Tampilkan postingan dengan label onedox. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label onedox. Tampilkan semua postingan

ROG Phone 2 yang Hilang Ditemukan di Masjid Nurul Iman Tanjung Terang

 
"Lebih Baik kehilangan HP Daripada kehilangan Salat" [Alief @onedoxx ]

-------- 

Sabtu, 21 Mei 2022, hari ke-2 di Kota Prabumulih

Hari itu, selepas mengunjungi tante (adik ibu) yang dirawat di Rumah Sakit Pertamina Prabumulih, kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman saudara di Kabupaten Muaraenim. 

Sesaat setelah keluar dari gerbang kawasan Komplek Pertamina Prabumulih, suami mengaktifkan aplikasi Maps untuk memudahkan perjalanan. Kami diarahkan belok kanan, berlawanan dari arah kami datang sebelumnya. Sebetulnya saya sudah merasa ada yang keliru, tapi berhubung ada info dari sodara bahwa saat itu sedang ada penutupan akses jalan di titik tertentu bagi pengendara yang melintasi Prabumulih dari arah Palembang menuju Muaraenim maupun sebaliknya, saya lalu memaklumi arahan Maps. Mungkin kami akan diarahkan ke jalan lain yang aksesnya terbuka dan lebih mudah.

Setelah 10 menit berlalu, kami tak menemukan jalan lintas Prabumulih-Muaraenim. Aplikasi Maps membawa kami ke pinggiran kota yang sunyi, jalannya tidak lebar dan mulus, di kiri kanan banyak kebun warga, bahkan kemudian hutan. Meski demikian, tetap terlihat mobil-mobil melaju dari arah berlawanan maupun searah. Antara yakin dan tidak, dengan mengucap Bismillah suami tetap memacu kendaraan, mengikuti arahan Maps.

Kami melewati beberapa desa, kebun, hutan, dan sungai. Berkali-kali seperti itu. Hingga akhirnya sadar, kami mendekati kecamatan Pali. Apa kami akan dibawa pulang ke Komplek Pertamina Pendopo, tempat saya pernah tinggal lama semasa kecil?

Saya berkali-kali menatap layar HP, memastikan Maps menunjukkan lokasi dengan benar. Ada desa Tanah Abang, Teluk Lubuk, dan lainnya yang namanya terasa asing bagi saya. Rasanya, aplikasi Maps telah membawa kami menjauh dari tujuan. Saya matikan aplikasi, lalu dihidupkan lagi, saya ketik ulang tujuan, hasilnya masih sama. Kami tetap diarahkan lewat jalan yang menurut saya belum pernah saya lewati. Akhirnya, aplikasi saya matikan, dan selanjutnya kami mengandalkan informasi dari penduduk setempat yang kami jumpai di jalan. Ternyata, cara itu lebih membantu, dan akhirnya kami keluar dari rumitnya jalan tembus menuju jalan utama lintas Prabumulih-Muaraenim.

Keresahan terbesar sepanjang nyasar-nyasar itu adalah salat Ashar yang belum kami kerjakan. Saat sibuk mencari jalan, serta tak dijumpainya masjid untuk singgah, sempat terpikir mau tayamum saja, lalu salat di dalam mobil. Setelah kembali ke jalan yang benar, yakni jalan lintas Prabumulih-Muaraenim, kami baru menemukan masjid di Tanjung Terang dan bersegera salat. Alhamdulillah tunai kewajiban.

Di sini saya membuat titik tuju Tanjung Terang, tempat HP ROG Phone 2 Alief hilang/ketinggalan. Rute jalan warna biru adalah Jalan lintas Prabumulih-Muaraenim yang biasa dilalui pengendara. Jalan warna abu-abu, adalah jalan yang kami lalui, berkat arahan Google Maps yang bikin kami bertualang kesorean! wkwk. Jalan tersebut memang sama-sama membawa pengendara ke Jalan Lintas Prabumulih-Muaraenim, tapi kondisi jalan dan suasana jalan jelas sangat berbeda. Sangat tidak disarankan bila berkendara di malam hari karena sepi dan jalannya ga mulus. Maksud hati mencari jalan alternative dari jalan yang ditutup sewaktu di kota Prabumulih, malah nyasar kemana-mana 😅Padahal akses yang ditutup itu pendek saja lho.

Masjid Nurul Iman Tanjung Terang, Tempat ROG Phone 2  Ketinggalan

Tak ada yang pernah tahu perkara kehilangan, hingga 17 kilometer setelah meninggalkan Masjid Nurul Iman di desa Tanjung Terang, tepat saat salat Magrib tiba, Alief baru ngeh hape nya tidak ada. Saya mengetahui jarak kami saat itu dengan melihat posisi masjid dari aplikasi Maps. Tentunya bukan jarak yang dekat.

Keyakinan bahwa hape telah tertinggal di Masjid Nurul Iman Tanjung Terang berasal dari ingatan Alief sendiri. Menurutnya, saat masuk masjid itu hape masih ada di saku. Lalu saat salat hape ditarok di sajadah, di samping  tempat salat, dan kemudian tertinggal. 

Kenapa dikeluarkan dari saku? Biar gak ganggu gerakan ruku dan sujud, dan ini sudah jadi kebiasaan Alief jika sedang salat di luar rumah. Kalau di masjid sedang sepi diletakkan di samping, kalau sedang ramai hape diletakkan di depan dekat kaki, disetel mode senyap. Nah, pada saat kejadian, ternyata tidak di-silent. Karena itulah nantinya ketika ditemukan dan ditelpon, ada suaranya.

Meskipun Alief yakin hape tertinggal di masjid itu, kami tetap memeriksa seluruh isi mobil, khususnya di bangku paling depan, tempat Alief duduk. Saya dan suami juga menelpon ke nomor Alief, siapa tahu jika memang terselip dalam mobil, bisa ketahuan letaknya dari suaranya. Sayangnya, pencarian dalam mobil sia-sia. Hp itu tak ada. Nomornya masih bisa dihubungi, tapi tak diangkat, berarti masih aktif, hanya saja ada di tempat lain.

"Ayo kita magriban dulu, nanti kita coba telp lagi," kata suami. Alief dengan wajah lemasnya mengangguk, tak berkata-kata.  "Kita berdoa, siapa tahu nanti masih ketemu," tambah suami.

