Tampilkan postingan dengan label wisata pontianak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata pontianak. Tampilkan semua postingan

Beranjangsana ke Tugu Khatulistiwa Pontianak, Berdiri di Titik Nol Belahan Bumi Utara dan Selatan

Indonesia adalah salah satu dari 12 negara di dunia yang dilintasi garis khatulistiwa. Namun, hanya Kota Pontianak yang persis memisahkan belahan bumi utara dan selatan. Saya tepat di titik tersebut saat mengunjungi Tugu Khatulistiwa.

Berdiri di titik nol bumi yang memisahkan belahan bumi utara dan selatan, di Tugu Khatulistiwa, Pontianak.

April 2019, saya menjejak Pontianak di musim yang baik, tanpa hujan dan badai, hanya panas yang tak henti menyengat. 

Saya bepergian dengan orang-orang hebat yang membawa misi penyelamatan bumi untuk menanggulangi global warming. Catatan mengenai acara itu dapat dibaca di link berikut: Roadshow Forest Talk with Blogger Untuk Lestari Hutanku. Bersama mereka saya memeluk sejumlah pengalaman spesial. Bertandang ke Tugu Khatulistiwa untuk melihat ikon sejarah Kota Pontianak adalah salah satunya.

Google Map menampilkan data letak Tugu Khatulistiwa berjarak 11,1 kilometer dari Hotel Ibis Pontianak yang kami inapi. Tak ada keraguan untuk menuju ke sana, malahan rugi bila saya menolaknya. 

Berangkat berempat dengan Manager Climate Reality Indonesia Bu Dr. Amanda Katili, Tropenbos Indonesia Bu Dr. Atiek Widayati, dan Tim Forest Talk dari Yayasan Dr. Sjahrir (YDS) Hendika Gunawan, kami berkendara menuju Tugu Khatulistiwa yang beralamat di Jl. Khatulistiwa, Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Pontianak KALBAR.

Siang menjelang petang saat itu, sinar matahari masih begitu garang, saya terpicing-picing silau. Udara terasa sangat panas, pendingin udara di mobil seolah tak bisa melawannya, saya kegerahan. Kota ini panas sekali. Supir mengatakan ia sudah biasa dengan udara yang jarang berperikesuhuan itu. "Dasar matahari nggak ada akhlak," katanya. Saya terkekeh mendengarnya.

Perjalanan begitu lancar, tak ada kendala sampai kami tiba di kompleks Tugu Khatulistiwa. Mobil melaju santai memasuki area parkir yang tak nampak mewah, jauh dari kesan modern dan canggih, bahkan terlihat bolong di sana sini. Salah saya sendiri mengapa membandingkannya dengan area parkir di gedung-gedung wisata di ibukota negara, Jakarta.

Suasana terasa begitu lengang, sepi merajai lahan parkir yang cukup luas. Lalu saya terheran-heran, parkirannya becek! Lho, di tempat ini hujan? Apa saya baru saja berpindah planet? Imajinasi liar itu saya tebas dengan bersegera melangkah menuju tugu yang tak dikenai biaya masuk alias GRATIS.

Genangan air di jalan menunjukkan adanya hujan sebelum kami tiba di komplek Tugu Khatulistiwa. Keadaan yang bikin saya heran. Sepanjang perjalanan menuju tugu kering kerontang dan panas, tiba di lokasi malah basah. Tapi langit terlihat cerah ceria. Seceria hati yang baru pertama kali tiba di titik nol belahan bumi utara dan selatan.

Monumen Tugu Khatulistiwa diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat yakni Parjoko Suryokusumo pada 21 September 1991. Sekarang, kompleks Tugu Khatulistiwa dilindungi oleh Pasal 26 UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.



