Tampilkan postingan dengan label keliling purwokerto. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keliling purwokerto. Tampilkan semua postingan

Naik Menara Teratai, Landmark Kota Purwokerto di Kawasan Bung Karno

Berburu View Kota Purwokerto dari Ketinggian

Pertama kali aku tahu Menara Teratai dari Pungky, teman blogger asal Depok yang sudah lama bermukim di Purwokerto. 

Pungky bekerja di bidang pariwisata, di bawah Dinporabudpar Purwokerto. Tentunya Pungky tahu objek wisata kota apa yang bisa direkomendasikan ke aku. Nah, salah satunya Menara Teratai itu.

"Kalau mau lihat Kota Purwokerto dari ketinggian, dari Menara Teratai bagus banget, Mbak Rien," ujar Pungky.

Buatku yang memang suka berburu cityscape bila datang ke suatu kota, info dari Pungky sangat berguna. Jadi, kutanggapi informasi dari Pungky dengan antusias.

Tapi, bukankah dari ketinggian gedung hotel pun bisa dapat view kota? 🤔

Foto bareng Pungky di Menara Teratai

Menginap di Luminor Hotel, Dapatnya View Punggung Mall 

Selama di Purwokerto, aku dan keluarga menginap di Hotel Luminor. Alasanku memilih Luminor karena lokasinya strategis di pusat kota. Dekat alun-alun Purwokerto, dekat pula dengan beberapa objek wisata dalam kota. 

Gedung hotelnya pun tinggi, mestinya sih punya view kota.

Baca juga: Menginap di Hotel Luminor Purwokerto

Tapi ternyata, view yang kudapat dari kamarku adalah punggung mall. Mending kalau cuma selebar punggung Gong Yoo, ini lebarnya 1000 punggung Lee Min Ho! Nutupnya banyak! Hadeuh 😅 

Aku mesti keluar kamar, pergi ke sisi lain hotel supaya dapat view yang aku mau. Spot pandang terdekat dari kamar adalah lorong menuju lift yang menghadap ke selatan. Di situ ada dinding kaca lebar menghadap bagian depan hotel. Ternyata, inilah view yang aku lihat... gak seberapa spesial 😄

View Menara Teratai dari Luminor Hotel

"Naik Menara Teratai bu kalau mau dapat view 360⁰," ujar staff hotel Luminor yang aku tanyai pada suatu pagi.

Oh. Okay! 

Berarti memang bakal beda cerita kalau memandang kota dari Menara Teratai. Lebih luas karena bisa dilihat dari segala penjuru. Saran Pungky buat naik Menara Teratai memang udah paling bener.

"Kalau ibu mau lihat kecantikan Menara Teratai di malam hari, ibu tinggal lihat dari hotel kita aja bisa kok bu, bahkan dari dalam kamar ," ucap staff hotel menambahkan.

Ha? Apaaaa?? 😱

Tambahan informasi tersebut aslinya bikin sebel. Telat kak! Mosok ngasih tahunya pas kami udah mau check-out? hu hu. Ya salahku juga sih. Coba sejak awal tiba di hotel langsung nanya, apa ada kamar dengan spesial view atau apa gitu, jadi bisa milih, ya kan? Andai pun gak dapat kamar view Menara Teratai, seenggaknya masih bisa melipir ke lorong depan kamar yang menghadap menara, bisa liat-liat sambil motret.

Menara Teratai di malam hari. (Sumber foto Banyumas24Jam.com)

Meskipun telat diinfo, alhamdulillah beberapa jam sebelum check-out kami masih sempat melihat pemandangan Menara Teratai dari hotel. Aku pun sempat ambil foto sebelum nanti gantian motret dari ketinggian menara.

Sesalku cuma karena gak liat di waktu malam. Keindahan Menara Teratai akan lebih memesona saat lampu warna-warninya bersinar di kegelapan. 

Ini sih yang nyesel cuma aku. Anak-anak dan suami mah santai. Dapat view syukur, gak dapat ya udah 😂

Buat yang berencana berlibur di Purwokerto, misalkan nginap di Luminor, dan pengen stay di kamar dengan view Menara Teratai, harus request dulu ke hotel. Sampaikan saat melakukan pemesanan, supaya terhindar dari view punggung mall yang bikin boring 😂

Dari hotel ternyata bisa lihat Menara Teratai
View Menara Teratai dari Luminor Hotel. Bukit dan pegunungan di kejauhan, tertutup kabut

Menerjang Panas yang Amat Menyengat 

Hari itu Minggu, tgl. 19 Juni 2022. Hari terakhir kami di Purwokerto. Selepas check-out dari Luminor Hotel, kami pergi berwisata. Hanya city tour murah meriah, tapi istimewa, dan bikin bahagia. Istimewanya karena jalan-jalannya sama keluarga, di kota yang sama-sama kami datangi untuk pertama kali.

