Tampilkan postingan dengan label komodo live a board. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label komodo live a board. Tampilkan semua postingan

Sail Komodo Pulau Rinca, Jumpa Komodo di Sarangnya

Dalam laporan bertajuk Lonely Planet's Best in Travel 2020, Nusa Tenggara Timur, Indonesia meraih peringkat 1 dalam Top 10 Best-Value Destination atau 10 Destinasi dengan Harga Terbaik untuk dikunjungi pada tahun 2020. 

Kabar manis itu membuat saya jadi semangat untuk melanjutkan cerita pengalaman menjelajah Nusa Tenggara Timur. Maka, postingan kali ini akan menjadi Part 2 Sail Komodo 2019. Semoga belum basi, meski setelah 1 tahun dari sana baru bisa lanjut nulis lagi.


Cerita Sail Komodo diawali dari sini, silakan baca dulu di: Live on Board Komodo, Pengalaman Seru Naik Kapal Phinisi di Labuan Bajo

best in travel 2020
Komodo di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur
Why you should visit East Nusa Tenggara in 2020?

These Indonesian islands offer idyllic beaches and wide open exploration for less than you might think (Lonely Planet)


Dalam artikel Top 10 Best-Value Destination Lonely Planet, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditampilkan dengan indah lewat video berdurasi 1 menit 37 detik. Semua orang bisa lihat betapa memesona NTT dengan keajaiban alamnya yang luar biasa. Salah satunya terdapat Taman Nasional Komodo (TNK) atau Komodo National Park, tempat di mana komodo hidup di habitatnya dan menjadi ikon wisata Indonesia yang mendunia.


Nusa Tenggara Timur adalah tentang pulau-pulau memesona dengan pantai-pantai nan indah memanjakan mata, serta laut dengan air jernih berisi beragam kekayaan hayati yang sangat menakjubkan untuk diselami. 


Benar kata orang. Sebagai orang Indonesia, setidaknya pernah satu kali ke Nusa Tenggara Timur. Pernyataan ini tidak berlebihan, khususnya buat penggemar wisata petualangan. Dan memang, menjelajah NTT jadi pengalaman paling mengesankan sependek saya pernah keliling Indonesia untuk berwisata.


Saya juga ingin suatu hari nanti pergi ke Labuan Bajo lagi bersama suami dan anak-anak, agar mereka tak sekadar bangga pada peringkat istimewa yang diberikan oleh situs perjalanan terkemuka dunia itu saja, tapi benar-benar pergi menjelajah. Meski saya tidak tahu, apakah biaya masuk Taman Nasional Komodo nanti akan sama terjangkau seperti ketika saya ke sana tahun 2019 lalu. Kenapa?


Kabar wisata Labuan Bajo bakal jadi wisata ekslusif berbiaya mahal, bikin traveler tidak tajir macam saya jadi pikir-pikir! Sobat traveler sudah tahu belum tentang hal tersebut?
best destination travel 2020
Pulau Padar, Komodo National Park, Nusa Tenggara Timur

Jurassic Park akan Dibangun di Labuan Bajo

Dalam 2 tahun terakhir, Kawasan Pariwisata Super Prioritas Taman Nasional Komodo (TNK) punya kabar cukup menghebohkan dunia pariwisata. Menurut saya sih heboh ya kalau beritanya begini:

Diawali pada bulan Agustus 2018, api menghanguskan 10 hektar padang rumput Gili Lawa yang terletak di TNK. Diduga akibat puntung rokok dan kembang api, tapi hal itu tak terbukti. Lalu, netizen bersuara, pro dan kontra. Yang pro minta ditutup biar segenap isi TNK aman. Yang kontra minta tetap dibuka biar wisatawan tetap bisa ke sana dan pelaku wisata tetap hidup.

Bulan April 2019, Presiden Jokowi menyetujui penutupan sementara Pulau Komodo dan penutupan akan dimulai pada tahun 2020 untuk penataan ulang. (Gub NTT sebut Jokowi setuju Pulau Komodo ditutup - regional.kompas.com 9/4/2019)

Bulan Oktober 2019, Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut B Panjaitan membantah isu penutupan Pulau Komodo. Yang ada, Pulau Komodo tidak akan ditutup namun akan dijadikan wisata eksklusif. Tiket masuknya 14 juta! (hipwee.com 2/10/2019).

Kabar terbaru di awal tahun 2020, nantinya pemerintah akan menata Taman Nasional Komodo dengan pendekatan geopark berkelanjutan mirip dengan tema Jurassic Park. Perancangnya Yori Antar Anwar, seorang ahli lingkungan, alam dan budaya Nusantara. (goodnewsfromindonesia.id 26/1/2020). 

The Jakarta Post (5/2/2020) dalam artikel berjudul Komodo Island eyes 50,000 tourists after premium membership system introduced menyebutkan "Entry tickets to the destination will be set at US$1,000 per year per person." 


Bagaimana menurut kamu? 
pengalaman sail komodo labuan bajo
Kapal-kapal Wisata di Labuan Bajo

Sail Komodo Pasti Seru

Di Taman Nasional Komodo terdapat 3 pulau besar, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Pulau yang akan dibangun dengan konsep Jurassic Park adalah Pulau Rinca, pulau yang saya datangi tahun lalu. Kamu bisa tonton video saya jumpa komodo di Pulau Rinca di channel saya berikut ini (klik) --> Berjumpa 13 Komodo di Sarangnya.


Banyak teman dekat ingin pergi melihat Komodo di Taman Nasional Komodo. Pertanyaan yang paling sering diajukan ke saya adalah "Perlu berapa lama agar puas menjelajah Taman Nasional Komodo?"


Kadar kepuasan tiap orang berbeda. Jika sekadar jumpa komodo, seharian saja cukup. Buat saya yang amat penakut pada reptil, 10 menit bertemu komodo rasanya seperti setahun! Bukanlah hal menarik berlama-lama di sarang komodo. Lain halnya jika memang ingin lama-lama mengamati perilaku komodo, memotret atau membuat video komod sejak pagi sampai ketemu pagi lagi, setidaknya seminggu baru puas. 


Waktu ideal keliling kawasan Taman Nasional Komodo minimal 3 hari. Dalam waktu 3 hari 2 malam, wisatawan sudah bisa mencicipi berlayar di Taman Nasional Komodo. Naik kapal keliling dari satu pulau ke pulau lain, menjelajah daratan, bermain di pantai, dan melakukan kegiatan berenang, snorkeling, dan diving di spot-spot pilihan.


Di Labuan Bajo ada banyak penjual paket wisata Sail Komodo. Kamu tinggal pilih sreg dengan penjual yang mana. Kalau saya, tahun lalu pilih pakai Gamanesia Holiday (IG @gamanesia.id). Jasa tour Labuan Bajo satu ini sudah saya kenal dengan baik, saya pun sudah merasakan bagaimana pelayanan baik mereka terhadap tamu.


Berapa lama waktu yang harus diluangkan jika ingin sail komodo? Untuk seorang karyawan, setidaknya perlu cuti 5 hari. Hari pertama berangkat ke Labuan Bajo, lalu menginap dulu 1 malam sebelum berangkat sail di hari ke-2. Buat yang ingin menginap dengan gaya mewah bisa pesan room di AYANA Komodo Resort, atau yang agak sederhana tapi nyaman dan berpemandangan mewah bisa di Escape Bajo. Tinggal pilih sesuai selera dan isi kantong. Kalau nggak mau repot urusan hotel, serahkan saja pada tour operator yang kita pakai.


Hari kedua sampai ke empat mulai sail. Setelah sail menginap lagi 1 malam sebelum kembali ke kota asal. Bisa saja hanya 3 hari tanpa menginap dulu di Labuan Bajo, langsung sail, tapi pastikan dapat penerbangan paling pagi untuk berangkat dan penerbangan paling malam untuk pulang.


Dengan berlayar ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi dan banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan. Untuk tahu aktivitas apa saja yang bisa dilakukan saat sail komodo di Labuan Bajo, silakan baca di artikel saya berikut ini: Sail Komodo 3D2n Labuan Bajo 
cara keliling taman nasional komodo
Keliling Taman Nasional Komodo Naik Kapal Semi Phinisi Lamburajo

Berlayar di Taman Nasional Komodo Itu Istimewa

Bagi saya, Sail komodo punya cita rasa tersendiri yang berbeda dengan petualangan di tempat wisata lainnya. Sesedikit pengalaman saya pernah keliling Indonesia untuk berwisata, belum pernah terjadi saya berlayar seperti di Labuan Bajo. 


Sail komodo bukan semata tentang menaklukkan rasa takut bertemu langsung dengan komodo mematikan, tapi juga aktivitas berlayar yang sangat mengesankan. Sebuah kesenangan berisiko, namun jadi pengalaman berharga, bahkan bagi seorang turis yang dianggap manja dan alay.


Dulu pernah keliling Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, menjelajah pulau-pulau pakai kapal, tapi bukan menginap di kapal, melainkan di cottage di Pulau Derawan dan di home stay di Desa Bohe Silian di Pulau Maratua. 

Naik kapal serupa yang saya naiki di Labuan Bajo mungkin bisa di mana saja, malah tidak akan ada apa-apanya bila dibanding naik kapal pesiar mewah. Tapi, berlayar di Taman Nasional Komodo tidak akan ada dua di tempat lain. Karena itu trip Komodo akan lebih afdol bila dengan sail. 


Wisatawan di Labuan Bajo bisa saja pergi ke Pulau Rinca, atau ke Pulau Komodo tanpa harus menginap di kapal. Hanya datang dan pergi ke Labuan Bajo lagi. Tapi bagi saya rasanya sungguh tak akan semengesankan bila bermalam beberapa hari di dalam kapal.
Di sini kami bermalam, di sebuah teluk dekat Pulau Rinca


Komodo Masuk Kapal 

Perjumpaan saya dengan komodo terjadi di Pulau Rinca, pulau tak berpenduduk dan dikenal sebagai sarangnya komodo. Pulau lain tempat untuk berjumpa komodo yaitu Pulau Komodo. Di sana ada perkampungan, kita bisa berinteraksi dengan warga lokal, bahkan menumpang bermalam.