Usai salat magrib, suami kembali menelpon, alhamdulillah kali ini diangkat. Seorang laki-laki berbicara di ujung telp. Saya dan Alief mendekati suami, ikut menguping pembicaraan dengan perasaan nano-nano. Terharu, senang, dan lega campur aduk.

Suami mengenalkan diri lalu menjelaskan situasi dan kronologi secara detail. Sementara laki-laki diujung telpon, namanya Pak Taufik, menjelaskan bahwa hape ditemukan di lantai masjid, di atas sajadah. Sewaktu diambil, hape berbunyi, tapi beliau tidak tahu cara menerimanya. Jadi didiamkan, lalu dibawa pulang untuk bertanya pada anaknya. Itu berarti pada saat kami menelpon pertama kali, hape sudah ditemukan tapi tidak diangkat karena Pak Taufik tidak tahu caranya. Setelah sampai di rumah, persis setelah salat magrib (ini berbarengan dengan suami menelpon setelah salat magrib), baru hape diangkat. Pada saat itu Pak Taufik sudah diberitahu oleh anaknya cara menerima telpon, makanya suami bisa tersambung.

Singkat cerita, kami akan mengambil hape tersebut. Pak Taufik meminta agar yang punya hape juga datang, dalam hal ini Alief, supaya beliau bisa melihat jika hape yang terkunci itu bisa dibuka oleh Alief berarti memang benar Alief pemiliknya. Dalam hal ini, Pak Taufik  bermaksud untuk berhati-hati agar hape yang diserahkan hanya kepada pemiliknya.


Kembali ke Masjid Nurul Iman, Mencari HP yang Ketinggalan

Kami balik mundur sejauh 17 kilometer ke masjid tempat kami salat Ashar, untuk bertemu Pak Taufiq yang ternyata adalah salah seorang pengurus Masjid Nurul Iman, Tanjung Terang.  

Lokasi masjid tak jauh dari stasiun kereta Tanjung Terang. Jika datang dari arah Muarenim, letaknya ada di sebelah kiri jalan. Dalam perjalanan selepas Gunung Megang itu, ada 3 masjid serupa yang sempat membuat saya salah tunjuk. Namun Alief dan Mas Arif masih ingat, katanya tempat wudhu masjid ada di depan, dan itu dapat terlihat dari luar masjid, sehingga mudah ditemukan.

Sesuai watermark waktu yang terdapat pada foto jepretan hape, kami tiba di masjid kurang lebih pukul 19.20 WIB. Di dalam masjid tampak sedang berlangsung salat Isya berjamaah. Alief dan Mas Arief bergegas ke tempat wudhu, lalu bergabung salat.

Kami tidak tahu yang mana Pak Taufik, itu sebabnya ketika satu persatu jamaah salat Isya mulai meninggalkan saf, saya mencegat salah seorang dan bertanya mengenai Pak Taufik. 

"Pak Taufik yang itu na buk, paleng pinggir parak mimbar, sarung abang, kopiah krem, baju kemeja ungu itu na," ucap seorang pemuda dengan logat daerah yang kental. *(Pak Taufik yang itu bu, paling pinggir dekat mimbar, sarung merah, peci krem, baju kemeja ungu).

Alhamdulillah.

Saat kami tiba sedang berlangsung salat Isya di Masjid Nurul Iman

Mas Arif dan Alief langsung bergabung

Di sini saya mencegat salah seorang jamaah untuk mencari tahu yang mana namanya Pak Taufik 😀


Pak Taufik, duduk paling kanan. Beliau belum beranjak, tampaknya masih berdoa. 

Orang Baik Itu Masih Ada, ROG Phone 2 Kembali Dalam Genggaman

Baru sekejab lepas dari pandangan, tau-tau Mas Arif dan Pak Taufik sudah saling bertemu dan berbicara.

Ternyata, sewaktu Pak Taufik melihat Mas Arif dan Alief, beliau langsung menduga bahwa suami dan anak saya adalah orang yang tadi menelpon untuk datang mengambil hape. Mungkin karena Pak Taufik sudah hafal orang-orang yang biasa salat berjamaah di masjid itu, jadi pas ada orang lain ikut salat, muncul dugaan yang berkaitan dengan kejadian tertinggalnya hape, apalagi memang sudah punya janji bertemu di masjid pada saat jam salat Isya.

"Tadi sore jam berapa salat Ashar-nya pak?" tanya Pak Taufik. Pertanyaan ini kemudian saya sadari sebagai cara Pak Taufik mencocokkan jawaban kami dengan rekaman dari kamera CCTV.

"Jam 5 lewat dikit," jawab suami. 

"Saya menemukannya jelang salat Magrib. Berarti sudah cukup lama hape nya dalam masjid. Padahal jelang magrib itu banyak anak-anak yang siap-siap mau salat magrib berjamaah. Mereka mondar-mandir dalam masjid. Tapi tidak ada satu pun yang melihatnya," terang Pak Taufik.

Masya Allah. Penjelasan sederhana itu membuat saya terpana. Begitulah, jika Allah berkehendak, hape itu tetap aman meski di tempat terbuka, tempat di mana siapa saja bisa berada di masjid itu. Bukan hanya pengurus masjid dan jamaah anak-anak maupun dewasa, tetapi juga para musafir yang sedang melintas dan singgah salat di masjid.

"Tadi sempat saya bawa pulang karena pas ada telpon masuk tidak bisa saya angkat. Saya mau tanya anak saya bagaimana cara angkatnya. Pas di masjid itu, kalau bisa sudah saya angkat, supaya bisa langsung saya ceritakan kalau hapenya tertinggal," ujar Pak Taufik.

"Sewaktu ada telpon masuk, saya lihat namanya PAPA, kemudian ada telpon masuk lagi namanya MAMA, dari situ saya tahu yang punya hape ini kemungkinan anak dari Papa dan Mama yang menelpon itu. Persis seperti keterangan bapak saat menelpon saya," tambah Pak Taufik.

Obrolan pendek itu kemudian ditutup dengan penyerahan hape kepada Alief. Pak Taufik meminta saya menelpon terlebih dahulu, ke nomor Alief. Di layar hape Alief muncul nama MAMA. Selanjutnya Pak Taufik minta Alief membuka kunci hapenya. Dengan sekali sentuh menggunakan sidik jari, hape itu pun terbuka. Tampak raut wajah Pak Taufik lega. Setelah itu beliau menyerahkan hape kepada Alief.

