Tampilkan postingan dengan label wisata religi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata religi. Tampilkan semua postingan

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri | Memetik Buah Hikmah Dari Ikhlas | Memanjatkan Doa di Usia 40

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok

Akhirnya punya kesempatan berkunjung ke Masjid Kubah Emas Depok. Sebuah masjid megah yang menjadi salah satu dari 7 masjid berkubah emas yang ada di dunia. Mengunjungi masjid berarsitektur indah ini, selain membuat jiwa yang kering kembali menjadi basah oleh hikmah-hikmah religi, juga memberi manfaat besar untuk menyegarkan pikiran. 

Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri Depok
Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Ungkapan Syukur Atas Usia

Suami sudah lama ingin ajak saya berkunjung ke Masjid Kubah Emas, baru bulan Juni tahun 2018 ini kesampaian. Lokasi masjidnya di Depok, di kota tempat mertua tinggal. Dekat dan mudah didatangi. Tapi ada saja yang membuat kami belum jadi ke sana. Mungkin dulu niat belum kuat ya, sambil lalu saja, makanya belum jadi-jadi. Selain memang belum sempat, mungkin merasa tempatnya dekat dan bisa mampir kapan saja, jadinya malah terlewat terus.

Kali ini niat suami tampaknya sudah kuat. Keinginannya mengajak ke Masjid Kubah Emas akhirnya terwujud. Momennya pun pas, masih dalam suasana lebaran bulan Syawal 1439H. Istimewanya, ajakan ke masjid ini untuk mensyukuri hari kelahiran saya yang jatuh di bulan puasa, 4 hari sebelum hari Raya Idul Fitri.

“Di usia 40 ini, momen tepat untuk merenungi kehidupan yang sudah dan sedang dijalani. Jadi kita ke masjid, untuk sama-sama berdoa dan bersyukur dengan sungguh-sungguh. Berharap berkah di sisa usia, ampunan, serta ridho Allah SWT,” ajak suami.

Ajakan mana lagi yang lebih romantis dari itu? Meleleh hati dibuatnya. Pergi ke masjid untuk berdoa, sebaik-baik pengingat akan usia…bukan kemana-mana lagi.

Simak terus ya, nanti saya ceritakan lebih jauh tentang masjidnya. 

Berwisata religi di Masjid Kubah Emas, Berdoa dan Bersyukur

Hadiah di Usia 40 Tahun

Waktu begitu cepat berlalu, tahu-tahu sudah 40. Rasanya baru kemarin usia 30, saat lahiran anak kedua. Eh sekarang sudah kepala 4. Sudah tua. Entah kapan maut menjemput. Misteri.

Selama 40 tahun hidup ada banyak kisah yang dialami. Ada banyak manisnya, sesekali ada pahit. Ada banyak bahagia, kadang ada sedih. Soal bekal untuk akhirat? Sungguh diri ini merasa masih jadi mahluk Tuhan paling banyak salah dan dosa. Bahagia banyak, ujian juga ada. Dan Allah tetap beri saya nafas untuk lanjutkan hidup.

Benar kata orang bijak, tambah usia itu bukan untuk hore hore, tapi disedihi. Karena usia bukan tambah panjang, tapi makin dekat pada kematian. Apalagi buat saya yang merasa belum punya banyak bekal untuk di akhirat. Sedih pisan euy.

Bersyukur punya suami yang selalu membesarkan hati. Saat saya sehat dan bahagia, ia melambungkan syukur setinggi langit. Saat saya lemah, salah dan dipenuhi penyesalan, ia kuat menyemangati, merangkul dengan penuh cinta, mengajak untuk bangkit dan berbuat lebih baik.  Tak kenal lelah, tak pernah jera, teguh mendampingi mereguk hikmah dari segala yang terjadi.

Masha Allah. Bulan Ramadan, bulan Juni, bulan kelahiran, menyadarkan kembali kalau saya punya pasangan hidup begini baik, pelengkap segala kekurangan. Dialah hadiah terindah dari Allah SWT, di ultah kali ini.

Nikmat mana lagi yang akan saya dustakan? 

Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri Depok
Masjid Kubah Emas, fenomenal dan terindah di Indonesia

Doa usia 40 tahun dalam Islam

Bukan ucapan selamat ulang tahun semoga panjang umur yang saya dengar. Apalagi janji-janji lebay ingin beri ini itu atau ajak ke sana ke sini. Saya tahu betul sifatnya. Seorang yang pantang berjanji, tapi lebih mementingkan bersikap baik. Ia sangat terbiasa menunjukkan kasih sayang dalam perbuatan nyata. Tanpa dusta, tanpa drama-drama.

Nasihat sesuai agama jadi ucapan paling berbobot yang saya dapat darinya. Tentang Al-Qur’an yang memberikan apresiasi tersendiri terhadap tahapan manusia kala mencapai usia 40 tahun yang disebutkan secara eksplisit dalam sebuah ayat.
Allah berfirman; “Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim”. [QS. al-Ahqâf: 15]


Menurut para pakar tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada ayat ini, karena pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosional, karya, maupun spiritualnya. Seperti ucapan Imam Al- Ghazali: “Usia 40 tahun adalah sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupannya nanti.”

“Allah Maha Rahman dan Rahim. Tidak ada kata terlambat bagi siapa saja untuk membenahi diri, senyampang nyawa belum sampai tenggorokan.”

Ucapan mana lagi yang lebih indah dari doa dan pesan-pesan bijaksana yang menyejukan jiwa raga seperti itu?  Tergugu saya dibuatnya. 


Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Menuju Masjid Kubah Emas

Ke Masjid Kubah Emas saya diajak untuk berdoa dan merenungi usia.

Kami berkendara mobil dari BSD. Berangkat sekitar pukul 07.30 WIB. Lewat Pamulang, Kampus Universitas Terbuka, terus lurus ke Pondok Cabe. Dari sana kami tinggal mengikuti petunjuk Google Map ke arah Cinere hingga ke Jalan Meruyung Raya di Limo.

Biasanya kalau menggunakan bantuan Google Map, diberi jalan dengan rute tercepat. Kadang jalan yang dilalui bukan jalur yang biasa orang ketahui. Kami sempat dibawa melewati jalan perumahan. Walau agak berliku tapi lancar jaya sampai tujuan. Waktu tempuh sekitar 30 menit dari BSD.  

Lokasi Masjid Kubah Emas Depok

Saya tidak menyangka kalau jarak Masjid Kubah Emas cukup dekat dari BSD. Malah lebih jauh ke rumah mertua, padahal sama-sama di Depok. Lokasinya cenderung lebih dekat ke arah Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan. Selama ini kami pun tidak tahu ternyata jalan ke arah masjid ini, bila dari arah Sawangan, sering kami lewati jika dalam perjalanan menuju Depok.

Letak Masjid Kubah Emas agak ke dalam, kurang lebih 100 meter dari jalan raya. Jalan masuknya cukup lebar. Bisa dilalui dua mobil. Lancar buat mobil masuk maupun keluar. Mobil kami melaju sampai mentok ke ujung jalan, ketemu gerbang masjid. Ternyata masih tutup.   