Saya akan memulai cerita ini pada suatu sore, di hari Sabtu (16/3/2019). Setelah menyaksikan ribuan kelelewar terbang di bawah langit petang yang kelabu, kapal kami bergerak mendekati Pulau Rinca. Namun, kapal tidak bersandar di dermaga, tetap di perairan, pada sebuah teluk. Di sanalah kami akan bermalam. 

Berada di perairan Pulau Rinca membuat saya teringat ucapan Pak Deddy guide tentang komodo bisa berenang. Bagaimana jika komodo itu menyeberang masuk kapal saat kami sedang tidur? Saya agak cemas, tapi karena tak ingin berpikir yang tidak-tidak, saya bergegas menyibukkan diri dengan bergegas mandi, makan, dan kemudian pergi tidur. Tapi tetap saja, letih badan membuat benak kembali dipenuhi bayangan komodo berenang mendekati kapal, naik dari pinggiran dek terbawah dekat deretan kamar tidur, membuat heboh. Alangkah ngerinya jika itu benar-benar terjadi. 

Malam itu, setelah Katharina (teman satu kamar) naik ke ranjangnya, pintu kamar saya tutup rapat-rapat. Saya pastikan kunci terpasang kuat. Setelah beberapa saat mata sulit terpejam, akhirnya saya bisa tidur. Buaian ombak yang membuat badan kapal sesekali bergoyang pelan, sepertinya telah membantu membawa saya pergi ke alam mimpi. Apa yang dikhawatirkan tentang komodo tak terjadi, dan saya dengar hal itu memang tak pernah terjadi.

Keesokan pagi, saat alam raya mulai benderang, saya bisa lihat betapa dekatnya kapal kami dengan Pulau Rinca. Dengan jarak sedekat itu, maka dekat pula kami dengan komodo liar, bukan? Saya kembali bergidik.
Kapal di belakang adalah kapal kami, hanya beberapa ratus meter saja dari dermaga Pulau Rinca

Merasa Cinta di Dermaga Pulau Rinca

Terbangun di hari Minggu pagi (17/3/2019), saya mendapati suasana yang begitu tenang. Tak ada berisik deru angin. Tak ada ribut suara burung. Tak ada ombak yang mengayun badan kapal. Apakah pagi di tempat ini selalu setenang ini? 

Di bawah matahari yang mulai berbagi kehangatan, di bawah langit biru yang memayungi lautan, saya terpaku di anjungan kapal selama hampir 30 menitan, menikmati keelokan alam. Sebuah pagi di tempat tak biasa, yang tidak tiap hari bisa saya jumpai. Rasanya saya ingin mematung di sana berlama-lama. Namun, mandi dan sarapan harus disegerakan. Komodo di Pulau Rinca sudah menunggu untuk dijumpai. Setelah makan dan dandan, sekoci berkapasitas terbatas meluncur cepat meninggalkan kapal, membawa kami menyeberang bergantian.

Hanya perlu waktu kurang dari 6 menit bagi sekoci untuk merapat di jetty. Suasana dermaga tampak masih sepi. Sepertinya, kami jadi pengunjung pertama. Hari itu, memang tak ada kapal lain selain kami yang bermalam di perairan Pulau Rinca. Wajar jika bisa datang paling awal.


Kami tak diburu-buru meninggalkan jetty. Ada waktu untuk sesaat menikmati keelokan pagi dari dermaga. Saya ter-wow-wow, antara norak dan takjub dengan panorama alam yang yang tersaji indah ke mana pun mata memandang. Hanya ada laut tenang dan daratan sunyi yang diselimuti kedamaian. Masihkah saya di bumi?


Bukankah tempat seperti ini terlalu romantis jika dilewatkan tanpa bercumbu? 


Bercumbu dengan pancaran sinar sang mentari, dengan sapuan angin yang menghembuskan kesegaran laut, dengan pemandangan yang tersaji nun jauh di horison, dengan panorama barisan bukit yang hanya dihuni oleh hewan dan tumbuhan, dengan laut yang sedang bermusuhan dengan gelombang, dengan udara bersih yang menyegarkan paru-paru, dengan segala hal yang membuat hati merasa cinta.


Seringkali kurasakan, tempat sedamai dan sesehat ini seumpama obat, mampu membunuh segala gundah dan resah, menikam rasa kecewa dan sedih, dan meringankan segala beban yang menggelayuti pundak. Mengibaratkan keindahan sebagai obat, meskipun jiwa raga sedang tidak sakit, adalah cara mudah merawat sehat...
Pemandangan pagi dari jembatan dermaga Pulau Rinca

Para Ranger di Dermaga

Di dermaga sudah ada beberapa pria pemandu (ranger) yang telah siap untuk diajak menemani trekking keliling Pulau Rinca. Untuk jumlah kami bertiga belas, kami mendapatkan dua ranger


Setiap ranger ada biaya. Saya tidak tahu berapa biaya ranger kami saat itu, karena segala urusan pembayaran sudah diurus oleh Gamanesia. Kami tinggal masuk dan jalan saja. Saya juga tidak tergerak untuk mencari tahu dengan bertanya langsung ke ranger


Jadi, untuk melengkapi tulisan ini, saya mencari tahu di internet, dan inilah biaya masuk Taman Nasional Komodo yang berlaku pada tahun 2019:


- Karcis Masuk Taman Nasional Komodo Rp 5000 / orang

- Jasa Pemandu Rp 80.000 / grup (5 orang)
- Snorkeling Rp 15.000 / orang
- Kegiatan Pengamatan Hidupan Liar Rp 10.000 / orang 
- Kegiatan Wisata Alam Penelusuran Hutan (trekking) Rp 5000 / orang
- Karcis masuk kendaraan air (kapal) 100-500PK Rp 150.000 / hari
- Tiket TN Komodo & Retribusi Daerah (excl. diving) Rp 265.000 / orang (wisatawan Nusantara) dan Rp 460.000 / orang weekdays (wisatawan mancanegara)

Sumber informasi harga tiket (klik) --> Tiket Masuk Taman Nasional Komodo 

Para ranger sudah menunggu di sini

Komodo Mengincar Wanita Haid. Benarkah?

Setelah mendapatkan ranger, kami berangkat jalan kaki menuju kantor TNK yang berjarak kurang lebih 100 meter dari dermaga. Tadinya, sebelum perjalanan dimulai, saya berharap ranger memberi petunjuk keselamatan tentang bagaimana bila terjadi sesuatu saat bertemu komodo di tengah jalan. Sekilas pun tak apa. Tapi ternyata semua informasi akan diberikan kemudian, di kantor TNK.


Saya jadi agak gentar. Meski diberitahu dalam 100 meter itu keadaan aman, namun siapa yang bisa menjamin tak akan ada komodo liar tiba-tiba datang dan lewat? Bukankah jalan menuju kantor aksesnya terbuka ke arah manapun?


Ketakutan terbesar saya berasal dari kondisi sedang haid. Bukan hal baru bagi saya mendengar wanita haid dapat ancaman komodo. Sebelum ke TNK, pernah ada dua cerita yang saya dengar soal kejadian wanita haid dibuntuti komodo. 


Pertama, cerita wanita haid masuk toilet. Di luar pintu, seekor komodo sudah menunggu. Cerita kedua, ada turis wanita Jepang mendadak haid di lokasi, darahnya menodai celana dan berceceran. Seekor komodo terus menerus mengikutinya, bahkan hingga si wanita dipaksa kembali masuk kapal, si komodo juga membuntuti hingga ke kapal. Cerita horor itu sangat menghantui dan saya semakin dihantui ketika sudah berada di Pulau Rinca.


Saya memberitahu ulang Pak Deddy mengenai keadaan saya sedang haid, dan memintanya jangan membuat jarak. Pak Deddy mengerti, ia menenangkan saya. Katanya jangan khawatir, ikuti saja dia dan ranger, dan "jangan bikin ulah". 


Salah seorang teman jalan cerita, kalau tak salah ingat Ve, saat itu dia seharusnya sedang haid. Tapi, karena mau berjumpa komodo, dia menunda haidnya dengan minum obat penunda haid. Saya pikir, cara ini boleh juga dicoba demi keamanan diri.


Dengan tidak adanya sekilas info cara menyelamatkan diri dari komodo, yang seharusnya langsung diberikan diawal sejak dari dermaga, menjadi alasan kenapa saya was-was. Lain waktu, jika kamu ke sini, tidak usah menunggu ranger bicara soal keselamatan, langsung saja tanyakan. Atau, bekali saja diri sendiri dengan informasi yang bisa dicari diinternet tentang bagaimana seharusnya ketika mulai memasuki Pulau Rinca. Tidak usah menunggu sampai briefing di kantor.
Jalan yang menghubungkan dermaga dengan lokasi kantor dan rumah penjaga TNK di Pulau Rinca






Jalan Setapak Menuju Komodo

Di Pulau Padar, pengunjung dapat berjalan kaki di atas jalan setapak berbatu yang tebal, rapi, dan cukup nyaman. Di Pulau Rinca, jalan setapak yang kami lewati berupa tanah mengandung lumpur dan pasir. 


Permukaan jalan setapak tidak mulus, beberapa agak basah dan licin, beberapa lainnya berlubang berisi genangan air. Tanah basah mengandung pasir dan lumpur itu mudah menempel di sepatu, susah dibersihkan. Jalan di sini cocoknya pakai boot yang kuat tapi ringan dan bisa menutup kaki sampai betis. Selain agar tidak basah, juga menjaga kaki aman dari goresan semak dan alang-alang saat trekking sampai jauh ke perbukitan.