Ada gunanya juga jika menyimpan nama orang tua atau keluarga dengan sebutan MAMA dan PAPA. Saya memang memberi contoh pada anak-anak menyimpan nama keluarga pakai sebutan yang sesuai. Nama adeknya pun disimpan pakai nama ADEK. Saya sendiri menyimpan nama suami pakai nama Arif Suamiku, Alief Anakku, Aisyah Anakku. Bukan berharap ada kejadian seperti ini sih, tapi biar lebih terasa intim, sekaligus membedakannya dari nama-nama orang lain yang saya simpan.

"Tolong agak ke sini dikit, biar kelihatan di kamera CCTV itu," ucap Pak Taufik sambil menunjuk CCTV di dinding. Permintaan ini ternyata beralasan, sebagai bukti bahwa hape telah diserahkan kepada pemiliknya. Cara ini menurut saya sangat rapi. Sebagai pengurus masjid beliau sudah dilatih untuk melakukan pekerjaannya sesuai prosedur. Saya kagum. Meski berada di desa, tapi mereka sudah menggunakan teknologi canggih untuk keamanan dan dokumentasi.

Saya tidak ingin melewatkan momen penyerahan hape itu. Maka, selagi Pak Taufik dan Alief serah terima, saya langsung memotretnya. Buat kenang-kenangan tentang betapa manisnya kejujuran. 

Alhamdulillah. Terima kasih Pak Taufik.

Terharu dan bahagia berada pada situasi ini

Orang baik itu masih ada. Dan, Allah Maha Penjaga.

Jika saya ingat lagi, kejadian ini terjadi pada 3 waktu salat. 

  • Ketinggalan hape saat usai mengerjakan salat Ashar
  • Ditemukan sesaat usai salat Magrib
  • Kembali ke genggaman sesaat setelah mengerjakan salat Isya 

Masha Allah.

Ditegakannya salat di mana pun berada dan kemudahan menemukan kembali hape yang hilang adalah sebuah hubungan tak kasat mata yang sangat indah, diatur dengan sempurna oleh Sang Maha Sempurna.

Tak hanya terharu pada kejujuran dan baik hatinya Pak Taufik, tapi juga pada prinsip yang dipegang teguh oleh Alief, anak muda yang belum banyak belajar, yang orang tuanya pun masih harus banyak belajar.

"Hape hilang bisa diganti, kalau salat hilang, gantinya pakai apa?"

Menetes air mata mamakmu ini, nak.

Isi hape itu memang berharga, hape nya pun bersejarah, hape pertama yang ia dapatkan dengan cara berlomba melalui karya video, tapi ada yang lebih berharga, dan itu tak tergantikan.

ROG Phone 2 yang hampir hilang itu adalah "hape bersejarah" bagi Alief. Hape pertama yang ia dapatkan dengan cara berlomba melalui karya video yang ia bikin sendiri. *(ss dari IG Alief)
 

Suami dan anak saya menjabat tangan pak Taufik sembari mengucapkan banyak terima kasih. 

Saya ikut mendekat, meletakan sesuatu di tangan laki-laki itu, sebagai tanda terima kasih.

"Sampai jumpa lagi, Pak Taufik. Semoga bapak sehat selalu, panjang umur, lancar rejeki, dan lancar segala urusan. Allah memberkahi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam wr wb."

Masjid Nurul Iman, Tanjung Terang, Kab. Muaraenim.


Aku Suka Pada Apa yang Disukai Oleh Anakku

Dulu, anak perempuan saya --Aisyah Humayra, sejak umur dua tahun hingga lima tahun, pernah membuat kami (saya dan suami) nggak ngecat dinding rumah selama hampir tiga tahun.

Selama tiga tahun itu, dinding rumah kami belepotan penuh coretan. Alat coret yang digunakan bermacam-macam, dari pensil warna, spidol warna, krayon, cat lukis, stabilo, pulpen, hingga spidol besar yang biasa dipakai buat menulis di white board

Semua alat tulis dan pewarna yang saya sebutkan itu bagi Aisyah adalah mainan paling menyenangkan. Tepatnya, buat bersenang-senang mencoreti seluruh dinding rumah 😅
Kakak dan adik

Cerita ini saya tulis saat saya sedang merasa sangat rindu pada masa kecil anak-anak saya. Masa-masa sangat menggemaskan dan serba menyenangkan. Banyak momen yang membuat saya jadi tersenyum dan tertawa, semua terasa begitu indah.  

Saat kini anak-anak sudah remaja, bukan berarti tidak indah, sama menyenangkan, hanya beda masanya.

Saya mengenang ulah Aisyah mencoret dinding. Masa itu berlangsung cukup lama (3 tahun) dan selama itu pula kami membiarkannya. Meskipun buku gambar dan kertas sudah disediakan, tetap saja dinding jadi kanvas favorit. 

Tiap kelar menggambar benang kusut, atau garis mencong-mencong (nggak lurus) di dinding, Aisyah akan tertawa sambil mengajak kami memandangi coretannya. Anak kecil itu bangga sekali dengan hasil karyanya, walau di mata saya entah gambar apa, hanya dia yang tahu.

Dulu, jika ada tamu datang ke rumah, baik itu teman saya maupun teman suami, atau saudara dan kerabat kami, Aisyah bukannya duduk tenang atau pergi dan bersembunyi, malahan mendekat, lalu dengan bangga memperlihatkan hasil coretannya, bak mahakarya yang layak untuk dikagumi.

Begitu juga dengan kakaknya --Alief-- yang suka dengan robot-robotan dan mobil-mobilan (Alief dulu suka mengoleksi HW). Setiap ada tamu datang ke rumah dia mendekat, lalu membongkar kotak penyimpanan mainannya di depan tamu. Iya lho, di depan tamu!

Alhasil, setiap ada tamu bertandang, rumah kami bukannya terlihat rapi, malah berantakan karena dua bocil sibuk "pamer" 😂 
Siswi SMP

Saya sangat suka dengan anak-anak yang aktif. Menyaksikan mereka banyak bergerak, bermain, dan bercerita, rasanya bahagia. Saya justru menjadi tenang jika mereka selalu ceria, berarti mereka sehat. 

Mudah bagi saya untuk mendeteksi ada suatu masalah dengan anak-anak, yakni pada saat mereka tidak mau bermain, lesu, dan tidak tertarik dengan barang-barang yang mereka sukai. Diamnya anak, berarti ada yang sakit. Saat itulah saya menjadi tidak tenang.