20/4/2019 - Beberapa pengunjung lain selain kami. Hari itu terlihat tak banyak pengunjung datang bersamaan, tapi silih berganti. Tiket masuk GRATIS. Seingat saya, kami hanya bayar parkir Rp 1.000,-

Foto bersama di depan tugu. Kiri-kanan: Hendika Gunawan, Bu Amanda Katili Ph.D (Manager Climate Reality Indonesia), saya, Bu Dr. Atiek Widayati, Ms.C (Tropenbos Indonesia).

Di bagian dalam dekat pintu masuk, seorang pria menyambut ramah. Dipersilakannya kami masuk dan dijelaskan beberapa hal yang bisa kami lihat dan ketahui selama berkeliling. Tak lupa menyebutkan spot wajib buat berfoto.

Spot foto yang dimaksud adalah titik nol garis bumi yang membelah bumi bagian selatan dengan bumi  bagian utara. Jika sudah berdiri di situ, melangkah bolak-balik dalam satu langkah saja, berarti telah melintasi titik nol tersebut. 

Kemudian, sebagai tanda telah melintasi titik tersebut, pengunjung bisa mendapatkan Piagam Perlintasan Khatulistiwa. Seingat saya, saat itu ada biaya cetak sebesar Rp 10.000,- per piagam. Saat tulisan ini dibuat, saya diinfo oleh teman Dodon Jerry, tidak ada biaya cetak lagi alias free.

Ruang dalam tugu ternyata berbentuk lingkaran, mengikuti bentuk kubah di atasnya. Dari luar, bangunan ini terlihat pendek saja, namun setelah masuk, ternyata cukup dalam sehingga memiliki langit-langit yang tinggi. Hal ini di karenakan lantai ruangan pamer lebih rendah dari permukaan tanah. Lantai atas adalah lantai yang pertama kita masuki. Namun antara lantai atas dan bawah dibuat tanpa sekat alias terbuka, jadi jika berdiri di dekat pintu masuk, kita bisa menebar pandangan ke seluruh ruangan, tanpa penghalang.

Ruangan terlihat temaram, minim cahaya yang bersumber dari listrik. Matahari saja yang dibiarkan mengirim sinarnya. Cahayanya jatuh mengenai titik nol, kadang terlihat di pilar, dan di mana pun itu, isi ruangan jadi bisa terlihat. Meski begitu, hasil foto saya jadi tidak sempurna karena kurangnya cahaya. Lain waktu kalau datang lagi, apa saya perlu bawa studio lighting ke sini? 😂
Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20' OLvGr menunjukkan letak berdirinya tugu khatulistiwa pada garis Bujur Timur.

Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter. Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR (bahasa Belanda yang berarti Equator) sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter.

Foto-foto yang terpajang di dinding berasal dari era 1930-an hingga saat ini. Terdapat foto kunjungan tokoh penting dari dalam negeri dan mancanegara. Ada juga penjelasan mengenai pengetahuan dunia astronomi, seperti data bumi, tata surya, bintang, bulan, matahari dan galaxi. Terdapat juga lukisan relief yang menggambarkan Kota Pontianak dan Tugu Khatulistiwa.

Tugu Khatulistiwa dibangun pertama kali pada tahun 1928. Pada saat itu tugu yang dibangun berbentuk tonggak dan anak panah. Sejarahnya bermula ketika rombongan ekspedisi internasional dari Belanda tiba di Pontianak. Tujuan mereka adalah menetapkan titik khatulistiwa di kota tersebut.

Pada masa itu tugu dibangun dengan menggunakan ilmu astronomi. Pengukuran yang dilakukan oleh para ahli geografi tanpa menggunakan alat-alat canggih seperti satelit maupun GPS. Mereka hanya berpatokan pada garis yang tidak rata atau bergelombang dan berpatokan pada benda-benda alam seperti rasi bintang.

Kemudian pada tahun 1930, tugu tersebut disempurnakan dengan penambahan lingkaran di bagian atas tugu. Pada tahun 1938 tugu tersebut kembali disempurnakan dengan menggunakan kayu belian (kayu besi khas Kalimantan Barat). Tingginya adalah 4,4 meter.

