tautan berikut: Peserta ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition.

Memilih satu pemenang dari total 240 peserta ternyata menjadi tantangan yang cukup berat. Ini bukan hanya tentang menentukan siapa yang terbaik, tetapi juga mempertimbangkan kontribusi dan kualitas dari setiap tulisan yang masuk. Ini adalah proses yang memerlukan pengorbanan beberapa karya terbaik demi satu juara.

Tentunya, tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Pak Advent Jose dan tim PR Mobile Phone ASUS Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menggelar kompetisi ini di blog Travelerien. Tanpa dukungan mereka, acara ini tidak akan berjalan dengan lancar.

Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta ROG Phone 8 Blog Writing Competition atas partisipasi luar biasa. Setiap kontribusi yang diberikan telah membantu menjadikan acara ini lebih bermakna dan berarti.

Dan akhirnya, setelah proses penilaian yang teliti oleh juri dari pihak ASUS Indonesia, saya dengan senang hati akan mengumumkan nama pemenangnya. Mari kita sambut bersama-sama keberhasilan dan dedikasi dari para pemenang, serta terima kasih kepada semua yang telah ikut serta dalam kesuksesan acara ini. 

 
Selamat kepada blogger Lupa Daratan asal Aceh :

Muhammad Iqbal


Untuk partisipasinya dalam event ROG Phone 8 Muhammad Iqbal terpilih sebagai pemenang ASUS ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition dengan artikel berjudul: 

Meretas Batas: Mendalami Performa ASUS ROG Phone 8

https://www.lupadaratan.com/2024/03/ASUS-ROG-Phone-8.html

 

Muhammad Iqbal berhak mendapatkan hadiah 1 unit ROG Phone 6 yakni ROG Phone ML88 M5 Special Edition.

Alhamdulillah. Selamat kepada Iqbal.

Semoga kemenangan yang diraih dan hadiah yang diperoleh dapat memberi makna serta manfaat bagi Iqbal. Aamiin.



Selanjutkan saya ucapkan selamat kepada 5 pemenang Artikel Terfavorit ASUS ROG Phone 8, sbb: 

1. Wiko Nurdian  
  • Judul Artikel: Rasakan Pengalaman Tanpa Batas Bersama ROG Phone 8: Evolusi Ponsel Gaming Menjadi Ponsel Premium untuk Semua Kalangan!
  • Link Artikel: https://wikocak.com/rasakan-pengalaman-tanpa-batas-bersama-rog-phone-8-evolusi-ponsel-gaming-menjadi-ponsel-premium-untuk-semua-kalangan/

2. Haryadi Yansyah
  • Judul Artikel: ASUS ROG Phone 8: Smartphone Istimewa Bagi Para Gamer
  • Link Artikel: https://omnduut.com/2024/03/10/asus-rog-phone-8-smartphone-istimewa-bagi-para-gamer/

3. Pandu Agung Hartato
  • Judul Artikel: Mengenal ROG Phone 8: Smartphone Untuk Produktivitas & Hobi
  • Link Artikel: https://techijau.com/fitur-keunggulan-rog-phone-8-indonesia/

4. Deddy Wijaya
  • Judul Artikel: ASUS ROG Phone 8: Transformasi Gaming Mobile dan Solusi AI untuk Kehidupan Sehari-hari
  • Link Artikel: https://deddyhuang.com/2024/03/20/asus-rog-phone-8/

5. Sutoro
  • Judul Artikel: Inilah Smartphone Yang Akan Mengubahmu Saat Lebaran : ROG Phone 8 Lebih dari Sekedar HP Gaming
  • Link Artikel: https://sutoro.web.id/rog-phone-8/


Mohon perhatian seluruh pemenang. Panitia akan menghubungi para pemenang melalui email dan/atau telepon untuk konfirmasi pengiriman hadiah. 

Saya ingin menegaskan bahwa tidak ada biaya pengiriman atau biaya apapun yang akan dibebankan kepada peserta atau pemenang untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini. Saya juga ingin mengingatkan untuk berhati-hati terhadap upaya penipuan yang mengatasnamakan ASUS Indonesia. 