"Berisiknya" anak adalah tanda anak sehat. Bukan sesuatu yang harus dimarahi. Menurut saya begitu.

Alhamdulillah, masa-masa mencurahkan segenap tenaga dan perhatian super ekstra sudah terlewati. Segala keriuhan bahkan kerusuhan anak-anak yang membuat saya sebagai ibu mesti jungkir balik merawat dan mengasuh mereka, kini sudah tak melelahkan seperti dulu. 

Bukan berarti perhatian saya mengendor, lebih kepada "banting tenaga" nya yang udah nggak seperti dulu. Anak-anak sudah mandiri. Nggak perlu dimandikan lagi, dipakaikan baju, disuapi makan, semua sudah bisa mereka lakukan sendiri. 

Saya pun nggak perlu pasang mata kayak kamera CCTV yang tiap detik mengawasi tingkah polah mereka karena khawatir ada hal-hal yang membahayakan  seperti jatoh dari tangga, kepeleset saat lantai dipel belum kering, keselek makanan yang lupa disuwir-suwir, atau hal-hal lainnya. 

Kini perhatian ekstra untuk anak-anak sudah berganti pada kegiatan ibadah mereka, sekolah/kuliah mereka, dan kegiatan apa saja yang mereka lakukan untuk mengisi waktu senggang. *(suami saya yang ngomong gitu) 😁
Aisyah dan Alief bersama seluruh sepupunya dari keluarga suamiku. Cucu bapak dan ibu mertuaku hanya 6 ini saja. Tiga foto anak kecil di atas lemari adalah tiga anak laki-laki dalam foto ini 😃
 
Masa-masa tidak mengecat dinding rumah selama tiga tahun sudah berlalu. Sekarang Aisyah sudah besar, sudah bersekolah di SMP. 

Hobi coret-coret sewaktu kecil tetap ada, tapi sudah bukan di dinding lagi, melainkan di sketch book, handphone, dan laptop. Kalau dulu tempat untuk menggambarnya murah meriah pakai kertas bekas saja (suami sering bawa kertas bekas dari kantor), buku gambar anak TK seharga 2000 - 5000, bahkan dinding rumah. Sekarang kanvasnya  gadget, dan itu mahal cuy ! 😅

Namun, saya ingin seperti dulu, menganggap "enteng" alat main anak. Maksud saya, melihatnya sebagai alat "bermain" menyenangkan yang baik untuk mengasah keterampilan dan kreativitas si anak, bukan sebagai alat yang membuat rugi. 

Saya perhitungan, tapi perhitungannya dari kaca mata positif si anak, dan itu untuk sesuatu yang jauh ke depan.

Perkara beli smartphone dan laptop, saya pakai prinsip sekali mendayung seluruh lautan di bumi terlampaui. *lebay 😆. Begini, anak sekolah memang perlu perangkat macam HP dan laptop toh? Ok, beri laptop dan smartphone buat sekolah, utamanya itu. Selanjutnya dipakai buat bermain (game online), dan melakukan hobi. 

Hobi yang dimaksud adalah menggambar yang seiring waktu membawa Aisyah pada kegiatan membuat berbagai macam desain. Nah, dari hobi mendesain inilah Aisyah menantang diri lewat berbagai kompetisi di sekolah, dan akhirnya mencicipi jadi juara.
Juara 2. Karya Aisyah gambar paling atas *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya)

Juara Favorit. Karya Aisyah (Aisyah Humayra) 2 gambar di bawah dalam poster ini. *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya)

Juara Favorit *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya)

Juara 2 tingkat sekolah*(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya)

Juara 2 Lomba Tingkat Nasional. *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya)

Spanduk ini ternyata sudah lama dipajang di depan sekolah dekat gerbang. Saya baru lihat sejak Aisyah mulai PTM. Itu pun setelah beberapa kali lewat baru sadar kalau itu gambar Aisyah. Langsung deh foto-foto norak 😃

Aisyah ini cewek banget, nggak ada tomboy-tomboynya. Bicaranya lemah lembut, dan mudah menangis kalau ada yang membuat hatinya sedih atau kecewa. Nangisnya nggak pakai suara, apalagi ngoceh, hanya berupa air mata yang menetes. Perasaannya yang halus itu tipikal anak seniman bukan sih? 

Saya pernah baca, anak-anak yang dilatih memainkan alat musik, bisa memperhalus perasaannya, membuatnya lebih peka. Nah, ini mah nggak les apa-apa. Kalau dengar musik sih suka. Sukanya lagu-lagu berbahasa Jepang (dari kegemaran ini makanya dia ngerti dikit-dikit bahasa Jepang). Eh, tapi, apa hubungannya dengan perasaan halus ya? wkwkw 
Aisyah memakai kostum tari bersama teman-teman satu kelasnya, saat pentas seni di SD
 
Ngomong-ngomong soal les, Aisyah nggak suka ekskul Taekwondo, Silat, dan beberapa aktivitas fisik yang berhubungan dengan olah tubuh, kecuali renang. Beda dengan saya waktu kecil. Saya suka pramuka, jadi anggota marching band sekolah, bahkan belajar wushu walau nggak sampai jadi atlit hahaha.

Aisyah sukanya belajar menggambar, kerajinan tangan, dan editing foto/video. Kursus gambar yang pernah dia ikuti kursus manga (online), jadwal belajarnya 2 kali dalam seminggu. 

Buku-buku yang Aisyah baca adalah buku belajar gambar, dan semuanya tebal-tebal. 

Sewaktu seusia Aisyah saya membaca novel Pendekar Rajawali Sakti dan Wiro Sableng. Malahan sejak SD saya sudah melahap semua novel Pasukan mau Tahu karya Enyd Blyton. 

Anak saya gimana? Nggak ada yang suka baca novel 😅 Oh, tapi, Aisyah dan Alief sangat suka baca komik. 
Sejak masih KB (kelompok bermain), TK, SD, dan sekarang SMP saya ingin selalu menjadi mama driver yang melepas dia pergi memasuki sekolah dan menunggunya di saat pulang sekolah.

Saya suka kepo kalau liat Aisyah berlama-lama buka laptop atau hape, pengen tahu dia nonton apaan di youtube. Ternyata, sering kedapatan nonton video-video life hack dan tutorial kerajinan tangan. Ujung-ujungnya nih, abis nonton biasanya dia nyodorin daftar belanjaan. Giliran saya yang tercengang liat biaya beli alat 😅

Tapi sekali lagi, saya suka anak saya meminta dibelikan alat-alat buat bikin prakarya. Itu artinya dia punya hobi. 

