Tampilkan postingan dengan label reza palaton. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label reza palaton. Tampilkan semua postingan

Mengobati Batu Empedu yang Muncul Kembali dengan Tanaman Obat

Mengobati batu empedu pakai tanaman obat
Tanaman Obat untuk Mengatasi Batu Empedu Suami yang Muncul Kembali - Travelerien.com

Lebaran di Rumah Sakit

Lebaran 2022, saat orang-orang mudik ke kampung halaman, kami "mudik" ke rumah sakit. Suami mendadak sakit sehingga harus dilarikan ke IGD. Situasi dan kondisinya persis kejadian lebaran tahun 2020. Jika 2 tahun lalu ke IGD beberapa kali sejak Ramadan sampai lebaran, lalu dirawat berminggu-minggu di RS, namun tak juga mendapatkan kesembuhan, kali ini serangan sakit hanya terjadi sekali dan langsung dirawat selama 6 hari saja. Sembuh? Enggak 😂

Masih penyakit yang sama yakni batu empedu. 2 tahun lalu ukuran batunya 0,9cm. Tindakan operasi saat itu gak jadi-jadi karena kondisi amilase dan lipase terganggu sehingga tidak berada pada kondisi normal, bahaya jika dioperasi. Dokter bedah harus menunggu sampai kondisi tersebut stabil, kami juga ikut menunggu, namun tak juga ada perubahan positif. Kelamaan menunggu, yang ada biaya bengkak, mana dirawat di RS mahal pula, terhitung tagihan sampai ratusan juta. Alhamdulillah ada asuransi yang menjamin biaya dan masih ada kantong bisa dirogoh-rogoh sampai dalam😅

Upaya berobat melalui pengobatan kedokteran sudah, tapi belum ada hasil, lalu kami beralih ke pengobatan herbalis yang sudah beberapa kali memberikan hasil positif (kesembuhan) atas sakit yang pernah dialami sebelumnya. 

Alhamdulillah setelah terapi tanaman obat selama 3 bulan tanpa jeda (Juni-Juli-Agustus 2020), batu ukuran 0,9cm di tahun 2020 itu hilang tuntas tas tasss, dibuktikan dengan USG dan CT Scan di rumah sakit hasilnya bersih.

Begitulah tanaman obat bekerja, semua atas kuasa Allah SWT sehingga suami jadi sehat lagi, makan enak lagi, gembira lagi, bahagia lagi. Laluuuuuu lalai jaga makan lagi, gak minum ramuan tanaman obat lagi, hingga batu itu muncul lagi. Tau-tahu hasil pemeriksaan menunjukkan adanya batu baru sudah berukuran 0,3cm dan yang paling baru hasil CT Scan 0,6cm. Nah, cepat sekali membesarnya!! 😱

Mengenai riwayat sakit suami di tahun 2020, pengobatan RS yang sudah kami jalani dan pengobatan herbal yang kami tempuh dengan konsisten, semua sudah pernah saya ceritakan di blog ini. Jika butuh buat dibaca, silakan klik link berikut karena apa yang akan saya ceritakan berikutnya bakal banyak berhubungan dengan tulisan-tulisan tahun 2020 itu. 

Di ruang rawat suami di sebuah rumah sakit di Margonda Depok, hari ke-2

Gejala Sakit Perut Hebat di Lebaran Hari Ke-2

Cerita sakitnya suami bermula di hari ke-2 lebaran, saat kami sedang berada di rumah orang tua kami (mertua saya) di Cimanggis, Depok. Usai salat Isya di masjid depan rumah, lalu makan malam, kami bermaksud kembali ke BSD. Tetapi, tiba-tiba suami merasa gak nyaman di perut. Katanya begah dan kembung. Ada rasa pengen sendawa, tapi gak bisa. Ada rasa ingin buang angin, tapi juga gak bisa. Melihat hal itu, kami (saya, ibu mertua, dan kedua adik ipar saya) menduga beberapa kemungkinan. Mungkin suami kekenyangan, mungkin tadi makannya terburu-buru, mungkin karena habis makan sesuatu yang berpotensi membuat lambung mengamuk.

Cerita lebaran kami, sebelum suami sakit, bisa dibaca di sini: Idul Fitri 1443H, Suka dan Duka Lebaran 2022

Kami melakukan beberapa upaya untuk meredakan sakit perut suami dengan mengoleskan minyak kayu putih di perut, melakukan pijatan pada titik tertentu di telapak kaki, hingga meminumkan obat maag. Namun, masih tak ada perubahan, malahan sakitnya makin menjadi-jadi. Akhirnya kami putuskan membawa suami ke rumah sakit terdekat di Depok.

Kondisi suami lumayan berat. Duduk sakit, miring sakit, berbaring sakit, bergerak apa pun pasti sakit. Tapi mau gak mau harus bergerak supaya bisa berangkat. Adik ipar dan ibu ikut serta mengantar, bikin saya jadi agak tenang ditemani. 

Dalam perjalanan, suami beberapa kali muntah, dan berkali-kali merintih kesakitan. Keadaan ini membuat perjalanan menuju RS yang cukup dekat dari rumah, seakan jauh dan lama sekali. Ketika sampai di IGD, kami bergerak cepat agar suami segera dapat pertolongan. 

Saat itu tak ada satu pun pasien di ruang IGD. Jadi, dokter dan para suster bisa fokus menangani suami saya saja. Hasil pemeriksaan sementara membuat suami diberi obat nyeri dan setelahnya dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih mendetail melalui cek lab. 

Keesokan harinya di lanjut USG bahkan CT Scan! Hasilnya? Ada batu empedu! Jadi, sumber sakit perut hebat itu dari si batu itu. Batu baru, bukan batu yang sama seperti 2 tahun lalu.

Hasil CT Scan: alhamdulillah semua normal kecuali Kandung Empedu

Hasil CT Scan: ada batu empedu berukuran 6mm

Batu Empedu Itu Datang lagi!

