Tampilkan postingan dengan label penginapan murah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penginapan murah. Tampilkan semua postingan

Retropoint BnB Guest House Murah di Bandung

Retropoint BnB Bandung - Bulan Juli lalu, tepatnya tgl. 12-14 Juli 2019, saya piknik tipis-tipis ke Bandung. Perginya rombongan, bersama blogger yang abis acara bareng di Jakarta. Jumat siang kami naik kereta dari Stasiun Gambir, sampai di Bandung langsung menuju penginapan yang lokasinya nggak jauh dari Stasiun Bandung. Jika ditempuh dengan jalan kaki, jaraknya sekitar 10 menit saja. Nah, nama penginapannya Retropoint BnB. Sudah pernah tahu? Ternyata penginapannya menyenangkan lho. Ok saya ceritakan.
retropoint bandung
Retropoint BnB Bandung

Penginapan Murah di Bandung

Saya tuh ya, kalau cari penginapan buat liburan atau untuk suatu urusan di luar kota, biasanya mencari referensi dari orang terdekat dulu. Misal saudara, teman, sahabat, atau blogger-blogger yang saya kenal. Jika nggak dapat referensi sama sekali dari mereka, baru deh cari sendiri lewat saran-saran terbaik dari situs online booking terpercaya. Caranya, saya cari berdasarkan tingkat kepopulerannya di seantero kota, dan review-nya bisa dipercaya.

Nah, pas mau ke Bandung, saya dan kawan-kawan butuh tempat buat menginap. Kriterianya cuma satu: cakep di kantong alias murah meriah hemat bersahaja. Kenapa? Karena kamar tidur bakal kami pakai sebentar saja. Kalau mahal-mahal, ya sayang aja. Kami sampai di Bandung sudah sore. Malamnya langsung keluar cari tempat makan, trus nongkrong-nongkrong cantik di kedai kopi sampai agak larut malam. Besok paginya langsung cabut jalan-jalan. Nggak bakal banyak di kamar ya kan? 

Orang yang pertama kali saya hubungi buat bantu saya cari kamar harga cakep di kantong adalah Silvi. Owner @pandatravelbdo yang cantik itu sudah cukup lama jadi konsultan saya dalam urusan penginapan. Dari hostel, guest house, hotel, villa, resort, bagi saya dia jagoan. Banyak yang ia tahu dan seringkali selalu pas dengan yang saya mau. Maka, dari Silvi lah nama Retropoint Bnb tercetus.

Bersama kawan-kawan blogger jumpa Silvi di Bandung

Retropoint BnB

Retropoint BnB. BnB singkatan dari Bed and Breakfast. Jadi, jika kita menginap di penginapan yang namanya menggandeng BnB, berarti kita membayar untuk kamar tidur dan sarapan. Nah, sebelum menulis lebih lanjut, silakan dicatat baik-baik bahwa saat ini Retropoint menawarkan kamar saja tanpa breakfast.

Sejak beroperasi pada tahun 2014, Retropoint baru punya 7 kamar, tipe Standard dan Deluxe. Dengan jumlah kamar yang masih terbatas tersebut pengelola menganggap lebih efisien jika saat ini tanpa sarapan. Ke depannya nanti, setelah jumlah kamar bertambah dan banyak, sarapan akan disediakan.

Selamat datang di Retropoint BnB Bandung

Datang Langsung Lebih Murah

Sebelum saya cerita bagian dalam penginapan ini, saya informasikan dulu mengenai cara pesan kamar, pesan di mana dan berapa rate-nya. 

Retropoint BnB bisa dipesan lewat OTA seperti Traveloka, Booking.com, Tiket.com, PegiPegi, dan airbnb. Bisa juga dengan telpon langsung ke Retropoint. 

Yang perlu dicatat adalah jika kita pesan langsung (by phone atau pun datang langsung) maka kita bisa dapat harga lebih hemat. Jika bayar pakai Gopay ada diskon promo GOJEK sebesar 15%. Lumayan banget kan!