Anak-anak yang memiliki hobi dan melakukan hobinya, akan merasa bahagia. Anak yang bahagia memiliki semangat untuk hidup baik di hari ini dan nanti.

Saya banyak duit? Enggak banyak, tapi ada. Dan saya bisa menahan diri dari membeli barang yang nggak perlu supaya duitnya bisa dipakai buat beli kebutuhan hobi anak.

Menghias tas kain polos

Membuat bunga dari kain perca untuk hiasan tas kain

Percobaan perdana membuat makrame

1 gulung tali makrame bisa dianyam menjadi 2-3 hiasan makrame

Menghias mug buat tempat pensil

Hiasan bunga terbuat dari light clay

Kerajinan berbahan kerang kombinasi light clay

Hasil kerajinan kerang 

Boneka jari dari kain flanel. Saat itu Aisyah masih SD.

Aisyah menggambar mama (saya) di aplikasi online. Gambar ini dia kerjakan saat sedang di ruang tunggu dokter. Gambarnya selesai sebelum namanya dipanggil perawat 😀

Hasil gambar mama. Proses bikin bisa dilihat dalam video reel di IG @travelerien

Tiap ada waktu luang sering diisi dengan menggambar, di mana pun. Idenya berasal dari apa saja yang dia lihat atau pikirkan saat itu.

Laptop sering dibawa ke mana pun, buat menggambar dan mengerjakan desain. Kalau sedang di kafe, katanya buat ngisi waktu saat menunggu pesanan yang belum diantar ke meja 😀 *Laptop: ASUS ZenBook Flip S UX371*

Aisyah yang bebikinan, saya yang seru liatnya. Nggak ikut bikin? Nggak. Saya mumet kalau menganyam tali 😂 

Kesukaan tiap orang memang beda sih ya. Tapi bukan berarti saya nggak suka dengan apa yang disukai Aisyah.

Saya hobinya menulis, foto-foto, dan jalan-jalan. Apa Aisyah menyukai hobi saya? Suka, tapi nggak semua. Soal menulis, minat dan bakat Aisyah belum ada. Tapi dia mau baca kalau saya kasih liat tulisan saya yang dimuat di majalah pesawat. Kalau foto, sukanya moto (motret), kurang suka difoto. Kalau jalan-jalan, dia suka.

Suami saya suka jalan dan hal-hal berbau petualangan, suka foto, dan berbakat dalam hal menggambar. Saya rasa, bakat menggambar Aisyah ini menurun dari suami saya. Oh, dari mbah akungnya, ding. Iya, alm bapak mertua saya pandai menggambar, beliau arsitek, ahli menggambar bangunan.  

Alief hobi apa? Desain dan video editing. Itu sebabnya dia kuliah jurusan DKV new-media. Dia juga main youtube buat majang konten-konten video yang dia buat. Orang menyebutnya sebagai content creator.

Suami saya bilang ke saya, "apapun hobi baik anak, dukung dengan baik, dan yang penting akhlaknya baik dan beragama dengan baik. Jadi tolong bantu saya membawa anak-anak kita jadi anak-anak yang nggak hanya sukses di dunia tapi lebih utama sukses di akhirat."

Jleb!

Sebagai orang tua yang nggak sempurna dan masih harus banyak belajar, pesan suami langsung ngena di hati nggak pake rem 💨
Menemani Aisyah uji publik bacaan Quran di sekolah. Kala itu, ketika masih muda dan tampan, dengan rambut masih hitam.

Sampai rambutnya memutih (tua dan tetap tampan), tetap memberikan waktu untuk Aisyah, hadir di sesi kelulusan khatam Quran (khotmil Quran).

Alhamdulillah

Masya Allah


Sekian cerita dari seorang ibu yang karena hobinya jalan-jalan, menulis, dan foto-foto pernah dianggap bakal gak becus urus anak, mengabaikan waktu bersama keluarga, kurang sayang dan perhatian pada anak, sehingga sulit memiliki anak yang bahagia dan berprestasi.

"Jangan menilai seseorang hanya dari 1 bab yang kau baca, karena cerita hidupnya tertulis lengkap dalam 1 buku. " 

#apaansih? 😂

Masya Allah. Alhamdulillah.

Semoga anak-anak senantiasa sehat, bahagia, dan menjadi hamba Allah yang taat dan bertaqwa.

Tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini, yang ada adalah ibu yang ingin melakukan hal terbaik untuk anak-anaknya dengan cara yang sempurna.

Semoga Allah senantiasa limpahkan kesehatan, kesabaran, dan kekuatan pada kami para ibu dalam membesarkan dan mengasuh anak-anak kami.

Gamers Indonesia Memilih Laptop Gaming ASUS Sebagai Pilihan Utama di Tahun 2021

Laptop Gaming ASUS Jadi Pilihan Utama Gamers Indonesia di Tahun 2021

ASUS kembali mencatat kepemimpinannya di pasar laptop gaming Indonesia. Berdasarkan data aktivasi dari NVDIA hingga bulan September 2021, ASUS mencatat penguasaan pasar laptop gaming hingga 59,7% di Indonesia. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2021 serta membuktikan bahwa laptop gaming ROG dan TUF Gaming tetap merupakan pilihan para gamers di Indonesia.

“Pencapaian tersebut merupakan bukti bahwa laptop gaming ROG dan TUF Gaming tetap menjadi pilihan utama para gamers di Indonesia. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada gamers dan komunitas gaming di Indonesia yang setia memilih dan menggunakan laptop gaming ROG serta TUF Gaming,” ujar Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia

“Pencapaian kali ini juga membuat kami semakin berkomitmen untuk menghadirkan laptop gaming yang tidak hanya sekadar powerful, tetapi juga berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan gamers di Indonesia.”

Sepanjang tahun 2021, laptop gaming ROG dan TUF Gaming tercatat sebagai seri laptop gaming yang paling diminati di Indonesia. Meski market share sempat turun di awal tahun 2021, laptop gaming ROG dan TUF Gaming tetap tampil dominan di pasar Indonesia. 

Laptop gaming ROG dan TUF Gaming juga berhasil mencatat peningkatan market share yang signifikan, yaitu sebesar 10,7% dari 49% di bulan Agustus ke 59,7% di bulan September 2021 (berdasarkan data aktivasi dari NVIDIA).

