Tampilkan postingan dengan label wisata thailand. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata thailand. Tampilkan semua postingan

Takut Hantu di Friendlytel Hotel Hat Yai Thailand

Friendlytel Hotel - Hat Yai THAILAND

Friendlytel Hotel, Songkhla Hat Yai

Waktu menunjukkan jam 9 malam waktu Thailand ketika bus yang kami tumpangi sejak dari Malaysia tiba di Friendlytel Hotel yang beralamat di 10/7 Chaiyakuluthit Rd, Hat Yai, Hat Yai District, Songkhla 90110, Thailand.

Saya dan Lusi turun paling akhir, membiarkan yang lain berebut turun. Padahal buat apa, belum bisa langsung masuk hotel juga, wong nunggu koper-koper dikeluarkan dari bagasi. Begitu koper sudah diturunkan, giliran kami yang bingung mencari, pasalnya di area parkir depan hotel itu tidak terlalu terang. Dalam keadaan letih dan ngantuk, terpaksa memeriksa tumpukan koper satu persatu, mana banyak yang mirip pula, bagaikan meraba jarum di tumpukan jerami. Sampai akhirnya ketemu, langsung saya seret ke hotel. Ealah...tempat parkir itu kan terbuat dari konblok gak rata, bikin roda koper merintih kesakitan. Untunglah nggak ngambek diseret sampai lobi, tapi suaranya bikin rasa letih nambah-nambah.

Sampai lobi hotel kayak pasar, tamu-tamu numpuk di sana. Saya lihat semua tourguide kami sedang mengurus proses check-in. Saya mendadak agak pening, bukan karena membludaknya orang, tapi bau dupa yang dibakar di pojok lobi. Duh, saya memang nggak suka bau dupa sih. Hampir 1 jam di lobi nunggu sambil nahan pening, akhirnya pas dapat kunci, saya dan Lusi langsung melesat ke lantai 5, lewat lift yang ukurannya kecil sekaliiiii. Cuma muat 3 orang, itu pun dempet-dempetan sama koper haha. 

Kamar kami di lantai 5 (saya ragu, 5 atau 7), persis dekat tangga darurat! Ini dia kamarnya:

Kamar yang saya tempati berdua Lusi, difoto saat pertama kali masuk pada 15/2/2019 malam +/- jam 10 malam

Kamar berukuran cukup luas, bersih, dan fasilitas lengkap

Terdapat dua lampu kamar yang tidak terlalu terang

Teriakan di kamar mandi, lari heboh keluar pindah kamar

Ada sedikit kendala saat pintu kamar dibuka, saya dan Lusi perlu beberapa kali mencoba baru berhasil. Begitu terbuka, terlihatlah sebuah kamar berukuran lumayan luas buat kami berdua. Terdapat kasur queen bed size, sofa, meja dengan kursi kerja, TV, AC, lemari es, coffee/tea maker, lemari pakaian, meja rias, serta terdapat 2 jendela besar. 

Saya puas dengan keadaan kamarnya. Satu hal saja yang kurang, cahaya lampunya tidak benderang, agak remang-remang, saya jadi kurang senang. Karena sudah nggak tahan ingin lekas tidur, saya bersiap hendak membersihkan diri dulu di kamar mandi, sementara Lusi keliling kamar, cek sana sini. Nah, begitu mau masuk kamar mandi, saya berhenti di depan pintu tuh. Entah kenapa, mendadak ada rasa nggak enak. Trus saya mundur beberapa langkah, lalu balik badan, ngomong sama Lusi.

"Lusi, barengan aja yuk ke kamar mandinya.."

"Iya mbak, aku juga mau ngomong gitu!"

Wkwkwk ternyata sama. Nah, karena ada barengan, masuk kamar mandi jadi maju tak gentar, nggak mundur cantik kayak tadi lagi. Kami masuk bareng, buka pintu kamar mandi pun bareng-bareng, dan pelan-pelan. Udah kayak mau buka pintu ruang rahasia aja pokoknya. Pas udah kebuka, bukannya masuk, kami malah terdiam, tegak memandangi kamar mandi, sambil melotot. 

"Yuk mbak, aman."

Wkwkw...Lusi bilang aman karena kami emang nggak melihat apa-apa sih. Lagian mau lihat apa? Pocong? haha.