Tahun 1990 Tugu Khatulistiwa kembali direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Baik tugu asli maupun monumennya, sama-sama memiliki tulisan plat di bawah anak panah yang menunjukkan letak Tugu Khatulistiwa pada garis bujur timur.

Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.

Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan. [Sumber referensi: Wikipedia]
Maket Komplek Tugu Khatulistiwa

Gelap-gelapan sesuai aslinya keadaan ruangan 😄

Data Bumi

Tugu Khatulistiwa buka tiap hari

Kalau mau tanya-tanya lokasi dan lainnya untuk keperluan kunjungan wisata, telpon ke nomor yang tertera ini saja 

Sertifikat dan cahaya matahari yang jatuh mengenai pilar di latar belakang, serta kulit muka yang berkilau kena udara panas dan keringat 😂
Bu Amanda Katili Niode dan sertifikatnya 

Souvenir Tugu Khatulistiwa beli di Tugu Khatulistiwa - Harga Rp 50.000,-

Berwisata di Pontianak terasa afdol setelah mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Jadi lebih spesial karena perginya bersama bu Amanda, Bu Atiek, dan Hendika 😊

Tugu Khatulistiwa bagi saya bukan sekadar destinasi wajib bagi wisatawan di Pontianak. Selain mendapat pengetahuan, juga secara spesifik menghadirkan suatu pengalaman pribadi tertentu yang kadang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 

Bagi pecinta sejarah, Tugu Khatulistiwa tentu sayang untuk dilewatkan. 

Pengalaman sederhana keliling Pontianak secara berangsur telah saya tuangkan di blog ini, beberapa yang bisa dibaca: Kuliner Khas dan Legendaris di Pontianak, Warung Kopi Asiang, Kuliner Khas Pontianak di RM Ale Ale, dan lainnya segera menyusul diposting.

Terima kasih sudah membaca 💚




Tempat Wisata Kuliner Khas dan Legendaris di Kota Pontianak


Kuliner Pontianak

Adakah pembaca blog saya yang belum pernah ke Pontianak? Jika ada, postingan saya kali ini berisi informasi tempat kuliner yang bisa dikunjungi saat berada di Pontianak. Beberapa di antaranya sangat terkenal dan legendaris, seperti Warung Kopi Asiang, Serikaya Sukahati, dan Es Krim Angi.

Saya berkunjung pertama kali ke Pontianak pada bulan April 2019 lalu untuk kegiatan Forest Talk with Blogger Pontianak yang diselenggarakan oleh Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia

Saya berangkat bersama tim panitia dan pembicara Forest Talk yaitu Ibu Amanda Katili dari Climate Reality Indonesia, Mbak Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia, Mas Amril moderator acara talkshow, dan Hendika. Kami berada di Pontianak selama 3 hari sejak tgl. 19 April - 21 April 2019. Di sela-sela kegiatan Forest Talk, kami punya waktu luang untuk berwisata keliling Pontianak. Berikut adalah kegiatan wisata kuliner yang saya lakukan bersama tim Forest Talk.
Pontianak


Pondok Ale-Ale
Rumah Makan Menu Tradisional Khas Pontianak 

Saat datang ke suatu kota, seorang wisatawan biasanya memiliki keinginan untuk mencicipi menu lokal tradisional yang menjadi ciri khas daerah setempat. Di Pontianak, di manakah tempatnya? Mas Suden, driver mobil yang kami sewa selama di Pontianak merekomendasikan Pondok Ale-Ale. Di restoran inilah masakan khas Pontianak bisa ditemukan. Presiden Jokowi pun pernah makan di sini saat berkunjung di musim kampanye pemilu presiden 2019. 

