Tampilkan postingan dengan label way besay. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label way besay. Tampilkan semua postingan

Bamboo Rafting Seru di Gedung Batin Way Kanan

Gedung Batin Bamboo Rafting 2017

Gedung Batin Bamboo Rafting 2017 diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Way Kanan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata RI. Event yang digelar pada tanggal 8 Oktober ini diikuti oleh 25 wisatawan mancanegara (wisman) dari 12 negara, wisatawan Nusantara (wisnus), penggiat pariwisata nasional, komunitas wisata antara lain GenPI, MTMA, Pelancong, komunitas sepeda Lampung, dan komunitas Trail Adventure. 

bamboo rafting way kanan
Katerina - Bamboo Rafting di Gedung Batin Way Kanan

Gedung Batin Petjah!

Apanya yang pecah? Tunggu dulu. Hari masih pagi, masih terlalu dini untuk meneriakkan kata pecah. Mari saya mulai yang pecah-pecah itu dari kamar para wanita di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari rumah Sekda Way Kanan. Hari itu Minggu (8/10/2017), antusiasme untuk ber-bamboo rafting membuat saya bangun paling pagi, mandi paling awal, tapi kelar dandan paling akhir. Kerudung disetrika, bibir dipoles warna merah muda belia, wajah dilapisi berbagai krim (biar gak gosong), kelopak mata disemir dan alis mata dikelir-kelir melintir. Mau kondangan atau bamboo rafting? Pokoknya kudu dandan, siapa tahu ketemu buaya tampan di sungai. Lumayan buat digombali 😆

“Ini sarapannya, lontong sayur ala Way Kanan,” ucap ibu pemilik homestay.

Huaaa…ini dia yang bikin homestay petjah! 😍

Lontong sayur enak itu sukses bikin wajah kami dihiasi senyum memabukkan sepanjang perjalanan menuju Tiga Serangkai, lokasi start Bamboo Rafting di Kampung Gunung Katun. 

Keikutsertaan saya dalam event ini bisa dibaca pada postingan : Berwisata di Way Kanan Semakin Asyik. 

welcome
 
“Gedung Batin Bamboo Rafting. Traditional wisdom adventure. Welcome all participant at Bumi Ramik Ragom”

Tulisan tersebut terpampang pada sebuah kain spanduk di Tiga Serangkai. Melintang di atas jalan menuju Way Besay. Di sanalah kami berkumpul sebelum diangkut ke pinggir sungai dengan menggunakan mobil dinas bak terbuka. Rombongan kemenpar beserta pendamping wisman yang berbaju putih dan kuning terlihat di beberapa titik. Baju putih seragam dari kemenpar punya saya tersimpan dalam ransel, akan dipakai seusai bamboo rafting. Cukup baju warna oren buat basah-basahan, baju ngejreng yang memudahkan si mama rempong ditemukan kalau mendadak hanyut dibawa arus sungai. 


Angkut-angkut peserta

Teman-teman dari Komunitas K@wan tampak sibuk memberi arahan. Keramaian pagi itu didominasi oleh peserta bamboo rafting. Beberapa warga terlihat menonton dengan wajah-wajah penasaran bercampur senang melihat kampungnya mendadak ramai. Kemana para wisman? Zzzz……batang hidung mancungnya belum keliatan cuy. Apalagi bapak wabup dan rombongan yang pagi itu akan melakukan pelepasan peserta bamboo rafting. Belum ada kabar beritanya sudah sampai mana. Saya mulai kepanasan, mulai keringatan.

Surya Jihad

“Nanti kalian sama saya,” ucap Surya. 

“Iya, nanti kalian sama Surya,” timpal Verry

Seketika udara mendadak jadi adem. Surya memang seperti es…nyessss. Pemandu rakit dari Komunitas Wisata Way Kanan (K@wan) ini adalah salah satu guide kami saat mengarungi Way Besay bulan April lalu. Jika sebelumnya dia masih sebagai guide pendamping yang banyak diocehi oleh Samgar, kali ini dia kapten utama kami, gantian jadi tukang ngoceh! Sepertinya Surya sudah lulus pendidikan mengayuh rakit di Thailand sono dengan predikat nomor wahid sebagai pemandu terlatih *ngarang 😝 Makanya dia diamanahi untuk menjadi pendamping duo wisnus yang berdandan ala Syahrini nyasar. 

Angkut perahu karet ke sungai


Tetap cantik dong biarpun main di sungai

“Itu mobilnya, ayo cepat naik,” ucap Verry.