Ruang multifungsi, bisa jadi ruang makan, tempat bekerja, atau pun tempat berkumpul

Rate Kamar Retropoint BnB

Retropoint BnB punya dua tipe kamar, yaitu Standard dan Deluxe. Semua kamar tipe Deluxe terletak di lantai dasar, dibandrol dengan harga Rp 240.000 / malam. Sedangkan tipe Standard terletak di lantai dua dengan tarif permalam Rp 220.000,- Pada saat peak season tarif Deluxe Rp 350.000 dan Standard Rp 330.000/malam

Hari Jumat tgl. 12/7 kami datang bertiga belas. Karena saya sudah pesan dari jauh-jauh hari, pastinya kami semua kebagian kamar. Para lelaki berdua, sedangkan perempuan karena jumlahnya ganjil ada yang bertiga. Hari itu kami menguasai Retropoint, semua kamarnya jadi milik kami. Penguasa sehari 😝

Liburan rame-rame, nginap asyik di guest house murah

Apa beda kamar deluxe dan standard? Beda pada luas dan fasilitas extra bed di lantai "mezzanine". Kalau luas sih, bedanya tipis. Extra bed nya yang kentara banget, sekaligus unik. 

Kenapa saya bilang unik? Karena letaknya di atas kamar mandi. Plusnya, tempatnya kuat. Bisa ditiduri oleh dewasa, berbadan besar sekalipun. So, tidak usah khawatir meski tempatnya tinggi.

Minusnya? Ini sih menurut saya ya. Buat naik kudu mikir haha. Pasalnya, pijakan tangganya berupa besi kecil dengan tiang yang tegak lurus. Tapi tenang, Mbak Dian dan Bai sempat mencoba naik kok. Mereka aman-aman saja, malah santai-santai di atas. Intinya, kamar deluxe bisa buat bertiga. 

Deluxe Room

Deluxe Room

Guest House di Jantung Kota

Retropoint BnB bertempat di Jl. Haji Basar 61, Kebon Jati, Bandung. Seperti yang saya sebutkan di awal, guest house ini cukup dekat dari Stasiun Bandung. Jika jalan kaki ke sini jaraknya hanya sekitar 10 menit.

Kalau dilihat di peta sih, Retropoint ini berada di jantung kota Bandung. Cukup dekat dengan tempat ramai seperti alun-alun, Cibadak Night Culinary Festival, Gardujati streetfood atau Pasirkaliki streetfood.  Meskipun di jantung kota, letaknya agak ke dalam, membuatnya agak tersembunyi dari keramaian. Karena itu suasananya cukup tenang ketika kita butuh ruang dan waktu untuk istirahat. 

Tampak mungil di luar, besar di dalam

Pertama sampai, tampak depan guest house memang kecil. Tapi begitu masuk, ternyata luas juga sodara-sodara. Terdapat 4 kamar di lantai dasar, dan 3 kamar di lantai atas. Ada ruang makan apik meskipun mungil. Kami bisa duduk-duduk di situ buat sarapan, minum-minum kopi/teh, bahkan ketika butuh tempat buat bekerja dengan laptop.

Yah, walaupun menginap di sini tanpa sarapan, setidaknya pengelola mampu menyenangkan hati tamu dengan menyediakan minuman teh dan kopi secara gratis kapan saja tamu ingin.




Modern dan Instagramable

Dilihat dari namanya, Retro, mungkin kita berpikir tentang sesuatu yang bergaya 70 an sampai 90 an. Tapi percayalah, desain interior dengan gaya seperti itu tidak ditemukan pada guest house ini.

Nuansa yang ada tampak kekinian dengan dekorasi minimalis, menghadirkan spot-spot menarik buat berfoto. Setidaknya, kalau mau selfie-selfie manis selama di guest house, nggak akan mengecewakan.

Menariknya, tiap kamar punya layout yang berbeda. Siapa tahu ada yang sedang iseng ingin foto di tiap kamar, dijamin stock foto jadi beragam. Untuk bed ada 2 pilihan, twin dan single. Kamarnya bersih, sprei dan bantalnya juga demikian. Ada meja kerja dengan 1 kursi, serta TV dan AC. Wifi gratis bisa kita gunakan kapan saja, meski memang nggak ngebut-ngebut amat, tapi cukuplah untuk sekedar buka-buka medsos.



Saat kami di sana, pengelola tampaknya baru saja merenovasi sejumlah ruangan, seperti dinding yang baru dicat, baunya masih tercium. Di area reception desk terpajang sejumlah sandal jepit buat  dipakai harian. Tamu bisa membelinya jika diperlukan. 

Kamar mandi menggunakan standing shower dengan air panas dan dingin, serta sabun mandi dan shampoo, tanpa sikat gigi dan odol. Handuk bersih sudah tersedia.

Lainnya, kita bisa dapat info tempat-tempat kuliner terdekat dari resepsionis, bila mau bertanya. Jika kita mau jalan kaki keluar gang, pasti akan menjumpai banyak tempat makan, baik tempat semacam kafe maupun kedai-kedai kecil dan pedagang kaki lima. Pokoknya, mudah kalau urusan makan.