Di Pontianak ada 4 Restoran Pondok Ale-Ale. Masing-masing terletak di Jl. Putri Dara Nante, Jalan Putri Candramidi (Podomoro), Ayani Megamall, Transmart Kuburaya dan yang paling baru ada di Jalan Sutoyo. Nah, yang di Jalan Sutoyo inilah yang menjadi tempat kami dinner. Alamat tepatnya di Jalan Letjen Sutoyo, Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. 

Menu apa yang paling direkomendasikan oleh pelayan kepada kami? Tentu saja Ale-Ale, si Kerang Putih. Ale-Ale adalah sejenis kerang yang mirip dengan remis, tapi memiliki bentuk lebih kecil. Cangkangnya berwarna putih dan dagingnya berwarna putih bening. Ale-ale hanya bisa ditemukan di Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Karena itu penyebutan Ale-Ale biasanya diikuti dengan Ketapang, jadi Ale-Ale Ketapang. 

Ale-Ale biasanya diolah menjadi beberapa macam masakan, di antaranya ale-ale rebus (paling simple), ale-ale asam manis, ale-ale bumbu mercon, dan serundeng ale-ale. Nah, di Pondok Ale-Ale ini hanya ada 2 pilihan cara masak. Ale-Ale Asam Pedas atau Ale-Ale bumbu mercon. Menu favorit lainnya yang kami nikmati di Pondok Ale-Ale adalah Ayam Sizchuan, Gulai Pakis, Ikan Fillet Saos Lada, Mun Tahu Sutera Jamur, dan Tumis Batang Keladi. 

Baca juga: Temukan Kuliner Khas Kalimantan Barat di Pondok Ale-Ale
Menu dinner kami di Pondok Ale-Ale
Ale-Ale Asam Pedas
Es Lidah Buaya, Minuman Favorit Khas Pontianak
Dinner bersama Ibu Amanda, Mbak Atiek, dan Mas Amril
Restoran Favorit Wisatawan
Besar, Bersih, dan Terkenal

Kopi Asiang
Seduhan Kopi Barista Bertelanjang Dada


Masyarakat Kota Pontianak punya budaya minum kopi yang kental. Karena itulah, kedai kopi banyak dijumpai di berbagai sudut kota berjuluk Kota Khatulistiwa ini. Baik siang maupun malam, berbagai lapisan masyarakat mengisi kedai-kedai kopi untuk bersantai minum kopi. Tidak terbatas dari yang muda hingga yang tua, pria maupun wanita, miskin maupun kaya, semua berbaur tanpa sekat-sekat pembatas. Bisa dikatakan, kopi ibarat nafas bagi orang Pontianak yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka sejak lama. 

Di Kota Pontianak sangat banyak warung kopi yang bisa ditongkrongi, salah duanya adalah Warung Kopi Asiang dan Warung Kopi Aming. Saya dan rekan-rekan mengunjungi keduanya, namun di sini saya hanya akan membahas Warkop Asiang.

Warkop Asiang merupakan warung kopi tradisional paling legendaris di Pontianak yang telah berdiri sejak tahun 1958. Sejak dulu hingga kini warkop Asiang sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal maupun nasional. Yang membuat Warkop Asiang unik adalah kebiasaan Koh Asiang bertelanjang dada saat menyeduh kopi. Kebiasaan tersebut telah menjadi identitas yang membuat Warkop Asiang kesohor.

Kami datang ke Warkop Asiang pada waktu pagi. Sampai di warkop kurang lebih pukul 8, dan saya mendapati pengunjung yang berjubel di dalam maupun di luar warkop. Beruntung kami masih kebagian tempat sehingga bisa duduk santai menikmati sarapan. Ada banyak pilihan menu untuk sarapan seperti bubur ayam, bubur ikan, aneka mie, dan lainnya. Tentunya, ada beragam jajanan tradisional yang sangat cocok jadi teman minum kopi.

Warung Kopi Asiang 
Jalan Merapi, Pontianak, Kalimantan Barat. 