Waktu Berkunjung Masjid Kubah Emas

Waktu buka masjid dari jam 4 pagi sampai jam 7. Untuk keperluan ibadah Subuh. Setelah itu ditutup karena para pekerja akan beres-beres seluruh bagian dalam masjid hingga ke bagian luar masjid. Jam 10 baru dibuka lagi sampai malam hari.

Datang kepagian bikin kami harus menunggu 2 jam. Lama juga. Selain kami sudah ada pengunjung lainnya yang sama-sama datang kepagian. Mobil kami parkir paling depan gerbang. Mobil pengunjung berikutnya ikut parkir di belakang, sampai kemudian jadi ramai, antrian mobil jadi panjang hingga ke jalan raya. Kata warga sekitar, jika sudah panjang, gerbang akan dibuka agar antrian mobil tidak mengganggu arus lalu lintas di jalan raya.

Di depan masjid banyak rumah warga. Mereka berjualan macam-macam; souvenir dan pernak pernih ibadah, sandal sepatu, baju, perhiasan, CD lagu-lagu religi, buku-buku Islami, mainan, makanan, dan minuman. Saya lihat ramai juga pengunjung yang belanja. Ada yang beli sepatu dan sandal, ada pula yang mengisi waktu dengan ngopi-ngopi santai sambil makan bakso dan siomay.

Jika tidak ingin terlalu lama menunggu, baiknya datang jelang waktu buka masjid. Kami datang pagi guna menghindari cuaca panas di siang hari. Tadinya malah mau datang subuh, salat di masjid, sekalian mau motret matahari terbit berlatar kubah emas.  

Jalur pejalan kaki di kawasan Masjid Kubah Emas

Aturan Memotret di Masjid Kubah Emas

Saya ngobrol dengan petugas jaga gerbang. Katanya meskipun jam berkunjung belum tiba, kalau mau masuk boleh saja. Tapi tidak boleh jauh, apalagi sampai masuk masjid. Motret pun boleh, hanya dari sekitaran gerbang dan pos jaga. Dari gerbang utama ada jalan turunan. Batas boleh motret pas di ujung turunan itu. Lumayan kalau mau motret landscape udah dapat, malah bisa dapat gambar utuh bangunan masjidnya.

Di tempat tertentu seperti rumah ibadah biasanya ada aturan untuk mengambil gambar. Di Masjid Kubah Emas larangan memotret berlaku pada bagian dalam masjid, termasuk semua kegiatan ibadah yang berlangsung di dalamnya. Kalau luar masjid bebas, silakan motret dari sudut manapun.

Karena itulah dalam postingan ini teman pembaca tidak akan menemukan foto bagian dalam masjid hasil jepretan saya. Buat yang mau foto-foto prewed, wajib lapor ke petugas. 

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Tiket Masuk Pengunjung Masjid Kubah Emas

Pengunjung Masjid Kubah Emas tidak dikenakan biaya. Gratis! Hanya kendaraan saja yang bayar Rp 15.000,- per mobil. Tarif tersebut buat sekali masuk. Tidak pakai jam-jaman. Mau sebentar atau lama harganya sama.

Pagi itu saya melihat banyak orang masuk di luar jam kunjung tapi dibiarkan saja, ternyata mereka para pekerja di masjid. Komplek masjid dengan banyak bangunan dan dikelilingi oleh taman yang luas tentu membutuhkan banyak orang untuk melakukan perawatan harian. Para pekerja itulah yang melakukannya.

Jam 9 tiba-tiba gerbang dibuka, lebih cepat 1 jam dari jadwal semestinya. Ternyata antrian mobil pribadi dan bus-bus sudah mengular. Kami akhirnya masuk dan langsung mencari parkir. Tempat parkirnya luas, bisa muat banyak motor dan mobil pribadi, termasuk bus-bus besar. Ada beberapa orang yang mengatur kendaraan parkir. Saya kurang tahu apakah tarif parkir bus juga sama dengan mobil-mobil kecil. Mesti cek lagi. 

Butik di kawasan Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina]


Apa yang Perlu Dibawa Saat Berkunjung ke Masjid Kubah Emas?

Namanya juga masjid, kita muslim datang untuk ibadah. Pastinya bawa perlengkapan ibadah seperti mukena, sarung, Al Quran. Kalau nggak bawa, jangan khawatir, semua perlengkapan itu tersedia banyak. Kalau bisa bawa sendiri sih lebih baik.

Kamera jangan sampai ketinggalan karena selain untuk beribadah, pastinya juga ingin menikmati keindahan arsitektur masjidnya dan mengabadikan gambarnya. Kalau berkunjung siang hari saat cuaca sangat terik, jangan lupa bawa payung atau topi. Kaca mata hitam juga perlu buat yang nggak tahan silau.

Keliling masjid bikin haus, apalagi siang-siang. Badan keringatan, tenggorokan pun cepat kering. Daripada bolak balik keluar gerbang nyari minuman, mending sedia minuman dalam tas. Di areal masjid tersedia tempat jualan makanan dan minuman, bisa juga sih beli di situ. Tapi ya itu tadi, kawasan masjid ini kan luas. Mesti jalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya. Tenaga baiknya dihemat.

Oh ya satu lagi, masjid ini terbuka untuk pengunjung non muslim. Jika memasuki area masjid disarankan mengenakan busana yang sesuai. Kalau terlanjur datang dengan busana yang belum pantas, bisa lapor ke petugas masjid dulu, biasanya akan dipinjami. 

Payungan di Masjid Kubah Emas

Majalah Masjid Kubah Emas

Sebelum saya cerita lebih jauh tentang masjid Kubah Emas, saya info dulu ya kalau di masjid ini sedia Majalah Kubah Emas. Majalah ini dibuat oleh tim redaksi dan marketing Masjid Kubah Emas dengan pelindungnya Ibu Hajjah Dian Al Mahri. Insha Allah isinya akurat.

Kita bisa mendapatkan majalahnya dengan membayar sebesar Rp 25.000 / majalah. Majalahnya berisi informasi mengenai sejarah berdirinya masjid, berbagai kegiatan masjid, informasi fasilitas masjid, hingga artikel-artikel hikmah. Nah, beberapa informasi penting mengenai masjid yang saya tulis di sini bersumber dari majalah tersebut.

Sebagai objek wisata religi, mungkin kita berharap ada guide di masjid. Saya kemarin sempat tanya security, pada siapa saya bertanya jika ingin tahu tentang masjidnya. Dia tidak menyebut seseorang, tapi katanya kalau mau tahu banyak perial masjid bisa baca-baca di majalah. Dari informasi inilah kemudian saya berburu majalahnya. Cukup tebal 68 halaman, isinya pun sangat lengkap. Jadi enak tinggal baca. Kalau diterangkan langsung oleh guide mungkin perlu waktu agak lama. 

Majalah Masjid Kubah Emas

Pendiri Masjid Kubah Emas Depok

Masjid Kubah Emas adalah sebuah mahakarya. Dilihat dari segi bangunan saja sudah cukup bikin mata terbelalak, apalagi saat mengetahui dari segi nilainya. Siapakah sosok pendirinya?