I Love Travel

Penginapan Serba Bisa

Menurut saya, Retropoint cocok untuk menginap dengan keluarga, sendiri, atau pun bersama teman-teman. Seperti saya dan kawan blogger, nginap rame-rame pesan banyak kamar, aduh senangnya. Berada di sini seolah satu keluarga besar sedang liburan bersama di rumah nenek. Kumpul santai, ngobrol bareng, sambil sarungan 😂

Tinggal beberapa hari, atau sebentar saja, Retropoint cocok untuk pelancong yang lebih banyak beraktivitas di luar. Yes, mereka yang banyak pergi kelayapan jalan-jalan menjelajah kota, dan lebih senang berburu kuliner di luar, ngapain bayar mahal-mahal kalau balik kamar cuma buat tidur dalam durasi yang pendek?





Liburan di Bandung

Mau piknik tipis-tipis, atau liburan tebal sekalian, penginapan pasti jadi kebutuhan mendesak. Nah, kalau ke Bandung, guest house seperti Retropoint ini bisa dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam daftar pesanan.  

Buat yang membutuhkan penginapan dengan kriteria seperti Retropoint, boleh banget hubungi ke nomor telepon 022-4266006 atau dari websitenya di www.retropoint-bnb.com. Nanti ada promo khusus sehingga harganya lebih murah. 

Baiknya pesan dari jauh-jauh hari supaya tidak kehabisan kamar. Pasalnya, nggak sedikit lho yang cari. Kalau hanya pesan 2 kamar, bisa bayar di tempat. Tapi kalau pesan lebih dari 2 kamar, perlu bayar dimuka dengan cara ditransfer ke rekening bank sebagai tanda jadi. 

Kami happy bermalam di Retropoint BnB Bandung 😍

Nah itu saja ulasan sederhana dari saya tentang Retropoint BnB. Semoga bermanfaat buat sobat traveler yang sedang mencari penginapan murah tapi bagus di Bandung. 

Retropoint BnB
Jalan H. Basar No. 61
Bandung-West Java

Facilities: private bed,LCD tv,wi-fi, tv cable,hot water, shower, AC

☎(+62)22 4266006
www.retropoint-bnb.com
IG https://www.instagram.com/retropointbnb/

Liburan Bandung bersama Bang Emmet, Mas Eko, Deddy Huang, Afith Husni, Bairuindra, Primastuti, Dian Radiata, Dewi Rieka, Kang Didno, Elvina Yanti, Tyar, dan Febri (Bandung 12/7/2019)

D’Makmoer Penginapan Murah di Tanjung Pandan dengan Kafe Pinggir Pantai View Matahari Terbenam

Hampir jam 11 malam saat kami tiba di d’Makmoer, guest house & cafe di Tanjung Pandan, Belitung. Supir bergegas turun, memberitahu kedatangan kami pada orang di penginapan. Saya dan suami tetap di mobil, menunggu. Sesaat kemudian seseorang datang dengan payung, mendekati pintu mobil. Saya keluar, dan dengan payungnya laki-laki itu melindungi saya dari hujan yang tak jua berhenti sejak sore. Saya di antar ke atas, tempat di mana kamar yang akan saya inapi bersama suami berada. Suami menyusul di belakang, membawa turun semua barang.

Guest House & Cafe di Tanjung Pandan Belitung
D'Makmoer Guest House & Cafe

“Mbak Katerina?” tanya laki-laki tersebut.

“Iya, pak.”

“Oh iya, Pak Toto sudah kabari saya mbak  mau datang,” ucapnya.

Saya mengiyakan. Selanjutnya saya fokus pada tangga yang saya naiki. Hujan membuat tangga yang tak beratap itu basah, saya berhati-hati. Sampai di atas terlihat deretan kamar dengan pintu langsung keluar. Cat warna kuning yang melapisi tembok kamar tampak ngejreng di bawah sinar lampu yang benderang. Kontras dengan lantai teras terbuka yang dicat warna biru muda.


Ada 5 kamar, saya di antar ke kamar nomor 4. Setelah pintu dibuka dan saya dipersilakan masuk, laki-laki itu lalu pergi dengan payungnya, dan saya lupa menanyakan namanya. Saya sempat melihat wajahnya, tapi sekilas saja, sehingga tidak terlalu ingat. Siapa dia? Pertanyaan ini terjawab 1 minggu kemudian.