Sesuai rekomendasi Pungky, kami mengunjungi Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Taman dulu, menara kemudian.

Baca juga: Berwisata di Taman Mas Kemambang Purwokerto.

Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, Taman Mas Kemambang itu cantik, bersih, dan nyaman. Tiket masuknya pun murah meriah, tapi isi tamannya sungguh gak murahan. Mau main, jajan, atau sekadar keliling liat-liat saja, semua menyenangkan. 

Bermain di Taman Mas Kemambang

Refreshing di Taman Mas Kemambang

Hari itu Purwokerto panas sekali. Gerah udah pasti. Silau sih jangan ditanya, mata terpicing-picing dibuatnya. 

Aisyah dan Alief main scooter listrik. Aku dan suami keliling liat-liat taman, kolam penuh ikan, dan pastinya foto-foto. Tak lupa jajan minuman. Haus banget euy...

Setelah puas bermain, jajan, dan jeprat-jepret di Taman Mas Kemambang, kami lanjut ke Menara Teratai.

Waktu mau masuk mobil, ya Allah berasa masuk oven wkwk. 

Nyalain AC lama bener sejuknya, saking mobil lama kepanasan di parkiran kali ya. Tapi, keinginan untuk lanjut berwisata ke Menara Teratai tak surut. Tetap maju tak gentar menerjang cuaca Purwokerto yang panasnya sungguh durjana 😂

Jembatan Proklamator. Puncak Menara Teratai terlihat di latar belakang

Kawasan Bung Karno

Jarak dari Taman Mas Kemambang ke Menara Teratai kurang lebih 3 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit saja. Perjalanan lancar, ga ada macet seperti di Jakarta. Hanya stop di lampu merah, itu pun tak lama, karena jumlah kendaraan gak kayak ular naga panjangnya.

Rute perjalanan kami melewati Alun-Alun Kota Purwokerto, lalu belok kiri meniti jembatan Proklamator dengan sensasi yang biasa-biasa saja. Mungkin jadi spesial kalau pas lewat tiba-tiba ada suara orang baca proklamasi wkwk. Yang ada merinding.

Soal Jembatan Proklamator itu sudah pernah aku posting beberapa kali di instagramku. Jembatan ikonik yang pesonanya berkali lipat bila dilihat pada malam hari, saat lampu warna-warninya menyala.

Nah, dari Jembatan Proklamator itu, Menara Teratai sudah terlihat. Hanya perlu 2 menit saja untuk sampai di parkirannya. 

Tempat di mana Menara Teratai dan Jembatan Proklamator berada ini dinamakan Kawasan Bung Karno.

Berfoto di Jembatan Proklamator

Berkunjung Sebelum Sah Diresmikan

Kawasan Bung Karno meliputi Menara Teratai, Convention Hall Putra Sang Fajar, Jembatan Proklamator, dan Madhang Maning Park.

Telah diresmikan oleh Ketua DPR Republik Indonesia, Ibu Dr. (H.C) Puan Maharani pada hari Rabu tgl. 6 Juli 2022.

Jadi, ketika kami ke sana pada bulan Juni statusnya belum diresmikan. Meski begitu, Menara Teratai sudah beroperasi sejak bulan Mei dan sudah bisa dikunjungi oleh masyarakat setempat, maupun pendatang dari luar kota Purwokerto.

Berikut video peresmian Menara Teratai yang aku ambil dari IG resmi @menarateratai_purwokerto


Masih Baru, Belum Ada Peneduh

Kawasan Bung Karno meliputi hingga 1,4 kilometer di antara jalan yang menghubungkan Jalan Jenderal Soedirman dan Jalan Gerilya.

Luas, tentu saja. Tapi aku agak tercengang dengan keadaan sekeliling menara yang belum ada apa-apa, bahkan terlihat biasa saja. Mungkin karena masih baru. Belum ada taman asri layaknya objek wisata nan indah di tengah kota. 

Di situ hanya ada menara dan sebuah gedung yang dinamakan Convention Hall Putra Sang Fajar. Sisanya pelataran yang sudah dipasangi konblok, parkiran terbuka yang dilengkapi toilet, dan lahan kosong terbuka yang belum diapa-apain.

Madhang Maning Park yang mana dong? 🤔

Parkirannya luas. Berlapis konblok dan beratap langit saja. Karuan saja di siang bolong amat panas saat itu, berlama-lama di parkiran berasa dipanggang. Tinggal taburi garam jadi manusia asin 😅

Ada sih pohon, tapi masih kecil-kecil. Sepertinya baru ditanam. Mudah-mudahan saat ini, setelah 6 bulan berlalu sejak aku dari sana, pohonnya sudah tumbuh besar. Biar parkirannya adem.