Seperti yang dulu pernah saya ceritakan di blog ini (link ada di atas), tahun 2020  batu empedu suami menyumbat saluran. Batunya berukuran 0,9cm dan berbentuk tajam. Efeknya jadi sakit di lambung, pankreas, hingga hati. Batu itu tidak dioperasi karena kondisi bagian dalam tidak kunjung aman. Dioperasi enggak, sembuh juga enggak. Akhirnya kami ikhtiar berobat ke herbalis Reza Palaton, tempat kami sudah beberapa kali melakukan pengobatan dengan tanaman obat. Alhamdulillah setelah terapi tanaman obat 3 bulan tanpa jeda, batu itu hilang tuntas, dibuktikan lewat hasil test di rumah sakit.

Soal batu empedu yang gak jadi-jadi dioperasi itu dapat dibaca di sini: Operasi Batu Empedu Ditunda Melulu Ini Dia Penyebabnya 

Setelah suami sembuh, kami gak cuma senang, tapi juga sangat tenang. Masa-masa berat sudah terlewati dan suami sudah sehat bisa beraktivitas lagi. Setelah sembuh, awalnya ketat jaga makan, tapi lama-lama kendor lagi. Udah gitu, suami saya kan doyan makan. Apa saja disikat, gak pake pilah-pilih. Nah, kalau di rumah, saya bisa awasi makannya. Kalau di luar rumah? Gak ada yang ngawasin, gak ada yang negur.

Di luar rumah itu maksudnya saat sedang bekerja. Misalnya makan di kantin kantor, tempat semua karyawan dari level paling bawah sampai paling atas makan siang. Makan di restoran atau kafe saat ada meeting pekerjaan di luar. Bahkan saat makan di hotel. 

Suami saya kalau mau keluar kota/negeri untuk urusan kerja, biasanya karantina dulu seminggu, diinapkan oleh perusahaan di hotel-hotel bintang 5 sekelas JW Marriot. Nah selama di hotel udah pasti dikasih makanan enak-enak. Apa saja yang disajikan dimakan. Meskipun selalu saya ingatkan agar berhati-hati, tetap saja suka lupa. Tahu-tahu udah makan ini dan itu. Duh bapak-bapak tuh ya, kayak gak kapok abis dirawat sebulan di RS 😂

Sepanjang 2021 itu seingat saya baru MCU (medical check-up) 1x di bulan Oktober. Biasanya 2x dalam setahun. Saya lupa alasannya kenapa baru 1x saja. Nah, hasil MCU di bulan Oktober itu menunjukkan ada batu empedu berukuran 0,3cm. Lhooooo kok ada lagi??  😓

Lalu, merepet lah saya ke suami haha. Ngomel soal pola makannya pastinya ya. Suami cuma terdiam wkwkw. Kalo udah kena baru diam, kalau belum santai saja dan abai. Hadeuh. Saya merepet (mengomel) karena sayang. Tapi ini yang disayang kagak kapok haha.

Abis itu, suami sempat jaga makan lagi, saya pun rutin kasih makan apel washington lagi yang menurut saran dokter maupun herbalis kami, dapat membantu mengatasi batu empedu. 

Sebetulnya, ada satu saran dari Pak Reza herbalis yang benar-benar terlupakan oleh kami. Seharusnya, jika batu empedu sudah sembuh, ramuan tanaman obat yang diresepkan di awal, tetap diminum tapi dosisnya diubah jadi seminggu sekali. Metode pengobatan ini berguna untuk mencegah pembentukan batu kembali, khususnya bagi penderita yang susah pantang makan. Kalau bisa pantang, gak minum rebusan tanaman obat lagi itu juga gapapa. Tapi kan suami saya susah pantang?? Makanya kena batu lagi.

Akhirnya dirawat lagi, kali ini 6 hari saja. Batunya gak hilang, nyeri perutnya saja yang berkurang. 4 macam obat buat atasi nyeri lambung jadi bekal buat di rumah.

Batu Empedu Sudah Sembuh Diobati Pakai Resep Tanaman Obat, kok Bisa Muncul Lagi?

Salah satu penyebabnya karena terlalu banyak kolesterol dalam kantong empedu. Kadar kolesterol yang berlebihan bisa didapat dari makanan yang dikonsumsi. Karena itulah makanan bisa disebut sebagai penyebab tidak langsung terbentuknya batu empedu.

Saya jadi ingat hasil MCU suami di bulan Oktober itu memperlihatkan kadar kolesterol lebih tinggi dari biasanya. Ada catatan dokter soal itu. Bisa jadi dari sinilah batu itu muncul lagi. Sebetulnya dari hasil MCU saat itu sudah menjadi tanda untuk lebih berhati-hati dengan makanan yang dikonsumsi, sekaligus tanda untuk rutin lagi minum tanaman obat, tapi ya itu tadi, baik suami maupun saya lengah. Akhirnya, batu baru yang sudah berukuran 3mm saat itu, makin membesar. Puncaknya pada lebaran kemarin. Persis setelah "momen" banyak makan makanan berlemak dan bersantan. 

"Meskipun batu empedu sudah dibuang atau dihancurkan sampai tuntas dan bersih, tetap akan mudah muncul lagi KALAU GAK JAGA MAKAN"

Itu kuncinya, jaga makan!

Jadi, segala rasa sakit dan kram di perut kanan atas, mual, kembung, susah buang angin, susah sendawa yang dialami suami saya, itu semua bukan sumber penyakit, tapi efek samping dari batu empedu yang menyumbat saluran. 

Maka yang perlu ditaklukan adalah si batu empedunya. Caranya? Ya dibuang dulu. Bisa dengan cara dioperasi di rumah sakit kalau mau cepat, atau dengan tanaman obat melalui resep dari pakar herbalis, namun perlu waktu. Pakar herbalis lho ya, bukan tukang tanaman obat, sebab ada dosis dan cara pakai yang harus diikuti. Sama kayak pengobatan kedokteran. Bedanya, kalau operasi kurang dari 6 jam udah selesai. Kalau lewat tanaman obat, 3 bulan baru benar-benar tuntas. Itu yang dialami oleh suami saya saat memilih ikhtiar sembuh di klinik herbalis Reza Palaton, pakar herbalis lulusan S2 Farmasi UI yang sudah terbukti berhasil mengatasi beberapa penyakit berat yang pernah kami alami. 


