Tampilkan postingan dengan label way kanan asyik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label way kanan asyik. Tampilkan semua postingan

Bamboo Rafting Seru di Gedung Batin Way Kanan

Gedung Batin Bamboo Rafting 2017

Gedung Batin Bamboo Rafting 2017 diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Way Kanan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata RI. Event yang digelar pada tanggal 8 Oktober ini diikuti oleh 25 wisatawan mancanegara (wisman) dari 12 negara, wisatawan Nusantara (wisnus), penggiat pariwisata nasional, komunitas wisata antara lain GenPI, MTMA, Pelancong, komunitas sepeda Lampung, dan komunitas Trail Adventure. 

bamboo rafting way kanan
Katerina - Bamboo Rafting di Gedung Batin Way Kanan

Gedung Batin Petjah!

Apanya yang pecah? Tunggu dulu. Hari masih pagi, masih terlalu dini untuk meneriakkan kata pecah. Mari saya mulai yang pecah-pecah itu dari kamar para wanita di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari rumah Sekda Way Kanan. Hari itu Minggu (8/10/2017), antusiasme untuk ber-bamboo rafting membuat saya bangun paling pagi, mandi paling awal, tapi kelar dandan paling akhir. Kerudung disetrika, bibir dipoles warna merah muda belia, wajah dilapisi berbagai krim (biar gak gosong), kelopak mata disemir dan alis mata dikelir-kelir melintir. Mau kondangan atau bamboo rafting? Pokoknya kudu dandan, siapa tahu ketemu buaya tampan di sungai. Lumayan buat digombali 😆

“Ini sarapannya, lontong sayur ala Way Kanan,” ucap ibu pemilik homestay.

Huaaa…ini dia yang bikin homestay petjah! 😍

Lontong sayur enak itu sukses bikin wajah kami dihiasi senyum memabukkan sepanjang perjalanan menuju Tiga Serangkai, lokasi start Bamboo Rafting di Kampung Gunung Katun. 

Keikutsertaan saya dalam event ini bisa dibaca pada postingan : Berwisata di Way Kanan Semakin Asyik. 

welcome
 
“Gedung Batin Bamboo Rafting. Traditional wisdom adventure. Welcome all participant at Bumi Ramik Ragom”

Tulisan tersebut terpampang pada sebuah kain spanduk di Tiga Serangkai. Melintang di atas jalan menuju Way Besay. Di sanalah kami berkumpul sebelum diangkut ke pinggir sungai dengan menggunakan mobil dinas bak terbuka. Rombongan kemenpar beserta pendamping wisman yang berbaju putih dan kuning terlihat di beberapa titik. Baju putih seragam dari kemenpar punya saya tersimpan dalam ransel, akan dipakai seusai bamboo rafting. Cukup baju warna oren buat basah-basahan, baju ngejreng yang memudahkan si mama rempong ditemukan kalau mendadak hanyut dibawa arus sungai. 


Angkut-angkut peserta

Teman-teman dari Komunitas K@wan tampak sibuk memberi arahan. Keramaian pagi itu didominasi oleh peserta bamboo rafting. Beberapa warga terlihat menonton dengan wajah-wajah penasaran bercampur senang melihat kampungnya mendadak ramai. Kemana para wisman? Zzzz……batang hidung mancungnya belum keliatan cuy. Apalagi bapak wabup dan rombongan yang pagi itu akan melakukan pelepasan peserta bamboo rafting. Belum ada kabar beritanya sudah sampai mana. Saya mulai kepanasan, mulai keringatan.

Surya Jihad

“Nanti kalian sama saya,” ucap Surya. 

“Iya, nanti kalian sama Surya,” timpal Verry

Seketika udara mendadak jadi adem. Surya memang seperti es…nyessss. Pemandu rakit dari Komunitas Wisata Way Kanan (K@wan) ini adalah salah satu guide kami saat mengarungi Way Besay bulan April lalu. Jika sebelumnya dia masih sebagai guide pendamping yang banyak diocehi oleh Samgar, kali ini dia kapten utama kami, gantian jadi tukang ngoceh! Sepertinya Surya sudah lulus pendidikan mengayuh rakit di Thailand sono dengan predikat nomor wahid sebagai pemandu terlatih *ngarang 😝 Makanya dia diamanahi untuk menjadi pendamping duo wisnus yang berdandan ala Syahrini nyasar. 