Inovasi Tanpa Henti

Selain berkat varian yang sangat lengkap, jajaran laptop gaming ASUS juga hadir dengan berbagai inovasi teknologi. Hal tersebutlah yang membuat laptop gaming ASUS berhasil menguasai pasar laptop gaming di Indonesia sepanjang tahun 2021. 

Lini laptop gaming ASUS bahkan direkomendasikan oleh berbagai media di Indonesia. Beberapa bahkan berhasil mendapatkan penghargaan di berbagai kategori.

Salah satu inovasi ASUS di tahun 2021 adalah hadirnya ROG Flow X13. Laptop gaming dengan bodi yang sangat portabel tersebut tidak hanya tampil sebagai perangkat yang mengadopsi desain yang fleksibel, tetapi juga tampil sebagai laptop convertible paling powerful di dunia. 

ROG Flow X13 juga merupakan laptop pertama di dunia yang dapat dihubungkan dengan ROG XG Mobile, yaitu solusi GPU eksternal terbaik di dunia. ROG XG Mobile dapat mentrasnformasi ROG Flow X13 menjadi laptop yang sangat pwoerful bahkan setara dengan performa laptop gaming yang memiliki ukuran bodi jauh lebih besar.

Kolaborasi dengan Tokoh Ternama

ROG Zephyrus G14 Alan Walker Special Edition

Selain terus berinovasi tanpa henti, ASUS juga berkolaborasi dengan berbagai tokoh ternama seperti Nyjah Huston untuk menghadirkan sebuah laptop gaming eksklusif. Laptop gaming bernama ROG Strix Nyjah Huston Special Edition tersebut diciptakan berdasarkan seri ROG Strix SCAR yang sangat dikenal sebagai laptop untuk para gamer eSports profesional. 

Dalam mengembangkan laptop gaming untuk Huston, tim ASUS ROG menggunakan ROG Strix SCAR Series sebagai fondasi. ROG Strix SCAR Series merupakan laptop yang sejak awal dirancang untuk memberikan para pemain eSports pengalaman gaming terbaik saat bermain game kompetitif.

Selain itu, ASUS juga berkolaborasi dengan musisi ternama Alan Walker untuk menghadirkan laptop gaming edisi khusus ROG Zephyrus G14 Alan Walker Special Edition. Laptop gaming edisi khusus tersebut tampil dengan desain unik yang tidak dapat ditemukan di laptop lainnya. Bagian LED AniMe Matrix di ROG Zephyrus G14 AW SE hadir dengan aksen warna eksklusif yaitu Spectre Blue. Tidak hanya itu, aksen warna tersebut juga tampil pada pelat logam di bagian belakang layar yang menampilkan logo ROG beserta Alan Walker.

ROG Zephyrus G14 AW SE juga dilengkapi dengan aksesori eksklusif dalam paket penjualannya. Aksesori tersebut terdiri dari ROG x Alan Walker Baseball Cap dan ROG x Alan Walker Socks. 

Sementara aksesori paling istimewa adalah ROG Remix, yaitu perangkat audio remix unik yang juga dapat digunakan sebagai tempat menyimpan laptop ROG Zephyrus G14 AW SE. ROG Remix dapat dihubungkan dengan kabel USB Type-C yang telah disediakan dan dapat dimainkan melalui software khusus yang juga telah dipasang di ROG Zephyrus G14 AW SE.

ROG Zephyrus G14 AW SE  - (in frame Onedox)

Komitmen Penuh dalam Pelayanan

Selain menghadirkan produk berkualitas tinggi dan terbaik, ASUS juga berkomitmen untuk memberikan pelayanan purna jual terbaik melalui program ASUS VIP Perfect Warranty untuk lini laptop gaming ROG. merupakan layanan perlindungan ekstra untuk pengguna laptop ASUS ROG jika terjadi kerusakan pada unit yang tidak ter-cover oleh garansi standar ASUS, termasuk kerusakan akibat kelalaian pengguna.

Setiap pembelian laptop ASUS ROG resmi otomatis akan mendapatkan garansi perbaikan selama 2 tahun baik di dalam negeri maupun secara global. Namun garansi ini tentu saja berlaku apabila kerusakan yang terjadi bukan karena kelalaian pengguna. 

Di tahun 2021 ini selain garansi resmi tersebut, ASUS melengkapi layanan untuk pengguna laptop ROG dan ZenBook dengan memberikan ASUS VIP Perfect Warranty. ASUS VIP Perfect Warranty ini adalah layanan garansi ekslusif dari ASUS di tahun pertama masa garansi notebook ASUS. Layanan ini merupakan layanan premium dimana ASUS akan menanggung 100% biaya jasa perbaikan dan spare part untuk kerusakan-kerusakan yang disebabkan kelalaian pengguna.

Perangkat Penting Untuk Mahasiswa Kuliah DKV New Media - BINUS University

Laptop Tepat Untuk Mendukung Mahasiswa Kuliah Jurusan DKV New Media, Content Creator, dan Video Editor 

"Bapak/Ibu semua, untuk perangkat yang akan digunakan oleh mahasiswa jurusan DKV New-Media mohon disiapkan untuk anaknya antara lain laptop, tablet, printer, dan kamera dengan masing-masing spesifikasi sebagai berikut....." ujar Budi Sriherlambang, S.Sn, M. in imagineering, Head of Program of New Media Program - School of Design Binus University di acara Parents Day Sesi Jurusan yang digelar secara online melalui Zoom pada hari Sabtu tanggal 25 September 2021.

Terkejut dengan penjelasan mengenai perangkat-perangkat yang akan digunakan anak saya sebagai mahasiswa DKV New Media di Binus University?? Enggak!!! Haha. 

Bukan sombong, bukan pula sok tajir, tapi karena saya memang sudah mengira perangkat tersebut bakal dibutuhkan oleh mahasiswa DKV. 

Tahun lalu sejak Alief mulai daftar masuk Binus (waktu itu Alief baru masuk kelas 12), saya sudah cari tahu semua hal tentang jurusan yang dia ambil, sampai ke perangkat apa yang bakal digunakan. Hanya saja, saat itu saya belum tahu spesifikasinya apa saja, karena yang namanya ilmu dan teknologi kan berkembang, ada inovasi-inovasi indah yang membuat takjub, maka kemungkinan spesifikasi yang dibutuhkan pun berubah sesuai kondisi terkini.

