Tampilkan postingan dengan label trip komodo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label trip komodo. Tampilkan semua postingan

Kuliner Seafood Restoran Artomoro Labuan Bajo TERENAK!!

Kuliner Seafood Restoran Artomoro Labuan Bajo
Kuliner Seafood Restoran Artomoro Labuan Bajo

Selamat datang kembali di tulisan tentang Labuan Bajo. Semoga betah dan mau baca terusss sampai kecanduan 😂 Kali ini saya bahas kuliner lagi. Kuliner Labuan Bajo tentunya ya, bukan Labuhan Hati. 

Setelah sebelumnya bahas Kuliner Seafood di Kampung Ujung, lalu Kuliner Seafood di atas Kapal Sailing Komodo, sekarang Kuliner Seafood di Restoran Artomoro.

Baidewei basewei, waktu baca Artomoro itu, saya berasa baca nama Podomoro, perusahaan pengembang terbesar di sektor properti. Pada tahu kan?? Nah, pas diajak ke resto itu, saya kok bisa-bisanya ya bayangin apartemen bederet-deret dan muka adik ipar saya (pernah lama kerja di sana) yang sibuk ngarahin anak buahnya jualan unit 😅 

Restoran Artomoro terletak di Kampung Labuan Bajo. Lho kok kampung sih, bukannya kota? Karena Labuan Bajo memang desa kak, desa di pinggir laut yang berada di wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Hebatnya kampung ini, dia punya bandara, pelabuhan, dan objek wisata yang mendunia. Kalau kampung saya mana ada landasan pesawat, adanya landasan hati 😆

Nah, lewat tulisan ini, mari ikut saya keliling kampung dan makan di restoran dengan menu seafood paling yahud.

Abang ganteng bewokan berkaos putih itu adalah Rafael, warga asli Labuan Bajo. Siapa Rafael, dan untuk apa kami ketemu dia, baca di paragraf ya hihi

Di restoran Artomoro ini kami hanya berlima. Bang Rafael, Bayu, Kevin, Celly, dan saya. 2 bule di belakang itu tentu bukan rombongan kami dong wkwkw

Jumpa Rafael di Restoran Artomoro

Judulnya jumpa, udah kayak acara fans ketemu idola aja ya hihi. Saya rasa ini memang acara jumpa penggemar, idolanya adalah Bang Rafael. Tapi, siapa dia?

Celly teman saya, berteman dengan Rafael. Sebagai orang yang bergelut di bidang pariwisata (Celly adalah owner Gamanesia), pergaulan Celly tentu saja luas, dia punya banyak kenalan di mana-mana, termasuk di Labuan Bajo. Nah, Bang Rafael itu adalah salah satu penggiat wisata Labuan Bajo. Pastinya ada hubungan baik antara penggiat wisata dan pelaku wisata. Sebagai kawan, pastilah mereka membuat janji temu. Entah itu untuk sekadar bertemu, atau mungkin untuk ngobrol banyak hal terkait kegiatan pariwisata.

Hari itu tgl. 17 Maret 2019. Hari ke-5 saya berada di Labuan Bajo. Rombongan trip Komodo sudah kembali ke Jakarta. Tinggal saya, Celly, Kevin, dan Bayu yang akan sama-sama balik ke Jakarta tgl. 18 Maret 2019. Berhubung kegiatan trip sudah khatam, kami pun mengisi waktu suka-suka. Jumpa Rafael itu termasuk acara suka-suka lho 😂

Saya sih senang aja diajak Celly ketemu dan kenalan dengan Rafael. Malah bakal nyesel banget kalau menolak. Rugi dong kalau sampai nggak icip-icip seafood Artomoro. Rugi juga kalau gak ikut dengar info-info menarik seputar pariwisata Labuan Bajo langsung dari mulut Rafael. 

Gitu doang bahasan Rafaelnya? Ada sih lainnya. Tapi rahasia 🤣

Kiri: Penampakan Kafe di bawah restoran || Kanan: Penampakan dining area Restoran Artomoro

Dining area indoor restonya seperti ini, biasa aja sih, dan waktu difoto masih sepi. Tapi tak lama ramai,tamunya rata-rata bule, atau wisatawan dari domestik asal Jakarta dan sebagian besar kota-kota di Jawa

Jalan Kaki ke Restoran Artomoro

Kami masih mengandalkan Escape Bajo sebagai tempat menginap. Dari hotel kami jalan kaki ke Restoran Artomoro. Seberapa jauh? Menurut saya, kalau naik mobil terlalu dekat. Kalau jalan kaki, lumayan bikin keringatan dan agak pegal 😅

Ternyata nggak sampai pegal sih, mungkin ga berasa ya, karena sepanjang jalan itu saya menikmati lihat-lihat suasana kampung. Di sepanjang jalan saya cukup sering ketemu wisatawan asing. Mereka tampak keluar masuk tempat-tempat agen wisata yang menjual trip/sailing komodo. 

Nggak sulit mengenali nama-nama tempat yang ada di sepanjang jalan yang kami lewati. Tiap bangunan di sana ada nama, lengkap dengan keterangan yang menjelaskan itu bangunan apa, jual jasa apa, dan buat apa.

Dari hotel, restoran, sewa kapal, agen paket wisata tur sailing, paket wisata diving, toko pakaian, toko perlengkapan diving, mini market, kafe, dan lainnya.

Melihat ramai bule lalu lalang mengingatkan saya pada suasana di Kuta Bali. Tapi di sini masih berasa "kampungnya". Maksud saya, dari segi bangunan belum semodern dan tertata seperti di Bali, masih ada kesan "kumuh" nya. Nggak parah sih, tapi masih berasa.

Kalau soal jalan raya, udah tebal dan mulus. Trotoar juga bagus. Ga ada pengendara yang nakal bermotor di trotoar, tak ada pula yang jualan di trotoar. Tapi soal parkir, badan jalan dipakai gaes. Separuh jalan jadi tempat parkir. 