Tanpa ba bi bu, saya dan Ika masuk mobil. Duduk di depan, di samping Ridho, ketua K@wan yang secara spesial mengawal kami ke titik start. Perjalanan bermobil ini dekat, hanya sekitar 200 meter saja. Melewati lahan kosong yang kerontang, dan berakhir di perkebunan karet yang teduh. Pada sebuah pondok entah pondok apa, kami berhenti, bergabung dengan peserta lain. Di sini terdapat tumpukan life jacket dan perahu karet yang belum diturunkan ke sungai. Seluruh peserta diharuskan memakai life jacket. Saya mengambil satu dari sekian banyak jaket pelampung yang semuanya masih dalam kondisi bagus. Dapat 1 yang ukurannya paling kecil dan pas di badan. Lalu Akbar menawari baju pelampung milik K@wan. Masih baru. Wah salut, ternyata K@wan juga punya jaket pelampung sendiri. Tiap jaket yang diambil dari Akbar ditulisi nama K@wan terlebih dahulu agar tidak tertukar dengan jaket lainnya. Pinterrrrr 👍

ambil life jacket dulu


welfie tetep yeaa


pakai baju pelampung yang bener


Akbar membagikan jaket pelampung punya K@wan

Lokasi start bamboo rafting saat itu sudah ramai oleh tentara, Pol PP, peserta Fun Bike, peserta Trail Adventure, peserta Bamboo Rafting, dan warga setempat. Saya dan Ika turun ke sungai, mengikuti Surya yang menuntun pada rakit yang akan kami naiki. Berhubung Pak Wabup belum keliatan hilal kehadirannya, kami mengisi waktu dengan menjajal berdiri di atas rakit sambil berfoto ria.

Bulan April lalu, rute bamboo rafting sejauh 10 km. Dimulai dari Desa Banjarmasin, berakhir di Banjarsari. Kali ini jarak tempuh lebih pendek, hanya 4,2 kilometer saja. Start di Tiga Serangkai Kampung Gunung Katun, finish di Kampung Gedung Batin. Meski jarak tempuh beda, tapi yang dihadapi adalah sama: aliran Way Besay. 

Ika dan para peserta fun bike
 
Aman bersama tentara dan Pol PP


Pak Rahmad (baju biru) Kabid Olahraga Dinas Olahraga, Pemuda dan Parwisata Way Kanan dan para peserta Trail Adventure

Way Besay yang mengelilingi kampung Gedung Batin ini merupakan habitat monster ikan air tawar langka yakni ikan Wallago lerii sp, golongan cat fish, penduduk lokal menyebutnya ikan Tapah. Nah lho. Buat penakut seperti saya, mahluk air seperti hiu adalah momok paling menyeramkan. Menyebut Tapah sama saja dengan menghadirkan sosok hiu dalam benak. Tapah masalah buat elo? TIDAK. Saya tetap ikut bamboo rafting haha.

Menurut informasi, masyarakat setempat pernah mendapatkan rekor ikan terbesar pada tahun 2006 dengan berat 160 kg. Hoho. Guedeee ya. Memancing ikan Tapah masuk dalam kategori perburuan yang dikenal dengan sebutan Fishing Extreme bagi pemancing dunia. Ok, itu tentang ikannya. Sekarang bicara tentang arusnya. Way Besay memiliki arus yang cukup deras dengan didasari oleh batuan ukuran sedang dan besar, sehingga tergolong jeram grade 1. Karenanya sungai ini ramai digunakan sebagai arena Arung Jeram, River Tubing dan Bamboo Rafting. Apa yang terlintas dalam benak saat tiga aktivitas itu disebut? Kalau saya sih: PETUALANGAN. 

Cek ulang kondisi rakit

Pukul 09.30 Wabup dan rombongan tiba. Siang banget pak 😁 Warga dan peserta yang berkumpul di pinggir sungai makin tumpah ruah. Mungkin inilah saat untuk meneriakkan “Gedung Batin Petjah Episode 1”. Kok ada episode segala? Episode 2 di lokasi finish. Episode 3 di rumah-rumah tua Gedung Batin. Banyak episode, ngalahin sinetron 😅

Kehadiran para wisman membuat suasana kian riuh. Warga dan peserta tampak sibuk mengajak mereka berfoto. Yang mengajak foto mukanya sumringah, yang diajak foto tampak cemberut. Tampaknya si wisman lelah. Bahkan dua wisman tercyduk menggerutu kesal. He he. Kasihan. Namanya orang, ada yang senang saja diajak foto, ada yang tidak. Kalau sudah begitu, kita mesti peka dan mau ngertiin mereka. Lihat-lihat sikon, ya, bro. Tapi, saya memaklumi kenapa warga se-agresif itu pada para wisman. Tentu momen langka kampung mereka kedatangan turis asing seramai itu, toh? Sekalinya dikunjungi, terasa istimewa buat mereka, makanya diajak foto. Ya sudahlah, jangan cemberut-cemberut. Nikmati. Bawa happy. *ngomong sama air sungai 😛

Wisman tiba bikin suasana pecah


Petjah!

Rakit berlayar kapten!