Angkut perahu karet ke sungai


Tetap cantik dong biarpun main di sungai

“Itu mobilnya, ayo cepat naik,” ucap Verry.

Tanpa ba bi bu, saya dan Ika masuk mobil. Duduk di depan, di samping Ridho, ketua K@wan yang secara spesial mengawal kami ke titik start. Perjalanan bermobil ini dekat, hanya sekitar 200 meter saja. Melewati lahan kosong yang kerontang, dan berakhir di perkebunan karet yang teduh. Pada sebuah pondok entah pondok apa, kami berhenti, bergabung dengan peserta lain. Di sini terdapat tumpukan life jacket dan perahu karet yang belum diturunkan ke sungai. Seluruh peserta diharuskan memakai life jacket. Saya mengambil satu dari sekian banyak jaket pelampung yang semuanya masih dalam kondisi bagus. Dapat 1 yang ukurannya paling kecil dan pas di badan. Lalu Akbar menawari baju pelampung milik K@wan. Masih baru. Wah salut, ternyata K@wan juga punya jaket pelampung sendiri. Tiap jaket yang diambil dari Akbar ditulisi nama K@wan terlebih dahulu agar tidak tertukar dengan jaket lainnya. Pinterrrrr 👍

ambil life jacket dulu


welfie tetep yeaa


pakai baju pelampung yang bener


Akbar membagikan jaket pelampung punya K@wan

Lokasi start bamboo rafting saat itu sudah ramai oleh tentara, Pol PP, peserta Fun Bike, peserta Trail Adventure, peserta Bamboo Rafting, dan warga setempat. Saya dan Ika turun ke sungai, mengikuti Surya yang menuntun pada rakit yang akan kami naiki. Berhubung Pak Wabup belum keliatan hilal kehadirannya, kami mengisi waktu dengan menjajal berdiri di atas rakit sambil berfoto ria.

Bulan April lalu, rute bamboo rafting sejauh 10 km. Dimulai dari Desa Banjarmasin, berakhir di Banjarsari. Kali ini jarak tempuh lebih pendek, hanya 4,2 kilometer saja. Start di Tiga Serangkai Kampung Gunung Katun, finish di Kampung Gedung Batin. Meski jarak tempuh beda, tapi yang dihadapi adalah sama: aliran Way Besay. 

Ika dan para peserta fun bike
 
Aman bersama tentara dan Pol PP


Pak Rahmad (baju biru) Kabid Olahraga Dinas Olahraga, Pemuda dan Parwisata Way Kanan dan para peserta Trail Adventure

Way Besay yang mengelilingi kampung Gedung Batin ini merupakan habitat monster ikan air tawar langka yakni ikan Wallago lerii sp, golongan cat fish, penduduk lokal menyebutnya ikan Tapah. Nah lho. Buat penakut seperti saya, mahluk air seperti hiu adalah momok paling menyeramkan. Menyebut Tapah sama saja dengan menghadirkan sosok hiu dalam benak. Tapah masalah buat elo? TIDAK. Saya tetap ikut bamboo rafting haha.

Menurut informasi, masyarakat setempat pernah mendapatkan rekor ikan terbesar pada tahun 2006 dengan berat 160 kg. Hoho. Guedeee ya. Memancing ikan Tapah masuk dalam kategori perburuan yang dikenal dengan sebutan Fishing Extreme bagi pemancing dunia. Ok, itu tentang ikannya. Sekarang bicara tentang arusnya. Way Besay memiliki arus yang cukup deras dengan didasari oleh batuan ukuran sedang dan besar, sehingga tergolong jeram grade 1. Karenanya sungai ini ramai digunakan sebagai arena Arung Jeram, River Tubing dan Bamboo Rafting. Apa yang terlintas dalam benak saat tiga aktivitas itu disebut? Kalau saya sih: PETUALANGAN. 

