Tampilkan postingan dengan label rs medika BSD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rs medika BSD. Tampilkan semua postingan

Pengalaman Operasi Pasang dan Lepas Pen Patah Tulang di Lengan Tangan Kanan

rs medika bsd
Operasi Lepas Pen Patah Tulang Lengan Tangan Kanan

Patah tulang karena kecelakaan berobat ke dokter, bukan ke tukang urut

Tahun lalu anakku Alief mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan tulang pada lengan tangan kanannya patah. Pada situasi gawat darurat tersebut, aku dan suami membawanya ke Eka Hospital BSD untuk diperiksa sedetail mungkin dengan peralatan medis yang tersedia di rumah sakit tersebut.

Ada banyak pesan yang masuk melalui Whatsapp berisi saran agar Alief dibawa ke tukang urut saja. Tanpa mengabaikan kebaikan orang-orang yang tujuannya hendak membantu tersebut, aku tidak membawa Alief ke tukang urut tapi ke rumah sakit. Sebab Alief bukan cuma patah tulang, tapi luka-luka dan berdarah. Aku percaya pengobatan kedokteran pada situasi saat itu lebih penting dan dibutuhkan.

Pemeriksaan rontgen pada tangan bahkan MRI untuk kepala Alief jalani, beberapa alasan adalah untuk mengetahui kondisi tulang yang patah apakah remuk, patahnya seperti apa, apakah ada serpihan-serpihan berserakan dalam daging tangan, dan apakah ada hal lain yang terjadi yang tak bisa dilihat dengan mata biasa saja. Sedangkan pemeriksaan MRI di kepala untuk mengetahui apakah benturan di aspal menyebabkan perdarahan dan lain sebagainya. 

Dengan pemeriksaan yang akurat menggunakan peralatan canggih kedokteran, dokter bisa melakukan tindakan dan pengobatan dengan tepat. Itu yang aku pikirkan, sebagai alasanku tidak membawa Alief ke tukang urut, seperti yang disarankan orang-orang. 

RS Medika BSD 15-16 Januari 2021

Operasi tangan dan pasang pen

Tgl 25 Juni 2020 lengan kanan Alief dioperasi di RS Permata Pamulang dengan biaya kurang lebih Rp 25 juta oleh dr. Alphonsus Arya Abikara, sp.OT. Biaya operasi tersebut sudah termasuk pemasangan pen. Pen-nya sendiri seharga 7 juta. Total biaya lumayan mahal, apalagi saat itu aku bayar sendiri, asuransi Mandiri Inhealth kami tidak menanggungnya karena alasan kejadian disebabkan oleh kecelakaan. Jasa Raharja pun menolak. Ya sudah, biaya sendiri, yang penting anak cepat ditangani.

Mengenai biaya, beda kelas beda harga, beda RS beda pula tarifnya. Operasi kelas 1 di Eka Hospital dengan kelas 1 di RS Permata Pamulang, jelas jauh beda. Jauhnya itu sejauh aku dengan mantan pacar yang udah lama kulupakan haha. Intinya, kalau mau cari tempat operasi yang nggak mahal-mahal amat tapi tindakannya sama, ya ke RS yang kelasnya bukan premium lah. 

Kenapa pasang pen? Biar tulang yang diletakan kembali pada tempatnya terpasang dengan stabil, gak geser kemana-mana. Ya siapa tahu kan geser ke mall atau ke resto gitu wkwk. Pokoknya dengan pen itu kedua tulang yang terputus bisa bertemu dengan mantap sampai pada waktunya nanti sudah kuat dan erat, baru pen-nya dilepas lagi.

Jenis pen itu beda-beda rupanya ya. Beda kualitas bahan, beda pula harganya. Ada jenis pen yang menggunakan bahan paling bagus dan mahal, ada pula yang sedang, dan ada yang biasa saja. Tapi fungsinya sama saja. Kalau gak salah ingat sih, ada bahan yang bila digunakan berada di dekat alat detektor logam kayak di bandara, pen-nya ga kedetect, ga menimbulkan bunyi. Ada pula yang bisa kedetect dan bikin bunyi-bunyi. Ya semacam itu bedanya. Penting nggak sih? 😂

Alief pakai pen yang kualitasnya sedang saja. Bagus dan mahal banget enggak, yang biasa banget juga bukan. Pokoknya yang harganya 7 jutaan.

Sebelum operasi, wajib screening covid dengan SWAB Antigen. Boleh juga dengan SWAB PCR. Biaya test ditanggung pribadi, tidak dicover asuransi.

Kondisi setelah pasang pen baik-baik saja

Tahun lalu aku mengikuti proses operasi pasang pen di lengan Alief. Akunya nggak masuk ruang operasi lah, hanya duduk di ruang tunggu dan menunggu selama 5 jam, sampai Alief keluar ruang operasi. Tindakan operasinya sendiri 2 jam saja, sisanya durasi untuk persiapan sebelum dan setelah operasi. Lumayan lama.