Di balik kemegahan Masjid Kubah Emas ada figur yang begitu gigih dan ikhlas dalam berjihad di jalan Allah SWT. Beliau adalah Ibu Hajjah Dian Djuriah Maimun Al Rasyid. Ibu Hajjah Dian rela mengorbankan hartanya demi untuk tegaknya syiar Islam di bumi ini. Tak tanggung-tanggung harta yang dikumpulkan dengan jerih payah, beliau ikhlaskan untuk mengagungkan nama-NYA.

Semangat, kegigihan, dan keikhlasan Ibu Hajjah Dian dalam berdakwah membesarkan nama Allah SWT mampu melahirkan mahakarya hebat di negeri ini. Namanya pun dilekatkan pada nama masjid, yaitu Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri. Masjid yang kemudian dikenal oleh seluruh dunia, kebanggaan Indonesia karena menjadi salah satu dari 7 masjid berkubah emas yang ada di dunia. 

Sosok Ibu Hajjah Dian Al Mahri, foto dalam majalah


Cikal Bakal Berdirinya Masjid Kubah Emas

Bagi umat Islam, kekayaan hanyalah titipan Allah SWT, dan kelak akan ditanyakan dari mana sumbernya serta peruntukkannya untuk apa. Selain itu, Islam menganut konsep, dalam harta setiap muslim itu ada hak orang miskin, dan itu harus ditunaikan berbentuk zakat agar mensucikan harta yang dimiliki.

Ibu Hajjah Dian memahami betul konsep tersebut. Dari awal beliau dikenal sebagai penggiat kegiatan Islam di lingkungan tempat tinggalnya, kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ibu Hajjah Dian memulai dakwahnya sekitar tahun 1985 dengan mendirikan majelis taklim yang jumlah anggotanya sekitar 25 orang. Majelis taklim ini merupakan embrio dakwah beliau.

Ibu Hajjah mengaku bahwa beliau bukanlah seorang ustadzah, namun beliau berusaha untuk mendorong syiar Islam. Baginya, sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Apa yang dilakukan itulah yang akan dipetik. Hidup mencari doa, mati mencari doa. Begitulah prinsip beliau, sungguh bijak.

Berangkat dari prinsip tersebut, Ibu Hajjah kemudian tak segan-segan menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT dengan mendirikan Masjid Kubah Emas, demi menggemakan syiar Islam. Baginya, masjid adalah investasi akhirat. Selain hasilnya bisa dipetik di dunia, di akhirat nanti akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat dan dihindarkan dari api neraka. 

Taman Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Konsep Besar Masjid Kubah Emas

Masjid Kubah Emas adalah mahakarya fenomenal, pengejawantahan dari sebuah keyakinan seorang Ibu Hajjah Dian akan janji Allah SWT.

“Saya mempunyai impian membangun masjid yang megah dan indah dengan gaya arsitektur yang diilhami ciri keislaman yang kuat,” ujar Ibu Hajjah Dian.

Untuk mewujudkan impian besar itu, pada tahun 1996 Ibu Hajjah Dian mulai melakukan perencanaan pembangunan Masjid Kubah Emas. Diawali dengan pencarian referensi masjid ke beberapa negara di Timur Tengah seperti Masjid Al Hamra di Spanyol, Masjid Kesultanan Oman di Oman, Masjid di Karbala Irak, dan beberapa masjid di Turkey. Gaya arsitektur dari masjid-masjid itulah yang menjadi inspirasi dalam rencana pembangunan kawasan masjid Kubah Emas.

Sepanjang tahun 1997 perencanaan konsep besar pun disiapkan. Konsepnya tidak hanya membangun masjid, tapi juga terdapat rumah tinggal Ibu Hajjah Dian, gedung serba guna, dapur umum, cluster villa, ruko, kawasan pendidikan, dan sarana umum. Untuk memetakan seluruh bangunan tersebut, setidaknya dibutuhkan areal seluas 60 hektar.  

Rumah tinggal Ibu Hajjah Dian dan keluarga di kawasan Masjid Dian Al Mahri


Masjid Dibangun Saat Indonesia Dilanda Krisis Dahsyat

Masih di tahun 1997, proses pencarian lahan mulai dilakukan. Lokasi yang diincar tidak terlalu jauh dari Jakarta, mempunyai udara yang relatif sejuk, dan tidak dilalui jaringan listrik tegangan tinggi. Beberapa lokasi sempat jadi pertimbangan diantaranya daerah Sentul Bogor, Cikarang Karawang, Sawangan Depok, dan Parung Bogor. Dari semua alternatif tersebut akhirnya Ibu Hajjah Dian memilih daerah Meruyung, Limo, Depok.

Daerah Limo, Depok, merupakan jalur alternatif perlintasan warga sekitar Sawangan yang akan menuju ke Jakarta melewati Cinere. Kelebihan daerah ini tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Ibu Hajjah Diah di Jakarta dan udaranya relatif masih bagus. Pada pertengahan 1998 pembebasan lahan seluas 3 hektar mulai dilaksanakan. 


Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri Depok

Seperti yang kita tahu, tahun 1998 bangsa Indonesia sedang dilanda krisis sangat dahsyat. Mulai dari krisis keuangan, ekonomi, dan kepercayaan yang ditandai dengan lengsernya mantan Presiden Soeharto dari kursi Presiden ke-2 Republik Indonesia.

Di tengah krisis tersebut, pelaksanaan pembangunan kawasan Kubah Emas tetap dimulai. Ditandai dengan pemancangan tiang pancang pertama di lokasi bangunan masjid oleh Komisaris Yayasan Dian Al Mahri, Ibu Hajjah Dian Juriah Maimun Al Rasyid pada tanggal 27 Oktober 1998.

Setitik cahaya syiar Islam terpancar di tengah kesulitan ekonomi yang sedang melilit bangsa. Di saat semua pembangunan kontruksi berhenti, ketika PHK terjadi di mana-mana, pembangunan kawasan Masjid Kubah Emas justru menciptakan lapangan kerja. Tak kurang dari 1000 tenaga kerja diserap di awal masa pembangunannya. Sebagian besar berasal dari sekitar kawasan pembangunan. 

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Tahap Pembangunan Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri

Pencanangan pembangunan masjid dilakukan pada tanggal 27 Oktober 1998. Setelah itu secara simultan semua pembangunan yang telah direncanakan mulai dibangun. Pemancangan tiang pancang areal rumah tinggal Ibu Hajjah Dian dilakukan pada tanggal 23 Maret 1999. Gedung serba guna di bulan April 2001. Dapur umum di bulan Februari 2002. Akhirnya, semua pembangunan tahap pertama selesai dibangun pada akhir 2005.

Selama proses pembangunan, Ibu Hajjah Dian terjun langsung melakukan pengawasan secara intens. Mulai dari material kontruksi yang digunakan, material finishing, material granit, marmer, hingga pasir pun beliau ikut mengurusnya.

Untuk granit Ibu Hajjah bahkan melanglang buana dari galeri ke galeri lainnya di mancanegara seperti Brazil, Turki, dan Cina. Bahkan Ibu Hajjah sampai mengunjungi lokasi penambangan segala.

“Saya ingin menggunakan yang terbaik untuk keagungan sebuah baitullah,” ujar Ibu Hajjah Dian.