Di kamar mandi, kami cuma mau cuci muka, tangan, kaki, dan gosok gigi. Gak pakai mandi segala, udah malam. Entah kenapa, saat mau gosok gigi itu, kami refleks berdiri dekatan, nggak mau jauh-jauhan, sama-sama menghadap wastafel. Trus, tiba-tiba kami serentak saling pandang dengan tetap sambil gosok gigi. Sesaat kemudian seperti dikomando, serentak pula noleh ke belakang, ke arah kloset dan tempat mandi. Beberapa detik kemudian...

"Huaaaaaaaa......."

Berdua teriak bareng, sambil berusaha lari keluar dari kamar mandi. Konyolnya, karena keluarnya bareng, sementara pintu muat 1 orang doang, ya udah tuh kejepit wkwk. Saling dorong, saling dulu-duluan, gedubrak gedabruk gak karuan... 

Wastafel di kamar mandi tempat saya dan Lusi gosok gigi, sesaat sebelum lari keluar ketakutan tanpa sebab

Kamar mandi yang belum sempat dipakai mandi, keburu pindah kamar 

Pintu dibuka nggak ada dinding, jadi pada Jerit-jeritan di kamar

Ngapain sih kami teriak??? Lihat hantu?? NGGAK ADA! Wkwkw. Entah juga kenapa. Wong saya nggak lihat apa-apa kok. Spontan aja gitu. Apa gara-gara noleh bareng ke belakang sambil bayangin sesuatu? Entah. Saat itu, urusan gosok gigi gak selesai. Ya udahlah. Ditelen ajalah odolnya. Males ke kamar mandi lagi buat kumur-kumur haha. 

Saat itu sudah jam 10 lewat. Harusnya saya sudah istirahat tidur. Tapi karena rasa takut lebih besar, kantuk yang dari tadi berat menggelayuti, sudah minggat entah kemana. Lusi menelpon Ester, tourguide asal Malaysia yang mendampingi kami, untuk minta pindah kamar. Ternyata kamar Ester ada dekat situ juga. Saya buru-buru pakai kerudung lagi, mengikuti Lusi menemui Ester yang kamarnya cuma selemparan kolor.

"Ester, kami takut di kamar itu, masih ada kamar kosong lain nggak? Kami mau pindah," Lusi langsung to the point, ngomong sambil gemetar. Saya ikut bantu ngomong, sambil pasang muka pucat, eh, tapi memang pucat beneran kali ya. Lha wong tegang gitu keadaannya.

"Ya udah tunggu saya cek dulu ya. Masuk sini aja dulu."

Nah, di kamar Ester kan ada tourguide lain juga, total 3 orang di kamarnya yang besar itu. Ohiya, kamar di hotel ini memang besar-besar. 1 kamar bahkan bisa muat 6 orang. Sambil nunggu Ester cek kamar, saya dan Lusi liat-liat kamarnya Ester sampai ke belakang. Eh, taunya di belakang itu ada pintu, pas dibuka ternyata cuma dinding, gak ada ruangan. Saya auto jerit kaget wkwkw

Gara-gara saya jerit, yang lain juga ikut menjerit. Jadilah seisi kamar jerit-jeritan wkwk gelo.

Temanku Lusi, sama-sama penakut 😂

Suasana saat check-in di Friendlytel Hotel

Tempat sembahyang/berdoa di area lobi, dekat resepsionis


Penampakan gedung Friendlytel Hotel

Pindah Kamar, disuruh berdoa oleh staff muslim asal Malaysia

Akhirnya berkat bantuan Ester (makasih Ester! 💜), kami bisa dipindah ke kamar lain, kalau tak salah ke tipe suite yang lebih besar. Untung dong kami, udah kayak tamu VVIP aja dapat suite haha. Kamarnya lebih besar, ada living room-nya segala, ada meja dan sofa, serta meja makan, dan ada 1 kamar tidur. Di sini, begitu masuk langsung merasakan keanehan lagi. Lampu menyala normal ketika cardlock sudah diletakkan di tempatnya. Tapi sesaat kemudian mati, nyala, mati, nyala. Begitu terus beberapa kali, udah kayak di tempat dugem aja...jeb ajeb...