Yang dirasakan Alief paska operasi? Gak ada masalah dengan fungsi lengan, semua baik. Hanya rasa nyeri bekas operasi saja, tapi bisa reda dengan obat yang diberikan dokter dan rasa sakit itu nggak sampai 1 minggu, 3 hari sudah biasa lagi. 

Alhamdulillah setelah operasi Alief tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Hanya saja tangannya belum boleh mengangkat barang yang berat-berat, galon misalnya. Atau mendorong motor R15 nya yang besar itu hehe. Ya nggak lah ya. Pokoknya selama 3 bulan sejak abis operasi dia dilarang pakai motor dulu. 

Kalau sekedar bergerak biasa untuk makan, mengangkat gelas, main game, bekerja dengan laptopnya, itu gak papa. Bahkan 2 minggu paska operasi dia sudah syuting video review lagi. Makanya ada penampakan perban di lengan dalam video berjudul ASUS TUF Gaming di channel Onedox milik Alief. 

Seingatku belum genap 2 bulan Alief sudah bisa bawa motor lagi buat pergi salat 5 waktu jamaah di masjid dalam komplek. Alhamdulillah aman, tapi tetap dengan pesan agar tidak mendorong motor secara berlebihan.

Kamar Operasi - RS Medika BSD 15-16 Januari 2021

6 bulan baru lepas pen

Sesuai anjuran dokter, minimal 6 bulan pen baru bisa dilepas. Kalau misal lebih dari itu? Sebaiknya jangan lama, kata dokternya. Kalau masih 7-9 bulan, masih bisa ditolerir, misalnya karena alasan masih di luar kota dan belum bisa pulang untuk ke RS tempat pasang pen.

Kalau kurang dari 6 bulan juga belum layak, khawatirnya tulang-tulang yang disatukan belum saling bertaut erat dan posisinya belum stabil. Kelamaan juga gak bagus karena jaringan-jaringan baru yang sudah terbentuk dan berfungsi normal jadi semakin kuat mengikat pen. Dokter sih ga jelasin lebih lanjut nanti kenapanya, tapi aku pikir itu akan ada resikonya, namanya juga benda asing ditanam dalam tubuh, pasti ga nyaman dan ganggu.

Untuk Alief dijadwalkan lepas pen pada bulan Januari 2021. Nah, mengenai waktunya kapan, tinggal diatur. Aku seneng banget dengan jadwal di bulan Januari 2021 itu karena saat itu Alief sudah selesai ujian semester, jadi nggak ganggu kegiatan sekolahnya. Pun, pada libur tahun baru itu Alief juga bisa ikut kami ke Palembang dulu, sekalian ziarah sama kakeknya. Jadi pas mau operasi, bener-bener dalam keadaan yang udah siap nggak ada kegiatan lain lagi yang mesti dikerjakan segera.

Resto Bakso Lapangan Tembak di Lantai dasar RS Medika BSD - Makan siang sebelum puasa untuk operasi. Hari itu Alief sudah tidak bisa ikut salat Jumat karena harus persiapan operasi. Bapaknya saja yang ke masjid.

Pasang Pen di RS Permata Pamulang, Lepasnya di RS Medika BSD

Sejak pulang dari Roadtrip ke Palembang Sumsel, aku langsung cari jadwal untuk operasi lepas pen di tangan Alief. 

Jika tahun lalu pasang pen di RS Permata Pamulang, kali ini lepasnya di RS Medika BSD. Kenapa? Pertama karena dekat dengan rumah. Kedua karena dokter yang mengoperasi Alief yaitu dr. Alphonso Arya Abikara, spOT juga praktek di RS Medika BSD. Jadi, meski beda RS tapi tetap dengan dokter yang sama.

Kenapa nggak ganti dokter? Kata temannya suamiku yang juga seorang dokter ortopedi, sebaiknya pen dilepas oleh dokter yang sama pada saat pasang. Dengan dokter yang sama, maka akan lebih tahu seperti apa cara melepasnya.

Selain itu, ada yang baru aku tahu ternyata lepas pen nggak bisa di sembarang RS juga. Menurut cerita Alief, sewaktu masuk ruang operasi ada dokter lain (mungkin dokter anestesi) yang nanya pennya dipasang oleh siapa dan di mana. Alief jawab di RS lain tapi dokter yang sama. Nah, dokter yang menanyakan hal tersebut bilang gini; "oh bagus itu karena alat buka pen tiap RS bisa beda, kebetulan pen yang dipakai Alief kuncinya ada di RS Medika BSD."

Dari situ aku mikir, berarti pen pun punya semacam "password" bagi dokter yang memasangnya 😄

Nggak ada penjelasan lebih lanjut sih soal itu, karena aku nggak nanya juga.  Tapi bisa kusimpulkan secara pribadi bahwa tiap pen punya kunci berbeda.

Kamar kelas 1 RS Medika BSD - Tempat Alief dirawat

Operasi Lepas Pen di RS Medika BSD

Biar tulisan mengenai operasi lepas pen ini lengkap, aku sertakan info biayanya juga ya. Siapa tahu ada pembaca yang terseret kemari lagi cari info biaya lepas pen. Semoga membantu.