Lampu gantung pun tak luput dari perhatian Ibu Hajjah Dian. Sebuah lampu sangat besar memiliki tinggi 14 meter dengan bentang 6 meter serta estimasi berat 2,5 ton dipesan dan didesain langsung dari pabriknya di Austria. Disain lampu tersebut didapat Ibu Hajjah Dian saat berkunjung ke sebuah masjid di Oman. Pihak pabrik yang membuatnya sempat terkejut karena lampu yang nantinya terbuat dari material solid berlapiskan emas, dan tentunya memerlukan biaya sangat besar, ternyata akan digunakan untuk tempat ibadah.

Dalam pandangan awam saya, amat luar biasa peruntukan lampu dengan biaya sangat besar tersebut. Lain halnya jika lampu itu digunakan untuk bangunan komersil yang tentunya memiliki nilai jual tersendiri terhadap bangunan itu.

Untuk pembangunan bangunan lain, Ibu Hajjah Dian tidak terlalu campur tangan, beliau serahkan pada ahlinya. Hanya pembangunan masjid yang berada langsung di bawah pengawasannya. 

Tampak atas Masjid Kubah Emas

Peresmian Masjid Kubah Emas 

 
Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri diresmikan pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan pelaksanaan salat Idul Adha 1427H. Peresmian dilakukan oleh pendiri masjid Dian Al-Mahri, Hajjah Dian DJuriah Maimun Al-Rasyid dan Drs. H.Maimun Al-Rasyid.

Sejak itu, nama Masjid Kubah Emas tersohor. Begitu pula dengan Ibu Hajjah Dian Al-Mahri sebagai pendirinya, terkenal hingga ke mancanegara. 12 tahun setelah peresmian, saya baru datang dan menyaksikannya. Telat sekali ya :D

Sebutan masjid megah berkapasitas 20 ribu jamaah ini berbeda-beda. Ada yang menyebutnya Masjid Dian Al-Mahri, ada juga yang menyebut Masjid Bu Dian, dan Masjid Kubah Emas. Tetapi orang lebih cenderung menyebut Masjid Kubah Emas sesuai ciri  khas pada bagian kubahnya yang dilapisi emas berwarna kuning, begitupun pernak pernik di bagian dalamnya.

Selama ini saya kira hanya kubah utama dan menara (minaret) saja yang dilapisi emas 24 karat. Ternyata ada bagian lain juga yang dilapisi emas, yakni mahkota pilar/tiang, capital, lampu gantung, railing tangga mezanin, pagar mezanin, ornament kaligrafi di pucuk langit-langit kubah dan ornament dekoratif di atas mimbar mihrab. 

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>


Arsitektur Islam Masjid Kubah Emas

Secara umum arsitekturnya mengikuti topologi arsitektur masjid dengan ciri kubah, minaret, halaman dalam, serta penggunaan detail atau hiasan-hiasan dekoret dengan elemen geometris dan obelick untuk memperkuat ciri keislaman pada arsitekturnya.

Beberapa bagian dari bangunan masjid yang berkarakter keislaman adalah:

Pertama; halaman dalam berukuran 45x57 meter, mampu menampung 8000 jamaah. Salah satu sisinya berhubungan dengan ruang salat sedang tiga sisi lainnya dibatasi selasar dengan deretan pilar-pilar berbalut batu granit dari Brazil. Pilar-pilar tersebut membentuk deretan arcade yang seolah menjadi pembatas dari halaman dalam ini.

Kedua; enam minaret berbentuk segi enam berjumlah enam yang melambangkan rukun iman, menjulang ke angkasa setinggi 33 meter. Keenam minaret dibalut granit abu-abu dari Italia dengan ornamen yang melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.  



Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dengan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamennya. Sedangkan pada kubah mengacu pada kubah  yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah ini melambangkan rukun islam. Seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya didatangkan dari India.

Kaligrafi di masjid ini bergaya tsulutsy dan tersebar di sekeliling ruang salat. Kaligrafi ini ditulis dengan batu marmer hitam yang diselipkan ke dalam marmer putih sebagai dasarnya dengan menggunakan teknik “waterjet”. Penulisannya dikerjakan oleh seorang ahli khat negeri ini yang pernah menuliskan “Mushaf Istiqlal” pada tahun 1994.

Pada dinding depan ruang salat tertulis Surat Al Mu’minun ayat 1-11. Kemudian Surat Thaahaa ayat 14 ditempatkan di portal mihrab. Sedangkan sepanjang dinding sisi utara dan selatan terpampang kalimat syahadat yang berulang-ulang memenuhi setiap segmen fasadnya. Di portal pintu masuk sisi utara dan selatan tertulis doa i’tikaf dan di pintu utama tertulis doa memasuki masjid. 

Langit-langit kubah masjid


Langit-Langit Kubah 

 
Ada kebiasaan yang tidak pernah saya lewatkan ketika memasuki sebuah masjid, yaitu menatap langit-langit kubah. Rasanya ada yang kurang kalau tidak menengadah ke atas dan melihat rupa pada bagian yang satu ini. Nah, langit-langit kubah Masjid Kubah Emas ini bikin saya berdecak kagum. Mirip langit beneran!

Jadi, di langit-langit kubahnya itu terdapat lukisan langit yang warnanya dapat berubah sesuai dengan warna langit pada waktu-waktu salat. Beneran representasi langit. Hal ini dimungkinkan dengan menggunakan teknologi tata cahaya yang diprogram dengan bantuan komputer.

Pada dasar kubah terdapat cincin yang diberi aksen warna emas. Seolah menjadi pembatas cakrawala. Di atasnya terdapat 33 jendela yang masing-masing diisi dengan tiga nama Allah SWT dengan bentuk kaligrafi sehingga seluruhnya berjumlah 99.

Pada puncak langit-langit kubah terdapat ornamen kaligrafi berupa salawat yag terbuat dari lempengan kuningan berlapis emas, seolah sedang terbang ke langit. Selain itu, di tengah kubah tergantung lampu kristal yang serupa dengan yang tergantung di Masjid Sultan Oman. Berat lampu kristal 2,7 ton dengan rangka terbuat dari kuningan yang berlapis emas 24 karat. 

Lampu kristal, pilar-pilar, dan mihrab di ruang salat masjid Kubah Emas


Mihrab Masjid Kubah Emas 

 
Mihrab adalah ruangan yang menjorok ke dalam pada dinding bagian depan masjid yang menunjukkan arah kiblat dan sekaligus sebagai tempat bagi seorang imam saat memimpin salat.

Mihrab masjid Kubah Emas hadir dengan empat pilar berbalut batu granit porto rose dari Afrika Selatan, menyangga portal di atasnya yang menjadi mahkota mihrab, dengan hiasan kaligrafi dari surat Thaaha ayat 14, serta obelisk yang terbuat dari kuningan yang berlapis emas.

Langit-langit mihrab berbentuk setengah kubah yang melambangkan jagat raya tempat seluruh ciptaan Allah berada.

Bagian Dalam Masjid Kubah Emas

Pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi mengisi bagian dalam masjid. Menciptakan skala ruang yang agung. Membawa kesan seakan diri merasa kecil. Membangkitkan suasana tawadhu dalam keagunganNya.