Kembali Berobat Pakai Tanaman Obat Resep Herbalis Reza Palaton

Setelah 6 hari dirawat, suami saya dibolehkan pulang. Rasa sakit luar biasa yang dirasakan saat pertama kali dilarikan ke IGD sudah sangat jauh berkurang. Namun, rasa sakit itu tampaknya belum benar-benar tuntas sebab saya menyaksikan sendiri suami masih ragu untuk mengatakan "tidak" ketika saya tanya: "Sudah gak merasa kembung dan begah lagi kan, mas?" 

Ya, walaupun rasa sakit sudah tak sedahsyat awalnya, rasa sakit itu masih ada, meski sesekali saja munculnya. Terutama saat dan sesudah makan. Mungkin karena itulah 4 macam obat untuk lambung diresepkan oleh dokter untuk diminum setelah kembali ke rumah. Kenapa masih sakit? Karena batu empedunya masih ada.

Hari Minggu tgl. 8 Mei suami sudah di rumah. Dengan kondisi yang menurut kami belum baik betul, kami memutuskan untuk melakukan pengobatan alternatif. Alternatif di sini maksudnya pengobatan herbal. Hal ini perlu saya garis bawahi sebab masih ada orang yang berpikir alternatif itu berarti berobat ke "orang pinter". Saya beri tanda kutip karena memang sering dikonotasikan sebagai berobat ke dukun, pakai jampi-jampi, sajen-sajen, dan ilmu-ilmu mistis. SAMA SEKALI BUKAN PENGOBATAN DUKUN. Naudzubillah.

Esoknya, Senin tgl. 9 Mei kami mendaftar berobat ke Pak Reza melalui website www.rezapalaton.com. Saya dan suami mendaftar dari laptop masing-masing, sayangnya sama-sama gagal. Baru saja mau kecewa, tiba-tiba suami adik ipar saya mengabari kalau dia berhasil daftarin suami. Masya Allah. Alhamdulillah benar-benar rejeki suamin bisa dapat kuota berobat. Padahal, saya sendiri sudah 5 bulan mendaftar tapi gagal terus. 

Hari Selasa tgl. 10 Mei kami berangkat ke klinik Pak Haji Reza di Rangkas Bitung. Kami diantar oleh suami adik ipar karena suami masih lemah buat nyetir jauh. Ibu mertua juga ikut serta menemani saya.

Mengenai pengalaman berobat ke Pak Reza, pernah saya tulis di blog ini, bisa dibaca pada link berikut:

Perjalanan dari BSD menuju Rangkas Bitung kami tempuh kurang lebih 1,5 jam.

Ini adalah klinik pengobatan herbal Pak Reza saat ini, menempati bangunan kantor travel umroh milik beliau. Tahun 2020 saat saya membawa suami berobat ke Pak Reza, ruang prakteknya masih menyatu dengan rumah tinggalnya yang di atasnya terdapat kafe.

Di ruang tunggu klinik Pak Reza. Ibu mertua saya menemani kami berobat, dan suami adik ipar saya ikut mengantar (duduk pakai masker)

Ini adalah ruang tunggu pasien di klinik Pak Reza. Ruang besar ini biasanya digunakan untuk berkumpul jamaah umroh travel Pak Reza. Jika sedang tidak ada kegiatan terkait perjalanan umroh, ruang ini berfungsi jadi ruang tunggu pasien dan tempat salat. Tersedia toilet dan tempat wudhu. Pintu coklat di sebelah kiri adalah pintu masuk ke ruang praktek Pak Reza.

Suami, antri menunggu panggilan periksa, sesuai nomor urut yang didapat saat mendaftar secara online di website www.rezapalaton.com. Pintu di sebelah kanan foto adalah pintu masuk ruang praktek Pak Reza.

Ini adalah ruang praktek Pak Reza. Sejuk, bersih, dan terasa nyaman. Sekali masuk 3 pasien. Masing-masing pasien hanya boleh ditemani 1 pendamping. Jadi di ruangan ini bisa masuk 6 orang sekaligus. Tidak ada rahasia antara 1 pasien dengan 2 pasien lainnya. Pemeriksaan dilakukan secara terbuka, dan informasi yang disampaikan oleh Pak Reza kepada pasiennya juga tidak ditutupi. Artinya, kita bisa melihat proses pemeriksaan dan info pengobatan dilakukan sebagaimana mestinya.

Sakit Batu Empedu Kali Ini Lebih Ringan dari Dua Tahun Lalu

Cara Pak Reza memeriksa pasiennya, dengan memegang lengan untuk meraba nadi dan menekannya beberapa waktu, mengingatkan saya pada cara kerja dokter-dokter kerajaan di era kekaisaran Korea (Joseon) yang saya tonton di drama-drama Saeguk Korea. Cara serupa juga dilakukan oleh tabib-tabib negeri Cina, juga dalam drama-drama Cina yang saya tonton. Dari metode itu, menghasilkan informasi mengenai kondisi pasien saat itu, dari yang paling gampang seperti ukuran tensi, hingga yang paling sulit (menurut awam) seperti ukuran batu empedu. Jika di rumah sakit metode pemeriksaan menggunakan alat canggih, maka di Pak Reza menggunakan metode manual. Bagaimana caranya? Hanya ahli yang bisa melakukannya. Manual di sini bukan dengan membedah isi badan lho ya 😅 Lantas, bagaimana hasilnya? Bisa disamakan dengan hasil tes di RS.

Batu empedu Mas Arif kali ini baru 0,6cm, lebih kecil 0,3cm dari 2 tahun lalu. Jika 2 tahun lalu bentuknya runcing, kali ini tumpul. Jika dulu ada batu yang keluar kantong dan masuk ke saluran lain, kali ini hal itu tidak terjadi.