Jalan masuk parkiran menara - Juni 2022
Area Parkir Menara Teratai. Sudah ada pohon yang ditanam, tinggal tunggu tinggi besar dan rindang biar adem 🌳

Matahari Kelewatan Garang

Berasa banget dihantui gosong, meskipun sudah pakai sunblock. Alief mencemaskan jerawatnya bakal tumbuh bermekaran. Hanya suami dan Aisyah yang santai tralala. Duo bapak anak yang emang selalu santuy to the max. Mau panas, mau hujan, tetep santuuuy 😅

Berdiam saja dalam mobil ngapain. Kasihan si AC mobil kudu kerja keras menghalau udara panas. Lagian sudah sampai di lokasi masa puter balik lalu pergi?

Pilihannya tentu saja bergegas keluar. Ada dua buah payung selalu standby tinggal disambar, biar gak terlalu sakit kena sengatan matahari saat jalan kaki dari parkiran hingga menara.

Menaranya gak jauh. Kurang lebih 20 meter saja dari parkiran. Tapi di tengah cuaca panas menyengat saat itu, jarak pendek berasa jadi ratusan kilometer!

Sebelum jalan meninggalkan parkiran, kami foto bareng dulu dengan latar belakang menara. Biar afdol gitu. Sekaligus jadi bukti manis bahwa kami pernah berpanas-panas ria di menara, kena sengat sinar matahari yang menggila 😂


Meski kepanasan, aku bersyukur hari itu cuaca cerah. Kami bisa berkegiatan dengan lancar, dan bisa dapat foto-foto indah.

Sehari sebelumnya (18/6/2022) hujan deras melanda Purwokerto, sejak sore sampai malam. Akibatnya kami gagal mengunjungi Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Padahal sudah sampai gerbang taman. Mau maksain masuk saat hujan gak mungkin banget karena tamannya 100% outdoor. Ngapain coba hujan-hujanan di taman?

Akhirnya kami putar balik ke hotel. Saat melewati Jembatan Proklamator dan Menara Teratai cuma bisa dadah-dadah dari dalam mobil. Karena hujan belum berhenti. Rencana singgah untuk motret gagal total.

Jadi, meskipun siang itu kepanasan, tetap senang karena akhirnya berhasil mengunjungi menara.

Kalau cuaca gak cerah, mana mungkin aku bisa dapat foto dengan langit sebiru ini? 

Convention Hall Putra Sang Fajar

Tiket Menara Teratai

Menara Teratai buka tiap hari mulai pukul 09.00 WIB. 

Bulan Juni 2022 lalu saat kami ke sana harga tiket masuk Menara Teratai Rp 25.000 saat weekend dan Rp 20.000 saat weekdays. Dengan tiket tersebut pengunjung bisa masuk ke lobby dan naik menara sampai lantai 5.

Nah kabar baiknya nih, sekarang masuk lantai lobby Menara Teratai sudah GRATIS. Kalau naik sampai lantai 5 baru beli tiket.

Tempat pembelian tiket ada di pintu masuk menara sebelah Timur yang menghadap gedung Convention Hall Putra Sang Fajar. 

Tidak ada antrian masuk saat itu, proses pembelian tiket jadi cepat.

Yang aku rasakan ketika sudah boleh masuk itu adalah ademUdara dalam menara ternyata sejuuuuk banget! Rasanya kayak abis keluar oven lalu pindah masuk kulkas hehe. Ya gak sedingin kulkas juga sih 😂

Setelah mendapatkan tiket kami diarahkan menuju lift yang letaknya masih di lantai yang sama. Tiket masuk harus tetap disimpan selama masih dalam menara. Buat diperiksa tiap masuk lift saat berpindah lantai. 


Di Lantai Lobby Menara Ada Teratai Resto, Diorama, Pameran Lukisan dan Foto, Komik, dan Buku

Menara Teratai memiliki ketinggian 114 meter, terdiri dari 5 lantai. 

Lantai terbawah yang disebut lantai 1 merupakan lobby dengan ruangan berbentuk lingkaran, mengikuti bentuk menara. Di tengah-tengahnya ada lift untuk naik dan turun menara. 

Di lantai ini juga ada Teratai Resto. 

Jadi andalan buat jajan makanan dan minuman selama berada di menara. Soalnya, dekat menara gak ada warung dan rumah makan, semuanya jauh. Mesti keluar kawasan dulu kalau mau jajan. Kalau sudah keluar menara, nanti pas balik lagi mesti beli tiket baru. Jadi kalau butuh makan dan minum, cuma bisa ngandalin kafe dan resto yang ada dalam menara.