Pengiriman hadiah akan dilakukan melalui kurir setelah Muhammad Iqbal mengonfirmasikan alamat pengiriman kepada panitia. Pengiriman hadiah untuk kelima pemenang artikel terfavorit berupa saldo OVO akan ditambahkan setelah para pemenang mengonfirmasikan nomor OVO kepada panitia.

Demikian pengumuman pemenang ini disampaikan. Terima kasih atas kesempatan untuk berbagi cerita bersama.

Sampai jumpa pada event kompetisi ASUS berikutnya.

Salam hangat,
Katerina


Wisata Kediri: Kuliner Sate Kambing dan Destinasi Ikonik Simpang Lima Gumul

Siapa bilang perjalanan bisnis itu membosankan? Ketika suami saya harus pergi ke Gresik untuk urusan kerja, saya langsung menyelipkan agenda pribadi yang sudah lama saya rencanakan diam-diam: bertemu sahabat lama, Mbak Dian, di Kabupaten Kediri. Jadi, selain menjalankan peran sebagai istri siaga, saya juga punya misi reunian yang tak kalah penting!

Saya dan suami, bersama keluarga Mbak Dian @adventurose di Kediri

Sejak dulu, saya selalu ingin punya kesempatan untuk bertemu lagi dengan Mbak Dian. Hubungan kami bukan sekadar pertemanan biasa, tapi sudah seperti sahabat yang benar-benar saling mengerti. Bayangkan, 14 tahun kami kenal lewat dunia blogging, dari yang awalnya cuma saling komen di artikel sampai sekarang jadi teman berbagi cerita, baik soal pekerjaan maupun kehidupan.

Sebagai sesama travel blogger, saya dan Mbak Dian sudah beberapa kali melewati berbagai perjalanan bersama. Mulai dari yang terencana rapi karena ada sponsor, hingga yang spontan karena ada kesempatan. Dari situ, kami belajar untuk saling memahami, mendukung, dan membangun kepercayaan satu sama lain.

Hal yang saya suka dari persahabatan ini adalah kesederhanaannya. Kami tidak harus saling bicara setiap hari, karena masing-masing sibuk dengan rutinitas. Tapi saat ada kesempatan untuk bertemu atau sekadar menyapa, rasanya seperti melanjutkan obrolan yang tidak pernah benar-benar berhenti. Dan itulah yang membuat momen bertemu Mbak Dian terasa begitu berarti.

Mbak Dian dan keluarganya

Selama beberapa tahun terakhir, saya sering membayangkan kapan bisa main ke rumah Mbak Dian, apalagi sejak anak-anaknya lahir. Tapi ya, hidup kadang nggak sejalan dengan rencana. Jarak yang jauh dan kesibukan di rumah bikin rencana itu cuma jadi angan-angan yang parkir di kepala. Tapi siapa sangka, perjalanan ke Gresik bareng suami kali ini jadi jalan Tuhan untuk wujudkan impian itu.

Semua dimulai dari kedatangan ibu saya yang tiba-tiba datang dari Sumatra Selatan ke BSD. Kejutan yang berasa banget manfaatnya! Dengan adanya ibu di rumah, saya jadi punya backup untuk menjaga Aisyah dan Alief, sementara saya ikut suami ke Gresik. Ini kayak "kode semesta" kalau saatnya saya keluar dari rutinitas dan memanfaatkan kesempatan.

Akhirnya, saya benar-benar bisa bertemu Mbak Dian di Kabupaten Kediri! Rasanya kayak mimpi jadi nyata—ngobrol santai di rumahnya sambil melihat anak-anak bermain. Momen ini bikin perjalanan kami di Jawa Timur terasa lebih spesial, penuh cerita, dan tentu saja, makin berkesan. Kalau sudah begini, saya cuma bisa bersyukur atas cara Tuhan yang kadang mengejutkan, tapi selalu tepat waktu.