Cek ulang kondisi rakit

Pukul 09.30 Wabup dan rombongan tiba. Siang banget pak 😁 Warga dan peserta yang berkumpul di pinggir sungai makin tumpah ruah. Mungkin inilah saat untuk meneriakkan “Gedung Batin Petjah Episode 1”. Kok ada episode segala? Episode 2 di lokasi finish. Episode 3 di rumah-rumah tua Gedung Batin. Banyak episode, ngalahin sinetron 😅

Kehadiran para wisman membuat suasana kian riuh. Warga dan peserta tampak sibuk mengajak mereka berfoto. Yang mengajak foto mukanya sumringah, yang diajak foto tampak cemberut. Tampaknya si wisman lelah. Bahkan dua wisman tercyduk menggerutu kesal. He he. Kasihan. Namanya orang, ada yang senang saja diajak foto, ada yang tidak. Kalau sudah begitu, kita mesti peka dan mau ngertiin mereka. Lihat-lihat sikon, ya, bro. Tapi, saya memaklumi kenapa warga se-agresif itu pada para wisman. Tentu momen langka kampung mereka kedatangan turis asing seramai itu, toh? Sekalinya dikunjungi, terasa istimewa buat mereka, makanya diajak foto. Ya sudahlah, jangan cemberut-cemberut. Nikmati. Bawa happy. *ngomong sama air sungai 😛

Wisman tiba bikin suasana pecah


Petjah!

Rakit berlayar kapten!

Rakit-rakit dilepas dengan meriah. Kamera cekrak cekrek memotret. Drone berdesing-desing merekam dari atas. Satu persatu rakit bergerak ke hilir. Guide sekaligus pendayung bekerja dengan kekuatan seribu tenaga kerbau, menggerakan rakit dengan wajah riang. Gimana nggak riang? Yang dibawa wisman-wisman cantik dan ganteng  he he. Satu rakit berisi 4 peserta dan 1 guide. Maksimal 6 orang jika harus dengan 2 guide (saya ragu lho kala ber-6 itu aman). Susunan 12 bambu sebesar betis saya itu memang cukup lebar. Tapi kalau melebihi kapasitas, akan tenggelam juga. Apalagi jika penumpangna tidak seimut saya 😃 Alamat sulit buat hanyut. Yang ada nanti penumpangnya berenang sambil dorong rakit sejauh 4,2km 😅

Saya bersama Ika dan dua orang dari Radar TV (kameramen dan reporter), serta Surya sebagai guide. Di tengah perjalanan, Aris dari tim pemandu TRC, BNPB Way Kanan, ikut gabung. Aris yang tadinya tubing, tukaran dengan Meda (reporter Radar TV).

detik-detik rakit kami berangkat 😃


Difoto oleh Chaikal

Bawa apa naik rakit? Karena di sini ada unsur senang-senang, saya bawa kamera hp dong buat mendokumentasikan keseruan selama naik rakit. HP dimasukkan ke dalam kantong anti air dulu. Siapa tahu rakit karam dan jatuh ke sungai, sayang gadget mahal jadi korban. Tapi yang jelas, bawa KEBERANIAN dulu. Tanpa itu, naik rakit nggak akan dapat fun-nya.  Kalau sudah berani, baru deh urusan foto-foto menyusul. Selain buat motret keseruan selama berada di atas rakit, juga buat mengabadikan temuan-temuan yang dilihat sepanjang mengarungi sungai.

Banyak bunga bungur sedang mekar di tepian sungai, dan itu sangat cantik untuk difoto. Buah merah “terlarang” yang menggoda untuk dimakan, kami jumpai saat rakit sedang mepet-mepet ke tepian. Aktivitas warga yang memancing, anak-anak yang berenang, dan burung-burung yang terbang, adalah objek menarik untuk ditangkap oleh kamera. Nggak rugi bawa kamera HP. Siapa tahu bisa jumpa ikan tapah yang tiba-tiba muncul ke permukaan sambil mengucap salam : “Haloooo”. He he. Kalau yang satu ini, boro-boro sempat motret, yang ada terjengkang duluan. 