Masuk lobby di lantai dasar menara gratis. Jadi kalau ke menara cuma mau datang buat makan di restonya, gak perlu bayar tiket. Naik menara baru bayar.

Di Resto Teratai kami jajan minuman, gak jajan makanan. Suami sudah berpesan mau makan siang dengan soto di kedai Soto Raja Lama H. Suradi saja. Jadi aku gak punya cerita makanan Resto Teratai kayak apa. 

Baca juga: Mencicipi Kuliner Soto dan Mendoan Asli Purwokerto

Teratai Resto di lantai lobby

Restonya nyaman, bersih, dan kita bisa bersantai sejenak sambil menikmati makanan dan minuman yang tersedia

Selain Teratai Resto, di lantai lobby juga ada pameran foto, lukisan, diorama Bung Karno, komik non fiksi, dan buku baca untuk dibaca di tempat.

Pengunjung diperbolehkan melihat-lihat dan berfoto.

Di area pameran disediakan beberapa bangku. Bisa buat duduk-duduk setelah capek keliling menara. Kalau duduk di resto kan seenggaknya mesti beli minum ya, kalau di sini tinggal duduk saja.

Toilet pengunjung juga ada di lantai lobby. Toiletnya bersih, terpisah untuk wanita dan pria.
 
Pojok pameran

Cafe dan Coworking Space di Lantai 2

Menara Teratai gak hanya berfungsi sebagai menara pandang. Lebih dari itu juga dapat digunakan sebagai tempat bekerja.

Lantai dua Menara Teratai Purwokerto siap memfasilitasi pengusaha yang membutuhkan kantor dengan konsep menarik dan fasilitas eksklusif. 

Official IG @menarateratai_purwokerti menyebutkan coworking space tersebut tersedia hanya untuk 10 pengusaha.

Jadi, kalau ada pengusaha yang berminat untuk buka kantor di Menara Teratai, bisa langsung menghubungi pihak pengelola menara.

Ngantor di landmark kota? Istimewa sih.

Di lantai 2 juga terdapat Soekarno Circle Coffeeshop. Mau ngopi di menara? Di sinilah tempatnya.

Soekarno Circle Coffeeshop di lantai 2 Menara Teratai. (Sumber foto IG @soekarnocircle)

Toilet Menara Teratai

Tata Cara Naik Menara

Beberapa hal berikut perlu diperhatikan oleh pengunjung yang akan naik Menara Teratai. Aku tulis di sini untuk diketahui bersama. 

  • Saat naik lift, hanya petugas yang boleh menekan tombol lift
  • Jumlah pengunjung dibatasi maksimal 15 orang dalam sekali naik
  • Naik lift hanya sampai lantai 4. Dari lantai 4 ke 5 pakai tangga
  • Lift berhenti beroperasi setiap  2 jam sekali
  • Saat terjadi hujan dan petir, lantai 4 harus ditinggalkan oleh siapa pun, tanpa terkecuali
  • Tangga dari lantai 4 menuju rooftop di lantai 5 tidak aman untuk lansia, wanita hamil, dan anak kecil. Karena itu pihak pengelola membuat himbauan khusus mengenai hal tersebut

Nanti kalau sudah di menara hal-hal yang disebutkan di atas bakal diberitahu oleh petugasnya.

Hanya petugas menara yang boleh menekan tombol lift

Pengalaman Naik Menara

Sebelum naik menara, tiket kami diperiksa oleh petugas yang berdiri di depan lift. 

Kemudian seorang petugas perempuan ikut masuk lift, mengantar kami naik menara. Sesuai aturan, pengunjung gak naik dan turun sendiri, tapi diantar. Urusan menekan tombol lift pun hanya dilakukan oleh petugas.

Selama dalam lift itu mbak petugasnya dengan ramah menjelaskan kondisi lantai yang akan kami tuju itu seperti apa, dan aturan apa saja yang mesti kami patuhi selama berada di lantai menara. 

Apa yang disampaikan bertujuan untuk keamanan dan keselamatan selama berkunjung. Selebihnya, silakan nikmati menara pandang dengan cara masing-masing. 

Tangga naik dari lantai 4 ke lantai 5 rooftop

Pintu rooftop semi outdoor

Menara Tinggi tapi Cuma 5 Lantai

Sekadar info aja nih. Menara Teratai memiliki tinggi 114 meter. Tapi lantainya cuma 5, pendek dong? Enggak. 

Ada jarak cukup panjang antara lantai 2 dan 3. Dalam jarak yang cukup panjang itu tidak ada lantai sama sekali. Kalau ada lantainya mungkin sudah melewati 3-4 lantai.

Setelah tinggi mendekati puncak menara, baru ada lantai lagi yang disebut dengan lantai 3, 4, dan 5.