Kami berjalan beriringan, mengikuti jalan yang berkelok. Bukit di sebelah kiri jalan, menyerupai dinding alam yang menampakkan tanah tebal bercorak coklat kehitaman. Tak ada pohon tinggi dan rindang, hanya mangrove saja di sebelah kanan jalan. Setahu saya, kadal, biawak, ular, sangat suka tinggal di hutan bakau. Tentu saja, komodo juga ada di sana. Perjalanan pendek itu terasa jadi menyeramkan. Mata saya jadi liar memandang, penuh rasa was-was. 


Sejumlah papan petunjuk dan peringatan untuk para wisatawan terpasang di beberapa tempat di sisi jalan. Bisa dibaca sebagai pengganti ketiadaan penjelasan dari ranger. Beberapa tempat sampah juga bisa ditemui di jalur yang dilewati. Kalau punya sampah, tinggal taruh di situ. Kalau punya mantan, juga bisa dibuang di situ he he.


Di sisi jalan setapak terdapat beberapa lampu jalan, bertiang pendek. Lampu-lampu itu pasti berguna ketika lewat di malam hari. Saya sih nggak kepikiran jalan di sana pada malam hari ya. Jalan siang hari saja banyak seramnya.


Kurang lebih 50 meter setelah belokan bukit, kami sampai di sebuah gerbang yang di sisi kiri dan kanannya terdapat patung komodo dalam posisi tegak. Pada bagian atas gerbang terpampang banner bertuliskan "Welcome to Loh Buaya, Komodo National Park". Seandainya tulisan itu dibuat di atas material permanen bernuansa alam, tentu akan matching dengan keadaan sekitar.  


Jalan setapak tanah berakhir di gerbang itu, selanjutnya semen yang kasar. Sayangnya, jalan semen itu hanya beberapa meter saja. Selebihnya tanah lagi. Nanggung sekali fasilitas jalan kaki di tempat ini. Kalau tidak bisa buat bagus, mending tidak buat sama sekali. Biar semua orang jalannya di tanah saja sejak awal sampai akhir.



Hei, ada komodo!


Seseorang berteriak. Saya kaget, seketika deg-degan. Padahal, posisi komodo yang dimaksud tidak terlalu dekat. Jaraknya kira-kira 50 meter dari tempat kami berdiri. Saya langsung bergerak ingin merapat ke Pak Deddy, tapi Pak Deddy malah menjauh, mendekati komodo. Saya lihat tangannya dalam posisi siap memotret, menjadikan kami sebagai latar belakang komodo. Tak ada Pak Deddy, saya beralih mendekati mas ranger, cari aman.


Perjumpaan dengan komodo pertama terjadi tak berapa lama setelah kami melewati gerbang bertuliskan Selamat Datang. Agak tidak menyangka akan semudah itu bertemu komodo. Saya kira harus trekking sampai jauh baru bisa jumpa. 


Setelah melihat langsung, saya bisa menggambarkan bentuk komodo. Badan komodo persis seperti biawak, tapi berukuran raksasa, dan mematikan. 


Kata ranger, komodo yang muncul di sekitar gerbang biasanya keluar untuk berjemur, dan tentu saja sambil mencari makan. Kami tidak perlu terlalu khawatir karena komodo yang berada dekat kantor tidak seliar dan seganas yang berada di hutan dan perbukitan. 


Anggapan saya bahwa komodo ada di mana-mana itu benar. Bisa saja dalam 100 meter pertama perjalanan menuju kantor TNK, ada komodo berdiam dalam bakau, di balik batang dan akar-akar yang menyembul. Kata "aman" yang diucapkan ranger jangan dipercaya sepenuhnya. Kita harus tetap waspada dari segala kemungkinan yang terjadi.
Dipotret oleh Pak Deddy, pakai kameraku
Ini tampak depan si komodo
Dan itu Pak Deddy 😃


Kantor Taman Nasional Komodo

Setelah bertakjub ria jumpa komodo pertama, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kantor TNK yang berjarak kurang lebih 50 meter dari gerbang. Di kanan jalan terhampar tanah lapang berselimut rumput hijau yang tebal. Sementara di belakangnya, bukit-bukit hijau berjajar sambung menyambung hingga jauh, tempat di mana komodo tinggal bersama kawanannya. Di sanalah kami akan trekking. Memandang bebukitan itu, saya disergap kengerian. Nyali saya ciut lagi.


Ranger kami dua orang. Di tangan kedua ranger tergenggam tongkat kayu denganujung bercabang berbentuk huruf V. Tongkat itu jadi senjata andalan untuk menghadapi komodo bila terjadi penyerangan terhadap wisatawan. Menurut cerita, bentuk V pada ujung tongkat punya sejarah sendiri. Sayangnya saya tidak mengorek lebih dalam. Hanya sempat heran, kenapa komodo begitu takut pada cabang kayu tersebut. 


Kami sampai di area kantor TNK. Ada beberapa bangunan kayu berbentuk panggung dengan tiang yang pendek, berdiri di beberapa tempat, berdekatan. Bangunan pertama merupakan kantor, biasa disebut balai. Di depannya, terpancang tiang tinggi dengan bendera merah putih yang tak henti berkibar. 


Di depan bangunan kantor terdapat papan nama bertuliskan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Balai Taman Nasional Komodo, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Komodo Wilayah 1 Pulau Rinca, dan Resor Loh Buaya. 


Selain balai, terdapat juga bangunan kafe, rumah tinggal (mess) karyawan, dapur, dan toilet umum. Kami diajak berkumpul di luar kantor, di bawah pohon besar yang tumbuh dekat kafe. Di sanalah ranger mulai memberi arahan kepada kami. 


Larangan Bertemu Komodo

Ranger utama bicara sangat banyak perihal aturan selama trekking. Dengan wajah sangat serius, suara tegas terdengar dingin, seolah hendak mengatakan bahwa ini bukan trekking main-main. Ia punya tanggung jawab besar terhadap keselamatan 2 jenis mahluk hidup, manusia dan komodo. 

Menurut mas ranger, dulu pernah ada turis asing yang cuek bebek mendekati komodo dari jarak sangat dekat. Karena sudah keluar batas aman, si ranger memperingatkan dengan keras. Tapi si bule tidak peduli, ranger jadi marah. Nah, kemarahan ranger rupanya bikin si turis kesal, ranger dianggap kasar pengunjung. Bahkan, si turis komplen lewat artikel, isinya mengesankan ranger TNK itu tidak sopan dan kurang ajar. Berita tersebut sampai ke TNK, ranger yang dimaksud diberi sanksi, dicopot dari pekerjaan. 

Kalau sudah begini yang kasihan rangernya. Padahal mereka juga serba salah. Sebetulnya apa susahnya ya patuh pada aturan. Toh semua demi keselamatan nyawa kita juga. Nggak mungkin ada ranger yang mau lihat wisatawannya mati digigit komodo. Kalau tiba-tiba galak, pasti karena kitanya ngeyel.

Segala macam aturan tentang apa yang dibolehkan dan dilarang, semua disampaikan. Tidak sembarang memberi makan komodo. Tidak terlalu dekat. Tidak memisahkan diri dari rombongan. Tidak mengayunkan tongkat/kayu/tongsis atau apapun berbentuk batangan yang dapat membuat komodo jadi merasa terancam. Tidak membuat gerakan tiba-tiba seperti berlari cepat, melompat tiba-tiba, dan semacamnya, sebab memancing komodo jadi mendekat. Tidak mengeluarkan suara-suara keras, berteriak atau memukul-mukul sesuatu. 

Pokoknya, semua hal yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi si komodo, sangat dilarang. Jika sampai terjadi dikejar komodo, harus lari zig zag, sebab komodo bisanya lari lurus. Intinya, selama berada di kawasan TNK harus tenang, santai, tetap jaga jarak, dan selalu waspada. 


Kita takut komodo, komodo juga takut sama manusia. Sama-sama merasa terancam dan tidak mau diganggu. Bedanya, kalau salah satu panik dan terjadi gelut, komodo lebih kuat dan mematikan. 
Briefing di sini
Bersih enak dilihat

Berfoto dengan Komodo 

Penjelasan panjang lebar dari ranger mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama trekking, memberi saya bekal yang cukup untuk jadi percaya diri dan bernyali. Setidaknya saya sudah tahu apa yang bisa saya lakukan bila terjadi sesuatu. 


Perjalanan dimulai, kami melewati rumah inap, kemudian dapur. Dan, di sinilah komodo-komodo bermunculan, entah dari mana. Ketakutan itu kembali datang kawan....


Awalnya satu, lalu dua, tiga, dan seterusnya. Mereka bergerak lambat sambil menjauh. Mungkinkah terganggu oleh kedatangan kami? Komodo-komodo itu tidak seagresif yang saya kira. Tidak mendekat, apalagi menampakan sikap hendak menyerang. Mungkin mereka kenyang? 😃


Seekor komodo berbadan besar dengan panjang 3 meter muncul dari arah kanan jalan setapak. Ia bergerak maju ke arah dapur. Ranger memberi isyarat agar kami mengikuti si komodo. Apa yang akan kami lakukan?


Komodo itu berhenti. Kepalanya terangkat, bergerak tengok kiri dan kanan, seolah mengawasi sekeliling. Saya deg-degan takut. Melihatnya diam malah bikin ciut, saya sampai mundur beberapa langkah. 


Ranger dan Pak Deddy menyuruh kami berdiri di belakang komodo, sambil jaga jarak. Seakan mengerti, komodo itu diam di tempat, membiarkan kami berfoto. Sungguh momen ajaib, berfoto dengan komodo di sarang komodo, sebuah kejadian langka dalam hidup saya.


Setelah berfoto bersama, selanjutnya foto sendiri-sendiri bersama komodo, bergantian. Sebuah foto yang kemudian saya bangga-banggakan pada keluarga di rumah. Saya bilang ke anak, "ini lho ibumu yang sangat penakut sama reptil akhirnya berhasil foto sama komodo"


Sesungguhnya, saya sedang membunuh rasa takut dengan melakukan apa yang saya takutkan.  
Panjang 3 meter
Model utama dan figurannya

Rombongan Komodo di Bawah Dapur

Di antara rasa senang, terdapat rasa cemas yang tak mau pergi. Sesekali bernyali, selebihnya berada dalam ketegangan yang tak kunjung berakhir kecuali telah pergi dari Pulau Rinca. 