Kali ini kami nggak pakai teriak. Cuma diam saja sambil nunggu bell boy membawa koper kami. Lusi tampak santai membuka pintu kamar, membawa masuk tas yang dipegang, dan meletakannya. Tak lama bell boy datang membawa koper kami. Saya langsung melaporkan soal lampu. 

Si mas bell boy dengan sigap mengambil cardlock, lalu memasangnya lagi. Seketika lampu menyala dengan stabil. Lho, kok bisa? Aneh. Trus, dia nanya dong kenapa pindah dari kamar sebelumnya, saya jawab, takut sama kamar mandinya, serem. Jujur banget dong saya jawabnya. Ketawalah si mas itu. Hadeuuh...

"Sekarang ucap salam Assalamu'alaikum lagi saja, dan baca Bismillah. Insha Allah gak ada apa-apa."

Nyeeessssss.....badan gerah dan keringatan gara-gara mondar-mandir dari kamar ke kamar lain langsung adem kayak disiram air es denger kata-kata si mas bell boy itu. Baek kali lah kau mas bell boy, nenangin wanita amat penakut ini. 

"Ada lagi yang perlu dibantu? Saya ijin pamit dulu, terima kasih. Selamat istirahat".

Si mas itu memeriksa kamar lagi sebelum pergi. Sempat saya tanya asalnya dari mana, sebab logatnya amat Melayu, ternyata dari Malaysia. Pantaslah tadi dia berucap ke saya soal Assalamu'alaikum dan Bismillah. Berkat kata-katanya itu, saya jadi tenang lho, nggak ada rasa takut lagi. Bahkan, malam itu saya berani ke kamar mandi sendiri untuk mandi. Bukan cuma melanjutkan gosok gigi dan cuci muka saja, tapi mandi beneran, sampai bersih, sampai rasa takutpun ikut tersapu air. Oh iya, saat itu saya sedang haid ya, jadi mau nggak mau harus mandi, biar bersih semuanya.

Hampir jam 12 malam. Lusi sudah duluan tidur. Suasana terasa amat sunyi, Saya nyalakan TV, memakai selimut hingga menutup muka, dan akhirnya tertidur nyenyak sampai besok pagi! Woaaah!!

Wefie dengan Lusi di kamar kedua. Di kamar ini kami tak merasa takut lagi 😂

Beberapa keanehan menjadi buah bibir saat sarapan

Pagi yang cerah di hari kedua di Hat Yai (16/2/2019). Rasa takut dan kantuk sudah tiada, berganti tubuh yang bugar dan segar, tapi lapar bukan kepalang. Nggak pakai nunggu lama, kelar mandi dan berpakaian, saya dan Lusi langsung meluncur ke resto hotel yang terletak di lantai dasar. Di sana kami sarapan dengan lahap, bekal energi untuk jalan-jalan keliling Songkhla seharian.

Dan, di saat sarapan inilah terdengar aneka cerita dari mulut para teman perjalanan, bahwa malam pertama di Friendlytel Hotel beberapa orang mengalami cerita seram lho!

"Tadi malam, pas teman saya sudah pada tidur, tinggal saya sendiri, koper saya mondar-mandir jalan depan tivi."

"Lha, pintu lemari pakaian saya buka tutup sendiri."

"Jam 2 bunyi shower kamar mandi, padahal nggak ada yang mandi."

"Pintu kamar kami diketok-ketok jam 1-an, pas diintip ga ada siapa-siapa."

"Gak tahu jam berapa, kayak ada yang bikin minuman, ngaduk-ngaduk gelas."

Wadaaaawwww....saya kira saya dan Lusi cuma lebay aja kebanyakan halu, ternyata yang lain malah beneran mengalami hal seram sampai lihat koper mondar mandir depan tipi haha.

Saya tuh pagi itu, sebenarnya udah positif thinking ya. Bahwa, apa yang terjadi di kami tuh akibat kami udah kelelahan, ngantuk, dan mulai deh mikir yang aneh-aneh. Lagipula, saya dan Lusi memang nggak lihat apa-apa kok. Nggak dengar apa-apa juga. Cuma ketakutan gak jelas aja.

Eeeeh pas yang lain pada cerita, ternyataaaa itu tuh ADA! wkwk

Tapi tunggu dulu, saya nggak bermaksud mengatakan hotel ini seram ya. Soalnya, dari 400an wisatawan rombongan kami yang nginap di hotel ini, cuma segelintir saja yang punya cerita seram. Yang lainnya nggak ada dong. Tapi, entah juga kalau ditutupi haha. Atau, memang ada orang-orangnya juga kali ya. Ada yang diusili, ada yang enggak.