Puncak Menara berbentuk bunga teratai. Di bawah kelopak teratai inilah terdapat lantai 3,4, dan 5. Spot untuk melihat landscape Kota Purwokerto. (Sumber gambar dari video @fathan_drone)

Bagian dalam kubah menara

Lantai Kaca Untuk Pemberani yang Ingin Menantang Adrenalin

Ada 3 lantai yang bisa dinaiki untuk menyaksikan keindahan landscape Purwokerto. Yakni lantai 3 ruangan ber-AC, lantai 4 ruang kaca, dan lantai 5 rooftop semi outdoor.

Seingatku kami kemarin naiknya tidak berurutan. 

Pertama diantar ke lantai 4 dulu, lantai dengan ruang kaca. Setelah itu kami naik ke lantai 5 lewat tangga. Terakhir baru ke lantai 3 yang ruangannya ber-AC.

Di antara ketiga lantai itu, lantai 3 disebut sebagai Ruang Observasi Outdoor. Karena punya lantai kaca tembus pandang yang view bagian bawahnya langsung menghujam permukaan tanah. Bagi yang berani boleh coba. 

Kalau aku sih gak berani. Dibayar pun ga mau 😂 

Dulu pernah berani nginjek lantai kaca di Jembatan Berendeng Tangerang. Bagian bawah dek observasi ngadep ke sungai Cisadane yang deras dan dalam. Waktu itu berani karena mikirnya kalau jatuh ga bedebam ke tempat yang keras, tapi ke air. Paling hanyut aja hehe. Nah kalau di menara ini kan kalau jatoh (naudzubillah) di atas tanah keras. Hancur badan dan hati. Duh!

Aturan naik lantai kaca maksimal 2 orang, dan harus lepas sepatu. Adakah teman pembacaku yang udah coba?

Lantai 3 menara, ruangan ber-AC
Lantai kaca di Lantai 3 Menara. Ada yang berani? (Sumber: IG Reel @menarateratai_purwokerto)

Lantai 4 ruang kaca
Lantai 5 rooftop semi outdoor

Pemandangan Indah dari Ketinggian

Tempat dengan pemandangan indah seringkali menjadi salah satu objek wisata yang paling dicari. Orang-orang yang mencarinya rela meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan membayar biaya perjalanan yang kadang gak sedikit.

Kenapa dicari?

Bagiku, melihat pemandangan indah bukan sebatas mengagumi saja, namun seringkali mampu menambah ketenangan hati dan pikiran, serta rasa syukur. Tak jarang menjadi sumber inspirasi dalam berkarya. 

Pemandangan indah bisa ditemukan di mana saja. Ada di ketinggian gunung, di ketinggian gedung hotel, bahkan di ketinggian menara. 

Dulu pernah berada di ketinggian Gunung Anak Krakatau di Lampung, Gunung Bromo di Jatim, dan di lereng Gunung Kie Matubu di Tidore. Dari tempat-tempat itu tersuguh pemandangan alam yang bila disaksikan bikin hati dipenuhi rasa sukacita. Ada hamparan padang pasir, savana, dan perbukitan. Ada pantai, selat Sunda, dan pulau-pulau yang terpisah oleh lautan. Ada pedesaan subur yang masyarakatnya hidup tenang.

Indahnya cityscape Kota Metropolitan Jakarta, pernah kusaksikan dari ketinggian hotel berbintang di Jakarta. Dari lantai tertinggi kamar Hotel Harris FX Senayan, rooftop Westin Hotel, kamar hotel JW Marriot, Aryaduta, Pullman, dan lainnya. Siang dan malam, pemandangan kota dari hotel-hotel itu sama menakjubkan.

Pengalamanku naik menara baru segelintir. Dulu pernah naik menara suar di Pulau Lengkuas Belitung sampai lantai tertinggi. Masya Allah pemandangannya, indah tiada tara. Kabarnya menara tersebut sudah gak boleh dinaiki karena usianya yang udah tua mulai rawan bagi keselamatan.

Dan kali ini, naik Menara Teratai, tentu saja kudapatkan pemandangan yang membuatku kagum. Hamparan sawah, pemukiman, dan gunung yang berdiri gagah di latar belakang berpayung awan di bawah langit biru yang menenangkan. Semuanya memenuhi ruang penglihatan, tanpa penghalang.

Satu-satunya foto pemandangan yang aku jepret dari ketinggian menara. Pemandangan ini lebih indah ketika dilihat langsung dengan mata.

Menara Teratai Landmark Purwokerto

Di sini tempat hiburan, festival, perlombaan, senam kebugaran, fashion week, pesta rakyat, dan berbagai macam kegiatan lainnya sering diadakan.

Tempat masyarakat kota berkumpul dengan berbagai macam kegiatan positif.