Puncak ketegangan terjadi ketika saya melihat rombongan komodo berkumpul dekat dapur. Mereka tampak sangat beringas, ribut berebut makanan yang dilempar oleh mas-mas di dapur. Gerakan gesit, lidah menjulur, mata berapi-api, dan mulut yang melahap habis daging merah yang dilemparkan, memenuhi pandangan mata. Saya bergidik.

Ular kecil saja bikin saya ngeri, apalagi komodo. 

Sebetulnya, kata ranger, orang dapur tidak boleh memberi makan komodo seperti itu. Apa yang terjadi saat itu, memberi makanan, sangat jarang dilakukan. Mungkin, agar ada pertunjukkan yang bisa kami lihat, makanya dilakukan. Komodo pada umumnya jarang makan, jadwalnya malah bisa satu bulan sekali. Tapi sekali makan jumlahnya banyak. 

Di Pulau Rinca komodo bisa makan apa saja yang dijumpai, misal kerbau, rusa, bahkan kera. Bagian paling mematikan dari komodo adalah air liurnya. Bila terkena, harus segera mendapatkan penangan cepat. Dulu, korban gigitan komodo harus dibawa ke RS di Bali dan Singapore. Namun kini, obat racun komodo sudah tersedia di RS Siloam di Labuan Bajo. Informasi mengenai hal ini saya dengar dari ranger dan guide.

Saya berharap tidak ada satu pun wisatawan atau pun petugas TNK yang kena gigit komodo. Meskipun ada obatnya, lebih baik tidak sama sekali. Bila digigit di Pulau Rinca, perjalanan kembali ke Labuan Bajo tidak bisa cepat. Harus naik kapal dengan waktu kurang lebih 1 jam. Itu pun bila di laut sedang tenang, tidak ada badai, hujan, atau pun angin kencang. Bila ada helikopter ambulan, bisa lebih cepat sampai. Semoga nanti ada. 
Sosok mematikan
Ramai komodo di dapur

Telur Komodo

Setelah melihat banyak komodo di dapur, saya mulai ragu untuk meneruskan perjalanan ke hutan maupun ke bukit-bukit untuk mencari penampakan komodo liar di alam bebas. Jika di sekitar kantor saja sudah sebanyak itu, apalagi di hutan? Saya sungguh tidak siap jika terjadi apa-apa, apalagi harus lari menghindari kejaran komodo.


Namun, semua orang bersemangat dan punya keberanian. Haruskah saya tinggal dan menunggu saja di kafe, tidak ikut trekking? Setelah dipikir-pikir, rasanya sayang sudah jauh-jauh ke Pulau Rinca tak ikut menjelajah. Akhirnya saya beranikan diri untuk tetap ikut. Mas ranger dan pak Deddy guide saya tempel terus. Saya berusaha mencari aman dengan berada dekat mereka.

Di dalam hutan, belum begitu jauh sejak meninggalkan area dapur, kami diperlihatkan tempat telur komodo disimpan. Di bawah pohon-pohon, komodo menggali beberapa lubang. Telur hanya disimpan di salah satu lubang saja, lubang lainnya semacam buat pengalih perhatian supaya telur tidak dicuri hewan lain, seperti babi.

Masa pengeraman telur komodo 9 bulan, sama seperti usia kandungan anak manusia. Setelah sembilan bulan telur tersebut akan menetas dengan sendirinya. Biasanya bayi komodo baru menetas langsung pergi naik pohon, menghindari induknya atau komodo lain yang akan memangsanya. Bayi komodo akan tetap tinggal di pohon sampai berusia 3 tahun. Selama di pohon, bayi komodo makan reptil kecil seperti tokek, kadal, ular, dan burung.

Kadang pernah bayi komodo meloncat dari pohon, hinggap di badan orang yang sedang lewat. Nah, bayi komodo di bawah usia 3 tahun tidak berbahaya bila menggigit. Racun air liurnya belum ada. Setelah berusia 3 tahun anak komodo sudah berani tinggal di bawah. Karena badannya sudah besar dan sudah tidak lagi menjadi incaran komodo dewasa.

Komodo dewasa bisa memanjat pohon selama batangnya bisa dipeluk. Itu kenapa komodo kecil di pohon biasanya naik ke dahan paling tinggi dan kecil, supaya tidak bisa dicapai oleh komodo dewasa. 

Banyak pengetahuan yang saya dapat dari ranger ketika kami berada di tempat pengeraman telur komodo. Gambar tempat telur komodo di bawah ini:
Tempat penyimpanan telur komodo


Hujan Deras Gagal Trekking

Kami semakin masuk ke dalam hutan. Pada sebuah jembatan kayu yang di bawahnya ada semacam parit besar yang biasanya digenai oleh air yang mengalir, ranger mengajak berhenti. Ia melanjutkan cerita mengenai kehidupan komodo. Di parit itu, saat sedang berisi banyak air, biasanya komodo datang untuk berendam. Seperti halnya kerbau, mampir mandi dan minum, lalu pergi lagi.

Ketika sedang berada di jembatan tiba-tiba turun hujan. Mulanya gerimis, lalu makin lama makin deras. Saat itulah diputuskan untuk menghentikan perjalanan, kami diajak kembali ke kantor. Semua setuju. Saya bergegas memakai mantel hujan plastik. Lalu lari tunggang langgang bersama yang lain. 

Kami masih berharap hujan berhenti supaya bisa lanjut trekking, tapi tak ada tanda-tanda hujan akan reda, malah makin deras. Udara kian dingin, kaki basah, yang terpikir adalah minum teh hangat dan indomie pedas. Tak ada cara lain untuk mengatasi hal itu selain pergi ke kafe. Dengan berlarian di bawah hujan, akhirnya bisa duduk manis di kafe, bersama pengunjung lain. Mau tak mau cuma di kafe inilah kami bisa menghabiskan waktu kunjung, menunggu hujan reda dengan menikmati mie instan dan minum teh.

Meskipun tidak jadi trekking, kami tidak mengeluh. Mungkin, karena sudah jumpa 13 komodo di dapur dan di sekitar kantor, sudah cukup puas. Saya sendiri merasa lebih senang tidak jadi trekking. Karena jujur saja, nyali saya tidak cukup besar bila benar-benar sampai jumpa komodo di hutan sunyi, atau bukit yang sepi.

Saat makan indomie, komodo pun masih terlihat melintas di lapangan, di bawah hujan deras. Langka terjadi, menikmati semangkuk indomie sambil menonton komodo main hujan hehe. 
Kafe Komodo
Makan indomie di Kafe Komodo, ditemani komodo :D
Komodo di bawah hujan

Souvenir Komodo di Kafe Komodo
Pesan Ranger Komodo

Pada akhirnya hujan reda, tetapi waktu kami terbatas, tak bisa lagi melanjutkan trekking. Jika dilanjutkan, jadwal akan berantakan, sebab hari itu adalah hari terakhir trip Komodo, dan rombongan harus kembali ke Jakarta sesuai jadwal.


Komodo dekat kafe jadi komodo terakhir yang saya lihat di Pulau Rinca. Apakah saya puas? Untuk pengalaman bertemu komodo, jelas saya sangat puas. Total ada 13 komodo yang saya jumpai di pulau ini. Saya sudah melihat wujudnya secara langsung, melihat perilakunya, mendengar suaranya, dan sempat berfoto dengan pose sejuta umat.

Ketidakpuasan mungkin ada pada keinginan untuk menjelajah. Ya, walaupun saya hanyalah penjelajah amatiran, tetap saja yang namanya masuk lebih jauh ke hutan, pergi lebih lama menerjang semak dan ilalang di perbukitan, merasakan ketegangan jumpa komodo di alam liar, adalah kesenangan yang sudah lama jadi dambaan.

Namun, sekali lagi, kita harus lihat-lihat kondisi alam. Cuaca sedang tidak bersahabat, tentunya ada resiko yang harus dihadapi bila diteruskan. Jadi, batal trekking, lalu pulang, adalah pilihan terbaik. Batal trekking bisa jadi suatu tanda, bahwa suatu hari saya harus datang lagi untuk Sail Komodo. Dan saya tak mau sendiri bila ke Taman Nasional Komodo lagi. Saya mau ajak suami dan kedua anak saya. Supaya mereka pun bisa melihat langsung  "serpihan surga" yang jatuh di Nusa Tenggara Timur.

Ranger di dermaga berpesan, "setidaknya sekali seumur hidupmu, pergi sail Komodo. Datang ke Pulau Rinca, bertemu komodo di sarangnya."

Tentu saja, pesan paling menariknya adalah lindungi komodo dengan menjaga kelestarian alam yang menjadi habitatnya. Jangan sampai, hewan purba yang masih tersisa di dunia ini menjadi tinggal nama.
Sampai jumpa lagi Pulau Rinca!



Live on Board Komodo 3D2N, Pengalaman Seru Naik Kapal Semi Phinisi Lamborajo

Live on Board Komodo - Teman traveler yang pernah trip ke Pulau Komodo pernah berkata kepada saya: “Kamu harus ke Pulau Komodo, Rien. Minimal satu kali seumur hidup. Masih di Indonesia kok, dekat, nggak mahal.”  Ok, bulan Maret tahun 2019 lalu saya sudah ke sana. Saya akui trip Pulau Komodo memang istimewa. Bahkan, berbeda dari trip ke destinasi lainnya. Keindahan alam yang tiada dua, baik di darat maupun lautnya, serta beragam aktivitas super menarik yang bisa dilakukan, membuat Trip Pulau Komodo memang layak memuncaki bucket list liburan saya di Indonesia.
Live on board Komodo 3D2N - KLM Lamborajo
Live on board Komodo 3D2N - KLM Lamborajo

Bagi saya, trip Pulau Komodo adalah trip sarat petualangan. Butuh kekuatan, keberanian, dan ketangguhan untuk menjalaninya. Live on board selama 3 hari 2 malam mengelilingi Taman Nasional Komodo jadi pengalaman paling membekas yang akan saya ceritakan dari trip ini. 