Warna monokrom dengan unsur warna krem mendominasi ruangan masjid. Memberi karakter ruangan yang tenang dan hangat. Materialnya marmer yang kebanyakan didatangkan dari Italia dan Turki. Ornamennya menggunakan marmer warna hitam, mengesankan unsur sakral. Sedangkan warna emasnya untuk keindahan dan kekuatan. 

Taman ini memutari seluruh kawasan masjid Kubah Emas

Menatap Kemegahan Masjid Kubah Emas

Masjid Kubah Emas berciri arsitektur Islam yang kuat, dan memadukan skalanya yang besar dengan detail ornamen yang mencerminkan kemegahan dan keindahan yang hadir bagi diri setiap insan. Banyak pengunjung terkagum-kagum dengan tempat ibadah yang satu ini. Saya pun terpukau dengan aneka kaligrafi dan pernak-pernik berwarna kuning emas.

Sesuai dengan namanya di mana masyarakat menyebutnya dengan nama Masjid Kubah Emas, masjid ini memang menggunakan material emas dengan tiga teknik pemasangan.
Pertama; serbuk emas (prada) yang terpasang di mahkota pilar/tiang kapital.
Kedua; gold plating terdapat pada lampu gantung, railing tangga mezanin, ornamen kaligrafi kalimat tasbih di pucuk-pucuk langit kubah, dan ornamen dekoratif di atas mimbar mihrab.
Ketiga; gold mozaik solid ini terdapat di kubah emas utama dan kubah menara.

Lingkungan Masjid Kubah Emas

Lingkungan masjid didesain dengan menciptakan skala ruang yang menghadirkan kesejukan dan keindahan bagi setiap muslim yang beribadah. Taman-taman masjid mengitari seluruh bagian masjid, membentuk kluster-kluster untuk menciptakan suasana yang berbeda di setiap sudut pandangannya.

Suasana lingkungan tropis dan konsep penataan tamannya mencerminkan konsep taman modern dengan deretan pot-pot yang membentuk deretan arcade, menambah suasana keagungan dari bangunan masjid. 




Pengunjung dari seluruh Nusantara hingga mancanegara

Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri adalah masjid berkubah emas terindah di Indonesia. Tak heran bila ada ribuan umat muslim ingin mendatanginya. Dari waktu ke waktu keingintahuan masyarakat akan masjid yang begitu fenomenal ini semakin besar. Pengunjungnya tak hanya dari pelosok Nusantara, melainkan juga dari penghujung dunia.

Pada hari-hari besar masjid makin banjir pengunjung. Misalnya pada Maulid Nabi Besar Muhammad SAW bulan Maret 2008 lalu, tercatat sekitar 400 ribu orang mendatangi masjid. Umumnya mereka ingin melihat kemegahan masjid. Selain itu, masjid Kubah Emas bisa menjadi alternatif refreshing terbaru bagi umat Islam karena keindahan aristekturnya.

Seperti diceritakan salah satu pengurus Masjid Kubah Emas, ada turis asing non muslim yang berkunjung. Mereka takjub bukan hanya pada kemegahan arsitektur dan disain indah masjid, tapi juga pada kedermawanan Ibu Hajjah Dian dalam membangun rumah ibadah dengan biaya sangat besar dan dari kekayaan pribadi.

Tidak sedikit dari kaum non muslim yang mendatangi Masjid Kubah Emas jadi tertarik mempelajari Islam dan kemudian menjadi mualaf. Ini merupakan salah satu berkah dari Allah SWT yang diberikan kepada umatnya karena keikhlasan untuk berinvestasi di jalan Allah. 

Pengunjung Masjid Kubah Emas

Kegiatan Masjid Kubah Emas

Dalam upaya memakmurkan masjid, DKM Kubah Emas Dian Al-Mahri selalu melakukan serangkaian kegiatan. Di antaranya:
• Pengajian rutin. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 10.00 WIB
• Pengajian Kitab Bidaytul Hidayah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Selasa malam Rabu minggu ke-2 dan ke-4. Kegiatan ini dibimbing oleh KH.Muhammad Junaidi, HMS.
• Majelis Dzikir Hizb Hirzul Jausyan & Qasidah Burdah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap dua bulan sekali, hari Sabtu malam Minggu di Sabtu pertama.
• Istighosah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap 2 bulan sekali di minggu pertama.
• Kultum Ba’da Ashar. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bersama imam masjid Kubah emas.
• Kegiatan Bulan Ramadhan. Kegiatan di bulan Ramadhan dimulai dengan buka bersama dilanjutkan salat maghrib berjamaah, salat Isya. Selanjutnya dilaksanakan salat tarawih 1 juz setiap malam, 20 rakaat+ 3 rakaat witir. Pada tanggal 17 Ramadan diadakan Khatmul Quran sekaligus Peringatan Nuzulul Quran. Sedangkan pada tanggal 16 Ramadan dari ba’da Subuh sampai Magrib Sima’an Al-Quran (khatam 30juz) dan pada malam 17 Ramadannya acara Nuzulul Quran. Tidak ketinggalan di setiap sepuluh terakhir Ramadan dilaksanakan I’tikaf dan qiyamullail dari jam 02.00 sampai 03.00 WIB bersama imam-imam masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri dan hafizh-hafizh Al-Quran juara nasional dan internasional. Selain I’tikaf dan qiyamullail juga ada acara tausiyah yang dilaksanakan sebelum salat malam, dilanjutkan dengan makan sahur bersama yang konsumsinya telah disediakan dari masjid. 

Layanan ibadah umrah Masjid Kubah Emas


Fasilitas Masjid Kubah Emas

Masjid Kubah Emas memiliki sejumlah fasilitas yang bisa digunakan oleh umat untuk beberapa kegiatan. Di antaranya Gedung Serba Guna dan Villa.

Gedung Serba Guna memiliki luas 60x70 meter. Letaknya berdampingan dengan masjid. Bisa digunakan untuk resepsi pernikahan, kegiatan pengajian/zikir akbar, dan kegiatan lainnya yang melibatkan peserta besar. kategori pemakaian gedung minimal 400 undangan, maksimal 1000 undangan, dan di atas 2000 undangan. Selama penggunaan gedung ada aturan di mana semua alat bunyi harus berhenti 5 menit sebelum adzan sampai selesai salat jamaah .

Fasilitas Gedung Serba Guna antara lain ruang rias, toilet VIP, listrik non AC, keamanan dan kebersihan. Uang muka untuk blocking minimal Rp 1 juta.Bagi yang ingin melakukan pemesanan bisa hubungi nomor 021-77880803 dan 0812-95179560.

Terdapat Villa 2 dan Villa 3. Villa ini bisa digunakan untuk bermalam dan kegiatan khusus seperti resepsi pernikahan atau syukuran keluarga. Villa 2 terdiri dari 6 kamar utama, 4 kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu, musala, pantry, balkon, dan halaman villa. Sedangkan Villa 3 memiliki 8 kamar utama, 1 kamar biasa, 10 kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu, musala, pantry, balkon, dan halaman villa.