Dan tentu saja, tempat paling ideal untuk menikmati pemandangan Purwokerto dari ketinggian.

Tiketnya murah, dan dengan biaya semurah itu sudah dapat pengalaman bagus. 

Di IG @menarateratai_purwokerto aku lihat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah bersantai sambil bersantap di ketinggian rooftop menara. 


Foto Pemandangannya Sedikit Sekali...

Ternyata gak banyak foto dan video pemandangan yang kuambil dari ketinggian menara. Yang aku maksud di sini bener-bener foto pemandangan yang diambil dari menara, bukan foto kami saat dalam menara.

Seluruh isi galeri foto di ponsel sudah kuperiksa. Cuma 1 foto saja yang ada. Lainnya bukan pemandangan. Aku cek di ponsel anak-anak dan suamiku juga ga ada. 

Mungkin saat itu kami benar-benar berhenti dengan urusan kamera. Melupakan ponsel, membiarkan mata, hati dan telinga saja yang bekerja.

Sepertinya saat itu aku gak cuma lupa pada urusan motret dan video, pada panas menggila yang hampir menghadangku ke menara pun aku lupa 😅

Berada di ketinggian, mendapatkan apa yang ingin aku lihat, membuatku merasa senang, sekaligus menjadi tenang. Lalu, sejenak lupa pada beberapa hal...

Kadang suka gitu, kalau sudah menemukan apa yang dicari, bisa larut menikmati suasana...






Berkunjung ke Menara Teratai, bukan hanya aku yang suka, anak-anak dan suami juga. Pengalaman kami baik saat berkunjung. Alhamdulillah.

Pas di atas menara itu, suasananya kan sepi, cuma ada kami. Aku rasanya pengen rebahan 😂 Ya gimana ya, udaranya sejuk, seluruh sudut lantainya bersih, suasananya tenang, nyaman banget buat bersantai...

Cuma khawatir ketiduran, gak ada yang tahu, lalu terkunci di atas gak bisa turun sampai besok wk wk. Ga mungkin juga sih, petugas pasti ceki-ceki dulu sebelum menutup pintu rooftop dan menghentikan lift 😃😄

Video kami di Menara Teratai sudah aku posting di IG Reel 👇

Kulineran di Purwokerto Makan Soto dan Mendoan di Raja Soto Lama H Suradi Asli Wong Sokaraja

Akhirnya kesampaian juga makan Mendoan dan Soto Sokaraja di Purwokerto. Makannya di Raja Soto Lama H. Suradi Asli Wong Sokaraja. Senang dan kenyang banget! 😍✨

soto sokaraja purwokerto

Saat hendak ke Purwokerto bulan Juni lalu, beberapa orang teman mengatakan hal ini: "Jangan sampe gak makan mendoan dan soto ya di Purwokerto. Belum afdol sampe Purwokerto kalo belum nyobain makan keduanya!" 

Saking harus nyobain, sampe dibilang belum afdol kalau gak dilakukan 😆

Ya udah tuh, hari terakhir di Purwokerto, sebelum balik ke Jakarta, pesan itu kami laksanakan. Kami mampir ke Raja Soto Lama H. Suradi, sekalian makan siang yang hampir kesorean. 

Tadinya saya memang nggak tahu kuliner khasnya Purwokerto itu apa. Pas ada yang bilang soto dan mendoan, jadi bertanya-tanya sendiri dalam hati, "bukankah daerah lain juga pada punya soto dan mendoan? Apa bedanya? Emang seenak apa? Ciri khasnya apa? Sotonya kayak apa?"

Jadi penasaran banget kan? Iyah! 


Rumah makan soto bernama Raja Soto Lama H. Suradi Asli Wong Sokaraja terletak di Jl. Mayjend Sutoyo No.55, RT. 04/01, Sawangan, Kedungwuluh, Kec. Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53131.

Titik mula saya dan keluarga jadi berangkat ke Raja Soto Lama H. Suradi diawali dari pertemuan dengan Pungky di Menara Teratai. 

"Sudah makan soto belum?" tanya Pungky. Otomatis langsung saya jawab belum. 

"Yang udah sih makan bebek." Pas bilang gini, jadi nyengir sendiri. Karena udah tahu, masakan bebek gak ada dalam daftar makanan khas Purwokerto. Yaiyalah!

"Yah, ke Purwokerto kok makan bebek. Soto dan mendoan dong," ujar Pungky.

Nah, kan! Wkwkw

Perkataan Pungky memantapkan hati untuk ajak keluarga makan soto ke tempat yang direkomendasikan. Yakni di Raja Soto Lama H. Suradi. 

Ternyata, tempatnya dekat dari lokasi Menara Teratai gaes! Yang artinya dekat juga dari hotel yang kami inapi. Gak sampai 2 kilometer.