Rakit-rakit dilepas dengan meriah. Kamera cekrak cekrek memotret. Drone berdesing-desing merekam dari atas. Satu persatu rakit bergerak ke hilir. Guide sekaligus pendayung bekerja dengan kekuatan seribu tenaga kerbau, menggerakan rakit dengan wajah riang. Gimana nggak riang? Yang dibawa wisman-wisman cantik dan ganteng  he he. Satu rakit berisi 4 peserta dan 1 guide. Maksimal 6 orang jika harus dengan 2 guide (saya ragu lho kala ber-6 itu aman). Susunan 12 bambu sebesar betis saya itu memang cukup lebar. Tapi kalau melebihi kapasitas, akan tenggelam juga. Apalagi jika penumpangna tidak seimut saya 😃 Alamat sulit buat hanyut. Yang ada nanti penumpangnya berenang sambil dorong rakit sejauh 4,2km 😅

Saya bersama Ika dan dua orang dari Radar TV (kameramen dan reporter), serta Surya sebagai guide. Di tengah perjalanan, Aris dari tim pemandu TRC, BNPB Way Kanan, ikut gabung. Aris yang tadinya tubing, tukaran dengan Meda (reporter Radar TV).

detik-detik rakit kami berangkat 😃


Difoto oleh Chaikal

Bawa apa naik rakit? Karena di sini ada unsur senang-senang, saya bawa kamera hp dong buat mendokumentasikan keseruan selama naik rakit. HP dimasukkan ke dalam kantong anti air dulu. Siapa tahu rakit karam dan jatuh ke sungai, sayang gadget mahal jadi korban. Tapi yang jelas, bawa KEBERANIAN dulu. Tanpa itu, naik rakit nggak akan dapat fun-nya.  Kalau sudah berani, baru deh urusan foto-foto menyusul. Selain buat motret keseruan selama berada di atas rakit, juga buat mengabadikan temuan-temuan yang dilihat sepanjang mengarungi sungai.

Banyak bunga bungur sedang mekar di tepian sungai, dan itu sangat cantik untuk difoto. Buah merah “terlarang” yang menggoda untuk dimakan, kami jumpai saat rakit sedang mepet-mepet ke tepian. Aktivitas warga yang memancing, anak-anak yang berenang, dan burung-burung yang terbang, adalah objek menarik untuk ditangkap oleh kamera. Nggak rugi bawa kamera HP. Siapa tahu bisa jumpa ikan tapah yang tiba-tiba muncul ke permukaan sambil mengucap salam : “Haloooo”. He he. Kalau yang satu ini, boro-boro sempat motret, yang ada terjengkang duluan. 

💗💗 Kita bisa senyum dan ketawaaaa 💗💗


Satu rakit dengan si mas dari Radar TV


Surya guide kami dari K@wan

Ada yang tak bisa diuraikan lewat kata ketika karam, terbalik, nyebur, bahkan tersangkut di batu-batu adalah hal terseru yang bisa dirasakan saat bamboo rafting.  Sebagian orang tidak menginginkannya, sebagian lagi menunggu untuk mengalaminya. Dan saya termasuk yang  berharap itu terjadi di rakit saya. 

Tak tenang rasanya melihat rakit wisman asal Belanda tersangkut di batu-batu. Rakit rombongan Batiqa Hotel yang berulang kali karam. Rakit seorang ibu dan bapak dengan 2 guide yang mendadak terbalik dengan posisi tegak. Rakit wisman Madagaskar yang berputar-putar dimainkan arus deras dekat delta. Sementara rakit kami tenang-tenang saja. Itu sungguh mengesalkan. Tapi akhirnya, saya mengalami apa yang saya inginkan. Rakit kami “nabrak” deretan bambu. Tersangkut batu. Hampir karam. Yihaa! Rasanya ada keseruan yang meledak-ledak. 

Asyik nabrak!


Wisman Madagaskar


Rombongan dari Batiqa Hotel itu seru abis sepanjang rakit berlayar

Dua orang Radar TV yang bersama kami bahkan memilih lompat dari rakit. Nyebur-nyebur gembira. Berenang. Menyelam. Berfoto dalam air. Yah, bagi kami itu SERU. Teman saya berkata; hanya hati yang bahagia yang bisa sebut itu seru. Jadi, kalau mau bamboo rafting, bawa Keberanian dan Hati yang Bahagia biar dapat serunya. Gitu, boy.

Nyebur biar tambah seru


Santai kayak di pantai cuy

Bamboo rafting itu nggak WAH.

Hey…siapa bilang? Wisata ini buat saya tidak sederhana. Saya rela datang jauh-jauh ke Way Kanan supaya bisa mengikutinya. Kalau nggak bikin seru, mana mungkin saya datang ke Way Kanan sampai tiga kali, dan ikut bamboo rafting sampai 2 kali.  Malah masih ingin sampai ke sekian kali. Hoho ketagihan 😂

Gedung Batin tempo doeloe merupakan bandar perdagangan besar dan berakhir di sungai Way Besay. Hasil bumi kopi, karet dan lada dari hulu sungai dibawa dengan rakit bambu yang murah menuju bandar Gedung Batin. Sampai saat ini, transportasi utama di sungai Way Besay tetaplah rakit bambu bukan perahu. Jika sekarang rakit bambu dijadikan sebagai wahana wisata, saya melihatnya sebagai upaya pelestarian alat transportasi jaman baheula yang tidak hanya membuat wisatawan seperti saya bersenang-senang saja, tapi juga membawa saya pada pengetahuan tentang ekosistem sungai, peradaban hunian tepi sungai, warisan kebudayaan, dan lain-lain. Inilah alasan yang membuat saya sudi meluangkan waktu berakit-rakit di Way Besay.