Perencanaan Perjalanan 

Saya ingin trip Pulau Komodo berjalan dengan sempurna. Karena itu saya membuat persiapan matang sejak jauh hari.

Perencanaan trip Pulau Komodo tidak saya lakukan secara mandiri melainkan oleh Gamanesia Holiday. Mulai dari tiket pergi sampai pulang, akomodasi selama di Labuan Bajo, pencarian informasi seputar Labuan Bajo dan Pulau Komodo, hingga kapal untuk sailing keliling Pulau Komodo dan gugusan pulau lainnya. Saya hanya mengurus keperluan pribadi saja.

Persiapan paling penting dari tiap perjalanan berlibur adalah uang, waktu luang, kesehatan prima, dan tentunya niat yang kuat serta hati yang bahagia. Ketika saya memiliki niat untuk jelajah Pulau Komodo, otomatis uang, waktu luang, dan kesehatan saya usahakan. Hati yang bahagia? Itu pasti.

Tanpa niat yang kuat, sehebat apapun destinasi, liburan tidak akan pernah jadi menyenangkan, hanya rasa lelah yang didapat. Trip Pulau Komodo bukan trip leyeh-leyeh manja yang cuma duduk santai di kapal, melainkan trip yang kental dengan petualangan. Ada kegiatan berenang, snorkeling, dan trekking yang memerlukan kekuatan fisik. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani sebelum dan selama pergi sangat penting agar perjalanan jadi lebih nyaman dan menyenangkan. 
Live on board Komodo 3D2N - KLM Lamborajo

Sehat Selama Trip Itu Penting

Itinerary Trip Pulau Komodo berikut ini menunjukkan banyak tempat yang kami datangi, dan banyak pula kegiatan tak santai yang dilakukan. Semua jadi alasan mengapa badan harus sehat. Sebisa mungkin jangan sampai sakit, biar nggak merepotkan orang lain.
  
Day 1 - 15/3 : Start sailing trip dari Labuan Bajo-Pulau Kelor-Pulau Rinca-Pulau Kalong
Day 2 - 16/3 : Pulau Padar-Pink Beach-Taka Makasar-Gili Lawa
Day 3 - 17/3 : Gili Lawa-Pulau Kanawa-Pulau Bidadari

Total waktu trip cuma 3 hari. Faktanya, saya berada di Flores selama 6 hari. Saya memang datang lebih cepat dari peserta trip lain (13/3) dan pulang paling akhir (18/3). Buat saya seorang ibu rumah tangga, 6 hari terhitung lama meninggalkan rumah. Oke lah saya sudah diijinkan penuh oleh keluarga, jadi nggak ada beban soal waktu. Yang dikhawatirkan adalah jika selama 6 hari tersebut saya kelelahan dan jadi sakit, keluarga bakal kepikiran, bisa-bisa next trip nggak ada ijin lagi.

Selain jumlah destinasi dan aktivitas yang padat, faktor cuaca juga jadi alasan kenapa stamina harus kuat. Selama trip kemarin, cuaca sungguh tak menentu. Kadang panas terik, kadang hujan. Angin kencang dan udara dingin bikin pilek saya tambah jadi. Belum lagi jika ombak sedang tinggi, kapal berguncang dan berayun tanpa henti, perut seperti diaduk-aduk. Saya sampai pusing dan muntah-muntah. 

Trip Pulau Komodo tak hanya menuntut keberanian, tapi juga ketangguhan. Khususnya buat orang seperti saya. Kecil, mungil, mudah sakit, usia juga sudah kepala 4, beuuuh mikir banget kalau mau bertualang tuh. Jadi ya, di balik segala pesona trip Komodo yang saya perlihatkan di galeri feed IG saya, ada hal-hal yang nggak semudah kelihatannya.

Apapun itu, yang penting persiapkan saja segala sesuatunya dengan matang. Insha Allah perjalanan akan menyenangkan dan segala lelah akan terbayar lunas. 
Taman Nasional Komodo - Pulau Rinca
Taman Nasional Komodo - Pulau Rinca

Sakit Selama di Perjalanan (Kapal)

Uang, waktu luang, dan kesehatan sudah saya usahakan. Tapi apa mau dikata, 2 hari sebelum berangkat (11/3/2019) saya haid. Seperti biasa, bila haid kondisi badan jadi drop, saya sakit. Mual, mulas, muntah, sakit kepala, semua menerpa.

Mundur dari trip? Oh tentu tidak. Sakit haid cuma 1-2 hari. Saya cukup siapkan obat-obatan pengurang rasa sakit saja buat dibawa. Kenapa? Karena di kapal nggak ada apotik cyiiin, apalagi dokter! Jadi kudu bawa sendiri dan jadi dokter untuk diri sendiri. Obat yang saya bawa obat-obatan sesuai kebutuhan pribadi saja. Kalau punya maag, pastinya saya bawa Mylanta atau Promag. Selain itu saya juga bawa obat sakit perut/diare, imboost buat daya tahan tubuh, Vitamin Ester C, dan Kiranti. 

Masalah sakit saat haid kelar ketika saya masih berada di Labuan Bajo (13-14 Maret 2019). Tapi esok hari (15/3) saat kapal mulai berlayar membawa kami menjelajah perairan Taman Nasional Komodo, batuk pilek menyerang dan akhirnya saya demam. Tak mau ambil resiko jadi makin sakit, seluruh kegiatan di air seperti berenang, berendam, dan snorkeling di Pulau Kenawa terpaksa saya hindari. Kecewa? Tentu. Sudah jauh-jauh lho ke NTT masa nggak menikmati keindahan bawah lautnya? Rugi! Tapi saya sadar, jika terus memaksakan diri bisa-bisa tambah parah. Nanti malah jadi sakit sepanjang trip, bakal lebih kecewa lagi. 

Hari ke-3 -masih di Labuan Bajo- saya sudah agak baikan. Imboost habis. Obat flu tak ada. Arrrgh saya nggak terpikir untuk bawa obat flu. Syukurlah waktu di kapal dapat tambahan imboost dari Alvira dan dikasih obat flu oleh Siau Bun. Alhamdulillah 2 hari kemudian sudah baikan. Jadi bisa treking ke Pulau Padar dan pulau-pulau lainnya dengan sehat.

Sedia obat dan vitamin buat jaga-jaga

Teman Perjalanan Trip Pulau Komodo

Trip Sailing Pulau Komodo itu mahal, bila sendirian. One day tour saja 15 jutaan. Kalau 3D2N 37 jutaan! Berapa pun pesertanya - tetap sesuai kapasitas ya - biayanya sama. Harga sewa kapal jadi murah bila bepergian dengan rombongan. Misalnya dengan cara ikut open trip.

Peserta trip kami berjumlah 11 orang. Ada Celly Marcelina (owner Gamanesia), Siau Bun, Bayu Afriadi, Katarina Indrawati, Kevin, Alif, Alvira, Qorry, Rossa, dan Feibe. Mestinya ada Jeffrey dan Kohar juga. Tapi karena mendadak ada musibah, mereka buru-buru kembali ke Jakarta. Padahal sudah sampai di Labuan Bajo lho. Resiko ya. Meski Kohar sudah bayar penuh, uang trip nggak bisa kembali. Hangus.  

Saya hanya mengenal Celly dan Bayu karena pernah satu trip saat ke Nusa Penida Bali. Yang lainnya adalah teman-temannya Celly. Mereka sudah saling kenal dan pergi bareng. Tak soal tak ada yang saya kenal. Orang baru berarti tambah teman baru dan pengalaman baru. Selama di kapal saya satu kamar dengan Katarina (nama kami sama!) Muatan kamar kami harusnya bisa buat 4 orang. Tapi Celly menempatkan kami berdua saja. Katanya biar lapang. 2 bed lainnya bisa digunakan buat menaruh barang. Ok sip!

Berapa biaya trip Pulau Komodo via Gamanesia? Maret lalu 3,7 jutaan per pax. Tapi tenang, sekarang trip Pulau Komodo hanya 2,5 jutaan. Nanti di akhir tulisan akan saya jelaskan secara rinci. 

Teman perjalanan

Kapal Semi Phinisi KLM Lamborajo 

Ada banyak kapal di Labuan Bajo yang bisa disewa untuk trip Pulau Komodo. Masing-masing kapal beda kapasitas dan fasilitas. Dari yang biasa-biasa saja dengan kamar kecil cuma pakai kipas angin, sampai yang mewah pakai AC dan kamar mandi dalam kamar juga ada. Calon penyewa tinggal pilih sesuai selera, kemampuan, dan kebutuhan. 

Kapal kami bernama Lamborajo, kapal semi phinisi. Ketika pertama kali melihatnya, Lamborajo tampak begitu anggun dengan cat warna putih yang membalut hampir keseluruhan kapal. Dua tiang dengan layar hitamnya terkembang gagah menyibak angin. Kata Pak Deddy guide, pemilik KLM Lamborajo orang Riau. Di Labuan Bajo, pemilik kapal wisata memang bukan warga lokal saja, kebanyakan justru orang luar daerah. Warga setempat biasanya bekerja sebagai guide, kru kapal, dan chef. Beberapa ada yang jadi nahkoda.

Lamborajo sudah dipesan oleh Gamanesia sejak tahun 2018. Saya lupa Celly bilang sejak bulan apa, kalau tak salah ingat sejak September 2018. Kapal-kapal wisata di Labuan Bajo umumnya memang harus dipesan dari jauh-jauh hari, tidak bisa dadakan. Apalagi buat weekend. Bisa nggak kebagian.