Fasilitas Villa check in pukul 14.00 WIB, check out maksimal pukul 14.00 WIB. Uang muka untuk blocking time Rp 1 juta. Untuk pemesanan villa bisa menghubungi nomor 021-77880803 dan 0812-95179560.

Masjid Kubah Emas juga bisa digunakan sebagai tempat pelaksanaan akad nikah. Namun ada ketentuan, diantaranya: Hanya dilakukan di ruang utama masjid. Penyelenggaraan akad nikah hanya dilakukan 1 kali dalam sehari dari pukul 07.00-09.30 WIB. Selama acara berlangsung, kawasan Kubah Emas tertutup untuk umum, kecuali keluarga dan undangan. Pengurusan kepada KUA menjadi kewajiban pihak keluarga calon mempelai.

Atas penyelenggaraan dan penggunaan fasilitas yang diberikan dikenakan biaya Rp 5.250.000. Mengenai prosedur dan fasilitas masjid untuk acara nikah bisa ditanyakan langsung ke nomor 021-77880803 dan 0812-95179560.  

Gedung Serba Guna Masjid Kubah Emas


Fenomena Kubah Emas

Sebagai warga negara Indonesia, saya turut bangga karena Indonesia mempunyai masjid yang berkubah emas. 

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri menjadi salah satu dari 7 masjid yang berkubah emas di dunia. Masjid-masjid berkubah emas tersebut adalah:
1) Masjid Qubbah As Sahkrah
2) Masjid Suneri Lahore Pakistan
3) Masjid Jame' Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei
4) Masjid Sultan Singapura
5) Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei
6) Masjid yang terletak di Irak, tapi kubah emasnya telah hancur saat terjadi perang.

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Keikhlasan Demi Syiar Islam

Di muka bumi ini banyak orang yang berharta, namun tidak semua rela mengorbankan sebagian besar harta untuk membangun rumah ibadah. Di negeri ini pun banyak orang kaya. Malahan ada yang masuk deretan orang terkaya di dunia. Namun baru sedikit yang mau menyumbangkan kekayaannya di jalan Allah SWT.

Masjid Kubah Emas adalah tentang keikhlasan seorang Ibu Hajjah Dian dalam menafkahkan hartanya. Kedermawanannya membuat takjub banyak pihak. Termasuk saya pastinya. Syiar beliau melalui Masjid Kubah Emas bergaung ke seluruh pelosok negeri. Dan di balik semua itu, ada dukungan amat besar dari sang suami, Haji Maimun Al- Rasyid terhadap perkembangan dakwah di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri.

Benar seperti yang sudah dikatakan para bijak bestari. Kalau kita yakin dengan janji Allah SWT, maka Allah SWT akan memudahkan jalan bagi umatnya. Ikhlas bukan hanya sekedar lupa setelah beramal, namun ikhlas itu harus ada tendensi yang jelas yaitu ada niat melakukan semua amalnya itu hanya karena Allah SWT.

Sanggupkah hati melepas apa yang menjadi titipan Allah? 



Wisata Religi Masjid Kubah Emas

Masjid Kubah Emas layak untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata religi. Selain dapat menambah wawasan keagamaan, juga dapat memperdalam rasa spiritual. Karena bagaimanapun, wisata religi adalah perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi dahaga spiritual, agar jiwa yang kering kembali basah oleh hikmah-hikmah religi.

Buat saya, wisata religi memberi manfaat besar melepas kejenuhan. Selain menyegarkan pikiran, juga mempertebal keyakinan. Apalagi selama melakukan wisata religi sambil merenungi kehidupan yang sudah dijalani; apakah sudah mensyukuri nikmat yang telah Allah SWT berikan dan apakah sudah memberi manfaat untuk orang lain?

Hikmah 

 
Ikhlas adalah kunci kebahagiaan dan keajaiban. Demikian hikmah yang saya petik dari kisah dibalik berdirinya Masjid Kubah Emas.

Saya berkunjung ke Masjid Kubah Emas pada saat yang tepat. Saat dimana saya memerlukan perenungan atas umur hidup yang berkurang. Bahkan, saat saya sedang butuh membangkitkan gairah cita rasa religius paska diterpa ujian dari luar yang memberondong dengan lancang tak terkendali, datang bagai peluru berlumur dendam yang tak mampu move on dari kemarahan dan kesedihan.

Tapi sungguh, Allah sangat tahu cara memberi saya penghiburan. Momen Ramadan, ultah, dan Idul Fitri yang berturut-turut waktunya pada bulan yang sama, pada akhirnya menghadirkan bunga-bunga syukur yang seketika membuahkan rasa bahagia. 


Jiwa pun seakan menemukan kesadaran kembali bahwa apa-apa yang Allah beri, semuanya adalah titipan. Baik dalam bentuk kebahagiaan maupun kesedihan. Tak ada yang abadi, semua akan kembali padaNYA. Kebahagiaan akan diambil, begitu juga kesedihan, lenyap tak berbekas.  

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina] <Iphone8>

Di Masjid Kubah Emas. Saya jadi menghayati banyak hal. Penghayatan yang dalam.

Adalah dia, hadiah terindah untuk usia 40. Penuh amanah dan selalu berusaha menjaga tangan dan hatinya dari debu dunia, terlebih pada manusia-manusia licik berhati dengki yang hobi menyakiti dari balik topengnya.

Bersyukur dan bersabar, terbitlah bahagia. Inilah yang saya rasakan.

Betapa bermanfaatnya suami mengajak saya kemari. Seperti ada cahaya baru bagi jiwa, berpijar indah membangkitkan gelora asa. 


Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Depok [Dok. Katerina]
 

Kamu pernah merasa begitu syahdu ketika berduaan dengan suamimu di hari istimewa di sebuah masjid? 


Depok, Syawal 1439H. Juni 2018 
www.travelerien.com


Menengok Dua Objek Wisata Religi Khas Wong Kito

Mengunjungi Objek Wisata Religi Kota Palembang

Palembang adalah kota tua yang layak berbangga diri. Di Kota yang pernah menjadi pusat peradaban Kerajaan Sriwijaya ini terdapat banyak objek wisata bernilai tinggi. Dua di antaranya adalah Museum Alquran Raksasa dan Kampung al-Munawar. Bagi wisatawan muslim seperti saya, kunjungan ini tentu tak hanya memberikan pengalaman yang berkesan, tetapi juga membekaskan nilai spiritual.

kampung al munawa
Kampung Arab al-Munawar Palembang
Museum Alquran Raksasa 

Bayt Al Qur’an Al Akbar merupakan mahakarya asli Wong Kito berupa Alquran yang dipahat di permukaan kayu tembesu berukuran panjang 177 centimeter dengan lebar 140 centimeter dan ketebalan 2,5 centimeter. 

Museum Alquran raksasa berlokasi di Jalan M. Amin Fauzi, Soak Bujang RT. 03 RW. 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang. Tepatnya di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus Palembang. Bagi wisatawan yang berasal dari luar kota, akses menuju lokasi bisa dimulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Selanjutnya naik transportasi umum seperti Trans Musi, turun di Halte Jembatan Musi II, kemudian dilanjut naik angkot jurusan Gandus. 