Parents Day Sesi Jurusan tgl. 25 September 2021 ini adalah pertemuan kedua para orang tua mahasiswa khusus Jurusan DKV New Media. Pertemuan pertama Webinar for Parents pada tgl. 3 Juli 2021 lalu untuk seluruh parents mahasiswa baru Binusian 2025.

Sesi Jurusan DKV New Media

Para Pejabat di DKV Binus University yang hadir di acara webinar, di antaranya Bapak Budi Sriherlambang, S.Sn, M. in imagineeringHead of Program of New Media Program - School of Design Binus University, Bapak Dr., Drs Lintang Widyokusumo, MFA, Lecturer of Desain Komunikasi Visual dan lainnya.

Perkuliahan Dimulai 27 September 2021 Secara Online dan Onsite, Peralatan Kuliah Sudah Harus Lengkap

Sesuai situasi pandemi saat ini, kampus memberikan dua pilihan kepada mahasiswa untuk perkuliahan yang akan dimulai pada bulan September 2021 yaitu online dan onsite. Mahasiswa boleh mengubah pilihannya pada semester berikutnya. Jadi, pilihan untuk kuliah online ini sifatnya sementara saja, hanya selama masih pandemi.

Alief memilih perkuliahan online, dan dia agak sedikit menyesal dengan pilihannya karena ternyata situasi per September ini mulai mendingan, yang artinya dia merasa cukup aman bila kuliah datang langsung ke kampus. Bukan menyesal yang berlebihan sih ya, karena katanya semester dua nanti dia bisa ubah pilihan ke onsite.

Mengenai peralatan kuliah yang diperlukan oleh jurusan DKV New Media, selain laptop, tablet, kamera, dan printer+scanner yang telah disebutkan oleh Pak Budi Sriherlambang, yang tak kalah penting dan wajib ada di antaranya :
  • Pensil Grafit (lunak, sedang, keras)
  • Pensil Warna (klasik, watercolor, pastel) 
  • Sketchbook (Ukuran A3)
  • Kertas (Padalarang, HVS, Art Paper, Art Carton, Duplex)
  • Alat Tulis Kantor (penghapus, penggaris, pulpen, rautan pensil, binder/buku tulis, jangka, cutter, cutting mat, lem kertas, spidol selotip, drawing pen)
  • Cat & Kuas (Cat Air, Cat Minyak, Cat Poster, Cat Akrilik)

Selama bulan September kemarin, saya dan Alief bergegas belanja semua barang itu. Alhamdulillah ada Toko Gramedia di Mall Teras Kota yang dekat dari rumah, semua yang dibutuhkan ada di sana. Tinggal saya merogoh kocek dengan berkeringat. Eh, belum keringatan sih kalau peralatan pensil, kertas dan lain-lainnya itu. Mulai keringatan dingin tuh pas bagian gadget 😂😅

Ini perangkat kuliah mahasiswa jurusan DKV New Media yang harus dimiliki: Laptop, Tablet dengan Stylus, Printer sekaligus scanner, dan kamera (sesuai materi webinar)

Ini adalah spesifikasi paling minimal dari laptop yang digunakan

Saya: ???????? 😂😅

Perangkat yang Mendukung Kuliah Jurusan DKV New Media

Hal paling penting dari membeli sebuah laptop dan perangkat lainnya seperti tablet, kamera, dan printer adalah belilah sesuai dengan kebutuhan! Bukan asal keren, canggih, mahal, atau karena hal lain-lainnya berdasarkan merk.  

Bapak Budi Sriherlambang, S.Sn, M. in imagineeringHead of Program of New Media Program - School of Design Binus University menjelaskan dengan lengkap perangkat apa saja yang dibutuhkan oleh mahasiswa/i DKV New Media, di antaranya:
  • Laptop dengan spesifikasi paling minimal harus menggunakan prosesor 1.4-2Ghz quad core i5, RAM 8GB, Hardrive 128GB, GPU 2GB
  • Tablet pendukung yang dilengkapi stylus untuk menggambar dengan penyimpanan 128GB
  • Printer sekaligus scanner untuk mencetak ukuran A4 dengan teknologi inkjet 
  • Kamera DSLR untuk fotografi.

Dalam ruang chat di aplikasi Zoom saat webinar berlangsung, ramai orang tua bertanya mengenai perangkat tersebut, khususnya spesifikasi laptop. Beberapa orang tua menanyakan mengenai apa itu SSD, prosesor, jumlah memory, dan lainnya sambil menyebutkan berbagai merk laptop. 

Wajar sih ya, karena orang tua harus mengetahui betul laptop mana yang mesti mereka beli untuk anaknya. Kalau saya, hanya menanyakan satu hal saja:

"Jika laptopnya sudah dua layar, dilengkapi stylus untuk menggambar, touch screen, RAM 32GB, apa mesti perangkat pendukung tablet?"

Lalu dijawab dengan tegas oleh Pak Budi Sriherlambang, "Oh tidak perlu lagi ibu. Tablet itu hanya bila laptopnya belum mendukung untuk menggambar di layar."

Alhamdulillah, mamak-mamak ini senang kalau gitu 😂

"Terserah merk apa, yang penting speknya sesuai yang dibutuhkan," ujar Pak Budi Sriherlambang. Beliau juga sempat menyebutkan Laptop Gaming sebagai laptop yang spesifikasinya tinggi, cocok buat anak DKV.

Hasil mencari laptop yang cocok untuk anak DKV, content creator, video editor

Semoga awet selama 4 tahun kuliah

Buat memperlancar kegiatan kuliah, menimba ilmu dan menyelesaikan tugas-tugas. Buat menghasilkan cuan lewat job-job yang didapatkan. Biar tetap produktif bikin konten video di Youtube 😃😍

 

Bukan Hanya Untuk Kuliah Anak DKV, Laptop Ini Juga Untuk Content Creator dan Video Editor


Saat ini Alief bukan hanya mahasiswa Jurusan DKV New Media. Sejak masih SMA dia sudah menjadi Content Creator, tepatnya Video Creator di Youtube di Channel ONEDOX. Dan, sejak bulan Juli 2021 ini dia jadi freelancer sebagai Video Editor di sebuah channel media & entertainment. 

Saya tahu Alief bukan hanya butuh laptop yang mendukung untuk kuliahnya, tapi juga mendukung kegiatannya sebagai content creator, sekaligus Video Editor.