💗💗 Kita bisa senyum dan ketawaaaa 💗💗


Satu rakit dengan si mas dari Radar TV


Surya guide kami dari K@wan

Ada yang tak bisa diuraikan lewat kata ketika karam, terbalik, nyebur, bahkan tersangkut di batu-batu adalah hal terseru yang bisa dirasakan saat bamboo rafting.  Sebagian orang tidak menginginkannya, sebagian lagi menunggu untuk mengalaminya. Dan saya termasuk yang  berharap itu terjadi di rakit saya. 

Tak tenang rasanya melihat rakit wisman asal Belanda tersangkut di batu-batu. Rakit rombongan Batiqa Hotel yang berulang kali karam. Rakit seorang ibu dan bapak dengan 2 guide yang mendadak terbalik dengan posisi tegak. Rakit wisman Madagaskar yang berputar-putar dimainkan arus deras dekat delta. Sementara rakit kami tenang-tenang saja. Itu sungguh mengesalkan. Tapi akhirnya, saya mengalami apa yang saya inginkan. Rakit kami “nabrak” deretan bambu. Tersangkut batu. Hampir karam. Yihaa! Rasanya ada keseruan yang meledak-ledak. 

Asyik nabrak!


Wisman Madagaskar


Rombongan dari Batiqa Hotel itu seru abis sepanjang rakit berlayar

Dua orang Radar TV yang bersama kami bahkan memilih lompat dari rakit. Nyebur-nyebur gembira. Berenang. Menyelam. Berfoto dalam air. Yah, bagi kami itu SERU. Teman saya berkata; hanya hati yang bahagia yang bisa sebut itu seru. Jadi, kalau mau bamboo rafting, bawa Keberanian dan Hati yang Bahagia biar dapat serunya. Gitu, boy.

Nyebur biar tambah seru


Santai kayak di pantai cuy

Bamboo rafting itu nggak WAH.

Hey…siapa bilang? Wisata ini buat saya tidak sederhana. Saya rela datang jauh-jauh ke Way Kanan supaya bisa mengikutinya. Kalau nggak bikin seru, mana mungkin saya datang ke Way Kanan sampai tiga kali, dan ikut bamboo rafting sampai 2 kali.  Malah masih ingin sampai ke sekian kali. Hoho ketagihan 😂

Gedung Batin tempo doeloe merupakan bandar perdagangan besar dan berakhir di sungai Way Besay. Hasil bumi kopi, karet dan lada dari hulu sungai dibawa dengan rakit bambu yang murah menuju bandar Gedung Batin. Sampai saat ini, transportasi utama di sungai Way Besay tetaplah rakit bambu bukan perahu. Jika sekarang rakit bambu dijadikan sebagai wahana wisata, saya melihatnya sebagai upaya pelestarian alat transportasi jaman baheula yang tidak hanya membuat wisatawan seperti saya bersenang-senang saja, tapi juga membawa saya pada pengetahuan tentang ekosistem sungai, peradaban hunian tepi sungai, warisan kebudayaan, dan lain-lain. Inilah alasan yang membuat saya sudi meluangkan waktu berakit-rakit di Way Besay.

W untuk Way Kanan dan L untuk Lampung 😍


FUN!


Enjoy

Saya bangga pada Lampung karena punya Way Kanan yang menyajikan wisata Bamboo Rafting. Di Indonesia, wisata jenis ini tadinya hanya ada di Loksado, Kalimantan. Kini ada di dua lokasi. Buat saya yang tinggal di Jakarta, Lampung paling dekat. Lebih mudah dan murah dari segi biaya jika ingin mengajak teman-teman berwisata bamboo rafting. Ke depannya, wisata jenis ini sangat potensial untuk berkembang karena sebagai Eco Friendly Tourism, pengelolaannya akan seiring sejalan dengan pengelolaan ekosistem dan lingkungan hidup.

“Hore sudah mau sampai.”

Ucapan Ika membuat saya sumringah. Tapi dalam hati seolah tidak terima. Rasanya baru sebentar, sedang senang-senangnya, tahu-tahu sudah mau selesai. Dulu, 10 KM kejauhan. Sekarang 4,2 KM terasa kurang. Hehe. Mungkin karena sudah merasa asyik, menikmati, jadi tidak berasa jauhnya. 