Baca juga: Tempat wisata kuliner di Belitung

Ada 5 kamar di lantai atas, 7 kamar sedang dibangun di lantai dasar

Guest House Murah di Tepi Pantai

Seperti yang diceritakan oleh Pak Toto sebelumnya (pengelola Pulau Leebong), d’Makmoer dikenal sebagai salah satu tempat makan nge-hits di Belitung yang jarang sepi pengunjung. Setelah sukses dengan kafe, pemiliknya kemudian membangun guest house di lantai 2 untuk disewakan pada para tamu yang membutuhkan tempat bermalam yang nyaman dengan harga terjangkau. Saya tertarik untuk mencobanya, hitung-hitung buat menambah pengalaman menginap di Belitung.

Guest house d’Makmoer ini memang terbilang baru. Bahkan sangat baru. Mulai disewakan sejak tanggal 10 Juli 2017. Saya menginap di sana hari Sabtu tanggal 15 Juli 2017, baru lima hari sejak mulai disewakan. Menurut pemiliknya, Pak Ronny, saya dan suami adalah tamu d’Makmoer yang ke-5. 


Baca juga : Wisata Pulau Kepayang Belitung

Musola di lantai atas

Kafe dua lantai, di belakangnya laut

Penginapan Baru 

Perabotan di dalam kamar terlihat masih serba anyar. Ada kasur ukuran besar dengan dua bantal empuk, TV, AC yang dingin, serta lemari dan rak untuk menyimpan barang-barang. Kamar mandi standing shower menggunakan kloset duduk. Handuk putih lembut yang biasanya jarang ada di penginapan bujet, tersedia untuk dua orang tamu. Maksud saya, jarang-jarang ada hotel bujet menyediakan handuk tebal selembut yang saya pakai di d’Makmoer ini. 

Tersedia dua botol air mineral, gratis. Sebuah wastafel dilengkapi cermin terpasang di pojok kamar, di depan pintu kamar mandi. Ada jendela kecil di dinding sebelah selatan, tirai kainnya tampak basah oleh air hujan yang mungkin menampar-nampar jendela dan berhasil menyusup masuk lewat celah yang ada. 

Baca juga: Pesona Pulau Leebong Belitung

kedai makmoer
Kamar d'Makmoer, nyaman. *Photo : Dian www.adventurose.com*


kedai makmoer
Kamar mandi & wastafel luar *Photo : Dian www.adventurose.com*
Shower air panas dan dingin, dan dua handuk lembut yang tebal


Kedai Makmoer

Rate kamar per malam Rp 250.000,- Harga tersebut sudah termasuk sarapan untuk dua orang. Kamarnya tidak sempit, tapi bukan yang terlalu luas. Cukup untuk dua orang, atau bertiga dengan 1 orang anak. Buat saya, penginapan ini bisa jadi pilihan yang cocok untuk wisatawan dengan bujet minimalis. Di sini, dengan harga yang ekonomis, tamu mendapat bonus manis. Apa itu?

D’Makmoer sudah lebih dulu dikenal sebagai salah satu tempat makan favorit di kawasan Pantai Tanjung Pendam. Orang Belitung mengenalnya dengan nama Kedai Makmoer. Jika sedang ke Belitung dan ingin mampir ke Kedai Makmoer, tanya saja pada supir atau orang-orang Belitung yang kita temui, kebanyakan dari mereka tahu dan bisa membantu menunjukkan lokasinya. 


Baca juga: Islands hopping di Belitung


kedai makmoer
Kedai Makmoer di lantai dasar, sisi kirinya laut


kedai kopi tanjung pandan
Coffee shop dNocturn, sisi kanannya pantai

Kafe dua lantai pinggir pantai view laut

Buat yang hobi kulineran, beruntung bisa menginap di d’Makmoer, bisa sekalian kulineran. Cuma 10-15 meter saja dari pintu kamar. Tidak perlu turun tangga lagi, karena kamar-kamar di lantai atas terhubung langsung ke kafe yang letaknya menjorok ke arah pantai. Ada beragam pilihan makanan dan minuman. Mau makanan berat atau ringan, tinggal pesan saja. Mau makan di kamar atau di kafe sambil menikmati pemandangan ke laut, terserah kita. Inilah salah satu bonus manis menginap di d’Makmoer. Mudah dalam hal urusan perut.