Trotoarnya lebar dan nyaman buat dilalui. Restoran Artomoro ada setelah bangunan yang tampak di foto ini

Sepanjang jalan banyak agen wisata yang menjual bermacam paket wisata Labuan Bajo. Turis asing cukup biasa terlihat lalu lalang di jalan dan masuk ke tempat-tempat penjualan paket wisata tersebut.

Pertigaan di Jalan Soekarno Hatta -  Labuan Bajo. Kalau ke kanan ke Restoran Artomoro. Kalau ke kiri mungkin ke hatimu

Ini nih yang saya maksud parkir di badan jalan. Pemandangan ini lumrah terlihat di kawasan ini, selain memang ramai oleh tempat makan, juga ramai oleh tempat jualan jasa wisata

Namanya juga kawasan turis, jadi di sini banyak tempat yang memang memfasilitasi keperluan para turis. Dari hotel, kafe, tempat penukaran uang, dan lainnya. Foto kanan ada papan petunjuk "Restoran Artomoro". Itu restonya di atas gaes, naik tangga yang keliatan di kanan itu

Gak Mewah tapi Bersih! Tempatnya Nyaman tapi Toiletnya Cuma Satu! Perut Mules Bule Antri Bikin Keki!

Saya hampir nggak punya ekspektasi apa-apa saat diajak makan di Restoran Artomoro. 

Selama lima hari sebelumnya, berturut-turut makan seafood di Kampung Ujung, lalu makan seafood di kapal, lidah saya menjadi terbiasa dan mulai merasa seolah nggak akan terkejut lagi dengan seafood di tempat lainnya. "Ah, paling juga sama." Pikir saya begitu.

Tapi ada sedikit harapan bahwa makanan di Artomoro level enaknya kemungkinan lebih tinggi dari seafood di Kampung Ujung. Saya membuat kemungkinan itu karena sempat dengar bahwa Artomoro itu tempat favoritnya para wisatawan penggemar seafood.

Kedua, sewaktu tiba di resto, saya lihat tempatnya ternyata nyenengin, gaes. Restonya ada di lantai dua. Tempatnya bersih, dan terbuka. Bukan terbuka atapnya lho ya, tapi ruangannya separuh terbuka yakni bagian depan yang menghadap ke jalan. Jadi udara segar bisa masuk dengan bebas. 

Tempat duduknya juga banyak. Mejanya bisa muat buat berempat saja, hingga berenam atau berdelapan. Nah, yang saya kurang sreg, toiletnya cuma 1. Duh, mana pas nyampe resto itu saya mendadak sakit perut euy. Entah kenapa, belum makan perut udah melilit. Saya jadi bolak-balik ke toilet. Udah gitu, ada 2-3 bule antri nungguin saya wk-wk-wk. Udahlah mules, diserang rasa malu karena kelamaan di dalam. Soalnya sempet diketuk-ketuk. Busyet ha-ha-ha. Saya buruan keluar, tapi abis itu ikut antri lagi wk-wk-wk. Biarin dah bulenya menatap heran. Emang gue pikirin ha-ha-ha.

Setelah didera derita sakit perut yang tiba-tiba banget itu, dan tuntas bolak-balik ke WC, perut akhirnya mendingan. Ternyata, kelar urusan sakit perut, kelar pula masakan yang kami pesan. Makanan pun terhidang. Gilak bisa pas banget yak wk-wk-wk

 Awalnya makan berempat saja, karena Rafael belum datang

 Kami memesan Kepiting Lada Hitam (145K), Cumi Goreng Telur Asin (60K), Udang Saus Tiram (60K), Tumis Kangkung Terasi (25K)

 Cumi Goreng Telur Asin ini  bikin nangis gaes saking enaknya. Beneran!

 Kepiting Lada Hitamnya bukan kaleng-kaleng, sedapnya sampai bikin pengen salto bolak-balik dari istana negara ke Monas

 Sebetulnya saya lupa itu udang dimasak apaan wkwkw Tapi di resto menu udang cuma dimasak Saus Tiram, Bakar Madu, Lada Hitam, Goreng Tepung, Asam Manis dan Cabai Garam. Saya tebak udang yang kami makan ini kalau gak Lada Hitam (80K), Asam Manis (55K), ya Saus Tiram (60K)

Ini Menu di Restoran Artomoro

Seingat saya, Rafael telat datang. Jadi kami makan duluan. Nah, pada pesanan pertama, kami makan menu kepiting, cumi, dan udang. Oh bentar, saya ceritakan dulu menu-menu yang ada di restoran Artomoro ini ya.

Untuk Seafood ada Udang, Ikan, Kepiting, dan Cumi. Buat kamu yang nggak doyan seafood, silakan melengos wk-wk-wk. Buat yang suka, pelototi segera, terutama pada bagian harga. Karena HARGA dalah KUNCI wk-wk-wk
  • Olahan ikan terdiri dari Ikan Goreng ATM (45K/70K), Ikan Tim Jahe (60K), Ikan Bakar ATM (50K/80K). 
  • Olahan Udang terdiri dari Udang Saus Tiram (60K), Udang Goreng Tepung (50K), Udang Cabai Garam (60K), Udang Bakar Madu (75K), Udang Lada Hitam (80K). 
  • Olahan Cumi terdiri dari Cumi Goreng Telur Asin (60K), Cumi Goreng Tepung (50K), Cumi Sauce Padang (60K), Cumi Bakar (80K).
  • Olahan Kepiting terdiri dari Kepiting Saus Pedas (85K/145K), Kepiting Saus Padang (85K/160K), Kepiting Lada Hitam (85K/145K).

Untuk side dish ada Nasi (10K), Potato Wedges (35K), Tempe/Tahu goreng (15K), Bakwan Jagung (35K), Lalapan (10K), Sambal Dabu-Dabu (8K), Sambal terasi (4K). 

Buat yang nggak doyan seafood bisa makan ayam, di sini ada Paket Ayam Goreng ATM+Nasi (45K/160K), Ayam Bakar ATM+Nasi (50K), Ayam Asam Manis (55K).