Aktivitas warga di sungai


Bungur mekar
Di garis finish - Photo by Atanasia Riant

Satu jam lebih di atas rakit. Banyak rasa, banyak cerita. Di titik finish, tepian sungai tumpah ruah oleh warga yang menonton. Saya terkejut. Sungguh berbeda dengan keadaan saat pertama kali saya pernah ke sana pada Juli tahun 2016 lalu. Tempat itu dulu sepi, terkurung oleh kebun karet dan pohon tua. Tampak muram, kelam dan agak menyeramkan, apalagi dalam remang petang. Nuansanya horor. Tapi kini begitu lapang dan terang. Sudah ada jalan setapak pedestrian, kamar mandi dan ruang ganti, mushola, beberapa gazebo, kios pedagang, taman bermain anak dan area parkir. Tembok di sisi jalan setapak menuju jembatan gantung kini warna warni, suasananya bak di taman ria. Umbul-umbul yang berderet di sekitar tepi sungai, menambah keriaan suasana.



Gedung Batin kini
Gedung Batin dulu


Gedung Batin kini
Jembatan Gantung kini

Gedung Batin Petjah!

Yeah! Petjah episode 2 terjadi di sini. Tempat di mana perjalanan rakit berakhir. Naik rakit memang usai, tapi kegiatan di Gedung Batin belum selesai. Dalam keadaan basah, haus, dan mulai lapar, kaki saya melangkah terburu-buru ke rumah Ibu Devi, Kepala Desa Gedung Batin.  Tanpa singgah dan tengok kiri kanan, bergegas mandi, ganti baju, lalu duduk manis bersama para wisman. Siap untuk pijok-pijok bareng wabup dan beberapa pejabat pemda Way Kanan.

Jadi, cerita Gedung Batin Bamboo Rafting belum kelar. Episode Gedung Batin Petjah masih berlanjut ke postingan berikutnya : Pijok-Pijok dan wisata Bali Sadhar.  

Pijok-pijok di rumah Kepala Desa Geedung Batin
 
Kampung wisata Gedung Batin, objek sejarah, budaya dengan atraksi Bamboo Rafting ini merupakan daya tarik wisata yang ada di Way Kanan. 


Untuk berwisata di Way Kanan, silakan cek paket wisata recommended berikut ini :




Berwisata di Way Kanan Semakin Asyik

Event Wisata Way Kanan 

Alhamdulillah dapat kembali mengunjungi Way Kanan, salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang sedang menggeliat maju diberbagai sektor, terutama di bidang pariwisata. Kedatangan kali ini untuk mengikuti event Gedung Batin Bamboo Rafting. Perpaduan antara wisata bahari, edukasi, dan sejarah.

Event ini dihadiri oleh wisatawan mancanegara (wisman), wisatawan Nusantara (wisnus), penggiat pariwisata, dan komunitas. Bangga dan haru jadi satu diundang kembali dan berkolaborasi dengan rekan-rekan di Way Kanan yang luar biasa konsisten meraih setiap tapak tangga demi kesuksesan Wisata Way Kanan.

Way Kanan Asyik

Pilihan transportasi ke Lampung kali ini dengan pesawat, masih sama seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya. Tiket murah, durasi terbang singkat, ditambah bandara Radin Inten dengan wajah barunya yang kini tampil lebih apik dan ciamik, membuat perjalanan ke Lampung dengan pesawat jadi lebih menyenangkan. Tiket sudah di tangan sejak tgl. 3 Oktober, empat hari sebelum keberangkatan. Pada maskapai tertentu, tiket ke Lampung yang dijual mepet-mepet hari H masih stabil seperti harga yang dipesan dari jauh hari.  