Baca juga: Temu Teman Blogger di Depot Bu Rudy Surabaya

Sebuah jalan yang kami lewati di Kabupaten Kediri

Satu Tujuan, Berbagai Kenangan

Saat memulai perjalanan dari BSD, Serpong, rasanya seperti anak kecil yang baru dapat mainan baru—penuh antusias dan siap untuk petualangan! Kami berangkat dengan semangat, apalagi perjalanan darat selalu punya kejutan seru. Dari menikmati pemandangan di sepanjang jalan sampai mencicipi camilan di rest area, semuanya terasa seperti bagian dari paket liburan. Bahkan, hal sederhana seperti mampir ke toilet umum atau berburu pom bensin di tengah perjalanan jadi cerita yang bisa ditertawakan nanti.

Walaupun tujuan utama kami adalah Gresik, ternyata petualangan ini punya alur cerita tambahan. Dari Gresik, kami lanjut ke Surabaya untuk merayakan momen spesial keponakan yang baru saja wisuda di UNAIR. Tapi, klimaks perjalanan ini jelas saat kami akhirnya sampai di Kabupaten Kediri, tempat tinggal sahabat saya, Mbak Dian.

Perjalanan dari Surabaya ke Kediri dimulai dengan penuh percaya diri pukul 10 pagi. Saya awalnya berpikir, “Ah, lewat tol ini pasti cuma butuh waktu sejam.” Tapi kenyataan berkata lain. Saat akhirnya sampai di Kediri pukul 12.45, saya baru sadar kalau kalkulasi waktu saya sedikit terlalu optimis. Tapi hei, bukankah itulah seni perjalanan? Selalu ada kejutan yang bikin cerita makin seru!

Di masjid ini, tempat pertama kali kami singgah di Kediri

Kediri, salah satu kabupaten di Jawa Timur, punya daya tarik tersendiri yang nggak bisa diabaikan. Begitu sampai di sini, rasanya seperti menemukan halaman baru dalam buku perjalanan kami.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Assalam di Cangkring, Desa Pelem, Kecamatan Pare. Mas Arif langsung menuju ke masjid untuk menunaikan salat Zuhur, sementara saya duduk manis di mobil, menikmati suasana sekitar. Lagi haid, jadi izin absen dulu. Meski begitu, hati ini tetap penuh rasa syukur dan bahagia, sampai-sampai perasaan nggak nyaman di perut pun jadi terasa nggak penting.

Sambil menunggu, saya sempat mengabari Mbak Dian kalau kami sudah memasuki Kediri. Ketika melintasi Kecamatan Plemahan, saya cek lagi Google Maps dan memberi tahu Mbak Dian kalau kami tinggal 30 menit lagi sampai. Wah, rasanya makin nggak sabar!

Makin dekat tujuan, makin besar rasa haru dan antusias saya. Membayangkan akhirnya bisa bertemu Mbak Dian dan keluarganya, hati ini seperti penuh bunga-bunga. Perjalanan yang tadinya terasa panjang pun mendadak jadi menyenangkan lagi. Ah, momen seperti ini memang selalu bikin perjalanan terasa lebih bermakna!

Alhamdulillah akhirnya berjumpa dengan anak-anaknya Mbak Dian

Alhamdulillah, sesuai perkiraan Google Maps yang selalu jadi penyelamat perjalanan, setengah jam kemudian kami tiba di Jalan Harinjing, tepat di kediaman Mbak Dian dan keluarganya di Gadungan Timur, Desa Puncu, Kabupaten Kediri. Lokasinya persis seperti yang ditunjukkan titik biru di Maps. Terima kasih, teknologi!

Dari tepi jalan, saya langsung melihat Mbak Dian yang sedang duduk di teras sambil menggendong bayinya. Wah, ini benar-benar seperti film drama yang ending-nya bahagia—mudah ditemukan, tanpa plot twist nyasar atau drama salah rumah.