Aneka Sayur ada Sayur Bayam (20K), Tumis Kangkung Terasi (25K), Tumis Bunga Pepaya Ebi (40K), Sayur Campur (35K), Sayur Asam (25K), Buncis Crispy Bawang Putih (50K).

Daging & Sup tersedia pilihan Sapi Lada Hitam (55K), Tom Yum Seafood (55K), Ikan Kuah Asam (85K), Corn Asparagus (55K).

Untuk dessertnya hanya 1 jenis yaitu Waffle with Honey & Butter (40K).

Minuman ada banyak macamnya. Minuman dingin/hangat mulai 25K-35K, Minuman Juice mulai 30K-40K, dan ada minuman Soft Drink & Beer mulai 20K-48K.

Tersedia juga menu paket di antaranya Paket Menu Reguler 85K/pax, Paket Menu Special 130K/pax, Paket Menu Seafood 180K/pax, Kids Menu 65K/pax.

Untuk rincian menu paket silakan cek di linktr.ee/artomoro.flores.
Di sini saya menulis bukan dalam rangka endors, paid promote, atau apalah itu yang sifatnya dibayar oleh resto. Jadi murni sebagai pengalaman dan informasi saja. 

Jadi kalau saya bilang enak, memang enak beneran. Kalau ga percaya, ya kamu harus percaya wk-wk-wk  

Oh ya, Restoran Artomoro ini ada IG nya kok, silakan ceki-ceki di @artomoroflores.
 Rafael datang, pesan menu lagi, makan lagi 😂

 Kirain buat diulek jadi bumbu gado-gado, ternyata ini cemilan 

 Menu ronde ke-2: Ikan Goreng ATM (45K/60K), Tahu & Tempe (15K), Sambal Dabu-Dabu (8K), Udang Goreng Tepung (50K), Tumis Bunga Pepaya Ebi (40K)

 Sambal Terasi tidak boleh ketinggalan dong. 

Seafood Restoran Artomoro ternyata Benar-Benar ENAK! 

Saya mau nangiiiis makan seafood-nya ternyata enak-enak bangeeet. Enak Gila. Gila enak banget. Enak jangan bikin gila, woy! Wk-wk-wk

Iya suer, masakan di resto ini beneran enak banget. Saya terkezuuuut karena memang gak punya ekspektasi tinggi ya sama makanan di sana. Bukan apa-apa, di tulisan sebelumnya, waktu saya makan seafood di Kampung Ujung itu, saya sudah jujur bilang bahwa masakan di sana enak, tapi biasa. Bukan enak yang istimewa. 

Kalau di resto Artomoro ini level enaknya udah plus istimewaaaa. 

Saya jadi teringat urusan mules sampai ngantri digedor bule itu, ternyata ada hikmahnya sodara-sodara. Biar perut saya dikuras sampai kosong, lalu diisi dengan makanan baru yang rasanya tuh bikin lu pingin nangis ha-ha-ha. Kayak sengaja banget biar perutnya hanya diisi oleh makanan dari Artomoro. 

Tapiiii ingat saudara-saudara. Saya makan di Artomoro gratis. Ditraktir Celly. Bisa jadi enaknya karena saya gak bayar. Totalnya kan hampir sejuta tuh. Coba aja bayar sendiri segitu, bukan nangis keenakan, tapi nangis pahit, gak jadi enak di lidah wk-wkw-wk 

Ah tapi lidah saya jujur kok, biar kata ditraktir, tetap enak. Kalau gak percaya, pergi aja ke Labuan Bajo, datang ke Artomoro, pesen semua makanan yang saya sebut tadi, lalu rasakaaaan kelezatannya. *lalu ditagih dimintain tiket pesawat PP ke Labuan Bajo wk-wk-wk.





Jalan Kaki Keliling Kampung


Usai makan enak di Restoran Artomoro, kami pulang ke hotel dengan jalan kaki. Abis makan dibawa jalan, sampai hotel lapar lagi ha-ha-ha.

Tapi jalannya santai sih. Nggak buru-buru, apalagi ngebut sambil lari karena kami memang bukan atlit lari. 

Jalan yang kami ambil beda dengan jalan sewaktu pergi. Kali ini memutar. Kami melewati sekolah, gedung bea cukai, rumah-rumah penduduk, dan lainnya. Tampak agak sepi dari turis. Tapi hotel, kafe, resto, dan tempat-tempat agen wisata masih berjejer sepanjang jalan.

Saya melihat motor dan mobil lalu lalang, tapi tak ada taksi. Adanya mobil sewa, seperti Avanza dan Inova, tapi susah dikenali karena tidak ada tanda tertentu di kendaraan tersebut. 

Saya juga tidak tahu di mana ada ojek, atau memang tidak ada?

Kampung ini mungkin sepi bila tak ada wisatawan. Dan saya senang sekali turis datang ke sini bejibun. Kampung yang sepi jadi ramai, toko-toko dan tempat makan buka sampai malam, hotel-hotel terisi, paket-paket wisata laris manis.

Keadaannya memang belum serapi di Bali, seperti kawasan Kuta, tapi potensi wisata bahari di sini bagi saya terbaik. Saya yakin suatu saat kampung Labuan Bajo ini akan lebih rapi, bersih, dan beberapa tempat yang masih terlihat kumuh itu bakal tinggal cerita.

Kain tenun Flores yang saya pandang-pandangi

Kemeja Flores Biru yang saya beli untuk suami dan anak

Kain dan selendang Flores yang saya beli

Jalan kaki sampai lewat kantor Bea & Cukai

Anak sekolah melintas di depan sebuah hotel

Dua sekolah di Labuan Bajo

Hotel

Buat yang ga bisa pindah ke lain masakan selain Padang, tenang di Labuan Bajo ada Rumah makan Padang kok 😀

Gerbang Pelabuhan Labuan Bajo

Jalan bareng menikmati suasana malam di Labuan Bajo


Kuliner Seafood Kampung Ujung, alternative tempat makan seafood di Labuan Bajo. Harga Ramah di Kantong.