Jika tahun lalu saat operasi aku bayar pakai biaya sendiri (ga ditanggung asuransi), kali ini alhamdulillah dicover oleh Inhealth Mandiri. Biaya lepas pen kurang lebih Rp 16 juta di kelas 1. Itu belum termasuk biaya rawat inap ya. Pokoknya pas tagihan keluar, total biaya semuanya Rp 23,5 jutaan. Dari total tersebut, asuransi menanggung 20jutaan sekian, sisanya aku bayar sendiri.

Total biaya tersebut sudah mencakup biaya tindakan, ruang operasi, biaya dokter operator, dokter anestesi, seluruh obat-obatan yang digunakan, kamar rawat inap, visit harian dokter spesialis, visit harian dokter umum, aneka keperawatan (lab, radiology, alkes).

Pasang pen lebih mahal ketimbang lepas pen. Dan harusnya kali ini aku bisa nafas lega, tapi ternyata biayanya hampir sama. Dulu biaya pasang total 25 jutaan, sekarang biaya lepas 23,5 jutaan. 

✅Status RS Medika berada 1 tingkat di atas RS Permata Pamulang. Tarif operasinya jelas lebih tinggi.

✅ Kelas kamar yang kuambil waktu pasang pen adalah kelas 3, sedangkan kelas yang kuambil waktu lepas pen adalah kelas 1.

Dari 2 hal di atas yang bikin perbedaan pada total biaya. Kalau lepas pen nya di RS Permata Pamulang, mungkin total biayanya hanya belasan juta saja.

Kapasitas kamar kelas 1 yang ditempati Alief untuk 2 orang. Kemarin Alief enak dia bisa sendirian saja karena sedang nggak ada pasien lain. Jadi lebih nyaman. Tapi senyamannya di RS tetap lebih nyaman di rumah lah ya. 

Operasi lepas pen tuh ternyata nggak perlu nginap lama. Satu malam saja sudah cukup. Kalau kondisi baik semua, sudah bisa langsung pulang. Nah karena sebentar doang, nggak usah juga lah cari kamar yang mahal-mahal amat. Sayang aja sih hehe.

Tapi aku suka kamar rawat inapnya RS Medika BSD ini, bersih dan wangi, kamar mandinya pun besar, bersih dan lengkap. Sayangnya, staf admision gak kasih paket mandi ke aku pada saat aku daftar. Pas pulang baru dikasih. Ya telat. Katanya mereka lupa. Duh, kok pakai lupa sih! 😅

Penampakan Pen dan Baut yang tertanam di lengan Alief selama kurang lebih 6 bulan, sekarang sudah dilepas

Penampakan Pen dan Baut yang dipasang di Tangan Alief

Aku sudah bisa duga seperti apa pen yang selama ini dipasang dalam lengan Alief karena sudah sering lihat lewat foto rontgen. Tapi lihat langsung baru kali ini setelah dilepas, dan aku cukup kaget karena bentuknya ga setipis dan seringan yang aku kira.

Logam kecil berbentuk panjang itu ternyata tebal juga lho, dan nggak ringan kayak uang koin. Belum lagi bautnya, wow ternyata panjangnya kurang lebih 2 cm. 

Sewaktu aku post foto pen dan bautnya di medsos, banyak yang komen ngilu. Memang iya sih, liatnya bikin ngilu, mungkin bayangin pas dipasang ya. Apalagi itu kan benda asing yang dimasukkan dalam tubuh, rasanya jadi gimana gitu.

Alhamdulillah selama ini yang aku lihat Alief aman saja pakai pen itu. Nggak mengalami yang namanya demam (akibat infkesi atau apalah). Satu saja yang dia rasakan adalah nggak bisa memutar lengannya sebebas memutar tangan kiri. Mungkin karena ada pen itu.

Selama pakai pen juga belum pernah naik pesawat, jadi nggak mengalami hal-hal yang umumnya terjadi bila melewati alat deteksi logam.

Pada logam pen terdapat tulisan HengJie, mungkin ini nama pen-nya. Atau semacam merk. Kemudian ada kode CE 123, 6H, S 2001006272. Kurasa ini menjelaskan tentang spek dari pen tersebut. 

Sedangkan bautnya yang aku terima ada 5 pcs. 3 pcs berbentuk sama, 2 pcs lagi dengan bentuk yang berbeda. Panjang Pen kurang lebih 7 cm dan bautnya kurang lebih 2 cm.

SALAT dan Berdoa -  Kapan pun dan dalam keadaan apapun 💚
 

Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Semoga setelah ini tidak ada musibah kecelakaan lagi, sehat terus, aman terus, dan panjang umur. Aamiin. 💙

Aku sempat tanya Alief, pen-nya mau diapakan? Mau dikalungin katanya, dijadikan liontin, jadi Kenang-kenangan. 😂





Kecelakaan Motor, Sebuah Ujian di Tengah Ujian

Alief Ikhwan "Onedox"


Allah SWT Maha Berkehendak Atas Segala Sesuatu

Kecelakaan tunggal dialami oleh Alief Onedox anakku pada hari Minggu tgl. 21 Juni 2020. Kejadian sekitar pukul 6 pagi ketika berkendara motor YAMAHA R15 di jalan Rawa Buntu menuju perempatan German Center, tepatnya di depan gerbang Cluster The Green BSD.