Saya harus bisa mencari laptop yang tepat untuk Alief agar semua aktivitas yang dilakukannya sehari-hari bisa berjalan dengan lancar. Dia harus menyelesaikan tugas-tugas kuliah tepat waktu, menyelesaikan job-job yang dia terima hampir tiap hari, dan juga harus produktif membuat konten untuk channel-nya ONEDOX.

Sebagai blogger yang sudah biasa mengulas produk-produk laptop ASUS, saya bisa dengan mudah menemukan mana laptop yang paling cocok untuk Alief gunakan, yaitu:

ASUS ZenBook Pro Duo 15 UX581GV OLED 4K Intel Core i9 NVIDIA RTX 2060 6GB, 1TB SSD, DDR4 32GB, Win 10 Pro 64-bit 
Laptop yang Tepat

Sudah Ada ASUS ZenBook Pro Duo UX581 Tidak Perlu Beli Tablet Pendukung Lagi!

Yak, dengan ZenBook Pro Duo UX518GV ini, saya tidak perlu lagi menyediakan tablet pendukung seperti yang disampaikan oleh Bapak Budi Sriherlambang.

ZenBook Pro Duo UX581GV sudah dilengkapi stylus untuk menggambar. Sudah punya dua layar biar gak pindah-pindah perangkat bisa mengerjakan 2 hal sekaligus. Memory sudah super gede RAM 32GB puas banget buat penyimpanan. Prosesornya pun nggak diragukan lagi super kencang dengan Intel Core i9 NVIDIA RTX 2060 6GB. Layarnya pun sudah OLED 4K, aman buat kesehatan mata meski berjam-jam di depan laptop.

Perihal harga, ZenBook Pro Duo UX581GV dibandrol Rp 56 jutaan.

Boleh jadi ini akan membuat kita para orang tua merogoh kocek super dalam, tapi ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan dari penggunaan laptop yang tepat untuk mereka yang aktif dan produktif bekerja/berkarya/berkuliah:

  • Saya tidak perlu lagi beli tablet. Tablet merk buah seperti yang dimaksud oleh Pak Budi kan nggak murah juga. Jika fungsi si tablet sudah ada di satu laptop, dan harga si tablet bisa dipakai buat beli 1 laptop canggih dengan spesifikasi tinggi, kenapa nggak beli satu laptop saja ya kan?

  • Saya lebih suka cara berpikir bahwa beli laptop itu jangan dilihat sebagai barang yang dibeli dan menghabiskan duit, tapi sebagai tools untuk mempercepat cari uang, syukur-syukur kalau bisa lebih banyak dari laptopnya. Kalau buat Alief, ya buat memperlancar kuliah menimba ilmu dan mengerjakan tugas-tugas. Sekaligus memperlancar pekerjaannya sebagai freelancer video editor. Dan juga, biar tetap produktif membuat video content di channel-nya, meskipun sibuk kuliah dan nge-job.

"Every home is a university and the parents are the teachers" 

Berdua suami, saat awal-awal mencari kampus yang tepat buat Alief, kami sampai datang ke kampus Binus di Alam Sutera. Karena sedang pandemi, kampusnya sepi, pada kuliah online 😁

Mendukung Bukan Memanjakan Anak

Alief masuk kuliah di BINUS University lulus dengan beasiswa 100%. Saya pernah menceritakannya di blog ini, bisa dibaca kembali di sini Lulus Tes Kuliah di Binus University Onedox Raih Widia Scholarship dengan Beasiswa 100%

Saya dan suami, bersama Alief juga tentunya, sudah mempersiapkan Alief kuliah sejak dia masih SMP. Sewaktu SMA minatnya sudah mulai kelihatan ada pada apa. Dia hobi desain dan editing, juga hobi fotografi dan videografi. Suka dengan dunia teknologi. Luwes tampil di depan orang. Punya jiwa entrepreneur, dan leadership yang menurut saya sudah oke untuk anak seumuran dia saat itu.

Saya dan suami mendukung minat Alief, dan kami membantunya menemukan tempat kuliah yang paling cocok. Alief kami bebaskan memilih, dan kami hanya memfasilitasi.

Sejak SMA dia sudah mencari uang sendiri buat jajan. Pernah jualan makanan di sekolah, jual jasa desain, jasa foto, jasa editing video, bahkan mengisi kelas Video Editing di SMP tempatnya bersekolah dulu. 

Baru 4 bulan ini Alief nge-freelance sebagai Video Editor dengan bayaran yang lumayan banget untuk anak baru lulus SMA macam Alief. Setidaknya, kalau dia mau beli monitor layar lebar, belanja peralatan studio di rumah, jajan parfum, jajan baju dan celana kesukaan dia, traktir teman-temannya makan, beli spare part motor, belanja makanan yang dia suka, dia sudah bisa bayar pakai uang hasil kerjanya sendiri. Dan yang pasti, kalau mau sedekah/infaq di masjid tempat dia biasa salat lima waktu berjamaah, dia nggak minta saya lagi. Sudah bisa bersedekah pakai uangnya sendiri.

Saya tidak menyuruh Alief kerja cari uang. Karena dia masih pelajar, dan sekarang masih kuliah. Tapi saya ajarkan dia cara mencari uang dengan keahlian dan peralatan yang dia punya. Kalau mau dapat uang, gunakan alat dan kemampuan. Harus usaha.  Eh, ternyata digunakan sama dia. Selama dia senang, ya silakan. 

Begitulah cara saya mendidik Alief. 

Dulu, waktu Alief mendaftar dengan beasiswa, dia mengajukan beberapa prestasi non akademik (bukan berarti secara akademik dia gak berprestasi lho ya hihi). Syaratnya, prestasi itu harus bersertifikat, baik diselenggarakan oleh suatu lembaga maupun oleh perusahaan tingkat nasional, terlebih oleh perusahaan global (level internasional). Dan ternyata, Alief berhasil!

Setiap orang tua pasti terharu dan bangga ya kalau anaknya berprestasi, sekecil apapun itu. Tapi yang lebih penting lagi adalah si anaknya bahagia dengan apa yang dilakukan dan dijalaninya. 

Baru-baru ini Alief menang lomba video yang diadakan oleh kampusnya Binus University. Lomba ini khusus untuk para mahasiswa penerima beasiswa. Alhamdulillah nama Alief ada diurutan pertama.

Videonya sendiri bertema: Perjalanan Mendapatkan Beasiswa BINUS. Dapat di tonton di instagram Alief @onedoxx