Begitu kami sampai, rasanya campur aduk antara haru dan bahagia. Bertemu sahabat lama setelah sekian lama bukan cuma mengisi hati dengan sukacita, tapi juga jadi momen penuh kenangan. Kehangatan Mbak Dian dan keluarganya langsung terasa. Ada Mas Angga, suami Mbak Dian, yang ramahnya bikin suasana cair; Lala dan tiga adik kecilnya—Emo, Uwik, dan Kida—yang lucu-lucu; serta ibu Mas Angga yang menyambut kami dengan senyum tulus.

Rumah itu nggak cuma jadi tempat singgah, tapi juga seperti panggung kecil yang penuh cerita, kehangatan, dan tawa. Rasanya, semua lelah perjalanan langsung terbayar lunas di sini!

Mbak Dian dan anak-anaknya. Seru!

Kuliner Terkenal di Kediri: Sate Pak Eko

Setelah bersilaturahmi hangat dengan keluarga Mbak Dian dan sedikit recharge energi pasca perjalanan dua jam, Mas Angga tiba-tiba mengajukan pertanyaan penting: makan di rumah atau kulineran di luar? Wah, ini tawaran menarik—siapa yang bisa menolak godaan makan enak?

Setelah musyawarah kecil yang lebih mirip obrolan santai, kami sepakat untuk keluar berburu kuliner. Mbak Dian, dengan pengalaman lokalnya, langsung merekomendasikan Sate dan Gule Kambing Muda Pak Eko di Satak, Puncu. Nama yang cukup bikin saya terbayang aroma daging bakar dan kuah kaya rempah.

Mas Angga menambahkan bumbu cerita, katanya ini tempat legendaris di kalangan pecinta sate. Rasanya unik, beda dari yang lain, dan selalu bikin pengunjung ketagihan. Meskipun lokasinya agak tersembunyi, di tengah area yang dikelilingi pepohonan, tempat ini nggak pernah sepi. Mendengar itu, saya makin penasaran. Di mana lagi kita bisa makan sate enak sambil menikmati suasana ala "hutan"?

Tanpa banyak pikir, kami langsung setuju dan segera bersiap. Petualangan kuliner kali ini terasa seperti misi khusus, dengan Sate Pak Eko sebagai harta karunnya!

Makan sate dan gule di Depot Pak Eko

Dengan semangat yang membara (dan perut yang sudah mulai keroncongan), kami pun memulai perjalanan dalam rombongan seru! Semua anak-anak Mbak Dian ikut meramaikan suasana, membuat perjalanan ini semakin seru dan penuh tawa. Hanya ibu Mas Angga yang memilih untuk tetap menikmati ketenangan rumah, mungkin sambil menikmati secangkir teh hangat. Tapi tak masalah, perjalanan kami tetap penuh keceriaan! Untungnya, kami pakai mobil Innova yang bisa menampung semua orang tanpa rasa sesak—seperti mobil keluarga di film-film komedi, seru dan nyaman! Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar.

Perjalanan menuju Depot Sate Pak Eko pun dimulai. Saat melihat rute di peta, kami baru sadar kalau jaraknya hanya sekitar 7,2 kilometer dari rumah Mbak Dian, yang bisa kami tempuh dalam 13 menit. Ternyata, meskipun dekat, jalannya melewati rute desa yang cukup sepi, dengan pemandangan kebun nanas yang luas, kebun cabe hijau segar, dan hutan desa yang terlihat seperti setting tempat tinggal para superhero. Semakin mendekati Depot Sate, semakin terasa kesan "terpencil" tapi itu justru bikin makin penasaran. Kalau tempatnya sepi dan jauh, pasti sate dan gule kambingnya punya pesona yang tak bisa ditolak. Begitu banyak yang datang jauh-jauh ke sana, pastilah ada rahasia kelezatannya yang bikin ketagihan!