Ulasan lengkap dapat dibaca di: Warung Kopi Asiang Pontianak

Koh Asiang bertelanjang dada menyeduh kopi, sebuah kebiasaan yang membuat warkopnya jadi kesohor
Kopi Susu di Warkop Asiang
Minum Kopi di pagi hari bersama Ibu Amanda, Mbak Atiek, dan Hendika
Suasana di dalam warkop
Suasana di luar warkop

Pisang Goreng Pontianak
Serikaya Suka Hati

Ada yang sudah pernah atau biasa makan pisang goreng Pontianak bukan di Pontianak?
Ada. Saya! 😃

Pisang Goreng Pontianak bukan cuma familiar di telinga, tapi juga di lidah, jauh sebelum saya berkunjung ke Pontianak. Di BSD tempat saya tinggal ada 2 warung Pisang Goreng Pontianak. Warung pertama terletak di Jalan Pahlawan Seribu BSD City, depan deretan show room mobil. Warung kedua di Pasar Modern BSD. Pisang goreng di kedua tempat tersebut sama-sama enak dan jadi kesukaan saya. Namun, tentu saja jadi sedikit berbeda jika pisang goreng dibeli dan dimakan langsung di Pontianak, ya kan? Ada sensasi tersendiri yang membuat pengalaman makan pisang goreng Pontianak jadi lebih afdol.

Untuk menikmati Pisang Goreng Pontianak enak di Pontianak kami berkunjung ke Warung Suka Hati. Tempat ini sangat terkenal dan jadi favorit wisatawan yang ingin menikmati pisang goreng di Pontianak. Selain pisang goreng, tentu saja Serikaya jadi produk utama di Suka Hati. Di sinilah selai serikaya yang terbuat dari serikaya asli bisa didapat. Ada kemasan kecil, sedang, dan besar. Kita tinggal pilih sesuai kebutuhan. Sedangkan pisang gorengnya, bisa dipesan untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. 

Kami datang ke Suka Hati dalam keadaan sempit waktu karena terburu-buru ke bandara. Jadi, kami hanya datang untuk mengambil pisang goreng yang sudah dipesan terlebih dahulu via telpon. Karena untuk oleh-oleh, pisang goreng pesanan kami digoreng setengah matang. Bila akan dimakan, baru digoreng ulang sampai matang. Harga 1 potong pisang goreng Rp 4.000,-

Idealnya, pisang goreng dimakan di tempat. Sayangnya saat itu sedang tidak bisa berlama-lama. Lain kali deh kalau ke Pontianak lagi. Yang penting, saya sudah sah mencicipi pisang goreng Pontianak 😃

Warung Suka Hati
Jl. Tanjung Pura No.17, Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Bar., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78117  Jam Buka: 06.00  Tutup pukul 17.00
Telepon: (0561) 735583
Warung Suka Hati
Pisang Goreng Suka Hati Pontianak 
Ubi Goreng Suka Hati
Selai Serikaya Suka Hati
Suasana di Warung Suka Hati

Pondok Kakap 
Restoran Seafood Enak di Kota Pontianak

Penggemar seafood bisa bersenang hati jika berkunjung ke Pontianak. Pasalnya, di Pontianak juga terdapat sejumlah rumah makan yang menyajikan seafood enak, salah satunya yang kesohor adalah Restoran Pondok Kakap.

Seusai acara Forest Talk (20/4) yang digelar sejak pagi sampai siang hari, sorenya kami keliling kota pergi berwisata ke beberapa tempat terkenal seperti Titik Khatulistiwa, Sungai Kapuas, Alun-Alun Kota, Rumah Radakng, dan lainnya. Setelah puas berkeliling, malamnya kami mencari tempat untuk makan malam. Pilihan bu Amanda adalah makan menu seafood. Pas banget saya sedang ingin sekali makan kepiting. Jadilah kami ke Pondok Kakap, rumah makan seafood rekomendasi Bang Suden, driver kami.