Buat yang pengen merasakan makan seafood di pinggir laut, dengan suasana yang lebih santai tapi berisik oleh suara ombak, orang-orang lalu-lalang, dan udaranya lumayan gerah, coba pergi saja ke Kampung Ujung.

Kampung Ujung sudah pernah saya tulis, bisa dibaca di sini ya Kuliner Seafood Kampung Ujung.

Saya ceritakan ulang di sini, sebagai tambahan.

Di Kampung Ujung itu, saat pertama masuk kita harus beli kupon dulu supaya bisa belanja. Harga kuponnya bervariasi, mulai dari 20K, 25K, hingga 50K. Setelah itu kita bisa langsung ke tenda-tenda kuliner. Pilih tempat mana saja yang kita suka. Ga ada beda sih, sama-sama di pinggir laut dengan pemandangan mulai dari laut itu sendiri, deretan kapal nelayan dan kapal wisata, hingga orang-orang yang datang dan pergi ke laut. 

Kalau sudah dapat tempat duduk, mulailah pilih-pilih seafood. Mau udang, ikan, cumi, kepiting, kerang, semua ada.

Pilihan menu untuk seafood lumayan beragam, dari sekadar digoreng, dibakar, dimasak dengan bermacam jenis saus, hingga di sup.

Semua menu beserta nasi, sayur, sambal, dan lalapannya jelas lebih murah daripada di Artomoro. Harga pinggir jalan sama resto jelas beda ya. 

Meskipun murah, nggak berarti rasanya hambar. Hanya saja, kalau abis makan seafood di resto Artomoro lalu makan di Kampung Ujung, kebanting banget rasanya. Tapi bukan yang parah gitu juga sih. Saya ga bilang kalau di Kampung Ujung itu gak enak ya. Enak kok, buktinya 2 kali saya makan di sana di waktu berbeda, dan tetep bisa menikmati. Hanya saja, saran saya, kalau mau makan seafood, makan dulu di Kampung Ujung, baru ke Artomoro. Jangan kebalik, apalagi kejungkal.

Tenda kuliner di Kampung Ujung 

Beli kupon dulu sebelum jajan makan

Ikan, cumi, lobster yang bisa kita pilih sendiri sebelum dimasak

Belanja seafood segar

Makan bareng rombongan trip sailing komodo

Berlimpah sambal

Cumi bakar madu

Sambal yang bikin terbayang-bayang wk-wk-wk

Salah satu menu favoritku selama kulineran di Labuan Bajo adalah Ikan Kuah Asam. Pertama kali makan di bandara, yang kedua makan di Kampung Ujung. Nah ini Ikan Kuah Asam di Kampung Ujung. Buatku ini TERENAK!
 

Di Kampung Ujung selain untuk berwisata kuliner, kita juga bisa melakukan beberapa urusan seperti belanja dan tarik uang tunai. Ada minimarket lokal dan beberapa mesin ATM yang ga semua bank ada. Saya lihat ada Mandiri, BNI, dan BRI saja. Lainnya, saat itu tak ada. 

Di sini juga ada pelabuhan Labuan Bajo lama, di situ kita bisa naik ke dermaga, sekadar jalan atau melihat-lihat suasana, dan memotret.

Restoran Artomoro boleh jadi menjual citarasa, tapi di Kampung Ujung menjual suasana. Kita bisa menikmati keduanya tanpa harus mengabaikan salah satunya. Sama-sama enak dijadikan pengalaman kala berwisata di Labuan Bajo.

Akhir kata, buat yang kepo trip Labuan Bajo dan tur Sailing Komodo yang telah saya tulis menjadi beberapa tulisan di blog ini, saya ikut trip-nya Gamanesia, IG nya di @gamanesia.id. 

Untuk tur sailing komodo di masa pandemi ini, menurut info Celly, syaratnya Surat keterangan hasil PCR negatif, Surat keterangan RT, dan Sertifikat Vaksin. 

Catet ya gaes 😁😘😍

Menu Makan Tur Sailing Komodo, Fresh Dimasak di Atas Kapal

Menu Makan Tur Sailing Komodo, Fresh Dimasak di Atas Kapal

Khawatir Soal Makan di Kapal?

Makan apa saja selama 3D2N tur sailing komodo? Siapa yang masak? Masak di mana, pakai apa? Makan apa dengan siapa? Bahan makanan di simpan di mana, pakai apa?

Jreng...jreng...banyak sekali lah pertanyaannya. Khawatir banget cuma dihidangkan mie instant gagal matang karena air kurang panas, atau cuma minum air dingin sepanjang waktu haha. Dikira wisata Labuan Bajo itu masih primitif apa 😂

Biar kata bukan kapal megah nan mewah ala Genting Dream cruise yang berlayar dari Singapore-Malaysia-Thailand itu, kapal-kapal wisata di Labuan Bajo yang bawa wisatawan domestik maupun mancanegara itu nggak akan bikin kita kayak orang susah.

Dunia wisata kita, termasuk Labuan Bajo dengan wisata komodo-nya yang mendunia itu udah lama maju. Turis-turis asing dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong datang dan betah berlama-lama di Flores bukan cuma tertawan oleh pesona alamnya, tapi karena layanan berkelas dari pelaku wisata di Labuan Bajo sudah semakin baik, termasuk akomodasi dan urusan makan.

Berlayar dengan kapal wisata di Taman Nasional Komodo itu gak ada ceritanya kelaparan di kapal, dan gak ada ceritanya di kapal cuma makan mie instant doang atau cuma minum air bening ga ada rasa ga ada warna ga ada cinta #eh.

Nah sekarang saya mau cerita pengalaman tur sailing komodo. Makan apa saja selama 3D2N berlayar di Taman Nasional Komodo? Tulisan ini bakal bertabur foto makanan dan muka-muka senang sedang makan. Bersiaplah untuk dipamerin hihi. 