Setelah perjalanan seru dan penuh tawa, akhirnya kami tiba di Depot Sate & Gule Pak Eko yang terletak di Desa Satak. Begitu sampai, saya langsung bisa merasakan atmosfer yang khas, penuh dengan aroma sate yang menggoda selera! Bangunan depotnya cukup menonjol, dengan tulisan besar "Depot Sate & Gule Kambing Muda Pak Eko" yang seakan memanggil kami untuk segera masuk dan menikmati hidangan legendaris ini.

Di depan depot ada tempat parkir yang masih sepi—hanya beberapa mobil dan motor yang terparkir. Mungkin para pengunjung belum banyak datang, atau bisa juga karena kami datang agak lebih awal, jadi merasa seperti VIP yang datang lebih dulu ke tempat yang sedang hits ini.

Begitu masuk, saya langsung melihat area makan lesehan di bagian teras depan yang nyaman dan santai. Tapi setelah melihat-lihat, ternyata ada area lain di belakang yang lebih luas. Mas Angga dengan semangatnya mengajak kami untuk duduk di sana. Wah, area belakangnya ternyata punya kejutan! Selain lesehan yang nyaman, ada ruangan besar tempat para karyawan mempersiapkan sate dan gule, serasa bisa melihat langsung proses masaknya. Dan yang lebih seru lagi, ada area bermain buat anak-anak—kolam bola, perosotan, dan lapangan voli! Tempat ini nggak cuma enak buat makan, tapi juga cocok banget buat keluarga yang ingin bersantai sambil menikmati pemandangan kebun dan hutan yang asri di sekelilingnya. Seru dan nyaman banget!

Pengunjungnya selalu ramai. Karena itu menu Krengsengan cepat habis. Kami pun gak kebagian 😁

Citarasa sate dan gule kambing muda di sini memang tak tertandingi

Dulu, warung ini cuma kedai kecil yang sederhana, tapi siapa sangka, karena cita rasanya yang luar biasa, meski lokasinya agak terpencil, banyak orang yang rela jauh-jauh datang ke sini. Sebuah bukti kalau rasa memang nggak bisa bohong!

Seiring berkembangnya usaha, kebutuhan akan daging kambing pun semakin melonjak. Setiap hari, mereka bisa memotong hingga 10 ekor kambing! Bayangin aja, seberapa larisnya sate dan gule kambing Pak Eko ini. Karena itulah, Pak Eko akhirnya memutuskan untuk bekerja sama dengan warga sekitar untuk memelihara kambing. Jadi, warga akan memelihara kambing, dan Pak Eko yang akan membeli langsung. Dengan cara ini, dia nggak perlu lagi pusing nyari kambing sendiri. Satu win-win solution untuk semua pihak!

Wajib cobain sate dan gule kambing muda Pak Eko kalau berkunjung ke Kediri

Warung sate ini memang sudah berdiri sejak zaman neneknya Mas Angga! Jadi, bisa dibilang, ini warung legendaris yang tak lekang oleh waktu. Menurut cerita Mbak Dian, Sate dan Gule Kambing Pak Eko ini sudah jadi favorit banyak orang sejak dulu. Makanya, kalau kamu ke Pare, rasanya nggak lengkap kalau nggak mampir ke sini.

Sate di sini memang nggak main-main enaknya. Dagingnya empuk, bumbunya meresap sempurna, dan begitu dimakan, rasanya itu lho, susah banget berhenti. Kecuali kalau sudah kenyang, baru deh berhenti. Tapi kalau soal suamiku, dia bahkan bisa habisin satu porsi sate dan satu porsi gule dalam waktu yang singkat! Sampai sekarang, dia masih inget banget gimana nikmatnya sate dan gule kambing Pak Eko ini. Rasanya memang nggak bisa dilupakan, ya!