16/2/2019 - Sarapan bersama

Sambil sarapan sambil nguping cerita seram dari teman perjalanan lainnya

Dua malam di Friendlytel Hotel

Seingat saya, ada info bahwa kami akan diinapkan di suatu hotel, tapi karena penuh, akhirnya pindah ke Friendlytel Hotel. Saya pribadi, tak masalah, yang penting hotelnya tetap layak, dan masih sesuai dengan hotel yang dijanjikan. Friendlytel Hotel bagus-bagus saja kok fasilitasnya. Buat tidur saja kan? Lebih dari cukup. Toh, di siang hari sampai malam kami banyak kelayapan keliling ke tempat-tempat wisata di Hat Yai, bukan berdiam di hotel.

Soal kejadian seram, saya tak pernah menganggap bahwa hotel bintang 5 dengan gedung baru paling modern pun akan bebas dari hal-hal menyeramkan. Setiap tempat, ada saja gangguan, kalau biasa diusili. Buat yang "peka", pasti tahulah ya, bahwa di mana-mana itu ada.

Lain halnya dengan saya, yang aslinya memang penakut, apa aja dibayangin ada. Padahal, nggak pernah melihat sesuatu yang aneh-aneh, termasuk mendengar suara-suara, nggak pernah. Tapi karena takutnya lebih besar, yang seram-seram seolah selalu mengikuti haha.

Saya bukan pemberani, tidur sendiri di hotel tuh cobaan banget rasanya, bikin menderita ketakutan haha. Ada teman pun, kalau temannya penakut juga, ya sama aja. Bukannya jadi berani, malah lebih ngeri, kayak pas masuk kamar mandi sama Lusi itu, wong cuma pandang-pandangan di kamar mandi kayak mencoba mendengar atau melihat sesuatu padahal nggak ada, akhirnya malah jejeritan ketakutan. Ini sih, yang ada malah hantunya kali yang takut sama kami hahahaha.

Tapi bener sih, apa yang dibilang sama mas bell boy yang ngurus koper kami malam-malam, "jangan lupa ucap salam dan baca doa, biar tenang." 

Di mana pun dan kapan pun, penting banget memang mengingat dan menyebut nama Allah, karena Tuhan saja yang Maha Pelindung dan Penenang, lebih besar dari apapun, dan yang seharusnya ditakuti. Sama hantu yang cuma ada dalam pikiran kok takut, giliran gak solat ga takut? Kira-kira gitu ya...pesan buat para pejalan. 

Rumah ibadah di dekat hotel

2 dari 4 bus yang membawa kami dari Malaysia-Singapore-Thailand

Kendaraan umum Tuk-Tuk, parkir di seberang hotel, dan ada lapak dagangan tiap pagi di depan hotel 

Sudah pernah nyobain naik Tuk-Tuk?
 

Tiga hari dua malam di Hat Yai, saya keliling Songkhla mengunjungi Sleeping Budha Temple, Samila Beach (mermaid statue), Big Bee Garden, Klong Hae Floating Market Hat Yai, serta beberapa tempat wisata belanja dan wisata kuliner terkenal di Songkhla. Dinner di Lee Gardens di hari pertama dan dinner di Chalee D'Hat Yai di hari kedua, nyobain street food, dan belanja oleh-oleh di sentra oleh-oleh Songkhla. Semua itu, akan saya ceritakan pada tulisan lainnya, nantikan di blog ini juga, ya.

Yang menarik dari Hat Yai, kota ini ramah wisatawan muslim. Hat Yai memang berpenduduk mayoritas muslim, tak heran bila ia menjadi destinasi wisata ramah muslim di Thailand.

Kapok nggak nginap di Friendlytel Hotel? Enggak sih. Tapi akan saya pertimbangkan kalau ada pilihan lain.

Cerita saya tentang Hat Yai juga bisa ditonton dalam video yang telah saya upload di channel saya Katerina. S berikut ini.

Silakan di tonton, jangan lupa subscribe, komen, dan like. Terima kasih banyak, ya!