Oh, sebelum itu, saya perlihatkan dulu beberapa foto model kapal wisata untuk tur sailing komodo hasil jepretin sendiri ketika sedang berlayar ke mana kapal membawa saya saat itu. Sekadar untuk diketahui, kapal yang saya naiki merupakan kapal pinisi. Tidak semua kapal wisata di sana adalah kapal pinisi. Jadi, meskipun ada yang sebut cuma semi pinisi, tetap saya bangga. Kapan lagi naik kapal pinisi yang jadi simbol kedigdayaan pelaut Indonesia ya kan?

Ini Kapal Lamborajo, kapal phinisi yang saya tumpangi bersama 11 teman traveler. Foto ini saya ambil dari web Kapal Lamborajo

Nah kalau ini foto Kapal Lamburajo jepretan saya. Dipotret dari atas sekoci, sesaat setelah mengunjungi Pulau Kalong yang banyak banget kalongnya.

Kapal wisata lain yang saya potret dari atas kapal, lokasi di perairan dekat Pantai Pink, Pulau Komodo

Kapal wisata lainnya, saya jepret dari atas kapal. Lokasi di perairan dekat Pulau Padar

Kapal wisata lainnya jenis pinisi, saya jepret dari atas kapal, lokasi perairan dekat Pulau Kalong

Di Kapal Ada Chef & Koki. Menu Makan Sesuai Maunya Tamu/Wisatawan

Sebelum berangkat tur saya sudah diberitahu bahwa menu makan tiap hari pasti berganti. Di kapal ada yang masak, ada yang atur menu. Kita tinggal makan. 

Siapa yang masak? Siapa yang cuci piring? Siapa yang gosok pantat panci? Halah, kok dipikirin haha.

Umumnya, kapal-kapal wisata ekslusif di Labuan Bajo punya chef. Sebagian lainnya dengan juru masak atau koki saja. Standarnya pernah belajar masak di sekolah-sekolah perhotelan, pernah kursus masak bersertifikat, pernah kerja di restoran hotel, punya pengalaman masak di restoran berbintang, dan pernah-pernah lainnya yang berhubungan dengan masak buat tamu wisatawan. 

Menu yang dihidangkan tergantung request tamu. Jika tamu bule minta makanan ala mereka, maka menu western yang dimasak. Gak mungkin dibuatkan pecel lelel pakai sambal dan lalap kemangi, atau nasi padang pakai lalap daun singkong rebus ha-ha-ha. 

Jika bulenya minta makanan tradisional Indonesia, pasti ditanya dulu menu Indonesia mana saja yang mereka inginkan, gak  mungkin ujug-ujug dibuatin gulai tempoyak wk-wk-wk.

Wisatawan domestik macam kami, jika minta menu barat boleh saja. Asal masih sesuai bujet. Tapi ngapainlah ya pesan menu-menu luar. Wong menu kita enak-enak dan banyak ragamnya. Gak bakal bosan. Lagian malah lebih afdol kalau liburan di negeri sendiri makannya makanan ala Indonesia saja. Biar bisa diangkat dalam konten, jadi kebanggaan, dan lestari.

Saya tidak tahu pasti tema kuliner mana yang kami nikmati selama makan di kapal. Tapi yang pasti tiap hari ada seafood. Anggap saja kuliner yang disajikan adalah kuliner Labuan Bajo. Prinsip saya terserah mau masak apa yang penting HALAL dan bersih.
Makan siang tgl. 15/3/2019 seusai berenang, snorkeling dan diving di laut Pulau Kenawa

Porsi makan siang untuk 11 orang

Sebelum diserbu

Ketika diserbu 😂

Pemandangan saat makan siang hari itu

Seperti Apa Dapur Kapal? Siapa Chef nya?

Saya nggak pernah masuk galley (dapur) kapal. Tapi saya tahu letaknya di deck bawah, di buritan kapal. Btw, kenapa ya dapur tuh selalu diletakkan di belakang? Apa karena dianggap tempat "kotor" dan bau (bau macem-macem bahan makanan)? Padahal WC yang jadi tempat buat kotoran malah sering di depan. Mestinya tempat bikin makanan yang di depan, tempat buang kotoran baru di belakang #dipikirin amat mak? wk-wk-wk. 

Ada ruang kosong di antara kabin, dapur dan kamar mandi. Saya lihat di situ ada bermacam bahan makanan seperti beras dan yang lainnya. Ada 2 gentong besar berisi air bersih, khusus untuk masak. Jika hendak ke kamar mandi paling belakang, saya pasti melewati ruang agak sempit itu.

Pak Deddy guide tidak menyebut juru masak kami sebagai chef, tapi dia bilang yang masak adalah juru masak kapal berpengalaman. 

Seingat saya ada dua kru pria yang sibuk wara wiri di dapur. Saya pernah berpapasan dengan salah salah satunya saat hendak ke kamar mandi. Si mas tersebut sedang menenteng panci. Ketemu saya dia cuma senyum sambil mengangguk. Abis itu buang muka dan pergi. Mungkin menghindari saya biar gak minta diajak liat dapur ha-ha-ha.

Juru masaknya berpakaian santai. Selalu berbaju kaos dan pakai bawahan celana pendek. Sepertinya orang Flores asli, terlihat dari tampilannya yang khas seperti kebanyakan orang Indonesia Timur.

Kalau saya ingat-ingat lagi, mas-mas yang masak di kapal kami itu, selain lincah mengolah bahan makanan menjadi masakan sedap siap santap, mereka juga lihai meng-handle urusan apapun dalam kapal. Apapun kata kapten, mereka kerjakan, kecuali disuruh potong leher wk-wkw-wk. Selain masak, mencuci peralatan masak dan makan, mereka juga bertugas mengantar kami ke daratan pakai sekoci, hingga merapikan dan membersihkan seluruh bagian kapal. 

Serba bisa ya mas juru masaknya 😍😆

Ohya, mereka pria-pria berotot lho. Lengan dan kakinya terlihat kuat dan keras. Bahunya lebar dan tegap. Berkulit gelap. Bergigi rapi dan putih. Senyumnya manis dan ramah sekali wk-wk-wk. *lalu pemirsa nagih foto biar ga hoax wk-wk-wk.