Suami saya terkenang-kenang enaknya gule kambing muda Pak Eko ini. Mau nangis kalau lagi pengen cuma bisa lihat foto ini haha

1 porsi 10 tusuk
 

Minuman temulawak

Di warung ini, ada juga menu krengsengan yang katanya sih, selalu berhasil menggugah selera dan jadi favorit banyak orang. Sayangnya, kemarin kami nggak sempat mencobanya karena sudah habis. Tapi ya nggak masalah, insha Allah suatu saat nanti, kami pasti akan kembali ke Pare dan mencicipi krengsengan sambil menikmati sate dan gule kambing Pak Eko yang lezat itu lagi. Pasti makin nikmat karena sudah ada alasan lebih untuk balik!

Video makan sate & gule kambing muda di Depot Sate & Gule Pak Eko dapat ditonton pada IG Reels berikut:  

Pengalaman Menakjubkan di Kebun Petai Pare: Surga Bagi Pecinta Petai!

Setelah puas menikmati sate dan gule kambing Pak Eko yang luar biasa lezat, Mas Angga dan Mbak Dian mengajak kami ke kebun petai di Pare. Tentu saja, kami tak mau melewatkan kesempatan untuk menjelajahi kebun yang katanya menjadi surga bagi pecinta petai.

Begitu sampai, saya langsung terkesima. Tumbuhan petai di kebun ini tumbuh subur banget, dan yang lebih serunya lagi, buah-buah petai bergelantungan rendah, jadi bisa dipetik langsung tanpa perlu repot naik tangga! Kalau biasanya petai cuma bisa dinikmati sebagai pelengkap sambal atau masakan, kali ini rasanya berbeda karena bisa langsung memetik dari pohonnya.

Yang bikin kaget, harganya murah banget! Cuma Rp 600,- per papan! Dibandingkan dengan harga petai di daerah saya yang bisa tembus 20 ribu sampai 30 ribu per papan, apalagi pas bulan Ramadan dan Lebaran, ini benar-benar jadi penemuan emas! Kalau ada kebun petai serupa di kota saya, saya pasti bakal sering mampir.

 

Mas Angga dengan gaya jenakanya bilang, "Di sini, mbak cuma perlu bawa nasi, sambal, dan lauk, terus duduk santai di bawah pohon petai, dan langsung deh nikmatin petai segar langsung dari pohonnya!" Saya langsung bayangin betapa asyiknya makan petai di kebun sambil menikmati udara desa yang sejuk dan pemandangan alam yang tenang. Rasanya seperti di surga!

Kebun petai yang terletak di pinggir jalan desa yang sepi itu benar-benar memukau. Pohon-pohon petai tumbuh subur dengan buah yang lebat, siap dipetik. Yang bikin saya takjub lagi, pohon-pohon petai ini nggak perlu dijaga ketat, karena tak ada yang tertarik mencuri. Bahkan hasil panennya juga nggak laku dijual. Bisa dibayangkan, petai yang melimpah ini jadi hak milik siapa saja yang ingin menikmatinya!

Dengan semangat petai yang meluap-luap, saya pun langsung minta oleh-oleh petai. Malamnya, Mas Angga dengan baik hati memesannya lewat temannya. Dan tahu nggak berapa papan petai yang kami bawa pulang? Hampir 200 papan! Bisa dibayangkan betapa melimpahnya petai yang kami dapatkan. Sepertinya, saya akan menikmati petai ini selama beberapa minggu ke depan! 😄


Menikmati Keindahan Simpang Lima Gumul: Destinasi Ikonik di Kediri

Setelah puas berkeliling kebun petai, kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Simpang Lima Gumul. Sejujurnya, saya nggak terlalu tahu banyak tentang tempat ini sebelum datang, tapi begitu sampai di sana, saya langsung terkesima dengan keistimewaannya.

Ternyata, Simpang Lima Gumul ini adalah tempat berdirinya tugu monumen yang menjadi ikon Kota Kediri! Ya, setiap kota pasti punya ikon yang jadi ciri khas, dan ini dia, kebanggaan Kediri yang tak boleh dilewatkan. Begitu sampai, saya langsung bisa merasakan atmosfernya yang berbeda—seperti mengunjungi landmark yang punya sejarah dan cerita tersendiri.