W untuk Way Kanan dan L untuk Lampung 😍


FUN!


Enjoy

Saya bangga pada Lampung karena punya Way Kanan yang menyajikan wisata Bamboo Rafting. Di Indonesia, wisata jenis ini tadinya hanya ada di Loksado, Kalimantan. Kini ada di dua lokasi. Buat saya yang tinggal di Jakarta, Lampung paling dekat. Lebih mudah dan murah dari segi biaya jika ingin mengajak teman-teman berwisata bamboo rafting. Ke depannya, wisata jenis ini sangat potensial untuk berkembang karena sebagai Eco Friendly Tourism, pengelolaannya akan seiring sejalan dengan pengelolaan ekosistem dan lingkungan hidup.

“Hore sudah mau sampai.”

Ucapan Ika membuat saya sumringah. Tapi dalam hati seolah tidak terima. Rasanya baru sebentar, sedang senang-senangnya, tahu-tahu sudah mau selesai. Dulu, 10 KM kejauhan. Sekarang 4,2 KM terasa kurang. Hehe. Mungkin karena sudah merasa asyik, menikmati, jadi tidak berasa jauhnya. 

Aktivitas warga di sungai


Bungur mekar
Di garis finish - Photo by Atanasia Riant

Satu jam lebih di atas rakit. Banyak rasa, banyak cerita. Di titik finish, tepian sungai tumpah ruah oleh warga yang menonton. Saya terkejut. Sungguh berbeda dengan keadaan saat pertama kali saya pernah ke sana pada Juli tahun 2016 lalu. Tempat itu dulu sepi, terkurung oleh kebun karet dan pohon tua. Tampak muram, kelam dan agak menyeramkan, apalagi dalam remang petang. Nuansanya horor. Tapi kini begitu lapang dan terang. Sudah ada jalan setapak pedestrian, kamar mandi dan ruang ganti, mushola, beberapa gazebo, kios pedagang, taman bermain anak dan area parkir. Tembok di sisi jalan setapak menuju jembatan gantung kini warna warni, suasananya bak di taman ria. Umbul-umbul yang berderet di sekitar tepi sungai, menambah keriaan suasana.



Gedung Batin kini
Gedung Batin dulu


Gedung Batin kini
Jembatan Gantung kini

Gedung Batin Petjah!

Yeah! Petjah episode 2 terjadi di sini. Tempat di mana perjalanan rakit berakhir. Naik rakit memang usai, tapi kegiatan di Gedung Batin belum selesai. Dalam keadaan basah, haus, dan mulai lapar, kaki saya melangkah terburu-buru ke rumah Ibu Devi, Kepala Desa Gedung Batin.  Tanpa singgah dan tengok kiri kanan, bergegas mandi, ganti baju, lalu duduk manis bersama para wisman. Siap untuk pijok-pijok bareng wabup dan beberapa pejabat pemda Way Kanan.

Jadi, cerita Gedung Batin Bamboo Rafting belum kelar. Episode Gedung Batin Petjah masih berlanjut ke postingan berikutnya : Pijok-Pijok dan wisata Bali Sadhar.  

Pijok-pijok di rumah Kepala Desa Geedung Batin
 
Kampung wisata Gedung Batin, objek sejarah, budaya dengan atraksi Bamboo Rafting ini merupakan daya tarik wisata yang ada di Way Kanan. 


Untuk berwisata di Way Kanan, silakan cek paket wisata recommended berikut ini :




Menjajal Kekuatan Baterai Zenfone 3 Max Selama Mengikuti Trip Wisata Way Kanan

Zenfone 3 Max digadang-gadang oleh Asus sebagai smartphone Zenfone 3 series dengan kekuatan baterai #GaAdaMatinya. Seberapa kuat? Perlu dicoba dulu. Nah, dalam postingan kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman menggunakan Zenfone 3 Max ZC553KL Rose Pink yang tidak hanya handal di baterai, tapi juga mumpuni di kamera dan cantik di rupa.

Blogger, teman-teman Wisata Way Kanan, dan Zenfone 3 Max yang dipakai untuk wefie

Pengalaman pertama menggunakan ZenFone 3 Max ZC553KL pada bulan April lalu, tepatnya saat mengikuti kegiatan Festival Radin Djambat di Way Kanan, Lampung, tgl. 21-24 April 2017. Saya ke Lampung atas undangan Dispar Way Kanan, bersama tiga rekan blogger, Mbak Dian, Yuk Annie dan Ika.

Kegiatan kami selama di Way Kanan antara lain menelisik Desa Wisata Gedung Batin, mencoba Bamboo Rafting di Way Besay, dan Trail Adventure ke Air Terjun Putri Malu. Tiga kegiatan yang menawarkan kentalnya aroma petualangan.