KLM Lamborajo - Doc. Katerina
KLM Lamborajo - Doc. bajotravel.com
KLM Lamborajo - Doc. Bajotravel.com

Kapal di Labuan Bajo mahal? Itu Benar!

Saya tidak punya informasi detail mengenai Lamborajo. Kapan kapal itu dibuat, kapan pertama kali digunakan, di mana kapal dibuat, semua itu membuat saya penasaran. Saya sempat melakukan penelusuran dan menemukan Lamborajo dalam website bajorental.com. Sayangnya di sana cuma ada info penyewaan saja. Di situ disebutkan harga sewa Lamborajo Rp 37.500.000 untuk 3D2N dengan 10 destinasi. Mungkin sejumlah itu juga Gamanesia membayar untuk perjalanan kami kemarin. Mahal? Tentu, jika private trip. Misalnya, hanya saya sendirian yang berangkat #horangkaya ! Trip sailing Komodo bisa murah jika pergi dengan rombongan. Makanya, ikut open trip biar terjangkau oleh kantong 😛

Selama di Labuan Bajo saya dua kali diajak Celly ikut cek kapal. Katanya untuk keperluan trip-trip berikutnya, jika cocok. Ada 4 kapal yang sempat kami lihat sampai ke isi dalamnya. Dari sana saya jadi tahu kalau ukuran dan desain tiap kapal tidak ada yang sama. Di antara kapal-kapal itu, ada satu yang mirip Lamborajo. Sama besar dari segi ukuran, tapi punya kamar lebih banyak, dan tiap kamar pakai kamar mandi dalam.

Yang di belakang itu, kapal phinisi Adishree

Jika Lamborajo masih disebut semi phinisi, lantas seperti apa kapal phinisi? Seperti Adishree. Yup, kapal cakep satu itu memiliki body sedikit lebih besar dan panjang dari pada Lamborajo. Saya tidak tahu seperti apa isi dalamnya karena cuma lihat dari jauh, tidak mendekat apalagi masuk.

Kata Jeffrey, pemilik kapal Adishree dan Hotel Escape Bajo yang saya inapi selama 3 malam dengan Celly dkk adalah orang yang sama. Oh pantesan mentereng. 

Oh ya, teman saya travel blogger Irham Farid juga punya kapal di Labuan Bajo. Kapalnya baru, launching bulan April kemarin dengan nama Segara Liveaboard. Saya sudah lihat profil dan fasilitas kapalnya, keren banget euy! Berasa pingin tiap minggu merasakan sailing. Saya sudah informasikan ke Celly, siapa tahu kapan-kapan mau bawa tamu pakai kapal barunya Farid. Cek IG Farid di @irhamfarid

Ratusan kapal wisatawan di Labuan Bajo

Pertanyaan Tentang Kapal

Tidur di kapalnya gimana? Ada kasurnya nggak? Nyaman nggak? Makan dan mandinya gimana? Itulah sederet tanya yang menyerbu DM IG @travelerien saat saya live IG Stories dari atas kapal Lamborajo. Dulu, sewaktu belum ikut Trip Komodo, saya juga bertanya-tanya hal yang sama. Semacam penasaran ingin ikut sailing tapi diliputi rasa khawatir soal kenyamanan kapal. Wajar sih ya, namanya juga belum pernah. Nah, sekarang setelah punya pengalaman sendiri, giliran saya yang memberikan informasi. 

Begini, ketika saya berangkat dengan niat bertualang, ekspektasi saya terhadap kapal yang akan ditinggali tidak terlalu tinggi. Pikir saya, namanya bertualang, rasa kapalnya ya rasa petualang. Bukan kapal rasa turis tajir nan manja seperti Syahrini hehe. 

Sudah pada tahu kan kalau Pulau Komodo masuk 10 destinasi terbaik Asia bahkan dunia? Destinasinya lho yang mewah. Kemewahannya terletak pada objek wisata alamnya yang tiada dua. Soal kapal, bagi saya yang penting tempat tidur, makan, dan toiletnya memadai. Mewah itu kriteria spesifik. Harganya juga khusus. Kalau jadi mantunya Aburizal bakrie mah cus pesan yang super wah, nggak usah mikir susah-susah. Kalau saya? Lha bayar 3,7 jutaan saja mikir lama dan nggak jadi-jadi kecuali ada yang bayari wkwk.

Soal kenyamanan kembali ke standar masing-masing. Begitu juga dengan rasa enak pada makanan, tiap orang punya selera yang nggak sama dengan orang lain. Alhamdulillah selama di kapal saya bisa tidur nyenyak di kamar ber-AC, makan kenyang menu lengkap 3x sehari, dan bisa mandi bersih dengan air yang cukup. Sangat memadai. 

Mewah kah? Mewah untuk standar para petualang yang lebih mementingkan kegiatan wisata. Tidak mewah bila standarnya gaya liburan ala Syahrini or Nia Ramadhani hehe.

Kapal wisatawan - ukurannya lebih kecil
Kapal wisatawan - Ukurannya serupa dengan KLM Lamborajo
Kapal kami - KLM Lamborajo


Kapal Layak Berlayar

Hal paling penting dari sebuah kapal adalah kelaikan berlayar. Kapal jenis apapun syaratnya pasti sama. Begitu juga kapal wisata. Sebagai peserta trip kita nggak bisa memilih ingin naik kapal yang mana. Karena kita tinggal ikut dan berangkat. Semoga saja setiap kapal yang dipakai untuk sailing komodo adalah kapal yang baik kondisinya, sehingga aman digunakan. Namanya manusia, ada cemas dan khawatirnya. Takut bocor dan tenggelam lah, takut terbakar di laut lah, takut mogok lah, dll. 

Sebagai travel blogger, saya mencari tahu banyak hal atas apa yang saya jumpai ketika traveling. Soal kelayakan berlayar pun saya korek. Kalau ada yang bilang saya mau tahu aja, ya memang perlu tahu. Namanya juga blogger, jurnalisme warga hehe. Wajib kepo!

Pak Dedy guide kami memberi saya informasi seputar kapal. Katanya, seperti halnya mobil, kapal juga ada uji kelaikan. Pemeriksaan kapal di Labuan Bajo rutin dilakukan. Kadang bisa tiap hari, kadang seminggu 2 kali. Pemeriksaan kadang dilakukan terang-terangan, kadang diam-diam (semacam sidak). Pernah ada kapal yang kedapatan membawa penumpang melebihi kapasitas. EO nya disuruh keluar buat cari kapal tambahan. Kalau sudah begitu, resiko tambah biaya harus ditanggung. Makanya harus sama-sama taat pada aturan.
Berkeliling melewati pulau-pulau cantik yang sunyi
Pemandangan yang tak jemu untuk dinikmati dari kapal

Nahkoda, Guide, dan Chef Bersertifikat

Pak Deddy menambahkan, selain nahkoda, chef dan guide yang ikut dalam pelayaran harus memiliki sertifikat. Tanpa sertifikat mereka tidak boleh bertugas dalam pelayaran. Syarat seperti ini diberlakukan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan wisatawan. Walau memang, takdir celaka/mati ada di tangan Tuhan, sebagai manusia wajib berusaha menghindari bahaya. Tentunya, harus diiringi dengan doa juga ya biar selamat.

Chef di kapal bukan juru masak sembarangan. Ia sudah dibekali ilmu memasak yang benar, menghidangkan menu yang tepat, dan memastikan wisatawan hanya memakan makanan yang sehat dan bergizi. Kalau masaknya nggak benar, wisatawan jadi sakit, harus tanggung jawab.

Lain asal wisatawan, lain pula menu yang dihidangkan. Jika wisatawan asing, chef hanya memasak makanan sesuai dengan lidah si wisatawan. Kalau wisatawan Nusantara sih tidak ada menu khusus. Semua diseragamkan. Kalau misal ada satu atau dua peserta yang nggak cocok dengan menu yang dihidangkan, bukan chef yang disuruh ganti menu, tapi pesertanya yang nggak usah makan. Toh, menu yang dihidangkan dalam sekali makan itu bukan 1 macam, ada menu lain yang bisa dipilih. Misal nggak bisa makan ikan laut, nah ada ayam atau telur yang bisa dipilih.

Saya percaya sekali Pak Deddy adalah guide yang berpengalaman. Meski baru satu kali trip bersamanya, saya bisa menilai beliau bukan guide kemarin sore. Dari cara beliau membersamai peserta, kata-katanya, dan sikapnya, Pak Deddy handal sebagai guide trip Pulau Komodo. Saya senang sekali beliau piawai menggunakan kamera dslr EOS 70D saya. Jadi punya banyak foto bagus dipotret oleh Pak Deddy.
Senja terindah selama 3 hari di kapal

Bersantai di deck depan

Fasilitas KLM Lamborajo

Saya rasa Gamanesia Holiday tidak selalu menggunakan KLM Lamborajo di tiap tripnya. Kalau teman traveler tertarik trip Pulau Komodo via Gamanesia, semoga saja kapal yang dipakai adalah KLM Lamborajo seperti yang kami gunakan. Ok kok kapalnya.

Kapal
- Phinisi KLM Lamborajo
- 4 Cabin AC
- 2 Sharing bathroom
- 5m dinghy
- Fresh Water
- Mineral Water
- Freeflow coffee and tea as you pleased
- Meals 1x (One day Trip), Meals 5x (2 Day Trip), Meals 7x (3 Day Trip), Meals 10x (4 Day Trip)
- Life Jacket
- Snorkeling Set
- 24 Hours Electricity

Kapten kami di ruang kemudi
Deck atas di bagian belakang kapal ini jadi tempat makan dan berkumpul

Kamar Tidur AC

Kapal Lamborajo memiliki 4 kamar tidur dengan AC. 1 kamar VIP di lantai atas, dan 3 kamar standar di lantai dasar. Kamar atas bersebelahan dengan kamar awak kapal dan ruang kemudi. Terdapat 1 bed besar yang bila dipaksakan bisa untuk 4 orang. Sedangkan 3 kamar di bawah masing-masing berkapasitas 4 orang dengan bunk bed. Semua kamar memiliki jendela dengan pemandangan langsung ke luar kapal/laut.