Tepat di sebelah kafe, ke arah laut, adalah pantai yang bila pagi airnya surut sehingga menampakkan pantai pasir yang sangat luas. Bila sore air pasang, airnya langsung berada tepat di ujung teras kafe. Tak berjarak. Kafe d’Makmoer terdiri dari dua lantai dengan dua area makan, indoor dan outdoor (balkon). Saat tak hujan, kita dapat duduk di balkonnya, bersantai sambil menikmati menu-menu kesukaan yang kita pesan. 


Baca juga: Tradisi Makan Bedulang di Timpo Duluk


tempat makan hits di pinggir pantai di tanjung pandan
Balkon kafe langsung menghadap laut

Menikmanti sejuknya udara pagi

Tempat menyaksikan matahari terbenam

Jika sedang hujan dan berangin, tinggal pindah ke dalam kafe. Ruang dalam kafe menggunakan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca, memungkinkan tamu untuk tetap bisa melihat ke luar, ke arah laut lepas. Kapal dan perahu nelayan yang sedang melaju ataupun berlabuh, jadi pemandangan yang bisa dilihat tiap saat dari kafe ini.

Yang tak kalah menarik, dari kafe d’Makmoer ini kita bisa menyaksikan matahari terbenam. Ada semacam gerbang di antara dNocturn Coffee Shop dengan kafe. Posisi tenggelamnya sang surya berada tepat dalam bingkai gerbang itu. Seakan gerbang memang dibuat dan didesain untuk mengantar sang surya menuju peraduan. Sayangnya saya tak berada di sini pada sore hari, jadi tak sempat merasakan suasana senja dengan sunsetnya yang spektakuler.

Keberadaan kafe dengan view ke laut, pantai, dan langsung menghadap ke arah matahari terbenam, adalah bonus manis yang bisa didapat saat menginap di d’Makmoer. Inilah daya tarik yang dimiliki d’Makmoer. 


Sunset di Kedai Makmoer *Foto Kedai Makmoer*

Tepat di tengah 'gerbang' Kedai Makmoer
 Sarapan di kamar atau kafe?

Minggu pagi saya terbangun dengan badan yang sudah kembali bugar. Suasana tenang di pinggir pantai, apalagi sepanjang malam hujan, membuat hati jadi terasa begitu damai dan tentram. Tidurpun jadi nyenyak, membuat segala lelah seakan luruh dari setiap inci raga. Pagi itu, seusai mandi, saya berkemas. Bersiap untuk menamatkan sisa liburan di Belitung, lalu kembali ke Jakarta pada sore harinya.

Seorang perempuan mengetuk pintu. Ia menanyakan apakah sarapan mau diantar ke kamar atau dimakan di kafe. Melihat di luar masih hujan, dan barang belum selesai disusun dalam ransel, saya minta diantar ke kamar. Perempuan itu pergi. Di dalam kamar, tiba-tiba saya baru ingat belum memotret apapun. Saya butuh foto untuk bahan bercerita (blogger mah gitu ya hehe). Ide memotret sarapan di kafe pun muncul. Sarapan yang diantar ke kamar akhirnya diangkut ke kafe lantai atas.  



A post shared by Arif Wibowo (@arifgwibowo) on


Pantai dan laut di balik jendela


sarapan di penginapan kedai makmoer
Sarapan nasi goreng beralas daun simpor, daun dari pohon yang hanya tumbuh di Belitung

Pemandangan indah di kafe


Pagi itu, hanya ada saya dan suami di kafe. Kami seakan punya kafe pribadi, bebas pindah sana sini, pilah pilih tempat duduk, keluar masuk, bahkan foto-foto di mana suka. Hujan semalam belum jua reda. Balkon kafe basah. Meja dan kursi basah. Kami makan di dalam. Langit kelabu, ditambah kabut di kejauhan, dengan kapal-kapal yang tampak samar, membuat pagi tampak begitu sendu.

Meski begitu, hujan tak mengurangi keindahan yang seharusnya dinikmati. Langit sendu justru menghadirkan syahdu. Titik-titik air yang jatuh, daun-daun yang basah, desir angin, dan perahu-perahu yang terdampar di pantai, mengundang mata untuk memandang dengan jutaan rasa sayang. Hujan itu seperti rindu. Ia tak bisa ditebak kapan berhenti, cukup ditunggu sampai reda sendiri. Nikmati saja.









Coffee Shop DNocturn

Usai makan kami menjelajah kafe atas. Melihat-lihat dari dalam hingga luar. Tentunya sambil memotret. Setelah puas, baru turun. Kami memasuki coffee shop dNocturn. Tak ada siapapun di sana. Mungkin karena masih pagi, belum buka, belum ada layanan untuk siapapun dan apapun. Kami duduk-duduk saja menikmati suasana. 