Pamit Isi Bensin

Alief pamit ke saya untuk isi BBM di SPBU yang ada Pertamax Turbo. SPBU yang menyediakan Pertamax Turbo paling dekat dari rumah kami berada di SPBU dekat Stasiun Rawa Buntu dan SPBU dekat German Center. Alief menuju salah satunya. Dalam perjalanan ke lokasi SPBU yang berjarak +/- 3 KM dari rumah inilah Alief celaka. 

Alief: "Ma, aku isi bensin bentar ya."

Saya: "Pagi sekali, belum jam 6 ini. Abis itu mau kemana?"


Alief: "Mumpung jalan masih sepi. Jalan bentar, sekitaran sini aja, trus pulang."


Suami: "Papa buatin nasi goreng ya, Alief, buat sarapan."


Alief: "Iya, pa. Assalamu'alaikum."


Itu komunikasi langsung kami pagi itu, seusai subuh. Saya sedang di dapur ketika dia berangkat. Sempat lihat dia pasang helm, pakai jaket, ambil kunci, dan tak lama suara motornya menderu kencang, lalu hilang.


Lubang di Tengah Jalan 

Berdasarkan keterangan polisi di TKP, security The Green, dan beberapa pria di lokasi, penyebab kecelakaan karena motor masuk lubang dan kehilangan kendali. 

Hanya karena masuk lubang, oleng, lalu jatuh, tapi bisa celaka parah, kenapa?

Minggu pagi jam 6 suasana jalan biasanya masih sepi. Mungkin juga belum terlalu terang jadi nggak lihat lubang. Padahal tiap berangkat sekolah lewat jalan yang sama dan selama ini aman-aman saja, lalu kok bisa? Karena kehendak Allah, Bu! Atau, apakah Alief agak ngebut? Saat saya tanya apa dia ngebut, dia tak bisa jawab karena tak ingat apa-apa atas semua kejadian. 


Dari mulut beberapa orang yang mengomentari kejadian kecelakaan Alief, lubang di jalan tersebut, dan sekitarnya, sudah sangat sering makan korban. 


Wahai Pemkot Tangsel...tolong perhatikan itu!


Telpon Darurat dari HP Alief yang Terkunci


Kabar kecelakaan hanya sekian belas menit sejak ia pamit. Seorang pria menelpon suami , katanya dia security The Green. "Anak bapak kecelakaan di depan The Green." Kalimat itu saja yang saya dengar dari suami, persis seperti yang dikatakan bapak penelpon.


Pak Security The Green menelpon ke hp suami pakai HP Alief. Kok bisa?

Setahu saya, sistem kunci layar ROG Phone 2 Alief pakai kunci Layar Pola (pattern) dan  Face Unlock. Lantas bagaimana si bapak membuka HP Alief? Saat tiba di lokasi saya tidak terpikir untuk menanyakan hal tersebut. Saya hanya berpikir bagaimana secepatnya menyelamatkan Alief dengan membawanya ke RS terdekat.

Saat saya tanya Alief, sejak kejadian sampai hari ini dia tidak ingat bagaimana cara si Bapak Security bisa membuka hp nya. 


Yang memungkinkan, bisa jadi begini:
- Saat kecelakaan Alief sadar, mungkin sempat memberitahu letak HP (tersimpan dalam Sling Bag ROG)

- Lalu security tanggap bahwa Alief minta bantu menelpon kami. Nah, bisa jadi Alief sempat melakukan ini: Minta tolong dibukakan helm, minta tolong HP didekatkan ke wajah supaya layar terbuka, lalu minta tolong telpon dengan nama kontak "Papa".
- Bisa jadi juga dibuka pakai kunci pola (pattern) pakai tangan kiri. Tangan kanan nggak mungkin, karena kondisinya patah.

Alhamdulillah saat kecelakaan sampai saya dan suami tiba di lokasi Alief masih sadar. Sehingga orang-orang di lokasi kejadian bisa menghubungi kami dan kami pun bisa cepat tiba di lokasi. Alief jadi cepat tertolong.

HP, kunci motor, dan Jam yang dipakai saat kejadian. Dari HP yang terkunci inilah pak security The Green menghubungi kami untuk melaporkan kondisi Alief


HELM Erat Tidak Lepas dan Sadar


Ibu mana yang tidak terguncang mendapat kabar anaknya kecelakaan di jalan. Saya menangis sepanjang perjalanan menuju TKP. Di tengah rasa khawatir sangat luar biasa itu, saya terus berdoa semoga Alief masih bisa diselamatkan. Tak ada nama lain yang saya sebut selain Allah SWT, Sang Maha Penyelamat. 