Lampu kamar menyala 24 jam. Namun untuk penghematan bahan bakar solar, jenset lebih sering dimatikan di siang hari. Kecuali ada kebutuhan untuk mengecas baterai HP/kamera, baru dinyalakan. Di dalam kamar ada 2 colokan listrik, masing-masing ada 2 terminal. Jadi kalau misal dikamar ada 4 orang, bisa dipakai serentak.

Siang hari kalau sedang panas terik suhu kamar jadi panas. Malam hari agak sejuk tapi tetap perlu AC. Selama sailing tiada hari tanpa hujan. Tapi nggak sampai lama dan deras. Di hari terakhir hujannya serem. Lebat, lama, dan disertai angin. Seluruh bagian luar kapal basah. Air bahkan sampai masuk kamar. Masuk dari pintu yang terbuka, bahkan bocor dari lantai atas. Kena kasur, bantal dan selimut. Untunglah saat itu dalam perjalanan pulang ke Labuan Bajo. Kami sudah nggak perlu lagi tidak tidur di kapal.

Kamar di deck atas - Doc. Bajotravel

Kamar di deck bawah dengan bunk bed - Doc. Bajotravel

Kamar yang saya tempati bersama Katarina - Doc. Katerina.S

Kamar Mandi di Kapal

3 hari di kapal mandi nggak? Mandi dunk! Tiap hari bersih pokoknya. Mau keluyuran di pulau seharian main pasir or main apa aja nggak khawatir, ada kamar mandi buat bersih-bersih badan. Terdapat 2 kamar mandi di deck bawah di bagian belakang kapal. Sebelahan dengan dapur dan ruang logistik. Dua kamar mandi untuk 11 (apalagi 16 orang) orang memang tidak cukup. Kami harus bergantian. Tak apa juga sih sesekali merasakan antri mandi, biar nggak seperti suasana di rumah terus.

Kamar mandinya nggak terlalu besar, tapi dilengkapi kloset duduk, wastafel, dan gantungan handuk/baju. Mandinya pakai shower. Airnya bersih, mengalir lancar dari tanki air tawar yang ada di deck paling atas. Air baru mengalir jika jenset dihidupkan. Pernah jensetnya dimatikan, air di kloset kosong. Akibatnya pas abis BAB/BAK mau di-flush nggak bisa. Akhirnya cuma cebok, trus buru-buru ambil air di laut pakai ember. Kebetulan pintu kamar mandinya dekat dengan air laut. Mudah tinggal ambil. Bisa juga sih minta awak kapal hidupkan listrik biar klosetnya terisi air. Tapi mereka kan nggak selalu standby dekat kamar mandi. Daripada merepotkan orang, mending usaha dulu. Kalau gak bisa baru teriak 😂

Besok-besok kalau ada yang naik kapal ini lagi, pesan saja sama awak kapalnya untuk selalu sedia air cadangan pakai ember besar/drum di depan kamar mandi, buat siram-siram.

Oh ya, air di kamar mandi dibuang ke laut. Air sabun mandi dan air samphoo, semua mengalir ke laut. Ini termasuk pencemaran bukan sih? 😢Kalau misal mandi puasa pakai sabun dan samphoo pada tahan nggak ya?

Kamar mandi shower
Lorong di depan kamar mandi dan deretan kamar dengan pintu yang langsung menghadap ke laut

Makan Enak dan Kenyang

Perkara makan jangan khawatir. Terjamin dan nggak bakal kelaparan. Kami dapat makan 3 kali sehari. Menunya selalu berganti, pagi siang sore nggak ada yang sama.

Dalam satu hidangan makan ada beberapa menu, jadi kita bisa pilih kalau misal ada yang nggak cocok. Menu yang disajikan kebanyakan menu seafood. Biasanya ada saja yang nggak bisa makan  ya kan, alasannya karena alergi. Syukurlah kemarin nggak ada yang bermasalah dengan menu yang disajikan. Andai ada yang nggak bisa seafood, bisa memilih telur atau ayam untuk lauknya.

Sayur dan buah lengkap, selalu ada. Minuman hangat dan dingin tersedia. Sore hari ada suguhan snack (pisang goreng) dan minuman teh/kopi. Biasanya kami nikmati sambil bersantai menunggu sunset, atau sepulang keluyuran dari pulau-pulau.  

Chef-nya bolehlah untuk urusan makan.

Menu sarapan
Hidangan 5 macam menu dalam sekali makan
Puas makan dengan menu Seafood 
Menu makan malam

Di luar dari yang sudah disediakan oleh kapal, kita boleh banget jika mau bawa sendiri makanan/minuman buat persediaan selama di kapal. Jadi sebelum berangkat naik kapal kami belanja-belanja dulu di Labuan Bajo. Teman-teman pada belanja mie instan. Katanya enak pas malam dingin-dingin, atau sore-sore pas bersantai. Benar juga sih, siapa tahu kan malam-malam lapar, bisa numpang masak mie di dapur kapal. Akhirnya saya ikut beli 5 bungkus Indomie. Ternyata pas di kapal cuma 1 yang dimasak. Mungkin karena selama di kapal lebih sering merasa kenyang dan nggak pingin makan macam-macam lagi ya.

Menu selalu berganti
Nggak bakal kelaparan
Suasana yang bakal selalu dikangenin

Speed Boat & Life Jacket

Ada yang tanya saya soal alat keselamatan di kapal. Dia parnoan sama laut tapi penasaran ingin menjajal sailing Komodo. Ok saya ceritakan. Siapa tahu abis baca ini dia langsung cusss daftar trip Komodo nya Celly hehe

Life jacket? Ada banyak di kapal. Jumlahnya sesuai dengan jumlah keseluruhan orang yang ada di kapal. Selain sebagai alat keselamatan, life jacket juga digunakan untuk snorkeling. Life jacket bukan buat yang nggak bisa berenang saja, buat yang jago berenang juga perlu. Kalau terjadi apa-apa, emang bisa berjam-jam ngapung di laut? Nggak.

Selama 3 hari di kapal saya nggak merasa perlu pakai life jacket. Nah, hari terakhir (Minggu 17/3), mendadak cuaca jadi nyeremin. Hujan deras, angin kencang, gelombang tinggi. Kapal kami basah kuyup, air sampai masuk kamar. Kapal berayun-ayun, kepala jadi pusing, dan saya muntah-muntah. Kengerian menyelimuti, pikiran saya jadi jelek. Jika terjadi sesuatu, saya akan lari ke depan menyambar life jacket. Syukurlah itu tak terjadi. Kondisi menyeramkan akhirnya berlalu. Hujan reda, dan kami sampai di Pelabuhan Labuan Bajo dengan selamat.

Life jacket

Kapal Lamborajo dilengkapi sebuah speed boat. Ukurannya tak terlalu besar, berkapasitas 8-9 orang. Jika sedang tak digunakan biasanya diikat di bagian belakang kapal, dibawa kemana pun kami berlayar. Selama kami berlayar, kapal tak pernah bisa merapat ke dermaga karena laut tak cukup dalam untuk dilalui kapal. Speed boat berfungsi untuk mengantar kami mencapai daratan. Karena tak bisa sekali angkut, naiknya bergantian. 

Dalam kondisi aman dan normal, satu speed boat sudah cukup untuk sekedar dipakai mengantar dan menjemput ke daratan. Tapi bila terjadi kondisi darurat dan gawat, satu speed boat pasti kurang. 16 peserta trip, 1 guide, 2 awak kapal, 1 chef, 1 kapten, 2 orang kru speed boat, total ada 23 orang. Setidaknya harus ada 3 speed boat dalam 1 kapal baru aman.

Jika berlayar di musim hujan dan ombak tinggi, sedia speed boat yang cukup tentu lebih aman. Btw, saya berterima kasih pada pak kapten, ia sungguh hebat telah membawa kapal kami kembali dengan selamat ke Labuan Bajo.

Ini adalah speed boat yang kami gunakan untuk menyeberang dari kapal ke daratan/pulau-pulau

Trip Pulau Komodo Gamanesia

Sebenarnya, kita tidak perlu bingung mencari perusahan travel yang melayani trip ke Pulau Komodo. Jika kita mau meluangkan waktu berselancar di dunia maya, ada banyak jasa tour yang bisa kita temukan untuk kita pilih sebagai teman perjalanan. Tapi kadang kita kurang sreg menggunakan perusahaan travel yang belum kita kenal karena kita tidak tahu seperti apa testimoni dari orang-orang yang pernah menggunakan jasanya. Itu sebabnya kadang saya lebih suka mencari referensi dari orang-orang yang saya kenal saja. Misal dari teman yang sudah punya pengalaman pergi dengan perusahaan travel yang saya incar. Biasanya lebih jujur dan sesuai fakta.

Saya kebetulan berteman dengan sejumlah owner perusahaan travel yang memiliki banyak rekomendasi dan informasi mengenai trip yang saya tuju. Jadi tidak perlu capek-capek lagi mencari perusahaan travel terpercaya. Seperti Gamanesia.id ini, saya direkomendasi oleh Jeffry, owner Picniq Tour. Kebetulan pula, saya sudah pernah jalan bareng dengan Celly, empunya Gamanesia. Langsung deh daftar ikut trip, nggak pakai mikir.  

Bersama Gamanesia saya berkeliling pakai kapal menjelajah Taman Nasional Pulau Komodo dengan sangat menyenangkan. Dalam rentang waktu tiga hari, kapal Lamborajo membawa saya dan peserta lain hampir ke seluruh tempat yang disebut dalam itinerary. Beragam jenis aktivitas kami lakukan, seperti snorkeling, trekking, menikmati spot-spot menawan di pulau-pulau kecil, sekedar berenang dan bersantai di atas kapal.