Entah kenapa, tiap sudut D’Makmoer ini enak buat dijepret. Saya pun tidak merasa sedang di sebuah kafe, melainkan seperti sedang berada di sebuah rumah tinggal dengan suasana asri dan tenang. Mungkin itu yang bikin nyaman dan nggak ingin cepat-cepat kembali ke kamar. 

Baca juga : Bertandang ke Negeri Laskar Pelangi
  
dnocturn tanjung pendam
Coffee shop dNocturn - Kedai Makmoer
Pilihan Menu DNocturn

Saat sedang melihat-lihat inilah saya berjumpa Pak Ronny Setiawan, pemilik d’Makmoer. Awalnya saya tidak tahu siapa beliau. Entah apa yang membuat saya kemudian menyangka bahwa dialah si empunya d’Makmoer. Saat saya tanya, ternyata memang benar. Saya mengenalkan diri padanya, dan mengatakan bahwa mbak Dian yang menginap pada malam sebelumnya, adalah teman saya, sesama blogger. Lantas pak Ronny mengajak duduk.

Obrolan pun tercipta, mengalir dengan hangat, sehangat kopi susu dan kopi hitam yang disuguhkan untuk kami. Sepiring mengale (singkong goreng) menemani kopi, melengkapi obrolan. Pak Ronny adalah sosok yang ramah, berpenampilan sederhana, tapi memiliki pengalaman yang ‘wah’. Ia memiliki wawasan yang luas tentang dunia pariwisata. Saya menyimak ceritanya tentang Aceh yang sudah seperti rumah keduanya. Tentang Sabang dan kapal pesiar yang akan mampir ke sana untuk suatu event. Tentang Pulau Mendanau yang bisa dikunjungi untuk perjalanan ala backpacker. Pulau yang bisa dilihat dari d’Makmoer saat cuaca cerah. Tentang pengunjung-pengunjung yang datang ke kafenya. Tentang kamar-kamar yang sedang dibangun di lantai dasar. Tentang cuaca yang kerap tak lagi bisa diprediksi.  Tentang kafe yang akan dirombak. Tentang banyak hal lainnya….



Kopi dan obrolan pagi bersama Pak Ronny, owner d'Makmoer
Ngobrol asyik ditemani Mengale (singkong goreng), kopi hitam, dan kopi susu

Menarik! Ya, obrolan yang menarik. Membuat waktu tak terasa sudah mendekati jam 11 siang. Jika pak supir tak datang menjemput, mungkin obrolan itu terus berlanjut. Saya dan suami berpamitan untuk berberes, sebab Mbak Dian dan Tami sudah menunggu di Hotel Orion untuk dijemput. Siang itu kami akan mengunjungi Museum Tanjung Pandan, Rumah adat Belitung, makan siang, membeli oleh-oleh, dan menuju bandara untuk kemudian kembali pulang ke Jakarta.

Rasanya baru sekejab saja di D’Makmoer, sudah harus pergi lagi. Tersisa rasa penasaran untuk melihat sunset dari balkon/teras kafenya, juga bayangan mencicipi kopi seduhan barista DNocturn. Waktu yang terbatas memang tak memungkinkan untuk berlama-lama.  Mungkin suatu hari jika kembali berkunjung ke Belitung, saya akan datang lagi ke D’Makmoer. Entah datang untuk menginap sebelum/sesudah keliling Belitung untuk berwisata, atau sekedar mengisi malam dengan makan-makan bersama teman-teman seperjalanan sambil menikmati suasana pantai di malam hari.

Salah satu tempat untuk menyaksikan sunset di Kedai Makmoer
Satu minggu sejak menginap di d’Makmoer, saya mulai menulis tentang pengalaman saya bermalam di sini, dan saat itulah saya teringat dengan laki-laki yang saya jumpai pertama kali di d’Makmoer. Laki-laki yang menjemput saya ke mobil dengan payung dan kemudian mengantar saya ke depan pintu kamar. Laki-laki itu ternyata Pak Ronny, pemilik d’Makmoer!

Guest house D’Makmoer bisa jadi pilihan yang hemat untuk menginap. Kafenya pun nyaman dan asyik buat nongkrong-nongkrong cantik sambil makan enak dengan suasana tepi pantai yang menenangkan.


D’Makmoer
Guest house & Cafe
Jl. Patimura, Tanjung Pendam, Tanjung Pandan Belitung