Sebut saja saya sebagai wisnus, berempat bersama Yuk Annie, Riant, dan Mbak Dian dari Batam. Ya, empat wisnus ini sama-sama menuju Lampung pada hari Sabtu, tgl. 7 Oktober 2017. Kami bertemu di bandara Radin Inten, lalu merayakan pertemuan itu di El’s Coffee sambil menunggu Verry yang hari itu bertugas menjemput kami di bandara. Kami sudah kenal Verry sejak Festival Radin Djambat bulan April lalu. Dia adalah 'menteri perhubungan' Way Kanan yang kocak dan nyentrik. Bersamanya dijamin betah. Betah sakit perut 😄

Ngopi (mana kopinya? ) 😀
Happy 😍

Dijemput Verry kali ini, membuat pengalaman berkendara dari bandara Radin Inten ke Way Kanan makin kaya rasa. Jika sebelumnya disupiri ke Way Kanan dengan kalem oleh Angga ajudan Bupati Way Kanan, lalu diantar ke bandara dengan kecepatan cahaya oleh Adjie anggota Komunitas K@wan, kali ini dijemput dengan penuh gaya oleh Verry ahli persinetronan. 

Siapapun orangnya dan apapun cara menyetirnya, alhamdulillah sependek ini masih baik-baik saja. Selalu selamat sentosa sampai tujuan, kendati diwarnai gedubrak glodak byar duaar 😃

Fasilitas dan pelayanan yang baik :)
Wow !

Di El’s Coffee saya mendadak GR ketika ada fans mengenali saya dan mendekat minta tanda tangan *ngarang 😛

“Mbak Katerina kan ya?” 

Lalu pria itu menyebut nama Eka Fendiaspara, nama blog saya, dan salah satu tulisan saya tentang Liwa. Siapakah laki-laki berkaca mata yang mendadak SKSD itu? Ups.. Ternyata dia adalah seniman asal Lampung yang tinggal di Bandung. Namanya Semi, ia baru saja dari Liwa, menginap di rumah Eka. Entah apa namanya, yang jelas saya terharu saat itu. Sebuah tulisan blog tentang Lampung bisa mempertemukan saya pada orang-orang tak terduga, yang ternyata orang-orang beken di bidangnya. Semoga kita bisa bekerja sama, ya. Eaa...eaa...eaa...

Perjalanan selalu memberi kejutan 💗

Kenalan geh sama seniman ini

“Mau makan di mana?” tanya Verry.

Tawaran yang pantang ditolak karena pasal 12 mulai berlaku. Hoho. Nggak perlu bingung cari makan enak di Lampung. Banyak pilihan rumah makan dengan aneka menu menggugah selera. Tinggal sesuaikan saja dengan bujet dan fokus pada apa yang akan dimakan. Yang terlintas di kepala saat itu adalah Encim Gendut. Entah kenapa rumah makan ini mudah sekali disebut. Sepertinya saya sudah kena pelet dari racikan rempah-rempah masakannya he he. Dalam perjalanan menuju Encim Gendut kami menjemput Angga. Nah, ini dia bujang Way Kanan yang bulan April lalu pernah membuat kami terbanting-banting riang di mobil saat menuju Desa Banjarmasin. Penampilan mahasiswa Unila yang menggerutu karena kuliahnya nggak kelar-kelar ini masih tetap imut dan cengengesan. Tapi nyenengin! 

Ketika Angga bergabung, mereka serupa band 😂

Foto-foto itu penting, makan nomor sekian :))

RM Encim Gendut bagai kedatangan kelompok band, berbaju hitam-hitam kecuali saya. Seperti biasa, foto-foto dulu, berdoa dan makan jadi urutan ke sekian. Pengunjung lain mungkin mengira kami dari komunitas fotografer nyasar 😄

Usai makan dan salat, perjalanan dilanjutkan dengan mampir ke toko elektronik untuk mengambil HT dan ke suatu tempat untuk mengambil helm peserta bamboo rafting. Jangan tanya bagaimana isi mobil kami, Angga yang duduk di bangku belakang tenggelam di antara koper, tas, helm, dan tas-tas berisi perlengkapan lenong. Hanya wajah pasrahnya yang sesekali muncul menampakan senyum di antara matanya yang terkantuk-kantuk. Ok Angga, besok-besok saya bawa truk biar bisa menampung muatan lebih banyak ya 😂

Kamu kapan ke Encim Gendut?

Makanan enak
Menggiurkan!

“Mbak Keket sudah di mana? Kami sudah menunggu di rest area bareng Rinto Macho dkk Way Kanan.”