Sore itu, suasana di sekitar Simpang Lima Gumul sangat hidup dan meriah. Beberapa bus besar terparkir rapi, membawa rombongan wisatawan dari luar kota. Sepertinya mereka baru saja selesai ziarah ke makam para wali, mengingat bulan Ramadan sudah semakin dekat. Tentu saja, kehadiran mereka semakin menambah semarak tempat ini. Jadi, kalau kalian berkunjung ke Kediri, pastikan menyempatkan diri mampir ke Simpang Lima Gumul—tempat yang penuh dengan energi positif dan sejarah yang memikat!

Begitu kami tiba di Monumen Simpang Lima Gumul (SLG), suasana petang yang cerah langsung menyambut kami dengan hangat. Rasanya seperti disambut dengan pelukan kota ini, begitu nyaman dan menyenangkan. Beberapa orang tampak sedang berjalan-jalan santai, ada yang duduk menikmati angin sore, sementara yang lainnya sibuk berkeliling, menjelajahi bagian dalam monumen, membeli oleh-oleh, atau bahkan mengabadikan momen indah dengan foto dan video.

Nggak heran kalau Monumen SLG jadi salah satu destinasi favorit wisatawan, terutama saat senja. Suasana hangat yang turun bersama matahari yang mulai tenggelam benar-benar memikat hati. Begitu banyak pengunjung yang terpesona dengan momen indah itu—memang, SLG menawarkan pengalaman yang tak terlupakan, penuh pesona dan kenangan. Jadi, kalau mampir ke Kediri, jangan sampai lupa untuk menikmati keindahan Monumen SLG, ya!


Monumen Simpang Lima Gumul atau disebut Monumen SLG atau Tugu SLG adalah bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Kediri yang berbentuk bangunan pelengkung. Monumen SLG mulai dibangun pada tahun 2003 dan diresmikan pada tahun 2008, yang digagas oleh Bupati Kediri ke - 23 saat itu, Ir. Soetrisno. [Wikipedia]

Video di Simpang Lima Gumul dapat ditonton pada video Reels berikut: 


Dari awal hingga akhir, perjalanan kami ke Kediri benar-benar lebih dari sekadar perjalanan biasa; ini adalah petualangan yang mengisi hati kami dengan kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Setiap momen—dari kelezatan sate kambing yang menggoda lidah hingga pesona pohon-pohon petai yang bergelantungan dengan buahnya yang melimpah—semua memberikan kesan mendalam yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Silaturahmi yang terjalin dengan hangat bersama Mbak Dian, Mas Angga, dan keluarga mereka, serta keindahan salah satu sudut kota Kediri yang kami nikmati, memberikan nuansa istimewa yang melengkapi perjalanan kami.

Dan inilah oleh-oleh yang saya bawa pulang dari Pare: petai dan durian. Jumlah petai hampir 200 papan (bayangkan saja, itu bisa jadi setumpuk petai!), dan ada sekitar 8 buah durian yang menggiurkan. Semuanya langsung jadi favorit kami, dan durian-durian itu... wah, rasanya benar-benar lezat, tak terkata! Rasanya seperti menikmati surga buah yang memanjakan lidah!

Oleh-oleh buah beroma yang tajam, teman perjalanan pulang dari Pare hingga BSD. Mantap!

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Mbak Dian, Mas Angga, dan anak-anak yang lucu serta menggemaskan! Kalian semua benar-benar membuat perjalanan ini semakin berwarna dan penuh kebahagiaan. Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi, berbagi tawa dan cerita, serta merasakan keceriaan yang lebih besar dan kebahagiaan yang melimpah.

Seperti kata pepatah, "Perjalanan bukan hanya soal tujuan, tapi juga tentang perjalanan itu sendiri." Dan perjalanan kali ini benar-benar membuktikan pepatah itu. Setiap langkah yang kami ambil penuh dengan pengalaman berharga, yang memperkaya kisah hidup kami dengan kenangan manis yang tak akan terlupakan. Terima kasih, Kediri!