Semua kegiatan selama di Way Kanan bukan sekedar untuk diikuti, tetapi juga didokumentasikan. Baik untuk keperluan menulis di blog, maupun sebagai materi posting di media sosial. Menjadi penyampai pesan lewat tulisan dan foto adalah tugas dari hati bagi seorang travel blogger yang berdedikasi untuk pariwisata negerinya. Daerah manapun itu. Jadi, kami harus punya materi agar dapat berbagi. Ambil foto, video, dan wawancara narasumber sebanyak mungkin.


Baca juga: Bamboo Rafting Seru Mengarungi Way Besay di Way Kanan

Baru buka kardus

Untuk keperluan dokumentasi inilah diperlukan perangkat bernama kamera. Kamera yang handal untuk merekam gambar, video dan suara. Handal dalam artian memuaskan secara hasil dan memudahkan ketika digunakan. Untuk keperluan foto di Way Kanan, saya tidak memprioritaskan DSLR, cukup dari kamera smartphone karena hasil foto sebatas untuk keperluan blog dan medsos, bukan untuk media cetak (majalah). Maksud saya begini, biasanya kalau saya ambil foto dengan DSLR berarti ada kemungkinan fotonya akan saya gunakan untuk dimuat di majalah. Meski demikian, DSLR tetap saya bawa, menemani duo ASUS smartphone Zenfone 3 dan Zenfone 3 Max.

Kenapa saya bawa 2 ponsel? Zenfone 3 itu ponsel saya yang baru berusia 8 bulan. Di dalamnya tersimpan banyak data yang enggan saya pindahkan ke HP manapun, termasuk kontak, foto-foto, rekaman chat dan telpon (rajin ya simpan2 hihi), hingga koleksi musik dan video. Lagipula, Zenfone 3 Max baru tiba di rumah saya dua hari sebelum saya berangkat ke Way Kanan. Belum ada waktu untuk utak atik fiturnya kecuali memasukkan kartu SIM saja. Kartunya penting karena berisi paket data yang banyak, sisa pemakaian selama Festival Tidore (8-16 April 2017). 

Ini wujudnya. 5,5". Tipis. Kece.

Nah, Zenfone 3 Max itu rencananya akan saya pakai untuk keperluan ambil foto, video, dan live post di media sosial. Artinya bakal online terus. Sedangkan Zenfone 3 khusus untuk berkomunikasi dengan siapapun. Semua aplikasi media sosial di ZenFone 3 saya matikan kecuali Whatsapp.

ZenFone 3 Max #GaAdaMatinya memang jadi andalan selama meliput kegiatan di Way Kanan. Dari jadwal yang dibagikan panitia, terlihat betapa padat dan panjangnya kegiatan kami. Harapan saya semoga ZenFone 3 Max bisa menemani saya beraktivitas sampai kelar, sejak pagi hingga malam di akhir kegiatan. Bukankah ada powerbank? Betul sekali. Tapi, apakah powerbank memudahkan saya ketika dipakai berbasah-basahan mengarungi sungai dan berguncang-guncang naik motor menuju air terjun? Mari kita lihat.


Baca juga : Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu Way Kanan




Hari Pertama : Perjalanan Menuju Way Kanan

Hari pertama diisi dengan perjalanan menuju Way Kanan. Saya, yuk Annie, dan Ika dari Jakarta. Sedangkan mbak Dian dari Batam. Kami bertemu di bandara Radin Inten II, Lampung, untuk selanjutnya bersama-sama menuju Way Kanan dengan menggunakan mobil yang sudah disiapkan oleh panitia festival. Ayu (PNS pemkab) dan Angga (ajudannya bupati Way Kanan) yang menjemput kami. Perjalanan berlangsung lancar sejak dari bandara, rumah makan, hingga kami tiba di Way Kanan dan bertemu dengan rombongan panitia yang sudah menunggu. Ada bang Yazed, Ajie, Angga, dan teman-teman dari komunitas K@wan. Selanjutnya kami dibawa ke Desa Gedung Batin, kampung tua yang menjadi tempat kami bermalam di salah satu rumah warganya. Setelah menaruh barang-barang, kami keluar makan malam di RM Fajar Indah. Jam 11 malam kami kembali ke Gedung Batin, bermalam di rumah Pak Rajimin. Waktunya istirahat sebelum memulai kegiatan esok hari. Tapi sebelum itu, Stop Kontak jadi benda yang sangat kami cari karena daya HP dan kamera sudah sekarat. Dan malam itu, baterai Zenfone 3 Max yang baterainya penuh sejak pagi, tersisa 5%. Foto, video, dan aktivitas posting seharian, tersimpan di dalamnya, jadi bukti energi yang terkuras seharian. 