Hal pertama yang dilakukan oleh Pak Reza adalah membuang batu empedu, dan ini dilakukan dengan cara mengkonsumsi ramuan dari 6 macam tanaman obat, terdiri: Pohon meniran, Daun Ki urat (daun sendok), Daun Tempuyung, buah mahkota dewa kering, temulawak, akar alang-alang. Jumlah penggunaan sesuai dosis yang diresepkan, dan diminum sesuai dosis yang ditentukan.  

Jumlah tanaman obat yang digunakan kali ini berbeda dengan 2 tahun lalu. Ada 1 tanaman obat yang kali ini tidak disertakan yaitu Daun Tapak Liman. 

Ini adalah obat batu empedu suami saya di tahun 2020. Ada 2 macam yang diminum, untuk pagi, dan untuk siang & malam. Jumlah tanaman obat sengaja saya tutupi supaya tidak ada yang mencoba menggunakan resep suami saya, karena kondisi tiap orang berbeda, maka beda pula resep dan dosis yang digunakan. Saya tidak bertanggung jawab pada penggunaan resep secara sembarangan yang tidak dikonsultasikan lebih dahulu kepada ahlinya. Resep yang saya catat ini, dulu diminum selama 3 bulan oleh suami saya, lalu dilanjut dengan resep baru selama 1 bulan, dan bulan berikutnya dengan resep yang berbeda lagi.

Ini catatan resep asli tulisan tangan Pak Reza bulan Juni tahun 2020 yang kemudian saya salin di buku catatan kecil (foto atas). Pada kertas ini ada banyak lubang, karena saya pasang di papan sterofoam dekat dapur (ditusuk pakai paku jarum), supaya mudah dilihat setiap kali hendak merebus obat.

Ini adalah catatan resep terbaru bulan Mei 2022, tulisan tangan asli dari Pak Reza, untuk Mas Arif. Ada kesamaan pada jenis tanaman obat yang digunakan, kecuali daun tapak liman kali ini ditiadakan. Dosis tanaman obat sengaja saya tutup untuk keamanan penggunaan karena beda orang beda kondisi tubuhnya, maka obat yang digunakan tidak bisa sama. Jangan sembarangan minum obat agar tidak mengalami efek samping yang tidak diinginkan. Berhati-hati terhadap resep obat meski memiliki penyakit yang sama. Konsultasikan terlebih dahulu kepada ahlinya supaya mendapatkan pengobatan yang tepat 🙏

Tanaman obat ini saya beli di Apotik Herbal Kausar punya Putra Pak H Reza. Lokasi apotek persis di depan klinik tempat Pak Reza praktek.

Temulawak iris kering. Kalau kehabisan stock, biasanya saya beli yang segar di pasar. Jika beli banyak sekaligus, biasanya saya keringkan supaya awet disimpan.

Akar alang-alang. Jika kehabisan stock, biasanya saya beli di Pasar Modern BSD, ada banyak penjual sayur yang jual.

Buah Mahkota Dewa kering

Daun ki urat (daun sendok)

Daun tempuyung kering

Pohon meniran. Tumbuhan ini mudah ditemukan karena tumbuh liar di mana saja. Saya bahkan sering liat tanaman ini tumbuh dalam pot, di halaman, dan di pinggir lapangan dekat taman masjid di komplek rumah.

Ampas tanaman obat setelah direbus. Untuk proses perebusan, kami disarankan menggunakan panci bahan stainless steel atau bahan tanah. Selain itu tidak disarankan.

Apotek herbal Kausar milik keluarga Pak Reza

Ruang tunggu di apotek. Di sini keluarga pasien bisa jajan makanan.

Apotek menyatu dengan tempat jualan pakaian

Bersama ibu mertuaku yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan kesehatan kami anak-anaknya. Terima kasih ibu sayang 💕

Saat ini masa pengobatan suami sudah selesai dilakukan selama 21 hari, sesuai yang ditentukan oleh Pak Reza. 21 hari tanpa jeda minum ramuan obat, sembari berhenti selama 1 minggu penuh tidak mengkonsumsi makanan berlemak, santan, dan gorengan. 

Sewaktu kembali ke rumah setelah dari klinik Pak Reza (10 Mei 2022), Mas Arif sempat merasakan perutnya tidak nyaman. Agak kembung katanya. Nah, sore itu juga kami mencari daun salam yang mana menurut catatan resep Pak Reza mulai diminum pagi hari tgl. 11 Mei 2022.

Kebetulan tetangga saya yang punya pohon salam baru kembali dari mudik. Saya langsung minta daunnya, dan diberi banyak sekali. Gimana gak banyak wong tetanggaku nebang 1 dahan yang jumlah daunnya mungkin lebih dari 500 lembar 😀

Malam itu juga daun salam saya rebus bersama gula merah, dan setelah tidak terlalu panas, langsung diminum oleh suami. Masya Allah, Alhamdulillah, rasa gak nyaman di perut yang dirasakan suami, yaitu kembung, penuh, mual, semua reda setelah minum air daun salam itu. Keesokan pagi suami mulai berhenti minum 4 macam obat lambung dari dokter, hanya mengandalkan rebusan air daun salam itu saja. Atas kuasa Allah, perut suami aman sampai saat ini, sehat alhamdulillah, tidak sakit lagi insha Allah seterusnya.

Kondisi suami 6 hari sejak keluar dari RS, 4 hari setelah berobat herbal. Ini adalah hari di mana suami kontrol pertama paska rawat inap. Begitulah kami, pengobatan kedokteran dilakukan, pengobatan alternative dengan menggunakan tanaman obat resep dari ahlinya (herbalis) juga dilakukan apabila pengobatan kedokteran menemui titik buntu. Kami percaya, setiap ilmu ada manfaatnya. 

Alhamdulillah sudah sehat lagi, sudah bisa makan dengan senang hati dan aman lagi. Terima kasih wahai Pemilik Jiwa kami yang Maha Penyembuh. Nafasku kembali utuh saat ia di sampingku lagi dalam keadaan sehat begini. Sehatkan suamiku Ya Allah, panjangkan umurnya.