Apaaah? Dekat hotel? Huhu udah hari ke-2 di Purwokerto kok saya baru tahu. Telat banget. Tahu gitu sejak pertama sampai makan di sana aja. Tapi ya udahlah gak perlu disesali. Duit yang keluar berarti jadi rejekinya bebek Cak Kholiq dan warung nasi Bu Neni. Kedua tempat makan ini akan saya ceritakan di lain tulisan. Walau bukan kuliner khas, tapi makan di sana juga gak kalah enak lho.

Total jarak tempuh dari Menara Pandang ke Raja Soto Lama H. Suradi cuma 1,5KM

Mudah sekali buat mencapai rumah makan soto Raja Soto Lama H. Suradi. Kami tinggal berkendara mobil mengikuti G Maps, gak pake nyasar ke sana kemari, langsung sampai. Kecuali pakai ngesot, mungkin lusa baru sampai.

Letak rumah makannya di pinggir jalan besar. Di antara deretan toko yang saat itu kebanyakan tutup. Kami sampai saat pengunjung sedang ramai. 

Sejak dari depan sampai beberapa puluh meter ke arah kiri dan kanan rumah makan sudah dipenuhi mobil. Kami kebagian parkir agak jauh. Jalan kaki ke rumah makan juga jadi agak jauh, kurang lebih 25 meter. Untung gak sampai 25 kilo. Kalau iya keburu pingsan sebelum sampai 😅

Sampai di rumah makan sudah bisa ditebak gak bakal sepi. Bagusnya rumah makan ini gak sempit. Tapi lebar dan panjang ke belakang dengan banyak meja dan bangku untuk duduk. Cukup untuk memuat banyak orang dalam satu waktu.

Deretan mobil pengunjung Soto Sokaraja yang parkir di pinggi jalan

Masya Allah pelanggannya Raja Soto Lama H. Suradi hari itu membludak! 

Pelanggan yang makan di tempat maupun yang take away sama rame. Mereka datang silih berganti.

Saya bergegas ajak keluarga untuk cari tempat duduk. Alhamdulillah masih kebagian tempat. Setelah dapat, kami bergantian salat Dzuhur. Suami dan Alief salat, Aisyah jaga meja, saya ke depan pesan makanan. 

Mejanya perlu dijagain gaeesss wkwk. Biar gak diambil orang, nanti ga dapat tempat, ga bisa makan haha. Soalnya kami buru-buru mau balik Jakarta lagi. 

Saya mesti ke depan karena gak ada yang nyamperin. Semua pramusaji sibuk melayani pesanan. Beberapa mondar-mandir antar makanan ke meja. Mungkin karena sedang ramai. Jadinya pelanggan harus jemput bola kalau mau cepat. Itu yang saya lakukan.

Saya lalu antri di depan. Tapi ternyata setelah beberapa saat antri saya baru sadar kalau barisan antrian itu untuk yang order take away . Alamaaak!

Kalau buat makan di tempat gak usah antri, langsung bilang aja sama siapa aja yang sedang santai, atau pun yang sedang sibuk, bahwa kita mau order. Langsung dilayani. Abis pesan langsung bayar. Udah bayar baru balik ke meja. Tinggal nunggu pesanan.

Ternyata pesanannya agak lama gaes baru sampai ke meja. Sampai saya kelar solat pun belum ada tuh. Suami dan anak saya orangnya sabar. Pesanan belum diantar diam saja. Sabarnya kadang-kadang kebangetan wkwk. Gak kayak saya yang langsung nyamperin ke depan. Berhasil lho. Abis disamperin, mangkok-mangkok berisi soto berdatangan. 

The power of emak-emak emang warbiyasak! 😂

Yang sotonya belum diantar ke meja pada nengok ke depan, pertanda nungguin. Suami saya mah cuek wkwk. 

Kami mencoba dua macam menu soto. Yakni Daging Sapi Soto dan Babat Iso Soto. Masing-masing saya pesan dua mangkok, untuk berempat.

Dalam semangkok Daging Sapi Soto berisi ketupat dengan topping yang melimpah, terdiri dari taoge pendek, daun bawang, kerupuk warna-warni, bawang goreng, dan tentunya potongan daging.

Isi mangkok Babat Iso Soto pun sama, bedanya cuma pada potongan babat, bukan daging.

Kerupuknya dinamakan Kerupuk Cantir. Terbuat dari ketela pohon. Diwarnai merah, putih, dan hijau. Diremukkan dulu dengan tangan sebelum ditabur di atas mangkok, lalu disiram kuah. Bukan kuah dulu baru ditabur kerupuk. Unik kan?