Santai sore di ujung depan kapal 15/3/2019

Selalu ada cemilan sore, Pisang Goreng Keju!

Cemilannya buat nunggu sunset kayak gini. Seksi kan? Sunsetnya 😛

Hidangan Rapi, Bersih, dan Tepat Waktu

Tepat waktu di sini artinya makanan terhidang sesuai dengan jadwal kegiatan kami. 

Contohnya begini. Waktu kami keluar kapal subuh untuk jelajah Pulau Padar, sarapan kami disiapkan hanya pada saat kami sudah kembali ke kapal, jam berapa pun itu. Mereka nggak masak sesuai jam sarapan, tapi sesuai jam kapan kami sudah berada di kapal. Ya kali mereka masak subuh lalu makanan digotong-gotong ke darat biar bisa makan sesuai jam sarapan pada umumnya. Rempong kali lah.

Sewaktu di Pulau Kenawa, kegiatan snorkeling dan diving-nya lama. Sudah lewat jam makan siang baru kelar. Namanya juga main air ya, kalau sebentar ya ga seru. Nah, makannya kan udah siang tuh. Tapi, pas kami makan, makanan masih hangat, masih garing, belum dingin dan belum lembek. Pokoknya masih fresh.

Jadi gitu ya. Kru kapal udah ngerti kapan waktu masak dan menyajikan. Gak ada ceritanya kami makan makanan yang sudah dimasak 6-8 jam yang lalu. Gak ada ceritanya makanan yang sudah dimasak lalu dipanaskan lagi biar kembali terasa hangat. Mereka juga gak mau tamunya sakit perut gara-gara makan makanan yang udah rusak. Nama kapal mereka bisa rusak gara-gara itu. Bisa-bisa gak ada yang mau sewa lagi. Berabe kan?

Dari segi kebersihan juga bagus. Peralatan saji dan peralatan makan selalu bersih. Makanan yang dihidangkan selalu ditutup pakai cling wrap. Baru kami buka bila mau makan.

Penyajian makanan menggunakan peralatan saji yang sesuai dengan jamuan table manner. Walaupun kami makannya lesehan di lantai kapal, tapi makanan disuguhkan ga sembarangan. Padahal kami yang makan, sering tampil sembarangan wk-wk-wk. Maksud saya, kadang makan saat badan masih basah (abis berenang). Kadang ada yang masih pakai kolor doang. Kadang cuma sarungan. Kadang belum mandi dan cuci muka. Pokoknya berantakan.
Menu makan malam 15/3/2019 Spaghetti nyempil di antara tumisan kangkung dan sate ikan wk-wk-wk

Sebelum diserbu

"Kru kapal bersantai di ruang kemudi saat kami sibuk makan malam 😂
 

Tempat Makan Terbaik: Ocean View Cabin 

Ocean view cabin terletak di lantai teratas kapal. Tempat nyaman buat berkumpul dan makan. Asyik jadi tempat leyeh-leyeh saat ingin bersantai. Ada atapnya biar nggak kepanasan dan kehujanan.

Di lantai 2 ini ada satu kamar suite berkapasitas 3-4 orang, bersebelahan dengan bridge (tempat kapten mengemudikan kapal), dan ada sun deck di bagian forward. Di kiri kanan ada hallway buat berpindah dari depan ke tengah, lalu ke belakang kapal.

Ada meja lebar tapi pendek sebagai meja saji. Bila makan kami duduk mengelilingi meja itu, beralas karpet tipis yang hangat, atau bisa pakai bantal duduk. 

Ada kulkas kecil tempat menaruh minuman apa saja. Dari kulkas inilah kami mendapatkan minuman dingin. 

Sekeliling deck atas ini terbuka. Angin bisa bebas keluar masuk. Jika hujan dan berangin kencang, kadang airnya menyerbu masuk, tapi nggak sampai ke tengah. 

Di saat makan, kapal sering mendekat ke pulau-pulau yang kami lewati. Hal itu membuat pemandangan yang kami lihat bukan cuma laut dan langit, tapi juga daratan dengan bukit-bukitnya yang berbalut rumput hijau.

Nikmat bukan main merasakan makan enak di atas kapal sambil liat pemandangan indah yang nggak mungkin bisa tiap hari dilihat secara langsung. 

Flores sangat menawan. Saya sangat terkesan dan jatuh cinta.
Sarapan jam 9, tgl. 16/3/2019, setelah jelajah Pulau Padar

Nasi goreng, telur dadar, sosis goreng, buah semangka

Pemandangan saat sarapan, aduhai indahnya 😍

Kuliner Seafood di atas Kapal

Seafood mendominasi menu di tiap hidangan makanan, khususnya makan siang dan malam. Kalau pagi jarang ada lauk macem-macem. Paling banter telur dadar, sosis goreng, dan ayam goreng.

Ikan, kerang, udang, cumi, kepiting, semua ada dalam hidangan makan. Dimasak dengan menu berbeda, dan selalu enak. Soal citarasa, standar enak tiap orang berbeda ya. Tapi buat saya, tidak kecewa dengan masakan koki kapal kami.

Hanya saja, makan di tempat tertentu yang gak biasa seperti di kapal wisata, dikelilingi pemandangan cantik sepanjang waktu, dalam suasana gembira, urusan ga enak seperti hilang ditelan bumi. Semua jadi sedap dan lezat.

Kadang juga, rasa enak muncul begitu saja saat dalam keadaan sangat lapar. Iyah, semua enak-enak saja kalau sedang lapar. 