Batu empedu tidak muncul begitu saja melainkan disebabkan dari pola makan dan gaya hidup

Cairan empedu punya dua fungsi empedu bagi manusia. Fungsinya dalam pencernaan adalah membantu penguraian lemak. Kegunaan lainnya adalah membantu fungsi hati dalam pengeluaran zat sisa metabolisme dari dalam tubuh.

Jika ditelaah lebih lanjut, berbagai fungsi cairan empedu bagi tubuh adalah untuk membantu kerja enzim pencernaan, menggumpalkan lemak untuk dicerna, membantu fungsi enzim lipase, dan membunuh bakteri merugikan.

Namun, seperti organ lainnya, empedu juga bisa mengalami gangguan. Beberapa masalah seperti batu empedu atau kanker kantung empedu tentunya bisa menimbulkan gejala berbahaya yang sangat mengganggu kerja sistem pencernaan. Untuk itu, perlu dihindari risiko penyakit tersebut dengan menjaga kesehatan organ ini melalui pola makan dan gaya hidup sebagai berikut: 

1. Mengonsumsi makanan yang menyehatkan empedu, yakni makanan rendah lemak dan kolesterol, serta tinggi serat dan protein, seperti:

  • biji-bijian utuh seperti gandum dan beras merah,
  • ikan, ayam, dan daging merah rendah lemak,
  • buah-buahan dan sayuran,
  • produk susu rendah lemak, serta
  • kacang kenari, biji rami (flaxseed), dan minyak nabati.

Mengingat hati dan empedu yang bekerja dengan saling berhubungan, maka disarankan menjalani pola makan yang juga sehat untuk organ hati seperti buah alpukat yang mengandung lemak tak jenuh tunggal.

Selain itu yang tak kalah penting adalah makan di waktu yang teratur dan dengan porsi secukupnya. Bila hanya makan satu kali dan dalam porsi yang sangat banyak, kebiasaan ini bisa menimbulkan risiko batu empedu.

2. Membatasi jenis makanan tertentu yang banyak mengandung karbohidrat olahan dan lemak jenuh. Jenis makanan yang sebaiknya dihindari antara lain:

  • makanan yang diolah berkali-kali,
  • makanan yang digoreng,
  • daging merah tinggi lemak, serta
  • produk susu tinggi lemak seperti es krim, keju, dan mentega.

3. Menjaga berat badan ideal, sebab obesitas, operasi penurunan berat badan, dan jenis diet tertentu dapat menghambat fungsi empedu. Sedapat mungkin, pertahankan berat badan ideal dan mulai lebih aktif bergerak agar empedu senantiasa sehat. Bila berat badan berlebih, harus dikurangi secara perlahan. Tidak perlu diet ketat demi menurunkan berat badan secara drastis, sebab hal ini akan merangsang hati untuk mengeluarkan lebih banyak kolesterol menuju empedu.

4. Memperbaiki gaya hidup. Salah satu gangguan yang umum terjadi pada empedu adalah refluks empedu. Kondisi ini ditandai dengan naiknya cairan empedu ke lambung atau kerongkongan. Tak jarang, refluks empedu terjadi bersamaan dengan refluks asam lambung (GERD). Di samping menjalani pola makan yang menyehatkan empedu, Anda juga bisa mencegah refluks empedu dengan memperbaiki gaya hidup. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan di antaranya:

  • makan dengan porsi lebih kecil,
  • menjaga badan tetap tegak selama 2 – 3 jam setelah makan,
  • tidur dengan bantal tinggi,
  • tidak merokok,
  • menghindari konsumsi alkohol, serta
  • menjaga tubuh tetap rileks.

Empedu adalah cairan dengan fungsi yang tak terpisahkan dari sistem pencernaan manusia. Tanpa cairan ini dan kantung yang menampungnya, proses penyerapan makanan tidak dapat berjalan secara optimal.

*disalin dari artikel Fungsi Empedu Manusia yang saya baca di halaman hellosehat.com.

Prabumulih, Sumatera Selatan, tgl. 21 Mei 2022. Alhamdulillah kondisi suami terus membaik dan semakin sehat sehingga kami bisa mudik ke Sumsel, melakukan perjalanan darat dengan sehat dan selamat, dan tak ada masalah dengan aktivitas makan selama di perjalanan dan di tujuan. Terima kasih Ya Allah.

Menulis Untuk Berbagi Pengalaman agar tetap Semangat Berikhtiar

Sejak tulisan saya tentang sakitnya suami dan perjalanan kami menempuh pengobatan herbal di klinik Pak Reza saya bagikan di blog ini (bisa dibaca pada link berikut --> Ikhtiar Mencari Kesembuhan Lewat Pengobatan Herbal) beberapa orang telah menghubungi saya untuk berkonsultasi tentang bagaimana cara menempuh pengobatan tersebut. Ada yang DM ke IG @travelerien, ada pula yang ke IG @katerinasrty. Bahkan, ada yang bertanya di kolom komen di channel Youtube saya.

Mereka memiliki masalah yang sama dengan suami saya, yakni batu empedu yang sudah besar, menyebabkan sakit, dan sudah dalam kondisi harus operasi. Mereka mencari second opinion, bila mungkin bisa sembuh tanpa operasi, mereka mau melakukannya. Itu yang mereka ceritakan ke saya, dan tentunya memastikan apakah suami saya benar-benar sembuh setelah berobat dengan tanaman obat.

Saya melayani DM itu semampu yang saya bisa. Alhamdulillah, selain curhat sedih, mereka juga curhat gembira ketika berhasil daftar berobat, ketika batunya mengecil, bahkan ketika berhasil sembuh. Masya Allah.

Sesungguhnya, segala hasil positif yang didapat oleh mereka bukan dari saya, tapi dari usaha masing-masing dan atas kuasa Allah semata.