Bagi yang ingin melakukan perjalanan ke Labuan Bajo dan merasakan sailing trip Pulau Komodo, bisa contact: Celly Marcelina HP: 085103828270 Instagram: @gamanesia.id

Trip Komodo by  Gama Holiday @Gamanesia.id
Hubungi Celly Marcelina di HP: 085103828270  untuk pemesanan trip😊

Open Trip Sailing Komodo Gamanesia.id

Berapa biaya trip sailing Komodo? Nah, ini nih yang dari kemarin ditanyakan oleh teman-teman kepada saya. Sebetulnya biaya trip sudah saya informasikan di IG, sudah pade ngeh juga. Baiklah, biar afdol saya informasikan juga di sini.

Bulan Maret lalu biaya trip Pulau Komodo Rp 3,7juta /pax. Kalau sekarang harganya udah beda jauh. Cuma Rp 2,5 juta per pax. Aiih murah ye kaaaan?! 😍

Open trip Pulau Komodo 3 hari 2 malam cuma IDR 2,5juta. Harga termasuk:
-Penjemputan dan pengantaran sesuai itinerary
-Boat Cabin AC
-Tour dan konsumsi selama trip
-Air minum, buah, teh, dan kopi di kapal
-Snack dan jus buah (evening snack)
-Snorkeling equipment (mask, snorkel, fin, dan life jacket)
-Entrance fee
-Guide lokal yang akan memandu
-Dokumentasi Photo dan Video

Tidak termasuk:
-Tiket pesawat
-Asuransi Perjalanan
-Tips untuk guide dan crew kapal

Notes:
-Daftar minimal 1 orang. Diskon spesial buat yang daftar minimal 2 orang. 
-Berangkat setiap hari Jumat - Minggu
-Meeting Point di Bandara Komodo / hotel jam 09.30 WITA
-Selesai tour di bandara Komodo jam 13:00 WITA (penerbangan diharapkan setelah jam 14:00 WITA)
-Untuk mendaftar mohon membayarkan DP 50%
-DP yang sudah dibayarkan tidak dapat dikembalikan

Padar Island

Snorkeling di Pulau Kenawa

Ribuan kalong di Pulau Kalong -  in frame Fe

Itinerary Trip Pulau Komodo

Hampir semua tempat yang disebutkan dalam itinerary berikut kami datangi. Di antaranya Pulau Kenawa, Pulau Kalong, Pulau Padar, Pink Beach, Gusung Island, Taman Nasional Komodo Pulau Rinca, dan Manta Point. Yang lainnya terpaksa skip karena karena terkendala hujan dan angin kencang.

Kondisi cuaca memang mempengaruhi komplit atau tidaknya tempat yang kami kunjungi. Bila berhalangan, kita tentu tidak bisa memaksakan diri agar terpenuhi, karena ada keselamatan yang harus diutamakan. Kalau nggak jadi, memang kecewa. Tapi, anggap saja ada hutang yang belum lunas, biar suatu hari bisa balik lagi dan jalan-jalan lagi ke Pulau Komodo.

Itinerary:
Day 1: (L/D)
Kelor Island, Manjarite, Kalong Island

Day 2: (B/L/D)
Padar Island, Pink Beach, Taman Nasional Komodo, Gusung island, Gili Lawa

Day 3: (B/L)
Gili Lawa, Manta Point, Kanawa Island, Airport

Pink Beach
Gusung Island

Jadwal Pesawat Jakarta - Labuan Bajo

Terbang ke Labuan Bajo sekarang ada pilihan penerbangan langsung. Enak, jadi bisa lebih cepat sampai. Sebelumnya mesti mampir dulu ke Bali, Lombok, Ujung Pandang, Kupang, atau ke kota-kota lainnya. Kadang males, ya, mesti mampir-mampir dulu. Kecuali memang ada perlu di kota-kota transit tersebut, tak soal transit dulu.

Bulan Maret lalu saya dipesankan tiket PP dengan flight langsung. Berangkat bareng Kohar, pulangnya bareng Kevin. 

Berikut flight dan harga tiket saya saat itu. Bisa jadi acuan bila ingin ambil jadwal yang sama. Tapi sebaiknya cek lagi di situs online booking tiket untuk mendapatkan harga dan jadwal terbaru. 
CGK Jakarta - LBJ Labuan Bajo 13/3 Jam 12:00-15:20 Citilink Rp1.537.195
LBJ Labuhan Bajo - CGK Jakarta 18/3 Jam 14:40-16:10 Batik Air Rp1.537.195 
Pesawat dari Jakarta ke Labuan Bajo ada yang langsung, ada yang 1 kali transit, dan ada yang 2 kali transit. Begitu juga sebaliknya. Untuk saat ini direct flight ke Labuan Bajo baru dilayani oleh maskapai Batik Air dan Garuda. Bulan Maret lalu saya masih bisa direct flight dengan Citilink. Entah kenapa saat saya cek lagi untuk bulan Juni dan seterusnya saya tidak menemukan ada layanan flight dari Citilink lagi. 

Bandar Udara Komodo - Flores NTT

Berikut adalah daftar maskapai yang melayani flight Jakarta - Labuan Bajo dengan 1 dan 2 kali transit

Transit 1x:
Lion+wings CGK-(LOP) Lombok-LBJ
Lion+wings CGK-(DPS) Denpasar-LBJ
Lion+wings CGK-(SUB) Surabaya-LBJ
Batik+wings CGK-(LOP) Lombok-LBJ
Batik+Wings CGK-(DPS) Denpasar-LBJ
Batik+Wings CGK-(KOE) Kupang-LBJ
Sriwijaya+NAM CGK-(DPS) Denpasar-LBJ
Garuda CGK-(DPS) Denpasar-LBJ

Tansit 2x:
Lion + Wing CGK-SUB-KOE-LBJ
Garuda CGK-SUB-DPS-LBJ
Garuda CGK-JOG-DPS-LBJ
Garuda CGK-UPG-DPS-LBJ
Batik+wing CGK-KOW-BJW-LBJ

Gugusan pulau di perairan Taman Nasional Komodo

Direct flight Labuhan Bajo - Jakarta hanya dilayani oleh Batik Air dan Garuda. Berikut adalah jadwal terbang dengan transit 1 dan 2 kali:

Transit 1x:
Wings+Lion LBJ-LOP Lombok-CGK
Wings+Lion LBJ-DPS Denpasar-CGK
Wings+Batik LBJ-LOP Lombok-CGK
Wings+Batik LBJ-DPS Denpasar-CGK
Nam+Sriwijaya LBJ-DPS Denpasar-CGK
Garuda LBJ-DPS Denpasar-CGK
Batik LBJ-SUB Surabaya-CGK

Transit 2x:
Garuda LBJ-DPS-LOP Lombok-CGK
Wings+Lion LBJ-BJW Bajawa NTT-KOE Kupang-SUB Surabaya
Garuda LBJ-DPS Denpasar-SUB Surabaya-CGK
Garuda LBJ-DPS Denpasar-SRG Semarang-CGK
Garuda LBJ-DPS Denpasar-JOG Jogja-CGK
Garuda LBJ-DPS Denpasar-PLM Palembang-CGK
Garuda LBJ-DPS Denpasar-UPG Palu-CGK
Garuda LBJ-DPS Denpasar-PLM Palembang-KNO Kualanamu

Terbang nyaman ke Pulau Komodo

Trip Pulau Komodo Seru dan Menyenangkan

Tak ada kata lain selain Luar Biasa untuk saya jadikan pujian pada trip Pulau Komodo. Sependek saya pernah keliling Indonesia, sensasi berlayar selama 3 hari 2 malam memberikan pengalaman yang berbeda dari trip-trip lainnya. Saya sudah pernah merasakan berjalan di daratan berhari-hari, tapi berlayar selama 3 hari sambil singgah di pulau-pulau kecil cantik nan aduhai, baru kali ini. 

Banyak spot-spot cantik buat berfoto. Sebagai penggemar fotografi, perasaan saya seperti diliputi rasa cinta, berdebar-debar dan ingin berlama-lama menikmati setiap tempat tanpa terburu-buru. Segala yang terlihat, membuat jemari seakan tak ingin berhenti menekan tombol shutter kamera, bila perlu sepanjang hari. 

Kegiatan trekking naik dan turun bukit sangat menyenangkan. Terlebih, ketika menikmati pemandangan dari ketinggian, indah tiada dua. Rasanya mustahil bisa saya temukan ada pemandangan alam yang sama di tempat lain. Bentuk gugusan pulau yang unik, pantai-pantai beragam warna, ada pantai pasir putih, pantai pasir hitam, dan pantai pasir pink, semua berdekatan dan bisa dipandang sepuasnya hanya dari satu tempat. Seluruh kawasan Taman Nasional Komodo menarik dari sudut mana pun mata melihatnya. 
Taman Nasional Komodo - NTT

Pesona Taman Nasional Pulau Komodo memang tiada dua. Tak heran bila masuk daftar 10 destinasi  wisata terbaik Asia dan dunia. Memang keren!

Saya belum puas karena banyak tempat yang skip, pun tidak merasakan snorkeling dan berenang di Kenawa, apalagi melihat manta. Belum lengkap trip Komodo tanpa nyebur di lautnya yang keren banget itu kan? Saya bakal balik lagi!

Saya akan menceritakan semua tempat yang saya kunjungi selama trip Pulau Komodo pada tulisan yang lain, termasuk pengalaman saya berjumpa 13 ekor komodo di Pulau Rinca. Semoga berkenan menantikannya. Tunggu ya! 😘

Semoga ulasan tentang kapal dalam tulisan ini dapat memberi pencerahan pada teman-teman traveler mengenai kondisi kapal yang akan dipakai sailing komodo. Mungkin tidak sedetail yang diharapkan, tapi setidaknya sudah ada gambaran. Bila ada pertanyaan lebih lanjut, bisa contact Gama Holiday ya.

Gama Holiday
Contact: Celly Marcelina 
HP: 085103828270 
Instagram: @gamanesia.id