Kegiatan menjelajah pulau itu memang asyik. Treking, berenang, snorkeling, diving, semua menyenangkan. Pas melakukannya happy ga berasa capek, padahal menguras energi. Makanya, ketika udahan pasti diserbu haus dan lapar. Pas ketemu makanan, semua disikat, sampai kenyang. Ga peduli hambar, asin, pedas, manis, tahu-tahu makanan habis. Piring makan bersih bersinar kayak dijilat kucing 😂

Buat traveler yang nggak suka seafood, mungkin akan mengalami sedikit kesusahan dengan menu makanan yang kami makan saat itu. Ada pilihan lain seperti telur, ayam, bakso sapi, dan sayuran. Kalau mau non seafood sama sekali bisa saja, tinggal request sejak awal. Tapi pastikan di dalam rombongan memang anti seafood semua. Jangan sampai demi diri sendiri, yang lain jadi nggak makan seafood

Seafood segar yang dimasak di kapal dibawa dari Labuan Bajo, hasil tangkapan nelayan Labuan Bajo. Jika masih hidup, disimpan dalam drum berisi air. Jika sudah mati, disimpan dalam freezer bersama bahan makan segar lainnya.
Makan siang 16/3/2019

Siapa cepat dia dapat 😂

Meskipun pada makan banyak, makanan yang dihidangkan tak pernah sampai kekurangan


Snack Time Pisang Goreng dan Kopi Hitam Panas

Setiap sore jam 4 ada snack. Selama mengalami 2 kali sore di atas kapal, cemilan yang dihidangkan berupa Pisang Goreng Keju  dan Pisang Goreng Coklat. Minumannya teh dan kopi.

Sore tgl. 15/3/2019 pisang goreng keju. Sore tgl. 16/3/2019 pisang goreng coklat. Sore tgl. 17/3/2021 kami sudah balik ke Labuan Bajo, tidak di kapal lagi.

Masing-masing kami membawa cemilan sendiri ke kapal. Cemilan itu kami beli di minimarket di Kampung Ujung saat masih di Labuan Bajo. Dari keripik, biskuit, roti, dan lainnya. Bahkan, mie instan pun ikut masuk kantong belanjaan.

Nah, soal makan mie instan ini pernah saya lakukan sekali. Kita bisa masak sendiri, atau minta tolong mas-mas juru masak yang masakin. Tinggal berikan saja mie-nya. Nanti kalau sudah jadi diantar.

Enak kok makan mie instan di kapal. Apalagi saat udara dingin. Kuahnya diisi irisan cabe rawit. Rasa pedas dan kuahnya yang panas membara itu bikin lu bagai ditimpa jutaan rasa bahagia wk-wk-wk. 

Menyeruput kuah mie saat berlayar itu memang sesuatu gaesssss. Sayangnya saya tahu diri, perut saya tidak bersahabat kalau makannya keseringan dan kebanyakan. Jadi, cukuplah satu bungkus saja dijadikan sebagai "snack". Daripada bikin repot ga bisa nikmati kegiatan berwisata, mending tahan mulut dan perut dari nikmatnya mie instant 😁
leyeh-leyeh di sun deck (16/3/2019)

Sepiring Pisang Goreng Coklat buat menemani leyeh-leyeh. Rela dibagi-bagi? 😂


Pisang gorengnya buat temani sore saat menyaksikan ribuan kalong melintas di udara. Sore itu mendung parah, ga ada sunset sama sekali
Menu Makan Malam (16/3/2019) - Makanannya sudah terhidang, orangnya sibuk "makan HP" wkwkwk 

Ikan bakarnya enak banget!

Sarapan Bareng Komodo di Pulau Rinca

Hari terakhir jelajah Taman Nasional Komodo (17/3/2019) kami pergi ke sarangnya komodo di Pulau Rinca. Cerita tentang Komodo di Pulau Rinca sudah pernah saya tuliskan di blog ini. Videonya pun ada, bisa di tonton di channel Youtube saya.

Sejak malam kami sudah berada di teluk Pulau Rinca. Kami bermalam di sana, di atas laut. Jadi, paginya tinggal merapat, turun, dan menjejak pulau. 

Saat keluar kapal kami dalam keadaan belum sarapan. Saat itu memang masih terlalu pagi. Jadi kami langsung jalan. Sayangnya, baru beberapa saat menjelajah hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Perjalanan terhenti, kami kembali ke titik awal perjalanan. Di sana ada mess, kantor, dan cafe. Kami berteduh di cafe.

Cafe di Pulau Rinca ini tentu bukan seperti cafe-cafe di kota. Tapi kondisinya baik dan bersih. Di situ kita bisa pesan minuman teh dan kopi serta makanan mie. 

Dalam suasana pagi yang hujan, udara dingin, belum sarapan pula, sudah tentu jadi merasa lapar. Akhirnya kami pesan mie instan dan teh buat ganjel perut sebelum makan masakan di kapal.

Ohya, area cafe dan mess ini bukan tempat sepi dari komodo. Di mana-mana ada komodo, baik berukuran kecil maupun besar, ada banyak. Jadi, saat kami makan di cafe itu, sudah pasti bisa sambil lihat komodo lalu lalang.

Kapan lagi sarapan mie instan ditemani komodo ya kan ha-ha-ha. Cuma ada di Pulau Rinca, sarangnya komodo.
Hujan dan komodo menemani kami sarapan mie instan di cafe komodo

Ada komodo di antara saya dan Siau Bun 😂

Makan Siang Sebelum Badai, Sampai Mabok Tapi Tak Kapok

Hujan seperti tak mau berhenti, kami lama menunggu, tapi yang ditunggu tak kunjung reda. Ketika mulai reda, hari sudah makin siang, tapi waktu untuk menjelajah sudah banyak berkurang. Padahal sorenya jadwal teman-teman balik ke Jakarta. Akhirnya, diputuskan kembali ke kapal dan pulang. 

Kecewa? Enggak. Karena kami sudah berjumpa 13 komodo meskipun penjelajahan masih pendek. 

Kembali ke kapal, dan makanan sudah menunggu! 😍

Menu makan pagi jelang siang berupa nasi kuning dengan nuget ayam dan telur balado, nikmatnya bukan main. Tentu saja mengalahkan mie instan yang dimakan di cafe komodo itu.

Dan ini adalah makan terakhir di kapal. Selanjutnya kami kembali berlayar cepat menuju Labuan Bajo. 