Makan seafood memang jadi pilihan menarik setelah malam sebelumnya puas mencicipi masakan tradisional Kalimantan Barat di Pondok Ale-Ale. Di Pondok Kakap kami memesan menu Ikan Betutu Steam Kecap, Sapo Tahu, Kepiting Saos Padang, Kepiting Lada Hitam, Tumis Pare, dan Tumis Pakis. Lho, malah nggak pesan Ikan Kakap? Enggak 😂

Penyuka sayur pakis seperti saya patut berbahagia, sebab di Pondok Kakap menu tumis pakis tersedia. Bila ingat di BSD tidak mudah mendapatkan sayur pakis, jelas saya gembira makan-makan di Pontianak selalu ada sayur pakisnya. 

Pondok Kakap
Jl. Ismail Marzuki No.33A, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243
Tutup pukul 22.00
Telepon: (0561) 733606

Kepiting Lada Hitam
Kepiting Saos Padang
Ikan Betutu Steam Kecap
Dinner bersama Bu Amanda, Mbak Atiek, dan Hendika
Tempatnya luas, besar, dan bersih

 Mie Tiaw Melayu
Mie Melayu Halal asli Pontianak

Berburu mie di Pontianak? Jangan lewatkan Mie Tiaw Melayu Hairul Ali.

Saya baru tahu Pontianak punya hidangan mie khas yang disebut Mie Tiaw. Saya membayangkan makanan tersebut berupa mie berbentuk keriting bertekstur lembut campur kwetiaw yang berbentuk pipih bertekstur kenyal. Tapi ternyata saya salah, Mie Tiaw adalah sajian mie berbentuk kwetiaw seperti yang selama ini saya kenal. 

Kedai Mie Tiaw Melayu menyediakan 3 macam olahan mie yaitu goreng, siram, dan rebus. Kita tinggal pilih cara masak yang kita sukai. Untuk toppingnya ada 3 pilihan: disajikan lengkap, lengkap dengan telur, atau dengan telur saja. Yang dimaksud dengan lengkap adalah mie disajikan dengan daging sapi, daging ayam, telur, daun sawi, dan taoge. Kalau saya pribadi lebih suka Mie Tiaw yang disajikan Lengkap.

Mie Tiaw Melayu ini sangat cocok buat wisatawan muslim yang mengutamakan makanan yang halal. 

Mie Tiaw Melayu
Jl Patimura, Kota Pontianak Kalimantan Barat. 
Buka setiap hari dari jam 08.00 pagi hingga pukul 22.30 WIB.

Mie Tiaw Goreng Melayu
Diajak makan di sini oleh Bang Dwi Wahyudi pemilik www.bloggerborneo.com

HALAL nomor 1
Pilihan menu
Harga minumannya sangat bersahabat

Es Krim Angi
Es krim legendaris di Pontianak

Es krim legendaris ada di beberapa kota di Indonesia. Seperti es krim Toko Oen di Semarang dan Malang, serta Es Krim Tip Top di Medan. Nah, di Pontianak juga ada, namanya Es Krim Angi.

Nama Es Krim Angi saya ketahui pertama kali dari Mbak Atiek. Saya mendengarnya sejak hari pertama tiba di Pontianak (Jumat 19/4/2019). Mbak Atiek ingin ke sana dan mengajak kami untuk ikut mencicipi. Namun, kesempatan datang makan es krim hanya pada hari Sabtu, sedangkan hari Minggu tutup. Kami bergegas datang hari Sabtu tapi terlambat, kedainya sudah tutup. Harapan tinggal harapan, makan es krim Angi tidak kesampaian. Tapi, siapa sangka ternyata hari Minggu mendadak buka. Wuah, rejeki kami!