Perlu dicatat, saya tidak pernah menyarankan orang-orang untuk mengabaikan pengobatan kedokteran, sebab saya sendiri selama ini selalu mendahulukan keluarga pergi ke rumah sakit dulu bila sakit. Namun jika segala cara sudah ditempuh lewat pengobatan kedokteran namun belum mendapatkan hasil yang diharapkan, dan masih ingin berikhtiar mencari kesembuhan, silakan coba pengobatan herbal pada ahlinya, seperti yang saya lakukan pada suami.

Berikut adalah screenshot dari orang-orang yang tidak saya kenal, namun menghubungi saya untuk berbagi resah sekaligus harapan atas penyakit yang sama seperti yang diderita oleh suami saya.

Ini adalah DM yang masuk ke IG @travelerien. Nama akun dan nama pemilik akun sengaja saya tutupi untuk privacy mereka. Namun isinya saya perlihatkan untuk sama-sama baca bahwa mereka punya masalah yang sama dengan suami saya. 

Ini adalah DM yang masuk ke IG @travelerien. Nama akun dan nama pemilik akun sengaja saya tutupi untuk privacy mereka. Namun isinya saya perlihatkan untuk sama-sama baca bahwa mereka punya masalah yang sama dengan suami saya.

Ini adalah pesan yang masuk lewat komen di video di channel youtube saya (kiri) dan DM IG @katerinasrty (tengah dan kanan). Nama akun IG dan nama pemilik akun sengaja saya tutupi untuk privacy mereka. Namun isinya saya perlihatkan untuk sama-sama baca bahwa mereka punya masalah yang sama dengan suami saya.

Ini adalah orang yang pertama kali pernah DM saya perihal batu empedu yang dimilikinya sudah berukuran 3cm dan sudah mendapat surat perintah operasi. Chatnya paling panjang. Dia rajin update cerita ke saya, mulai dari kesulitan mendaftar di website Pak Reza, hingga hasil setelah minum tanaman obat dari Pak Reza. Sebut saja namanya M.

Di sini M menunjukkan 2x hasil MRCP batu empedu nya yang semula 3cm telah mengecil menjadi 0,5cm sejak rutin minum resep tanaman obat dari Pak Reza. Masya Allah. Jangankan dia, saya saja sampai terharu. Bahagia rasanya melihat orang lain berkurang gelisah dan resahnya atas sakit yang dialaminya. Di sini dia bilang orang di RS saja bingung kenapa batunya bisa mengecil. Begitulah kuasa Allah. Setiap ikhtiar dan doa, ada hasilnya, tak akan sia-sia.  

Setiap orang berjalan dengan ujiannya sendiri. Tapi ujian itulah yang menempa manusia menjadi pribadi yang kuat. Juga mendidik orang-orang lain untuk menanam empati. 

Saya belajar banyak hal dari tiap kejadian, termasuk sakitnya suami. Momen penuh air mata saat melihat suami dalam kondisi sakit parah, saya merasa hampir kehilangan separuh nafas, namun saya tidak pernah menyerah, terus berdoa dan berusaha melakukan yang terbaik. Sebab saya percaya Allah SWT akan memberikan yang terbaik untuk hambanya yang tak kenal putus asa. Insha Allah.

Semoga kali ini suami bisa lebih menahan diri terhadap makanan yang tidak aman untuk organ tubuhnya, demi kesehatan yang terjaga senantiasa.

Semoga saya pun diberi kesabaran dan kekuatan dalam merawat dan menjaga kesehatan orang-orang yang saya sayangi, suami maupun anak-anak. 

Semoga setiap ikhtiar Allah mudahkan. Aamiin YRA. 

Alhamdulillah. Terima kasih para dokter dan suster di rumah sakit. Terima kasih Pak Reza. Terima kasih buat semua yang telah mendoakan kesembuhan untuk suami saya. 

Terima kasih telah membaca 💚

KABAR TERBARU



Sehubungan dengan berpulangnya Pak H Reza ke pangkuan Illahi, saya merevisi tulisan ini dengan memuat informasi resep yang terakhir kali beliau berikan kepada suami saya. Resep tersebut akan saya gunakan sebagai catatan / dokumentasi untuk keperluan di masa yang akan datang. Berikut adalah catatan asli dari Pak H Reza resep obat batu empedu untuk suami saya: 




Meramu Tanaman Obat Resep Herbal Reza Palaton Rangkasbitung

Meramu Tanaman Obat Resep Herbal Reza Palaton Rangkasbitung


Tulisan ini lanjutan cerita Pengalaman Keluargaku Berobat Herbal di Rangkasbitung. Untuk mengetahui latar belakang mengapa aku membahas soal tanaman obat, silakan klik dan baca dulu tulisan tersebut. 

Selama pandemi blog ini memang akan sepi dari cerita tentang kegiatan jalan-jalan. Tak ada perjalanan yang sifatnya untuk liburan yang aku lakukan selama wabah. Namun, cerita perjalanan tidak selalu tentang berlibur, bukan? Ada juga tentang bekerja, beribadah, berobat, berniaga, dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya hidup adalah perjalanan mengalami berbagai peristiwa. Dan, peristiwa yang kualami tahun ini berisi tentang kematian, kesakitan, dan kecelakaan. Apakah tentang itu saja? Tentu tidak, ribuan kebahagiaan juga hadir mengisi catatan perjalanan hidup di masa pandemi.

Dua hari lalu, Kamis tgl. 13/8/2020 aku menemani suami dan anakku ke Rangkasbitung untuk kontrol ke Pak H Reza, melanjutkan pengobatan yang sedang dijalani dalam 3 bulan terakhir. Kunjungan kami ke klinik herbal Pak H. Reza merupakan yang ketiga sejak Juni 2020 sampai sekarang. Suami kontrol yang ke-3, anak kontrol yang ke-2.

Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, metode pengobatan herbal ini kami tempuh setelah lebih dulu melakukan pengobatan kedokteran. Suamiku menderita sakit batu empedu, dan anakku mengalami kesakitan akibat kecelakaan. Cerita lebih detail mengenai keadaan suami dan anakku bisa dibaca pada tulisanku berikut ini (silakan klik untuk membaca):
- Operasi Batu Empedu Ditunda Melulu, Ini Penyebabnya
Klinik Herbal Reza Palaton (13/8/2020)

Tanaman Obat Untuk Batu Empedu 

Pada saat kontrol pertama tgl. 16 Juni 2020, kondisi suamiku belum sehat, baru 5 hari sejak keluar dari RS. 20 hari merasakan dirawat di RS selama pandemi, tentu bukan hal yang menyenangkan. Kondisi tak kunjung membaik, operasi pun tak kunjung aman untuk dilakukan. Batu masih ada, menyumbat saluran. Badan masih kekuningan karena bilirubin tinggi. Perut belum pulih, nilai lipase dan amilase juga masih tinggi. Badan lesu, tidak bergairah, sakit di beberapa tempat selain perut seperti di punggung dan bahu.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Pak Reza, suamiku diberi 2 resep obat yang harus diminum pada waktu yang berbeda.

Resep pertama untuk di minum pagi hari, berupa:
- Daun salam
- Gula Merah

Resep kedua untuk diminum siang dan malam hari, terdiri dari:
- Daun Meniran
- Daun Ki Urat /  Daun Sendok
- Daun Tempuyung
- Mahkota Dewa
- Sambiloto
- Tapak Liman
- Temulawak
Tanaman Obat Untuk Penyembuhan

Dosis dan Aturan Minum Obat Herbal

Ramuan tanaman obat tidak boleh diminum sembarangan. Ada dosis dan aturannya. 

Contoh, resep obat pagi suamiku menggunakan daun salam dan gula aren. Pada kasus suamiku, daun salam yang diresepkan berjumlah 9 lembar dan 1 gula merah sebesar ibu jari dicampur dengan 2 gelas air, direbus, disisakan menjadi 1 gelas. Ramuan ini hanya untuk diminum di waktu pagi, setiap hari tanpa jeda, selama satu bulan sampai waktu kontrol berikutnya.

Jadi, aku benar-benar harus menuruti resep. Tidak boleh menambah ataupun mengurangi. 

Panci yang digunakan untuk merebus harus stainless steel supaya tidak mempengaruhi kandungan obat yang direbus. 

Jadi, selain menjaga agar tidak salah takaran, aku juga menjaga agar panci yang dipakai bener. Tempat penyimpanan obat yang sudah jadi juga harus pakai termos stainless steel. Tidak didiamkan dalam gelas yang membuatnya "tercemar". Obat yang sudah jadi minuman tidak boleh dipanaskan.

Resep obat kedua untuk siang dan malam direbus setelah resep pertama selesai. Nah, jumlahnya kan banyak tuh. Masing-masing herbal berjumlah 5, kecuali mahkota dewa jumlahnya 21 iris. Direbus pakai 5 gelas air jadi 2 gelas. Karena ada buat malam, obat yang satu ini aku simpan di termos.

Pernah lho rebusan obatnya gosong akibat aku tinggal mengerjakan hal lain, tahu-tahu airnya sudah kering. Akhirnya rebus ulang 😃 Jadi perawat pribadi merangkap peramu obat, emang harus serba bisa ya. Bisa fokus salah satunya. Bukan cuma perkasa 😛

1 resep 7 macam jenis herbal


Dalam sendok kayu: Sambiloto


Dalam mangkuk putih: Mahkota Dewa


Daun Meniran Segar, Daun Tempuyung Kering, Temulawak Iris Kering

Tempat Belanja Tanaman Obat

Semua herbal yang diresepkan aku beli di Warung Herbal Wildan yang berlokasi tak jauh dari rumah Pak H Reza. Ada yang masih segar, ada yang kering. Jika masih segar, sampai rumah biasanya langsung kucuci, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur supaya awet selama disimpan. Di Warung Wildan ini harga obat per kantong 200-500 gram rata-rata Rp 10.000 saja. 

Jika stock di Warung Wildan habis, aku beli di Warung Jamu Bu Neneng. Warungnya masih di Rangkasbitung juga, sekitar 3 - 4 km dari rumah Pak Reza. Di sini harganya agak berbeda, sedikit lebih mahal.

Seingatku, awal-awal belanja obat herbal ini aku menghabiskan biaya kurang lebih Rp 250 ribuan. Mungkin karena awal-awal aku belanja agak banyak buat stock selama sebulan lebih. 

Nomor HP Warung Wildan Herbal dan Warung Jamu Bu Neneng bisa dilihat pada gambar berikut:

Warung Wildan Herbal 0895348201254


Warung Jamu Bu Neneng 087871378788

Temulawak jualan di warung bu Neneng


Sambiloto, daun tempuyung, daun sendok, semua beli di Warung Bu Neneng


Herbal kering di Warung Wildan


Herbal kering di Warung Wildan


Mahkota dewa di Warung Wildan

Tanaman Obat Tumbuh di Sekitar Rumah

Kebutuhan obat tidak sedikit. Sudah beli banyak ternyata baru di minggu kedua sejak pembelian aku kehabisan Daun Meniran dan Daun Tapak Liman. Sebetulnya bisa sih pesan ke Warung Wildan dan Warung Bu Neneng lagi. Tinggal kirim pesanan lewat WA lalu bayar, nanti dikirim pakai JNE atau Tiki dari Rangkasbitung. Tapi ternyata tanaman itu tumbuh banyak di sekitar tempat tinggalku. Ya udah aku nggak jadi pesan.

Meniran. Aku tidak asing dengan herbal satu ini. Dulu banget Pak Reza pernah meresepkan meniran dalam obatku. Nah, tanaman liar ini ternyata tumbuh di sela-sela pagar tetanggaku. Bahkan, tumbuh banyak di halaman belakang rumah tetanggaku yang lainnya. Ya udah deh, langsung minta dan boleh cabut sendiri, aku dapat banyak. Di rumah ibu mertuaku meniran tumbuh subur dalam pot-pot tanaman hias, nyempil di antara tanaman utama.