Tidak ada hijab doa seorang ibu untuk anaknya, bukan? Saya memohon kepada Allah, selamatkan Alief dari kemungkinan terburuk. Saya ingin menjumpainya dalam keadaan masih bisa tertolong. 


Beruntung masih di kawasan BSD, lokasi kecelakaan sekitar 2-3 kilometer saja dari rumah, saya cepat sampai di TKP. 


Alief terbaring telentang di atas rumput di pinggir jalan, dikelilingi security, polisi, dan para pria dewasa yang diam saja hanya melihat prihatin. Kecemasan saya membubung tinggi, saya tadinya sempat membayangkan berjumpa kondisi sangat buruk, ternyata Alhamdulillah Alief sadar dengan luka-luka sekujur kaki. Wajah dan kepalanya selamat. 

Helm, Jaket, dan Tas yang dipakai saat kejadian

Menurut pak security bernama Usman (beliau yang menelpon suami): "Saat celaka, helm tetap erat di kepala. Tidak lepas."


Polisi juga menambahkan bahwa Alief tidak ditabrak dan tidak menabrak, dalam artian bukan korban, dan tidak mengakibatkan korban lain. Hanya itu keterangan sementara yang saya dapat di lokasi. Sisanya saya hanya fokus ke Alief, minta tolong orang-orang membantu saya dan suami memasukannya ke dalam mobil. Sebelum melaju cepat ke IGD Eka Hospital (RS terdekat dari lokasi kejadiaan saat itu), saya lihat motor masih berdiri tegak. Saya titipkan pada security beserta kuncinya. Saya minta tolong ke pak polisi bantu urus motornya, karena yang paling penting saat itu Alief harus segera dapat penanganan medis. 

Alhamdulillah berkat Pertolongan ALLAH SWT, helm ini erat di kepala, tidak lepas, dan menyelamatkan kepala Alief dari benturan hebat di kepala kanan saat membentur kerasnya aspal. Baret tapi kaca helm tidak sampai lepas. Setelah CT Scan kepala, alhamdulillah tidak ada perdarahan.


Teriakan Sakit dan Minta Maaf


Saya berhenti menangis ketika Alief sudah berada di mobil. Saya berulangkali berkata begini: "Sabar ya sayang, kita sedang menuju RS, sebentar lagi sampai, nanti diobati semuanya di sana."

Lalu....


"Maaaaamaaaa MAAAF.....MAAF Mamaaaaa..."


Pilu. Piluuuuu sekali saya mendengar teriakan itu. Saya tahu Alief menyesal atas kejadian yang menimpanya. Suaranya, tangisannya, permintaan maafnya...adalah sebuah penyesalan yang disampaikan secara sadar. Anak ini tidak ingin menyakiti hati mamanya, tidak ingin membuat mamanya sedih, tidak ingin mamanya jadi marah... Ah, Nak. Mama sama sekali tidak seperti yang kamu pikirkan.


Sepanjang perjalanan hingga tiba di depan pintu IGD, kata-kata itu terus keluar dari mulut Alief.


Dan saya, berulang-ulang mengatakan: "Iya mama maafkan. Mama tidak marah sama Alief. Sudah ya, jangan nangis. Mama sayang Alief. Ini mama bawa Alief ke RS biar Alief diobati dulu semua lukanya. " Itu saja yang terus saya ulang. 


Kata-kata maaf masih terus diulang Alief sampai dia sudah diletakkan di atas bed. Air mata saya? Sudah tak ada. Saya menangis, tapi dalam hati. Saya tidak ingin Alief semakin merasa bersalah jika melihat air mata saya. Saya ingin dia tahu bahwa saya menerima musibah ini dengan lapang dada, dan bersyukur nyawanya masih ada. Alhamdulillah.

Celana, sepatu, dan jaket yang dipakai saat kejadian

IGD Eka Hospital BSD


Penanganan cepat dilakukan oleh petugas medis di IGD sejak Alief tiba sampai masuk kamar IGD. Ada 2 security yang menjemput di pintu mobil dan 4 orang perawat yang datang dengan sebuah bed canggih untuk pasien kecelakaan yang serba tidak memungkinkan untuk berjalan dan duduk. Semua bergerak cepat memindahkan Alief dari mobil ke atas bed.


Tadinya, kalau lambat dan bertele-tele, saya akan lakukan sesuatu supaya mereka bekerja cepat sesuai prioritas dan kondisi kritis pasien. Ternyata tidak perlu. Alief langsung dapat penanganan yang baik.


Dokter melakukan banyak pemeriksaan, terutama pada tangan kanan yang saat itu terlihat kaku, telapak tidak bisa dibuka, serta jari-jari yang diam saja tak bergerak. Setelah di rontgen, ternyata tulang tangan kanan (antara pergelangan dan siku) patah. Sebelum dirontgen, semua luka Alief dibersihkan, diobati, dan dibalut. Sampai di sini, rasa khawatir level 100 mulai turun jadi 80.


Kehilangan Memori Jangka Pendek


Saya dan suami tidak pernah pergi dari kamar tempat Alief ditangani. Saya ingin terus melihat dan berkomunikasi dengan Alief karena dengan cara itu saya bisa menjadi tenang dan semakin tenang.