Keket itu Katerina. Panggilan kesayangan untuk si Sosialita yang Tertukar. #sinetron.

Ika mengabari posisi, saya pun tak mau kalah: “Kami masih di Bandar Lampung.” Entah apa ekspresi wajah Ika saat tahu jam 2 kami masih bersibuk ria di Bandar Lampung. Yang jelas, Ika berharap jam 3 sore para wisman dan wisnus sudah tiba di rest area yang terletak di perbatasan antara Lampung Utara dan Way Kanan. Tapi nyatanya kami dan para wisman tiba di Way Kanan selepas Magrib. Meleset jauh dari jadwal. Uwoow...gimana kabar para penyambut? Semoga tidak terpelanting resah 😂

Disambut di rest area

Rombongan kami tiba jam 6 sore, lebih dulu dari rombongan wisman yang saat itu belum satu pun nampak batang hidungnya yang mancung. Kami hanya menjumpai para penyambut yang terdiri dari polisi, tentara, komunitas K@wan, kemenpar, dan Genpi Way Kanan (Jhon Faizar dan Ria Gomay). Lewat magrib rombongan wisman tiba. Salah satu pendamping wisman bercerita, menurutnya mereka terlambat karena ada acara di Metro sampai jam 2, setelah itu baru berangkat ke Way Kanan. Ouuuhlala…pantesan. 

Bagi rombongan kami, keterlambatan mereka menguntungkan. Jadi nggak ikut-ikutan menunggu lama 😀 Tapi bagi para tim penyambut yang sudah standby sejak jam 1 siang, meleset 3 jam dari jadwal dengan total tunggu hampir 6 jam pastilah sesuatu kata Syahrini 😂

Menikmati suguhan selamat datang bareng wisman
Sambutan dari pihak kemenpar

Sebelum meluncur ke rumah dinas Sekda Way Kanan di Blambangan Umpu, semua tamu undangan diajak melepas dahaga dulu di rest area. Terhidang kopi, es kelapa, dan air putih untuk mengguyur tenggorokan. Tak ketinggalan aneka kue dan buah segar di antara suguhan selamat datang. Slurrrrp....

Diantara perjumpaan dengan para wisman itu, momen paling sukacita adalah saat bersua kembali dengan komandan kami, Rinto Macho dan si manis Ika, dua sosok yang paling giat mengangkat wisata Way Kanan. Selain itu, di sini kami juga jumpa dan kenalan dengan kawan dari Genpi Way Kanan. Pertemuan kembali dan kawan baru adalah rejeki. Inilah highlight hari ini. 

Kopi selamat datang
Obat haus setelah 4 jam perjalanan. Segeeeer

Mobil kembali bergerak, memunggungi rest area dengan cepat, meluncur ke rumah sekda. Bus wisman menyusul di belakang. Terhitung ada 17 wisman yang hadir saat itu. Hmm….bukan 27 seperti informasi yang saya dapat sebelumnya. Mereka yang hadir terdiri dari wisman asal Singapore, Belanda, Jerman, Ukraina, Palestina, Arab Saudi, Serbia dan Madagaskar. Menurut info dari Siska (EO kemenpar), masih ada sejumlah wisman lainnya yang belum datang dan masih dalam perjalanan. Tak disebut berapa jumlah yang menyusul. Saya pun tak bertanya lebih lanjut.

Berjumpa Angga di rumah sekda, ajudan bupati Way Kanan yang pernah menjemput kami di bandara

Malam ramah tamah bupati dengan wisman dan wisnus

Bupati Way Kanan Bapak Adipati Surya hadir di rumah dinas Sekda Way Kanan. Turut menyambut kedatangan para undangan yang menjadi peserta Gedung Batin Bamboo Rafting. Beliau ikut makan malam bersama rombongan. 