Meniran mudah dicari. Bagaimana dengan Tapak Liman? Untunglah pada saat beli di Rangkasbitung aku sempat amati semua daun-daun obat yang masih segar dan aku hafalkan bentuknya. Bahkan aku foto dan buat videonya biar nggak lupa. Nah, berdasarkan ingatan dan foto yang ada inilah aku mencari Tapak Liman. Wuaaah ternyata banyak kutemukan di pinggir-pinggir taman komplek. Bahkan, juga tumbuh liar di halaman tetanggaku yang memberiku meniran itu.

Nggak nyangka, tanaman-tanaman liar yang selama ini kuanggap bukan apa-apa ternyata berkhasiat untuk pengobatan. 

Tahu nggak meniran? Itu lho, bahan utama pembuat Stimuno. Tahu STIMUNO kan? Berikut penampakan meniran dan tapak liman segar:

Meniran
Tapak Liman
Daun Sendok (Ki Urat)


 Jangan Pakai Resep Herbal Orang Lain

Yak! Obat batu empedu suamiku belum tentu sama dengan batu empedu yang dialami oleh orang lain. Jadi, jangan coba-coba meminum ramuan yang aku tulis di atas ya. Harus periksa dan konsultasi dulu ke ahlinya. Jika di RS ke dokter, di klinik herbal ya ke herbalisnya.

Boleh jadi herbal yang digunakan sama, tapi dosis dan aturan minum berbeda. Tergantung kondisi tubuh masing-masing. Resep yang diminum seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Malah bisa bahaya jika ternyata berlawanan dengan tujuan pengobatan.

Obat diramu pakai ilmu, bukan pakai kira-kira, tebak-tebakan, atau "ah, kan sama aja penyakitnya". 

Tiap obat kuberi nama supaya tidak salah ramu 😂

Hasil Pengobatan Herbal

Kali pertama suamiku periksa ke Pak Reza pada tgl. 16 Juni 2020, nilai bilirubin, lipase, amilase, dan beberapa item lainnya sangat tinggi. Jauh dari normal. Batu empedu masih berukuran 1 cm. Badan masih lemas, tidak bergairah, agak kekuningan, dan tidak punya stamina.

Setelah satu bulan minum ramuan herbal, suami kontrol ke-2 di bulan Juli dan Alhamdulillah sudah ada perubahan. Tidak pucat lagi, mulai gagah lagi, keliatan lebih segar. Nilai lipase dan amilase turun jauh meski belum normal. Rasa nyeri yang biasa timbul di perut sudah tak lagi ada. Tidak ada sumbatan lagi akibat batu empedu.

Ramuan dilanjutkan sampai bulan berikutnya. Tepat tgl. 13 Agustus kemarin kontrol yang ke-3. Alhamdulillah kondisi suami sudah sangat sehat. Nilai bilirubin, lipase, amilase, sudah normal semua. Sudah tak lagi pucat, benar-benar segar berseri. Badan sehat dan fit. Sangat bertenaga, dan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Batu empedu dalam saluran sudah tidak ada. Tersisa di kantong saja, tapi sudah berupa serpihan berukuran 0,2cm saja, bukan lagi sebesar 1 cm seperti awalnya. 

Suami sudah diperbolehkan makan makanan yang menggunakan santan dengan batas kewajaran. Begitu juga daging berlemak, sudah boleh. Namun, boleh di sini sifatnya bukan silakan makan secara bar bar, ga gitu juga lah haha. Tetap jaga, tidak berlebihan.

Untuk Alief, bekas operasi patah tulang tangan sudah membaik. Sambungan bagus, bekas operasi bagus, dan tidak ada yang mengkhawatirkan lagi.  Sebelum ke Pak Reza, kami sudah kontrol ke dokter ortopedi anakku di RS Pamulang. Hasil rontgen bagus. Tinggal nunggu lepas pen bulan Januari 2021. Soal masalah otot dan syaraf di tangan, tak ada masalah.



Alhamdulillah

"Nggak ada penyakit yang nggak ada obatnya. Perkara hasilnya, Allah yang berkehendak."

Aku seneng banget tiap dengar kata-kata itu dari Pak Reza. Seakan hendak menguatkan sekaligus meyakinkan bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah, bukan dari mahlukNya.

Iya benar, sebagai manusia kita wajib berusaha. Sembuh atau nggaknya, Allah yang tentukan. Ada yang disembuhkan dengan cepat, ada yang lamaaaa butuh waktu berbulan-bulan bahkan tahun. 

Berobat herbal itu bukan cuma harus konsisten, tapi kesabaran menjadi hal yang utama.

Jangan pernah menyerah, terus saja berusaha dan berdoa, baik untuk kesembuhan diri sendiri, maupun untuk orang-orang yang sangat disayangi 💜💛
Keluarga sehat dambaan setiap orang :)

Saat ini, suamiku masih lanjut menjalani pengobatan herbal. Resep masih sama, jumlah waktu minumnya saja yang berkurang. Jika sebelumnya selalu untuk satu bulan penuh sebelum jadwal kontrol berikutnya, kali ini untuk 21 hari ke depan saja.

3 minggu lagi kontrol. Jika nanti hasilnya semakin baik, mungkin herbalnya stop, tinggal jaga pola makan, dan jaga kesehatan dari apa saja yang memungkinkan tubuh jadi sakit lagi.


Semoga suamiku makin sehat dan tidak ada lagi sakit setelahnya, sehat dan panjang umur, serta bahagia. 


Untuk anakku juga, semoga tak ada lagi musibah dan celaka menimpa. Sehat dan panjang umur, serta bahagia selalu. 


Aamiin YRA.



===========================

Pengobatan herbal Reza Palaton

BTN Palaton Blok A3 No. 18, RT.19, Muara Ciujung Timur, 
Rangkasbitung, Lebak, Banten 42314
HP: 0877-7272-3339
Senin-Jumat
Praktek: 07.00 - 15.30 WIB
Pendaftaran: 17.00 s/d 23.59 WIB / Sampai Penuh
Link tempat pendaftaran: https://rezapalaton.com/

KABAR TERBARU