Kuliner Thailand Sarat Bumbu, Sedap dan Pedasnya Bikin Ketagihan

kuliner thailand paling populer

Travelerien.com

Thailand memiliki kekayaan wisata alam, budaya, dan kuliner yang sangat luar biasa. Siapapun pasti tergoda untuk berkunjung dan menikmati setiap suguhan wisatanya. Namun, sependek menjadi travel dan food blogger, saya belum pernah melakukan perjalanan ke Thailand khusus untuk berwisata maupun meliput kuliner khasnya. Keinginan untuk melihat, lalu menuliskannya dalam sebuah catatan perjalanan, masih menjadi sebuah cita-cita yang belum kesampaian.

Selama ini saya masih konsisten melakukan traveling keliling Indonesia. Namun bukan berarti saya tidak menaruh keinginan untuk berwisata lagi ke negara lain. Takdir saya saat ini adalah masih setia menunggu waktu dan kesempatan itu datang kembali. Sambil menunggu, saya mengisi kegiatan dengan menulis artikel perjalanan di beberapa majalah dan koran, blogging, dan berbagi foto perjalanan lewat Instagram. Barangkali dari sana, muncul peluang yang bisa mengantarkan saya pada tempat-tempat menarik di luar Indonesia seperti Thailand. Salah satunya dengan mengikuti Writing Challenge Competition yang diselenggarakan oleh @yukmakancom dan @wisatathailand

Dalam kaitannya dengan aktivitas traveling, saya pernah beberapa kali menjumpai makanan Thailand di daerah-daerah (di Indonesia) yang saya kunjungi. Salah duanya saat sedang traveling ke Banyuwangi Jawa Timur dan Lampung, Sumatera. Sedangkan sependek saya menjadi food blogger, saya pernah secara khusus diundang oleh sebuah kedai Tom Yum di daerah Bintaro, Tangerang Selatan, untuk meliput dan mereview masakan Thailand. Nah, secuil pengalaman  kuliner Thailand inilah yang akan saya ceritakan di sini.

Tom Yum Restoran Watu Dodol Banyuwangi
 
Tahun 2015 lalu, saya berlibur ke Banyuwangi bersama empat sahabat. Tujuan kami adalah menyeberang ke Pulau Menjangan, Bali. Empat sahabat saya tersebut berangkat dari kota dan negara yang berbeda. Mereka adalah Ira (Jerman), Zulfa (India), Andriyani (Bandung), dan Lestari (Semarang). Saya sendiri berangkat dari Jakarta. Kami menginap di Hotel Watu Dodol yang terletak di kawasan pantai Watu Dodol, sebuah tempat yang menjadi titik awal penyeberangan kami ke Pulau Menjangan.
 
Kami berlibur selama 3 hari 2 malam (31 Juli s/d 2 Agustus 2015). Selama menginap di Hotel Watu Dodol, kami lebih banyak makan makanan restoran hotel. Nah, di Restoran Watu Dodol inilah kami menemukan masakan Thailand, yaitu Tom Yum. Makanan ini merupakan hidangan pembuka yang disarankan oleh manager hotel yang saat itu dijabat oleh Pak Moses. Menu Tom Yum kami nikmati saat makan malam.  

Tom Yum di Restoran Watu Dodol. Pedas, panassssss......

Restoran Watu Dodol terletak di pinggir pantai. Desain bangunannya terbuka, membuat hawa dingin dan angin malam langsung mengenai badan. Untuk kondisi seperti itu, mengawali santap malam dengan Tom Yum pedas dan hangat sangat bermanfaat. Setidaknya membangkitkan selera makan untuk hidangan-hidangan berikutnya.

Tom Yum disajikan dalam sebuah mangkok besar. Warna kuahnya orange tajam. Di dalamnya berisi potongan tahu Jepang, fillet ikan goreng, kepiting dan udang. Di atasnya, terserak irisan cabe rawit utuh dan irisan cabe hijau. Bumbunya Tom Yum terasa lebih tajam dari yang biasa saya coba. Rasa rempah begitu kuat, rasa pedas dari serai pun sangat terasa. Kelezatan Tom Yum ini membuat kami berlima ketagihan. Satu mangkok besar Tom Yum habis tak bersisa. Badan jadi terasa hangat, makan pun jadi nikmat, ditemani nyanyian ombak, juga gemerlap bintang dan cahaya purnama yang jatuh di atas laut.