Ada 4 pertanyaan yang terus diulang oleh Alief:
- Aku ga nabrak orang kan, Ma?

- Jam berapa aku jatoh?
- Aku jatoh di mana?
- Emang aku mau kemana tadi?


Sebanyak apapun dia bertanya, sebanyak itu pula saya menjawab. Kata suami, total ada 38 kali pertanyaan yang sama diulang. Selain itu, Alief tidak ingat apa saja yang terjadi di IGD sejak masuk, seperti saat disuntik, dipasang infus, diperban, dibersihkan luka, di rontgen, sama sekali tidak ada yang diingat. 

"Kapan aku dipasangin infus? Kapan disuntiknya? Kapan diperbannya? Kapan dirontgennya?"


Apakah sesuatu telah terjadi di kepalanya? Dokter di IGD lalu mengkonsultasikan hal tersebut ke dokter spesialis bedah syaraf Dr. dr. Budi Mangaittua Silitonga, Sp. BS. Selanjutnya Alief menjalani CT Scan kepala. Saya kembali tak tenang, khawatir terjadi gegar otak.


Alhamdulillah hasil CT Scan bagus. Tidak ada perdarahan di kepala, insha Allah kepala aman. Demikian penjelasan dokter Budi yang disampaikan oleh dokter IGD kepada saya. Hari itu dokter spesialis bedah saraf tidak masuk karena Minggu poli libur. Informasi dan semua hasil pemeriksaan di radiology dan dokter IGD ia terima melalui pesan digital. Minggu malam baru ke RS dan langsung menemui Alief di kamar rawat. Kepada kami beliau meyakinkan bahwa memang tidak terjadi apa-apa dengan kepala Alief. Alhamdulillah.


Perihal banyak bertanya dan banyak lupa yang dialami Alief di hari kejadian merupakan kondisi shock yang biasa dialami oleh pasien korban kecelakaan. Kondisi ini kembali normal di hari ke-2. Semua ingatan kembali berfungsi normal.

Alhamdulillah bisa cepat di bawa ke IGD di RS terdekat

Operasi Patah Tulang


Ada banyak luka di badan Alief di antaranya kedua lutut, pergelangan kaki kiri, pinggul, punggung, dagu, tangan kanan, dan bahu kanan. Alhamdulillah luka-luka itu tidak terlalu dalam, terdiri dari lecet ringan, lecet sedang, dan lecet berat. Luka di kaki kanan yang dirasa Alief paling sakit dan perih, menyebabkan dia tak bisa berjalan tegap untuk sementara.


Cedera paling berat ada pada lengan kanan, tulangnya sampai patah. Dokter ortopedi hari itu juga tak masuk karena Minggu, kondisi Alief dikonsultasikan dari jarak jauh (via pesan digital) oleh dokter IGD ke dr. Widyastuti Srie Utami, Sp. OT (K). Dari hasil rontgen yang ada, tindakan yang diperlukan adalah operasi. 


Hari itu Minggu, untuk operasi yang sifatnya emergency (SITO), biayanya lumayan mahal. Dari estimasi yang saya terima dari pihak admision totalnya 63 jutaan. Tindakan operasi bisa digeser ke Senin jika mau, dan biayanya jadi 55 jutaan. Namun ternyata biaya RS Alief sama sekali tidak dicover oleh asuransi kami (asuransi swasta). Wah berarti harus keluar duit pribadi.


Sampai di situ saya mulai mencari cara lain supaya Alief tetap operasi namun dengan biaya yang tidak terlalu berat. Pasalnya, suami kan baru-baru ini habis sakit, dirawat lama di Eka Hospital hampir 20 hari. Jangan tanya soal biaya rumah sakit, kalau saya sebut totalnya abis 100 juta (sakit sejak Ramadan sampai abis lebaran), mungkin Anda tidak percaya. Tapi itulah yang terjadi...

Biaya RS tidak dijamin asuransi


Biaya RS tidak dicover oleh asuransi karena alasan kecelakaan tunggal. Ok, berarti jalan di sana buntu.


Saya cari jalan lain pakai BPJS. Hari kedua saya bawa Alief keluar dari Eka. Kondisi Alief sewaktu keluar dari Eka cukup baik, dalam artian dia sadar, bisa makan seperti biasa (tidak mual dan muntah), luka-luka sudah diperban, tangan sudah dipasang spalk agar aman sebelum operasi. Tadinya mau saya bawa pakai ambulance, tapi Alief bisa duduk, asalkan bersandar dan kaki diluruskan. 


Akhirnya saya bawa Alief pakai mobil sendiri, pergi ke RS lain rujukan BPJS (namanya rumah sakit anu, gitu aja ya). Ternyata, pasien sakit karena kecelakaan harus membuat surat keterangan kecelakaan di kepolisian untuk kemudian diajukan ke Jasa Raharja. Urusan surat ini tak cepat, kami hanya dapat surat sementara tanpa nomor. Dibantu oleh pihak RS, surat sementara itu dikirim ke Jasa Raharja. Hasilnya? GAGAL alias penjaminan ditolak.