Zenfone 3 Max - Wefie di jembatan yang menghubungkan area bandara dan area parkir - 12.30PM


Zenfone 3 Max - Makan siang di RM Yangti - 2.05 PM


Zenfone 3 Max - Sore di Desa Banjar Masin - 5.44PM


Zenfone 3 Max - Makan malam di RM Fajar Indah - 8.31 PM

Hari Kedua : Mengarungi Way Besay

 
Pagi hari diawali dengan berkeliling Desa Gedung Batin, mengunjungi salah satu rumah tua kediaman kepala desa, makam tua bertuliskan tahun 1305, hingga mengikuti launching bamboo rafting di Way Besay. Aktivitas di sungai besar sepanjang 12 km berlangsung selama 2 jam. Meski kami naik speedboat, tapi sensasinya tak kalah seru. Selama berperahu, saya tidak mau ambil resiko. DSLR saya simpan dalam dry bag, smartphone saya taruh dalam kantong kedap air transparan. Selama 2 jam kamera HP merekam gambar, video, dan semuanya sukses. Usai bamboo rafting lanjut makan siang bareng bupati Way Kanan di Gedung Batin. Ada sesi temu wicara sekitar 1 jam sebelum akhirnya bupati meninggalkan Gedung Batin. 


Acara selesai? Belum! Malamnya kami menyaksikan acara pemilihan Muli Mekhanai Way Kanan 2017. Nah, apa kabar Zenfone 3 Max? Saat makan malam, baterainya tinggal 5%. Kali ini energi baterai Zenfone 3 Max lebih cepat habisnya dari pada hari sebelumnya. Kenapa? Karena aktivitas di hari kedua jauh lebih banyak, dan penggunaannya pun otomatis lebih sering. Saat itulah powerbank menjalankan tugasnya.

Zenfone 3 Max - berlatar belakang rumah tua usia 300an tahun - 9.10AM


Zenfone 3 Max - Mengarungi Way Besay - 10.58 AM


Zenfone 3 Max - Bersama Bupati Way Kanan di Gedung Batin - 4.19 PM


Zenfone 3 Max - Makan Malam di Way Tahmi - 8.47 PM


Zenfone 3 Max - Nonton acara pemilihan Muli Mekhanai Way Kanan 2017 sampai jam 00.10 AM (dini hari!) 😅

Hari ketiga : Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu

Sebelum motoran sejauh 7 km menuju Air Terjun Putri Malu, kami mengunjungi Kampung Bali Sadhar. Kamera Zenfone 3 Max sudah on sejak pertama kali keluar rumah yang kami inapi. Di Kampung Bali, selain untuk melihat-lihat suasana desa, menyambangi rumah ibadah, melihat pembuatan dodol Bali, juga untuk temu wicara dengan tokoh masyarakat Kampung Bali Sadhar. Setelah itu, petualangan menuju Air Terjun Way Kanan pun dimulai. Nah, selama motoran inilah saya mengandalkan Zenfone 3 Max. Baik memotret maupun merekam video. DSLR tidak saya bawa. Akan sulit sekali menggunakannya jika motoran. Menjaga badan saja susah, apalagi kalau bawa-bawa kamera besar. Dengan sebuah tongsis saya merekam perjalanan bermotor yang termasuk ekstrem. Total perjalanan PP 90 menit dan sekitar 45 menit di air terjun. Dan selama itu pula Zenfone 3 Max bekerja. 

Kali ini, energi baterai terkuras lebih cepat. Belum magrib tersisa 10%. Kalau dilihat dari file foto dan video yang ada, jumlahnya memang lebih banyak dari 2 hari sebelumnya. Terutama video. Meski belum sampai magrib sudah mau habis, energi batrenya tetap termasuk kuat karena digunakan sejak pagi hingga jelang magrib. Setidaknya, tidak habis saat beraktivitas. Kebayang kan kalau harus pakai power bank segala saat sedang motoran sambil pegang tongsis dan HP? Selain tidak nyaman, barang juga tidak aman. Usai dari air terjun kami kembali ke Blambangan Umpu. Saat itulah hp dicas sepanjang perjalanan hingga tempat pembuatan souvenir batu. Malam terakhir di Way Kanan kami menginap di rumah Ayu. Di rumah Ayu segala gadget diisi kembali tenaganya. 

Zenfone 3 Max - Berkunjung ke Kampung Bali Sadhar - 10.43 AM


Zenfone 3 Max - Trail adventuroe Air Terjun Putri Malu - 1.34 PM


Zenfone 3 Max - Air Terjun Puteri Malu - 2.15 PM

Zenfone 3 Max - Tempat produksi souvenir batu perhiasan -  8.22PM
Zenfone 3 Max - Makan malam bareng terakhir - 10.20 PM


Hari keempat : Kembali ke Jakarta

Setelah 3 hari yang penuh petualangan, saatnya kembali ke Jakarta. Kali ini giliran Aji dan Thini yang mengantar kami ke bandara Radin Inten II. Dian pulang lebih dulu, saya dan Yuk Annie belakangan. Kami sempat jalan-jalan dulu ke rumah saudara yuk Annie. Lalu ke pasar menemani Thini beli kain. Sorenya baru ke bandara lagi, dan kami pun kembali ke Jakarta.  Trip Way Kanan selesai, tersisa beratus-ratus foto dan video dalam smartphone Asus Zenfone 3 Max.