Sesi terakhir perjalanan yang saya tempuh melewati jalan desa yang tidak mulus dengan pemandangan rumah-rumah yang berdiri di atas rawa. Setelah menemukan papan nama bertuliskan Pondok Pesantren Al Ihsaniyah, mobil belok ke kanan, lalu lurus. Tak lama setelah itu, kami pun sampai. Di kawasan ponpes yang didirikan oleh DR. H.Marzukie Ali ini terdapat area parkir dan pondok-pondok tempat penjualan cinderamata. Museum berada di seberang ponpes, bersebelahan dengan rumah pemiliknya. Untuk masuk, kami membayar tiket sebesar Rp 5.000 per orang.

Bangunan museum tampak seperti rumah tinggal pada umumnya. Namun, siapa sangka di dalamnya tersimpan karya seni yang mendunia. Setelah melepas alas kaki, saya memasuki museum. Di dalam, mata langsung disambut Alquran raksasa berbentuk lembaran kayu yang dipasang seperti jendela di bangunan bertingkat lima. Rasa takjub langsung memenuhi ruang hati. Terdengar lantunan ayat suci Alquran yang diputar dari MP3, membuat suasana museum kental dengan nuansa religi. 


alquran raksasa di palembang
Museum Alquran Raksasa di Palembang

Sekilas Sejarah Pembuatan Alquran Raksasa

Menurut sejarahnya, gagasan pembuatan Alquran terbesar tercetus pada tahun 2002 setelah Ustad H.Syowatillah Mohzaib merampungkan pemasangan kaligrafi, pintu dan ornamen Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Sebagai pecinta seni kaligrafi dan ukiran khas Palembang, serta demi kelestarian seni, gagasan tersebut dikerjakan dan akhirnya satu keping lembaran kaligrafi Alquran (Surat Al-Fatihah) berhasil dibuat. Tepat pada tanggal 1 Muharram 1423/15 Maret 2002, atas inisiatif H. Marzuki Alie dan pengurus Masjid Agung Palembang, satu keping Alquran raksasa yang terbuat dari kayu tembesu berukuran 177cmx140cm dengan ketebalan 2,5cm, dipajang pada acara bazar peringatan tahun baru Islam yang diketuai oleh H. Marzuki Alie sendiri.

Proses pembuatan Alquran ukir dikerjakan di kediaman Ustad H. Syofwatillah, di jalan Pangeran Sido Ing Lautan Lr Budiman, No. 1009 Kelurahan 35 Ilir Tangga Buntung Palembang. Awalnya, pembuatan Alquran raksasa diperkirakan selesai tahun 2004, tapi meleset dari target karena terkendala dana dan bahan kayu tembesu yang sudah mulai langka. 


Alquran ukir raksasa dibuat dengan tujuan utama untuk memuliakan Alquran dan mensyiarkan Islam. Supaya awet dan tahan lama, maka digunakanlah kayu tembesu. Sedangkan ornamen-ornamen ukiran khas Palembang dibuat untuk menambah keindahannya, sekaligus untuk mempromosikan budaya dan tradisi Kota Palembang dalam karya seni ukir yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Teknik pengukiran yang rumit dan tidak bisa dikerjakan sendirian, menyebabkan lamanya proses pembuatan. Proses pembuatan mendapat pengawasan yang ketat dan melibatkan berbagai keahlian personil dalam tim. Dari sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Alquran terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton, lalu tulisannya dijiplak ke kertas minyak. Sebelumnya, tulisan ayat Alquran di atas karton dikoreksi dulu oleh tim pentashih yaitu para ulama ahli Alquran dan para hafidz sehingga jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki. 


Pembuatan Al Quran Al-Akbar rampung pada tahun 2008. Ayat Alquran dari juz 1 hingga juz ke-30 berhasil diukir dalam 630 halaman atau 315 lembar kayu. Kurang lebih ada 40 meter kubik kayu yang digunakan. Biaya pembuatan keseluruhan menghabiskan dana sekitar 2 miliar. Peluncurannya dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang oleh Kepala Departemen Agama Provinsi Sumatera Selatan, H.Najib Haitami. Hadir dalam peluncuran para hafizh dan hafizhah se-Sumatera selatan.

Alquran ukir raksasa dipublikasikan pertama kali oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 30 Januari 2012. Peresmiannya bertepatan dengan momentum Konferensi Persatuan Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kota Palembang yang dihadiri oleh sekitar 51 negara Islam di dunia. Disamping peluncuran, dilakukan juga penandatanganan prasasti Al Quran Al Akbar di hadapan peserta konferensi PUIC. Seluruh peserta yang hadir saat itu sepakat menobatkan Al Quran Al Akbar sebagai satu-satunya Alquran terbesar di dunia dari jenis ukiran kayu.

Untuk melihat lebih banyak lagi lembaran kayu, kami masuk ruang galeri. Di balik lembaran kayu yang paling depan terdapat banyak lembaran kayu lainnya di bagian belakang. Beberapa pengunjung tampak berpindah dari lembar kayu yang satu ke lembar lainnya. Saat itu, pengunjung hanya bisa melihat-lihat galeri di lantai dasar. Tangga menuju lantai 2 dan 3 sedang ditutup, sepertinya terkait faktor keamanan.

Kemegahan dan keindahan Al Quran Al Akbar mengundang decak kagum bagi setiap pengunjung yang melihatnya. Tak heran bila Alquran raksasa ini menjadi terkenal di seluruh penjuru Tanah Air. Tak hanya Museum Rekor MURI saja yang memberi pengakuan, bahkan dunia internasional pun mengakuinya sebagai Alquran Ukir terbesar di dunia yang pernah ada saat ini. 


Kampung Arab al-Munawar

Kampung al-Munawar tak hanya memesona dari segi bangunan lawasnya, tapi juga dari rekam sejarah dan budaya. Komunitas Arab yang tinggal di kampung ini adalah bagian dari kekayaan sejarah, budaya, dan intelektualitas kota Palembang. Mereka telah memberi banyak andil dalam perkembangan kota Palembang.

Kampung Arab al- Munawar merupakan salah satu kampung Arab paling termasyhur di Indonesia. Terletak di Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Kota Palembang, atau di sisi bagian Ulu (Selatan) Palembang. Kampung ini tepat berada di pesisir Sungai Musi, tak jauh dari Jembatan Ampera. Untuk mencapai lokasi kampung Arab bisa melalui dua jalur. Jalur pertama lewat darat, jalur kedua lewat sungai dengan menggunakan perahu.

Saya berangkat menggunakan perahu sewa dari Dermaga 16 Ilir Palembang dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Kampung al-Munawar mudah ditemukan karena bagian tepinya yang menghadap ke sungai terpampang tulisan ‘al Munawar’ dan logo ‘Pesona Indonesia’. Ada pijakan kayu untuk mendaratkan kaki, semacam jembatan penghubung menuju daratan. Pagar hitam dan bangku-bangku kayu bercat oranye kecoklatan di jembatan bersanding dengan pot-pot bunga berbentuk kubus, menjadi bagian yang langsung menarik perhatian. 