Kenapa Jasa Raharja?


Karena biaya RS pasien kecelakaan ditanggung oleh Jasa Raharja. Biayanya dijamin hingga 20 juta dengan syarat kecelakaan bukan tunggal. Sedangkan Alief? Bukan ditabrak/diserempet oleh pengendara lain. Saya garis bawahi ya, kecelakaan tunggal tidak dijamin.


Nah setelah ditolak oleh Jasa Raharja, baru dijamin oleh penjamin kedua yaitu BPJS. Tetapiiiiiii....setelah saya konsul ke dokter ortopedi yang hari itu praktek di RS anu itu, katanya pasien BPJS punya jadwal sendiri. Tidak bisa pas masuk langsung operasi. Misal, saya daftarkan Alief di hari Selasa, maka dapat jawal tindakannya Selasa depan. Itu juga tidak langsung operasi. Ada stepnya. Selasa pemeriksaan lab dan rontgen dulu. Rabu diperiksa dokter anestesi dulu. Kamis mungkin tes covid dulu dan persiapan lain-lain. Kemungkinan Jumat baru tindakan. Kenapa tes dan pemeriksaan per hari 1 saja bukannya sekaligus? Karena BPJS menanggung biaya maksimal sekian perhari, jadi nggak bisa sekaligus semua pemeriksaan bisa dilakukan dalam sehari karena biayanya melebih jatah. Hah! Apa cuma saya yang baru tahu soal ini?


10 hari sejak daftar operasi via BPJS baru bisa dioperasi???? Wow lama sekali. Alief keburu sakit-sakitan dong kalau harus menunggu selama itu! Apa iya prosedurnya serumit itu? Bagaimana jika si pasien kritis??


Fix saya tidak akan ambil operasi dengan BPJS di rumah sakit itu. Saya pergi ke Medika BSD, daftar ke poli tanpa bawa Alief, hanya bawa semua data medis (lab, rontgen, resume medis, CT Scan, dan dokumen penunjang lainnya). Alhamdulillah dipertemukan dengan dr. A. Arya Abikara, SP. OT. Nah, baru bertemu sekali saya langsung sreg.

RS Permata Pamulang

Operasi Biaya Sendiri di RS Permata Pamulang


Setelah bertemu dokter Abi (nama panggilan dr A. Arya Abikara, SP. OT), saya mendapatkan estimasi biaya operasi yang bervariasi, mulai 40 juta hingga 45 jutaan. Beda 10 jutaan dengan Eka Hospital.


Untuk kondisi patah tulang Alief, operasi bisa ditunda, yang artinya bila tidak saat itu juga dilakukan tidak terlalu bahaya. Sewaktu di Eka sempat dapat pesan dari dokter Uut bahwa operasi paling lambat 14 hari setelah kecelakaan masih aman. Tetapi, lebih cepat lebih baik.


Itu kenapa saya punya waktu buat cari dokter bagus tapi di rumah sakit yang cocok dari segi biaya. Ya, di kondisi seperti sekarang, suami abis sakit menghabiskan banyak biaya, tiba-tiba Alief kecelakaan dan butuh biaya besar, tentu saja saya mencari cara agar anak tetap sehat selamat tapi biaya nggak sampai habis-habisan banget.


Setelah cek ke beberapa RS di Tangsel dan Tangerang (via telpon dan online), saya menemukan informasi dokter Abi praktek di RS Permata Pamulang. Saya cek biaya operasi di sana lebih ekonomis dari biaya di RS lain. Untuk memastikan, saya datang langsung ke RS Permata Pamulang, lihat-lihat dan tanya-tanya. Alhamdulillah banget saya langsung sreg.


Rumah sakitnya luas, fasilitas lengkap dan memadai. Dari luar sampai dalam, terlihat bersih dan nyaman. Ruang tunggu, ruang pendaftaran, lorong, lift, bahkan kamar rawat pasien (saya diijinkan lihat-lihat sebelum memutuskan untuk check-in), semua bersih, enak dilihat. Para staf sangat ramah, informatif, dan sangat komunikatif. Seorang perawat, yang katanya perawat di poli dr Abi, memberi saya nomor HP untuk dihubungi kapan saja terkait pelaksanaan operasi. Baik banget kan? Dengannya saya jadi leluasa menanyakan apa saja soal kondisi Alief dan persiapan operasi. Di RS ini dokter spesialisnya juga banyak. 


Mungkin memang jodoh ya, masuk RS Permata Pamulang itu saya merasa tenang, adem, dan insha Allah percaya Alief bisa ditangani dengan baik. Padahal, sudah cek RS lain dengan tipe RS yang sama, saya merasakan hal sebaliknya, gak cocok!