Banyak foto diambil seadanya dan dalam keadaan buru-buru. Sebagian bagus, sebagian lagi biasa-biasa saja. Alhamdulillah yang penting tak mengecewakan. Foto banyak, video banyak. Semua berguna dan berharga. Jadi kenangan saat trip Way Kanan. Tak terlupakan.

Zenfone 3 Max - wefie sebelum meninggalkan Lampung

Tiga kata untuk Zenfone 3 Max: Cantik, Tahan Lama, dan memuaskan.

Body tipis nan menawan dibalut warna pink. Kapasitas baterai besar dan punya fitur penghemat energi, bahkan dapat berubah fungsi menjadi sebuah powerbank. Kamera mumpuni PixelMaster Camera 3.0. dengan dukungan fokus terbaik yakni TriTech Auto-Focus.

Usai dari Way Kanan, Zenfone 3 Max selanjutnya dipakai oleh suami untuk penggunaan sehari-hari. Berhubung ponsel satu ini berwarna PINK, suami memasang cover bening agak kecoklatan. Biar tidak nge-pink banget katanya he he.

ZenFone 3 Max ZC553KL menawarkan baterai berkapasitas besar dan mendukung reverse charging, teknologi khusus agar smartphone dapat menyumbangkan energi ke perangkat lain.  Hadirnya ZenFone 3 Max ZC553KL berwarna Rose Pink tersebut menggenapi model yang sudah hadir dalam warna Sand Gold, Titanium Gray dan Glacier Silver. 

.
Yang #Pink dan Cantik memang #GaAdaMatinya 🌸 Main ke desa, ke gunung, ke hutan, bahkan main di sungai seharian, energi tetap kenceng, penampilan pun tetap trendi dan stylish 😎 Ngomongin diri sendiri? Bukan, ini lagi ngomongin smartphone yang saya pakai 😂 . Jadi gini, selama mengikuti kegiatan Festival Way Kanan kemarin, andalan saya buat motret dan video pakai smartphone #ASUSaja #Zenfone3MaxID. Kegiatan saya dan kawan2 blogger padat, dari pagi sampai malam. Banyak yang dilihat dan mesti didokumentasikan. Nah, karena perlu lincah dan banyak bergerak, saya gunakan smartphone untuk urusan foto. Selain ringan (biasanya pakai DSLR EOS70D yang berat itu), juga mudah dibawa-bawa. Untuk pemakaian terus menerus, batrenya pun sangat bisa diandalkan. Memang sih kalo abis tinggal diisi pakai powerbank. Tapi kan ribet. Kalau santai2 dan mainnya di tempat yang aman sih nggak masalah. Ini kan HP dibawa ke tempat yang rentan rusak, pakai dimasukkan ke kantong waterproof segala biar ga kena air sungai, air hujan, bahkan lumpur. Kalau bawa charger, powerbank, dll, kantong waterproof hp-nya nggak muat. Foto ini pagi hari, saya ambil sebelum mengikuti bamboo rafting. Batre masih full. Dan tetap berisi sampai tengah malam saat menyaksikan acara grand final Muli Mekhanai Way Kanan di GSG Way Kanan. Zenfone3Max warna Pink-nya nggak kelihatan? Kan sedang dipakai buat selfie. Diwakili sama pemakainya saja ya. Pink, cantik dan kuat juga kok 😛 . . Lokasi di depan tugu Desa Gedung Batin, Way Kanan. Kamu sudah pernah ke desa tua yang punya rumah2 kuno usia 4 abad ini? Kalau belum, kemarilah, kita wisata sejarah bareng2. Kalau sudah melihat tugu di belakang saya itu, berarti sudah sampai di Gedung Batin. Itu tugunya ada yang rusak, kesenggol kendaraan berat yang sedang memperbaiki jalan desa biar nyaman untuk dikunjungi. Laporan selesai 😂 #Traveler #travelblogger #WayKananAsyik #JalanJalan #TravelingLampung #Lampung #FestivalRadinDjambat
A post shared by Katerina (@travelerien) on


Baterai “GaAdaMatinya” untuk Aktivitas Seharian

 
Sebagai sebuah smartphone yang mengandalkan kekuatan baterai, ASUS ZenFone 3 Max 5.5” ZC553KL diperkuat oleh baterai jenis Lithium Polymer berkapasitas 4.100mAh yang didesain dengan densitas tinggi agar dapat dimasukkan ke dalam body yang tipis, hanya 8,3 milimeter. Dari pengujian internal, baterai tersebut mampu bertahan hingga 38 hari saat dalam kondisi standby di jaringan 4G.

Jika digunakan untuk berkomunikasi suara lewat jaringan telekomunikasi berbasis 3G, baterainya mampu bertahan hingga 17 jam. Adapun untuk penikmat musik, baterai dapat memasok kebutuhan memutar musik selama 72 non stop. Sementara untuk menjelajah Internet, baterai tersebut mampu menopang hingga 19 jam.