Meski banyak macam soto di Indonesia, tapi tentu beda pada isian, dan juga pada kuah. Nah, kuah soto di sini pakai kuah kaldu. Kaldunya sesuai dengan daging yang digunakan. Jika soto daging sapi, kaldunya daging sapi. Begitu pun jika soto ayam, maka kuahnya pakai kaldu ayam.

Yang bikin soto Purwokerto beda itu sambalnya. Sambal Kacang Tanah. Tentunya terbuat dari kacang tanah. Mirip sambal nasi uduk Betawi di Jakarta. Mirip sambal bala-bala (bakwan). Enak? Tentu! 

Sambalnya tidak terlalu pedas. Memang agak aneh bagi yang ga biasa makan soto pakai sambal kacang. Tapi harus dicoba. Saya mencicipinya sedikit dulu, dicampur kuah. Setelah merasa nyaman, baru saya tuang ke soto. Dan akhirnya, malah nambah sambal berulang-ulang. 

Rupanya, selain rasa sedap sudah berasal dari soto itu sendiri, menambahkan sambal kacang membuat soto jadi lebih sedap lagi ketika dinikmati.

Babat Iso Soto Sokaraja

Daging Sapi Soto Sokaraja
 

Pendamping soto seperti jeruk nipis yang biasa ada saat makan soto, tidak ditemukan di sini. Hanya tersedia kecap manis di meja. Sedangkan sambal kacang diantar bersama dengan soto. Bebas diambil sebanyak yang diingin.

Sebetulnya, kalau keadaan memungkinkan, saya ingin menemui pemilik rumah makan. Bertanya beberapa hal tentang rumah makan, untuk saya ketahui. Tapi saat itu situasinya tidak tepat. Semua tampak sibuk. 

Saya hanya bisa gugling, dan mendapatkan informasi bahwa pemilik usaha Raja Soto Lama H. Suradi saat ini bernama Ika yang merupakan generasi ke-3 pengelola kuliner Soto Sokaraja. 

Soto Sokaraja termasuk kuliner otentik legendaris dengan resep asli keluarga yang digunakan sejak tahun 1970.


Ada satu makanan yang sangat ingin saya coba di sini. Yakni Mendoan.

1 porsi mendoan yang saya pesan berisi 10 potong. Dihidangkan masih dalam keadaan panas. Dilengkapi beberapa cabe rawit hijau yang rasanya aduhai pedas.

Apa yang membuat saya terkesima?

Pertama harganya. Cuma Rp 2.000 saja per potong. Untuk ukuran yang sama, saya beli di BSD harganya pernah 7.500. Pernah pula ada yang 10.000. Lha di sini 10K dapat 5. Murahnya kebangetan.

Kedua tampilannya. Putih cakep, dengan gelombang tepung yang membuat tempe seperti berambut putih keriting mekar 😁

Ketiga rasa dan teksturnya. Kok lembut? Aiih saya kadang beli mendoan luarnya kayak lembut, pas digigit agak keras. Ini pasti karena perbedaan cara menggoreng. Soal rasa, wah ini sih enak. Saya kalo bikin sendiri meski sudah pakai tepung instant khusus mendoan, kok gagal mulu enaknya ya? Makanya selalu beli jadi saja. 

Anak saya makan 2. Suami saya cukup 1. Suami memang lagi dibatasi makan makanan yang menggunakan tepung, demi kesehatannya. Jadilah sisanya saya makan sendiri. Puas? Enggak hahaha. Belinya kurang banyak. 

Kalau order lagi, lama lagi jadinya. Kami udah harus berangkat. Keburu sore. Ya udahlah, yang penting udah puas nyicipin soto sokaraja Purwokerto.

Mendoan Soto Sokaraja H. Suradi

Nyicipin Soto Sokaraja udah. Mendoannya juga udah. 

Berarti udah afdol dong ya saya ke Purwokerto? Awas aja kalau dianggap belum sah. Saya paksa traktir makan soto di sini selama sebulan tanpa jeda tau rasa😆

Harga soto IDR 25K / porsi

Harga mendoan IDR 2K / potong

Kalo di BSD Tangsel di mana ya ada yang jual soto dan mendoan seenak di Raja Soto ini?

Maaf ya ga ada foto saya. Karena selama di situ saya sibuk makan dan motoin orang 😂

Cerita jalan-jalan di Purwokerto dapat dibaca pada tulisan lainnya. Yakni Wisata Taman Mas Kemambang dan Kondangan Sambil Jalan-Jalan di Purwokerto, Menginap di Hotel Luminor. 

Cerita Naik Menara Teratai Purwokerto akan segera ditulis pada postingan berikutnya.

Enak sekali makan soto Sokaraja

Terima kasih telah membaca 💖

--Pantun yang sederhana sekali 😂😅