Pengalaman saat traveling dan kulineran Tom Yum di Watu Dodol : Watu Dodol, The Best Sea View Resort 


Isi mangkuk Tom Yum nya sedikit lagi habis :D
Nasi Goreng Tom Yum ala Tomyam Kelapa
 
Sebagai food blogger, saya telah beberapa kali mendapat undangan untuk mereview makanan suatu restoran. Acara yang diliput bermacam-macam bentuknya. Kadang launching menu, launching restoran, perkenalan chef baru, dan sebagainya. Undangan sebagai food blogger yang datang kadang tidak sebatas mereview/meliput acara yang terkait makanan siap santap saja, kadang juga mereview bahan pembuat makanan, misal perusahaan pembuat tepung. Sebagai food blogger saya juga kadang diundang acara demo masak, pameran produk makanan, dll.

Dari undangan review makanan yang pernah saya terima, saya pernah diundang untuk mereview masakan Thailand dari Tomyam Kelapa Saung Ibu. Rumah makan tersebut memang spesialis masakan Tom Yum dan beberapa jenis chinesefood. Pemiliknya dulu pernah tinggal di Malaysia dan Thailand. Namanya Baha, dia juga seorang blogger. Ketika tinggal di negara tersebut, Baha belajar cara memasak makanan setempat. Setelah pandai, ia kembali ke Indonesia, lalu membuka rumah makan Tom Yum.

Sebagai menu andalan, Tom Yum menjadi makanan pertama yang saya review. Saya pernah menuliskannya di blog. Tom Yum Kelapa adalah Tom Yum yang disajikan dalam kelapa. Modifikasi ini tidak membuat ciri khas Tom Yum hilang. Justru terlihat unik. Selain Tom Yum, makanan Thailand lain yang saya gemari di Tomyam Kelapa adalah Nasi Goreng Tom Yum.
nasi goreng thailand enak
Nasi Goreng Tom Yum Seafood


Dinamakan Nasi Goreng Tom Yum karena nasi goreng menggunakan bumbu khas Tom Yum. Enaknya dimakan saat masih panas. Ada rasa asin, kecut, dan pedas. Nasi goreng terbuat dari bahan-bahan antara lain nasi, minyak goreng, bawang putih dikeprek, serai diiris, cabe diiris, daun jeruk diiris, bawang bombai diiris, telur, pasta tom yum, chicken powder, minyak cumi, gula pasir, minyak wijen, sawi, kol. Untuk topping sesuai selera. Bisa ayam, udang, cumi, daging, bakso, sosis, dan tambahkan bawang goreng. Kesukaan saya Nasi Goreng Tom Yum Seafood dengan topping cumi, udang, dan taburan bawang goreng.

Cara membuat nasi goreng tom yum cukup mudah. Berikut adalah langkah-langkah yang diajarkan oleh chef Tom Yum Kelapa, yaitu: Tumis semua bahan, masukkan nasi, aduk. Tambahkan bumbu-bumbu seperti saos tom yum, minyak cumi, gula pasir, aduk rata. Terakhir tambahkan topping sesuai selera. Taburkan bawang goreng dan beri garnis berupa tomat dan timun. Saya paling suka irisan serai dan daun jeruknya. Kalau tergigit, ada rasa kecut-kecut pedas. Tapi, makin pedas makin enak. Makin nafsu makan.

Baca tulisan tentang Tom Yum Kelapa yang pernah saya posting : Santap Tom Yum di Saung Ibu Bintaro


Selain Nasi Goreng Tom Yum, ini menu Thailand lainnya di Saung Ibu: Tom Yum Kelapa

Thai Fried Rice ala Granny’sNest Resto

Saat mengikuti Festival Teluk Semaka di Lampung pada November tahun 2015, saya dan para travel blogger yang menjadi undangan, sempat bermalam di salah satu hotel backpacker yaitu OmahAkas. Hotel yang lebih dikenal sebagai salah satu guest house syariah terbaik di Lampung ini memiliki restoran bernuansa chabby vintage style yaitu Granny’sNest Restoran. Yang menarik dari restoran ini adalah ragam sajian menunya. Tersedia makanan tradisional Indonesia, hingga makanan khas dari negara lain. Salah satunya makanan Thailand.