Masa aktif baterai yang luar biasa ini dimungkinkan oleh tiga faktor. Penggunaan baterai berkapasitas besar, yakni 4.100mAh, penggunaan prosesor dengan teknologi terbaru yang lebih efisien dalam pemanfaatan energi, dan juga modus optimalisasi baterai yang memudahkan pengguna untuk memilih setting yang paling tepat untuk berbagai aktivitas yang mereka lakukan. Mulai dari Performance, Normal, Power Saving, Super Saving ataupun Customized.


Zenfone 3 Max - Batre HP masih on, orang-orangnya sudah "off" :D - 10.42PM

Bikin Perangkat Lain “GaAdaMatinya” dengan Reverse Charging


 
Selain punya kapasitas baterai besar dan fitur penghemat energi, ASUS ZenFone 3 Max ZC553KL juga bisa membagikan kapasitas energi yang ia simpan di baterainya ke perangkat lain. Dengan fitur reverse charging capability, smartphone ini dapat berubah fungsi pula menjadi sebuah powerbank.

Cara pemakaiannya mudah.  Pengguna cukup menghubungkan smartphone atau gadget lain yang akan diisi ulang menggunakan kabel USB on the go (OTG) yang disediakan pada paket penjualan dan kabel data yang juga sudah disediakan. Pasangkan ujung kabel data (micro USB) ke smartphone yang akan diisi, dan hubungkan ujung kabel USB OTG ke ASUS ZenFone 3 Max. Dengan demikian, daya yang masih dimiliki oleh baterai milik ZenFone 3 Max akan ditransfer ke smartphone yang akan kita isi.

Pengguna juga tidak perlu khawatir ZenFone 3 Max-nya kehabisan baterai. Dengan software yang dimiliki ASUS ZenUI, ia akan mencegah ZenFone 3 Max mentransfer daya ke perangkat lain jika daya baterai yang ia miliki hanya tersisa tinggal 30 persen. 


Zenfone 3 Max - Berfungsi sebagai powerbank!

Fotografi #GaAdaMatinya dengan PixelMaster Camera 3.0 dan TriTech Auto-Focus

 
ASUS ZenFone 3 Max 5.5” ZC553KL diperkuat oleh software kamera mumpuni yakni ASUS PixelMaster Camera 3.0. Selain itu, dari sisi hardware, tersedia pula dukungan fokus terbaik yakni TriTech Auto-Focus. Kamera utama ASUS ZenFone 3 Max ZC553KL punya resolusi 16 Megapixel dilengkapi dengan sistem Tri-Tech Autofocus dapat membantu pengguna untuk mendapatkan fokus dengan lebih cepat dalam berbagai kondisi. Dengan demikian, mereka dapat membidik lebih baik dan mendapatkan foto yang lebih jelas dan tajam. Tri-Tech Autofocus sendiri terdiri dari Laser Auto Focus generasi kedua, Phase Detection Auto Focus, serta Continuous Auto Focus.

Dari sisi software, ASUS PixelMaster Camera merupakan aplikasi fotografi yang sangat lengkap. Pengguna bisa memilih hingga 20 modus pemotretan untuk kamera belakang, dan 10 modus pemotretan untuk kamera depan. Yang paling menarik adalah fitur Manual mode karena dapat mengatur banyak opsi mulai dari White Balance, Exposure Value, ISO, Shutter Speed sampai ke jarak fokus. Ada pula fitur Super Resolution yang dapat membuat ZenFone 3 Max ZC553KL bisa mengambil foto resolusi tinggi hingga 64 megapixel.

Untuk mendapatkan foto dengan resolusi setinggi ini, ASUS menggunakan teknik image-processing khusus untuk menangkap lalu mengombinasikan empat buah foto resolusi 13 megapixel hingga didapatkan sebuah foto dengan tingkat ketajaman 4x lebih tinggi dengan detail yang jauh lebih baik dan tingkat noise yang lebih rendah. 


Kamera Zenfone 3 Max - Souvenir batu perhiasan di Way Kanan

Kamera Zenfone 3 Max -  Suatu pagi di teras rumah warga Desa Gedung Batin

Kamera Zenfone 3 Max - Rumah tradisional usia 300an tahun

Kamera Zenfone 3 Max - Rumah Tradisional usia 400an tahun

Di Indonesia, ZenFone 3 Max ZC553KL Rose Pink dipasarkan di harga Rp 3.099.000. Smartphone cantik ini bisa didapatkan lewat jaringan mitra distribusi ASUS baik Erajaya ataupun Metrodata.

Saya sudah buktikan kekuatan energi si cantik berkamera mumpuni ini. Kamu?





========
 
Terima kasih kepada Dinas Pariwisata Way Kanan yang telah mengikutsertakan saya dalam trip Way Kanan bersama kawan-kawan blogger dan komunitas Wisata Way Kanan K@WAN.

Semua foto diambil dengan menggunakan kamera Zenfone 3 Max.

Hasil video dari kamera Zenfone 3 Max dapat dilihat dalam channel Youtube Katerina S