Biaya operasi tulang (kondisi seperti Alief) di RS Permata Pamulang mulai 25 juta - 35 juta. Berhubung biaya RS tak dijamin oleh asuransi, semua biaya di RS kami tanggung sendiri. Next time, saya mau lebih teliti lagi membaca polis :)

Tulang tangan kanan yang patah sebelum dioperasi

5 jam di kamar operasi


Operasi berlangsung pada hari Kamis 25 Juni 2020 pukul 14.00. Menurut keterangan perawat, pelaksanaan operasi sekitar 2 jam saja. Kenyataannya Alief berada di ruang operasi 5 jam. Masuk pukul 14 kurang, keluar pukul 19 lewat.


Saya dan suami duduk lama di ruang tunggu, sampai tertidur. Sejak pukul 16 saya mulai rajin melihat ke pintu ruang operasi, menunggu siapa yang keluar. Ada 3 kali pintu dibuka, tapi yang keluar selalu bukan Alief. Sampai pukul 18 Alief belum juga keluar, saya mulai tak tenang. Setiap ada suster yang keluar saya tanya, dan jawabannya selalu sama: "Tunggu ya ibu, ananda mungkin masih pemulihan, nanti kalau sudah sadar, baru kami bawa keluar".


Pukul 19 lewat, anak yang saya nanti-nanti itu akhirnya dibawa keluar. Matanya melihat ke saya, dan langsung saya tanya: "Gimana sayang?" Tahu dia jawab apa? "Keren, Ma!" Huaaaaa...


Alief tak langsung dibawa ke kamar perawatan tapi ke radiology untuk rontgen tangan lagi. Buat dokumentasi terbaru gambar posisi tulang dan pen kali ya.


Alhamdulillah, operasi lancar, tulang sudah diletakkan pada posisinya, dan pen sudah dipasang. 



Alhamdulillah operasi lancar

Karena Allah Sayang


Tahun 2020 ini Bapak mertua meninggal, kucing kesayangan mati, suami sakit, anak kecelakaan.


Sungguh, Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu,

Dan saat ini saya sedang menghadapi apa yang Allah kehendaki. 

Saya manusia, merasa sedih, shock, dan takut kehilangan. 


Manusiawi jika merasa seperti itu, termasuk bila ada rasa ingin menyalahkan diri sendiri, sesuatu atau seseorang. Tetapi saya adalah salah satu manusia yang tumbuh dengan pengalaman pernah sedih, kecewa, dan kehilangan. Saya hidup dengan kenangan itu, dan itu yang membuat saya telah lama menjadi lebih kuat, bersemangat, dan bisa menyesuaikan diri atas setiap keadaan yang menimpa. 


Saya sudah berhenti mempertanyakan kenapa Tuhan membuat saya mengalami kesedihan-kesedihan, kenapa ujian ini bertubi-tubi... saya sungguh tidak ingin mempertanyakan itu lagi. 


Saya hanya ingin semakin meyakini, setiap ada ujian, berarti dimampukan untuk menghadapinya, sesuai kadar ujian yang diberikan. Setiap diberatkan, berarti akan ada yang diringankan. Jika itu dosa, berarti semoga ini jadi jalan penggugur, maka seharusnya saya bersyukur, Allah masih sayang pada saya.  


Allah Maha Tahu atas segala sesuatu, bukan saya, kamu, atau kalian. Dan saya berdoa, semoga saja ringannya dosa dikabulkan Allah setelah semua yang berat ini saya lalui.


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6).





Alhamdulillah dan Terima kasih 


Terima kasih tak terhingga kepada banyak orang yang telah membantu menolong Alief di saat kejadian; Polisi, Pengendara yang lewat, dan security The Green. Semua petugas medis di IGD Eka Hospital, dokter spesialis, dokter IGD, dan semua staf yang bertugas saat itu. 


Terima kasih kepada dokter Abi yang melakukan operasi untuk Alief. Seorang dokter yang tegas dan tak bertele-tele, sehingga Alief bisa dioperasi dengan cepat. Bagi saya, dokter ini menyenangkan. Terima kasih buat semua perawat dan security di RS Pamulang. Meski RS tipe C, tapi pelayanan RS ini layak saya beri nilai BAIK.


Terima kasih kepada keluarga saya di manapun berada, adik-adik Mas Arif, ibu, para sahabat dekat, para teman dekat, Yuk Annie, para tetangga, teman-teman Mas Arif alumni FIS62, rekan-rekan blogger di berbagai komunitas (komunitas Blogger Kekinian, KEB, Blogger Tangsel Tangerang, IDFB, Travel Blogger Tidore, teman-teman BLUS, dan semua follower IG) yang telah mendoakan untuk kelancaran operasi dan kesembuhan Alief maupun Mas Arif. Doa dari semuanya telah Allah kabulkan. Subhanallah..


Semoga kebaikan dan kemurahan hati semua orang yang tulus mendoakan dan mendukung, mendapatkan balasan sebaik-baiknya dari Allah SWT. Semoga Allah memberi umur yang panjang, kesehatan, dan rejeki yang berlimpah kepada semuanya. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dari saya. Semoga setelah ini, saya dan kita semua hidup sehat, panjang umur, dan bahagia.


Sungguh, ada kemudahan setelah kesulitan.


Masya Allah.