Kedai es krim Angi berada di teras sebuah rumah yang rindang. Di bagian depan pinggir jalan, papan nama Es Krim Angi terpasang sebagai penanda, meski tak terlalu besar tapi cukup terbaca. Tempat meracik es krim letaknya agak ke depan, mudah dilihat oleh pengunjung. Jadi, kalau ingin melihat cara pembuatannya, kita tinggal mendekat. Di tempat meracik es krim juga ada display jajanan, serta tumpukan kelapa muda utuh yang baru akan dibelah bila ada pesanan. 

Di sini ada 3 variant es krim, rasa coklat, matcha dan strawberry. Untuk topping bisa dengan kismis, ketan hitam, nangka, alpukat dan buah kelapa muda. Es krim bisa disajikan dalam cup kecil atau dalam batok kelapa muda yang masih ada daging buahnya, tergantung permintaan. Jadi, selain yang sudah dicampur dalam es krim, daging buah kelapa juga bisa kita keruk langsung dari batoknya. Rasa es krimnya sangat segar dengan rasa manis yang tidak berlebihan. Tentu saja rasa dan sensasi makan es krim kuno ini beda dari es krim kekinian.

Es krim Angi sudah ada sejak tahun 1950-an. Pembuatannya didapatkan dari warisan kolonial Belanda yang kemudian dikembangkan dengan rasa lokal. Sebagai informasi, Es Krim Angi atau Es Krim A Ngi populer dengan sebutan Es Krim Petrus. Disebut Es Krim Petrus karena lokasinya yang persis di seberang SMP dan SMA Petrus yang terletak di Jl. Karel Satsuit Tubun, Pontianak Selatan.

Harga es krim gelas kecil Rp 12.500, batok kelapa Rp. 23.000. Es Krim Angi bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh, jika mau. Karena buat oleh-oleh, es krim akan dikemas dalam kotak khusus yang diisi es. Buat penggemar es krim dan dessert wajib cicipi es krim jadul di sini.

Es Krim Angi
Jl. Karel Satsuit Tubun No.8, Akcaya, Kec. Pontianak Selatan
Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78121
Buka pukul 09.00 - 17.00 tiap hari Senin-Sabtu
Telepon: 0813-4514-8282

Es Krim Angi Rasa Strawberry & Coklat
Meracik Es Krim
Bahan racikan Es Krim
Es Krim ditaruh dalam batok kelapa muda

Jajanan khas
Makan es krim bareng Bu Amanda, Mbak Atiek, dan Hendika
Kebaca nggak papan namanya? 😃
Tempatnya nyaman dan terbuka

Kue Bingke 
Oleh-oleh Khas Pontianak Paling Laris

Ada satu lagi makanan khas Pontianak yang bisa dinikmati di tempat atau dibawa pulang dijadikan oleh-oleh yaitu Bingke. Bang Dwi Wahyudi yang mengenalkan makanan ini kepada saya. Beliau pula yang mengantar dan menemani saya membeli Bingke.

Kue Bingke adalah penganan khas Pontianak yang mempunyai cita rasa manis dan bertekstur lembut. Kue bingke atau kue bingka terbuat dari campuran telur, santan, tepung terigu, dan gula pasir. Bingke tersedia dalam bentuk basah dan kering. Nah, bingke kering ini bagi saya sangat mirip dengan Bolu Kemojo Khas Pekanbaru. 

Salah satu toko bingke yang saya kunjungi adalah Bingke Kamboja. Di toko ini terdapat bingke dengan varian original, bingke pandan, bingke kacang hijau, bingke pulut (ketan), bingke durian, dan bingke regal. Dari semua varian tersebut saya paling suka dengan bingke original atau bingke berendem. 

Dinamakan Bingke Berendem karena bingke basah yang memiliki tektur lembut ini agak berair dan membuatnya seperti terendam air. Berendem sama dengan berendam.

Harga Bingke mulai dari Rp 20.000 - Rp 24.000 saja.

Bingke Kamboja
Jl. Tanjung Pura No.310, Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Selatan
Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243
Telepon: 0823-5319-1977