Bapak muda tampan dengan senyum manis yang selalu mengembang itu tak lupa pada kami, beliau menyapa dengan penuh keramahan. Bagi saya, diingat dan disapa dengan hangat itu sesuatu sekali rasanya ya 😍
Bupati Way Kanan, Bapak Adipati Surya
Sosok yang bersahabat

Acara di rumah sekda tak berlangsung lama. Usai makan malam dan ramah tamah, bupati meninggalkan tempat. Rombongan wisman diantar ke Desa Gedung Batin, tempat mereka menginap. Sedangkan kami ke rumah seorang warga yang letaknya tak jauh dari rumah sekda. Tuan rumah kami yang baik hati menyediakan kamar-kamar dengan tempat tidur yang nyaman untuk kami istirahat sebelum memulai kegiatan bamboo rafting pada esok hari. 

Makan malam

Alhamdulillah
Bupati dan rombongan wisman
Muli Mekhanai Way Kanan bersama wisman
 
Menurut informasi, sejumlah peserta Bamboo Rafting yang datang dari luar Way Kanan diinapkan di Rusunawa (rumah susun sewa). Rusunawa? Ya, di Way Kanan yang tanahnya berlimpah ini terdapat rusunawa. Hmm…heran nggak sih? 😀 

Minggu pagi (8/10/2017) kami ke rusunawa, diundang panitia untuk sarapan. Kami ke sana diantar Samgar, kapten speedboat yang pernah saya tumpangi saat mengarungi Way Besay bulan April lalu. Berhubung sudah sarapan enak dan kenyang di homestay, makanan yang terhidang di rusunawa tak saya sentuh. Apa yang saya sentuh? Cewek-cewek cantik! 😛

Di sana ada Ayu dan Thini, dua gadis anggota K@wan yang bulan April lalu banyak menemani kami jalan-jalan di Way Kanan. Bahagia banget jumpa lagi dengan keduanya! Pagi itu para peserta dari luar Way Kanan sudah bergerak ke Tiga Serangkai, lokasi start Bamboo Rafting. Di rusunawa tinggal kawan-kawan dari Komunitas K@wan saja. Ada Aji dan istrinya, Desva, Surya, dan lainnya. 

Bersama Komunitas K@wan, kompak dan bersahabat
Kawan yang asyik

Saya pribadi kagum dengan komunitas K@wan. Sejak pertama kenal dengan komunitas ini (Juli 2016), saya sudah melihat kegigihan mereka dalam mengangkat wisata daerahnya. Saling dukung, tak bosan berbagi, dan aktif di media sosial. Semangat tinggi yang mereka punya sangat positif. Hal baik inilah yang menulari saya sehingga antusias datang ke Way Kanan. Selain karena eventnya keren, juga karena orang-orangnya. Cara mereka menerima kami tercermin dari sikap ramah penuh ketulusan. Bukan hanya pada event kali ini, tapi sejak event-event sebelumnya. Kebaikan mereka melekat kuat dalam benak dan hati saya.

K@wan

Kebaikan dan keramahan adalah kemewahan. Paket menyenangkan dalam sebuah suguhan pariwisata yang membuat wisatawan seperti saya merasa SERU SETIAP SAAT apapun kondisinya.

Jika dengan orang-orangnya saja sudah asyik, mengikuti kegiatan Gedung Batin Bamboo Rafting tentu lebih asyik lagi. Baca yuk keseruannya pada postingan berikutnya : Gedung Batin Bamboo Rafting.


Lho, bersambung toh? Iya, kayak hubungan sama patjar, bersambung sampai sekian episode 😂😂😂😂

Seru-seruan naik rakit bambu di Way Besay 😍

Cara menuju Way Kanan:
- Ke Lampung terlebih dahulu.
- Lampung bisa dicapai dengan pesawat, bus, dan kereta api.
- Ada penerbangan langsung ke Lampung dari Jakarta, Bandung, Batam, Jogja dan Palembang.
- Dari Jakarta bisa menggunakan bus, menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni.
- Dari Palembang bisa menggunakan kereta.
- Dari Bandara Radin Inten Lampung, sewalah mobil ke Way Kanan. Mobil sewa bisa didapatkan di bandara.
- Jarak tempuh Bandara Radin Inten di Lampung Selatan ke Way Kanan sekitar 3-4 jam.
- Untuk penginapan, di Way Kanan terdapat beberapa hotel kecil dan homestay.
- Untuk berwisata di Way Kanan, silakan cek paket wisata recommended pada gambar-gambar berikut ini :