Ternyata setelah itu, angin kencang dan hujan deras melanda. Gelombang tinggi membuat kapal berguncang-guncang. Layar berkibar-kibar. Air menyerbu masuk kapal. Kami bersembunyi dalam kamar.

Kapten teriak-teriak ke kru. Jaket pelampung diamankan, sekoci disiapkan, pintu-pintu kamar disuruh ditutup, terpal-terpal di-hallway diturunkan (biar ga tampias). Semua bersiap bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan. 

Pemandangan sekeliling serba putih. Air hujan yang sangat deras telah membatasi pandangan. Hempasan angin dan air mengenai kapal hingga masuk sampai ke dalam.

Di tengah situasi yang mencekam itu, saya membuka HP, berusaha mengirim pesan, siap-siap berwasiat ke keluarga. Tapi sinyal durjana itu tidak muncul-muncul. Yang ada saya oleng di kamar. Mabok! wk-wk-wk saya muntah gaesss. Semua makanan yang saya makan pagi itu keluar.

Saya istigfar dan banyak berdoa. Tak ada yang Maha Pelindung dan Penyelamat selain Allah SWT.
Makanan terakhir yang dinikmati di kapal


Masih santai sebelum badai
Kapal melaju di tengah derasnya hujan dan kencangnya angin

Alhamdulillah badai berlalu 

Saya dan teman-teman senang bisa kembali ke Labuan Bajo dalam keadaan sehat dan selamat. Alhamdulillah
 

Liburan Sailing Komodo Paket Komplit. Saya bangga dengan Pariwisata Indonesia

Saya nggak nyangka sailing komodo jadi pengalaman liburan paling berkesan di antara semua liburan yang pernah saya lakukan di Indonesia. Kegiatannya paling komplit. 

Dari segi transportasi, saya mengendarai naik mobil, pesawat, kapal, perahu, bahkan sekoci.
Dari akomodasi, saya tidur di bunk bed hotel di Labuan Bajo, King Bed di Escape Bajo, dan bunk bed di dalam kapal.

Jelajah lautnya ada aktivitas berenang, snorkeling, hingga diving. Di darat treking naik bukit turun bukit.
Di laut ketemu ikan-ikan segala rupa hingga pari raksasa yang disebut manta. Di darat ketemu si komodo hewan purba. Di udara saya melihat ribuan kalong terbang bergerombol gak habis-habis.

Pengalaman makan juga beragam. Makan di hotel kece (Escape Bajo) berpemandangan laut, makan di tenda (Kuliner Kampung Ujung) di pinggir laut, makan di atas kapal yang berlayar di laut, makan di restoran seafood terbaik Labuan Bajo (Restoran Artomoro), dan makan di sarangnya komodo ditemani komodo. 

Saya mengalami banyak berada di situasi aman terkendali yang bikin hati tenang dan senang, tetapi juga merasakan berada di situasi buruk yang bikin panik dan berasa mau mati dihempas badai wk-wk-wk.

Perjalanan pulang itu memang mencekam. Bikin mabok tapi gak bikin saya kapok. Saya masih ingin mengalami lagi tur sailing komodo. Kelak jika situasi wisata sudah aman, saya mau ajak suami dan anak-anak.

Meski tampak berani, saya bukan sekadar nekat tanpa perhitungan. Standar keselamatan di kapal itu sudah ada. Saya bisa berenang. Jaket pelampung ada jika tercebur ke laut. Sekoci ada bila ingin kabur dari lokasi bahaya. Artinya, jika terjadi oleng dan karam, masih ada alat untuk menyelamatkan diri. Pastinya, ada Allah Maha Penyelamat tempat berdoa mohon perlindungan.

Berpetualang itu selalu memberikan rasa tersendiri dalam jiwa. Ada hal luar biasa yang tak bisa diceritakan, hanya bisa dirasakan oleh yang menyukainya. 

Wisata alam Indonesia selalu membuat bangga untuk diceritakan. Tak ada duanya. 

Bila ditanya tempat mana di bumi ini yang paling menarik untuk dikunjungi, dijadikan tempat berlibur, tetap Indonesia nomor satu.


Paket tur sailing komodo 2019 masih 3,7 juta perorang sudah termasuk:
- Antar jemput bandara di Labuan Bajo
- Akomodasi di Labuan Bajo (hotel dan makan)
- Sewa Kapal 3hari (sudah termasuk makan 3x sehari, snack, kegiatan wisata dari pulau ke pulau)
- Tidak termasuk tiket pesawat PP ke Labuan Bajo

Tak lama setelah trip bulan Maret 2019 itu, harga paket turun jadi 2,5 juta. Fasilitasnya masih sama. Ada sih yang mahalnya 2x lipat, per orang bisa kena 5 jutaan. Dapatnya kapal yang lebih eksklusif dan tripnya private. Ohya, kapal yang kami gunakan itu sekali jalan sewanya bisa sampai 40 juta. Nah, kalau tajir melintir mah, sewa aja buat sendiri, jalan bareng keluarga saja. Kalau mau hemat, ya jalan rame-rame ikut paket trip. Dan kalau mau enak, bawa rombongan sendiri saja, sama teman-teman sendiri yang kita kenal. Oh tapi, yang gak dikenal bukan berarti gak enak, malah bisa merasakan gimana rasanya jalan dengan orang lain yang asing bagi kita. Kita bisa belajar banyak hal.

Paket wisata Komodo dan Labuan Bajo yang saya ikuti ini dulu bisa dibeli di Gamanesia @gamanesia.id dan Picniq Tour @picniqtour. Sekarang bukannya ga bisa dibeli lagi, tapi mereka masih pada libur jualan paket wisata. Lagi pandemi. Orang-orang lagi libur liburan. Iyaaah...LIBUR dari LIBURAN 😂

Tulisan saya berisi cerita liburan Sailing Komodo juga dapat di baca pada tautan berikut (klik)

Salah satu video saat sailing komodo: Jumpa komodo di Pulau Rinca :