Kampung Arab alMunawar

Ada rasa nyaman kala melihat bagian tepi sungai al-munawar yang tertata rapi. Nuansa tradisional dibalut dengan sentuhan modern membuat tempat ini menarik untuk dipandangi. Pada sebuah belokan, sebelum kaki menyentuh daratan, ada sebuah Musala yang lokasinya menjorok langsung ke permukaan sungai. Beribadah di sini tentu punya sensasi yang sangat berbeda. Sesampainya di daratan, kami melewati jalan tidak lebar menuju sebuah lapangan, pusat Kampung Al Munawar. Di sini, nuansa tradisional dan kota tua mulai terasa kental.

Di sekitar lapangan yang menjadi pusat kampung Arab terdapat rumah-rumah panggung berusia ratusan tahun yang memiliki keunikan berbeda antara satu dan lainnya. Salah satunya milik Pak Muhammad al-Munawar, Ketua RT yang juga merupakan generasi keenam keturunan langsung leluhur kampung: Habib Hasan al-Munawar. Cicitnya cicit Habib Hasan. Beliau adalah orang pertama yang saya jumpai di sini dan darinya saya memperoleh banyak cerita. 




Dinamakan Kampung Arab karena di sinilah awal para pedagang-pedagang arab bermukim. Sedangkan nama Al-Munawar diambil dari seorang tokoh yang dihormati warga setempat yakni Habib Abdurrahman Al Munawar. Ia adalah salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di masa awal masuknya Islam ke Palembang. Bagi orang Palembang, nama al-Munawar sudah sangat familiar sejak dulu, tapi baru belakangan mulai ramai dikunjungi wisatawan. Tak hanya weekend, tapi juga weekdays.

Sebagai sebuah kawasan yang cukup tua di Palembang, Kampung Arab memiliki delapan rumah tua berusia hingga lebih dari 250 tahun. Terdapat rumah panggung tradisional bergaya limas, ada pula rumah dengan arsitektur yang kental dengan nuansa Timur Tengah dan Eropa. Rumah-rumah tersebut masih kokoh berdiri hingga kini. Rahasianya ada pada kayu yang dipakai sebagai material bangunan yaitu kayu Ulin. Nuansa vintage dan eksotis dari Kampung Arab membuat saya bagai tersedot ke masa lalu.



Sebagian besar rumah-rumah tua telah dihuni secara turun-temurun, sehingga lumrah bila dalam satu rumah dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Pak Muhammad al-Munawar mengajak kami melongok ke dalam rumah Ibu Lathifah al-Kaab, yang masih satu garis keturunan dengan Pak Muhammad. Ibunya Bu Lathifah bermarga al-Munawar. Namun karena menikah dengan pria bermarga al-Kaab, Bu Lathifah dan seluruh saudaranya menyandang nama keluarga al-Kaab.

Rumah Bu Lathifah merupakan salah satu dari delapan rumah asli Kampung al-Munawar yang dibangun di era Habib Hasan. Rumah-rumah tersebut dibangun untuk anak-anak Habib Hasan, dan kemudian menjadi cikal-bakal kampung. Meski berusia nyaris 300 tahun, bangunan lawas dan eksotik ini masih tampak kokoh dan gagah. Nuansa Eropa terlihat dari pintu-pintu dan jendela yang berukuran besar dan tinggi. Bahkan, lantai rumahnya bukan marmer biasa, melainkan granit yang didatangkan langsung dari Italia. 

Salah satu rumah tua di Kampung al-Munawar



Terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kautsar, tempat belajar anak-anak Kampung Arab Al Munawar dan sekitarnya. Sebagaimana kampung tua, bangunan madrasah tersebut juga mempunyai bentuk bangunan yang vintage dan eksentrik. Di Kampung ini, Jumat adalah hari libur, termasuk untuk kegiatan sekolah. Uniknya, di hari Minggu justru sekolah tetap berlangsung. Didekat madrasah juga terdapat sebuah klinik yang dikelola langsung oleh warga setempat.

Ada sekitar 30 kepala keluarga yang mendiami Kampung Al Munawar. Mereka semua mempunyai tali darah persaudaraan karena aturan yang tidak membolehkan mereka untuk menikah dengan orang di luar kampung. Namun aturan itu hanya berlaku untuk para perempuan saja. Para pria tetap boleh menikahi perempuan di luar kampung namun tetap saja darah Arabnya masih kental dari garis keturunan Ayah. Penduduk kampung Arab umumnya berprofesi sebagai pedagang.



Di masa lampau Palembang menjadi salah satu kota tujuan utama para pendatang Arab, selain Aceh dan Pontianak. Mereka adalah pendatang Arab yang benar-benar meninggalkan tanah kelahirannya dan menetap di Palembang, bukan hanya mampir di pelabuhan Palembang dan menetap sementara. Para keluarga Arab telah menetap di Palembang sejak tahun 1732. Di antaranya adalah marga Al-Habsyi, Bin Syihab, As-Saqqaf, Al-Jufri dan Al-Munawar. Sebagian besar pendatang Arab di Palembang berasal dari keluarga Sayyid, yang diyakini sebagai keturunan langsung pendiri agama Islam.

Singkat kata, pendatang Arab yang tiba di Palembang adalah orang Arab dengan garis keturunan terhormat, dari kelas ekonomi menengah, dan terdidik dengan baik. Kombinasi ketiga hal ini yang membuat komunitas Arab di Palembang berkembang pesat secara ekonomi dan membuatnya menjadi sangat penting.



Kampung Al-Munawar dapat dikunjungi setiap hari. Untuk kegiatan wisata dapat dilakukan mulai dari jam 7:30 pagi sampai 5 sore. Hari Jumat adalah hari libur di kampung ini sehingga kegiatan wisata juga tidak diizinkan. Jika dulu bebas biaya, kini Kampung Al-Munawar sudah mematok tiket sebesar Rp 2.000 untuk tiap wisatawan yang datang berkunjung.

Nilai-nilai Islam menjadi atmosfer utama di Kampung Arab. Karena itu, para warga menyediakan sarung bagi laki-laki, serta penutup aurat bagi perempuan. Hal tersebut menunjukkan norma dan budaya kesopanan yang selalu dijaga, baik oleh warga setempat maupun wisatawan yang berkunjung. Dalam moment-momen khusus seperti Tahun Baru Islam, Maulid Nabi, dan Ramadhan, warga kampung Arab menggelar berbagai acara budaya seperti kesenian gambus. Inilah yang juga menjadikan Al-Munawar sebagai salah satu lokasi wisata religi terbaik di Palembang. 




Kampung Arab Al-Munawar tetap terjaga kelestariannya meskipun sudah berusia ratusan tahun. Sejak tanggal 11 Februari 2017, Kampung Al Munawar resmi sebagai destinasi wisata budaya dan religi di Palembang. Ke depannya, sejumlah rumah tua juga akan diplot sebagai homestay demi menyambut perhelatan Asian Games 2018 dan MotoGP. Kampung bersejarah nan unik ini termasuk luar biasa karena dari hulu dan sepanjang Sungai Musi, bergulir keberagaman budaya. Indonesia tentu bangga memiliki kampung al Munawar. 

Wisata Religi Khas Wong Kito dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2017


**

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2017
Semua foto oleh Katerina www.travelerien.com