Malam terakhir di Lampung kami makan malam di Granny’s Nest. Dari sekian banyak menu istimewa yang ada dalam buku menu, saya memilih Thai Fried Rice. Saya memesannya dan mendapatkan sebuah sajian nasi goreng dalam potongan buah nanas yang telah dikeruk isinya. Nasi tersebut dikenal sebagai Nasi Goreng Nanas Thailand. Orang Thailand menyebutnya Khao Pad Sapparot.
 

Suasana makan malam di Granny'sNest bareng teman-teman travel blogger

Nasi goreng nanas merupakan salah satu makanan populer di Thailand. Keunikannya terletak pada pemakaian nanas sebagai topping nasi goreng. Nasi goreng nanas bisa berisi udang, ayam, telur atau sayuran. Sesuai selera. Waktu itu saya pesan isi ayam dan telur. Dalam versi lebih mewah nasi goreng nanas biasanya diberi tambahan kismis dan kacang-kacangan.

Bumbu nasi goreng nanas terdiri bawang merah, bawang putih dan cabai. Setelah ditumis, tambahkan nasi, masak dalam api besar selama 3 menit. Nasi dibumbui dengan kecap ikan, soy sauce, bubuk kari, garam dan gula secukupnya. Mudah bukan?



Cerita kuliner Thai Fried Rice di Granny'sNest dapat dibaca di sini: Santap Malam di Granny'sNest
 

nasi goreng nanas thailand
Khao Pad Sapparot, nasi goreng nanas Thailand

Demikianlah sedikit cerita saya tentang masakan Thailand yang pernah saya cicipi saat traveling, maupun saat diundang oleh rumah makan yang menyajikan masakan Thailand. Semuanya berlokasi di Indonesia. Harapannya sih, moga saja tahun ini bisa mencicipi langsung di negaranya. Tapi yang halal, karena saya muslim.

Rasa pedas dan penuh bumbu, namun dipadu dengan keseimbangan rasa manis, asin, masam, pahit, dan pedas, merupakan ciri khas utama masakan Thailand. Di Thailand terdapat empat jenis masakan daerah yang berasal dari empat daerah utama yakni Thailand Utara, Thailand Timur Laut, Thailand Tengah, dan Thailand Selatan. Masing-masing masakan dari daerah tersebut mendapat pengaruh dari masakan Cina dan masakan negara-negara tetangga. Seperti halnya masakan Indonesia, masakan Thailand pun banyak menggunakan sayur-sayur segar, rempah-rempah segar maupun rempah-rempah kering, serta pemakaian santan dan kunyit segar dalam masakan. Hal ini mengingatkan saya pada masakan Sumatera terutama gulai-gulai bersantan dengan bumbu rempah yang sangat kental.
 

Mango Sticky Rice, makanan Thailand yang paling saya suka dan wajib dicicipi saat berkunjung ke Thailand

Masih banyak jenis makanan Thailand lainnya yang bisa dicoba. Khao pad (nasi goreng), Khao Tom (bubur asin), Khao Niaw, aneka Thai Curry dan Soup seperti  Gaeng Massaman (Kari yang di sajikan dengan kacang dan kari kentang), Gaeng Kiaw Wan (kari hijau Thailand), Gaeng Daeng (kari merah), Tom Kha (Sup kelapa yang disajikan di antara sup dan kari), serta Tom Yam Kung (sup Thai klasik). Ada pula aneka hidangan mie yang disajikan dalam berbagai bentuk dan ukuran, seperti Pad Thai, Rad Naa dan Gway Tiow. Makanan penutup yang populer berupa buah mangga yang dilumuri santan manis. Sedangkan salad Thai (yam) umumnya terbuat dari sayuran mentah dicampur dengan cabai, jeruk nipis, dan kecap ikan, meskipun beberapa, seperti Yam Neua (Thai salad daging sapi) mengandung daging. Som Tam, Yam som-o, Yam Neua, Yam Wonsan.

Itulah nama-nama makanan Thailand yang saya tahu. Ada yang saya ketahui karena pernah memakannya, ada juga yang saya ketahui dari buku/majalah yang saya baca. Tidak sedikit yang saya ketahui dari artikel-artikel online. Kebanyakan makanan Thailand menggunakan daging babi. Namun di Indonesia, pada restoran tertentu makanan disajikan dengan menggunakan bahan lain seperti ayam, ikan, kepiting, dan cumi saja.