Tampilkan postingan dengan label keliling pontianak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keliling pontianak. Tampilkan semua postingan

Nikmati Aneka Kuliner Khas Kalimantan Barat di Pondok Ale-Ale Pontianak

Pondok Ale-Ale Sajikan Kuliner Khas Pontianak  -  Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke suatu daerah tanpa mencicipi kuliner khas yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Begitu juga ketika bertandang ke Kota Pontianak pada bulan April lalu, beragam kuliner khas saya buru dan berhasil saya coba. Salah satunya adalah Ale-Ale. Kerang putih yang dimasak Asam Pedas khas Pontianak ini saya nikmati kelezatannya di Restoran Pondok Ale-Ale. 
Kuliner Ale-Ale Khas Kalbar di Pondok Ale-Ale Pontianak
Kuliner Ale-Ale Khas Kalbar di Pondok Ale-Ale Pontianak

Kulineran Bareng Tim Forest Talk

Saya ke Pontianak dalam rangka acara Forest Talk with Blogger Pontianak. Acara tersebut digelar oleh Yayasan Dr Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Saya berangkat bersama tim panitia, termasuk para pembicara Ibu Amanda Katili dan Ibu Atik Widiyanti, serta Mas Amril, Mas Sihar, dan Hendika. Kami tiba di Pontianak Jumat sore (19/4/2019), bermalam di Hotel Ibis Pontianak sampai hari Minggu tgl. 21/4/2019.

Ibu Amanda sangat menyukai kegiatan wisata kuliner. Pergi bersama beliau tidak usah bingung bakal miskin kegiatan, karena pasti ada agenda jajan-jajan dan jalan-jalan seru. Tinggal ikut kemana beliau melangkah, pasti ketemu tempat-tempat makan yang layak untuk diburu. Pengalaman Bu Amanda soal kulineran jangan diragukan lagi, lebih kaya dari pada saya. Nah, malam pertama di Pontianak, kami langsung memburu menu khas Pontianak.


Tim Forest Talk: Ibu Amanda, Ibu Atiek, Mas Amril, dan saya. Minus Hendika dan Mas Sihar

Pondok Ale-Ale Restoran Khas Kalbar Terkenal di Pontianak

Selama di Pontianak kami menggunakan mobil sewa lengkap dengan supir. Supirnya kami panggil dengan nama Mas Sudin. Mas Sudin inilah yang membawa kami ke Restoran Pondok Ale-Ale. Malam itu (Jumat, 19/4/2019) kami menginginkan dinner dengan menu-menu khas Kalimantan Barat. Dengan penuh percaya diri, Mas Sudin tancap gas membawa kami ke Jalan Sutoyo, tak begitu jauh dari lokasi hotel Ibis yang kami inapi. Di sanalah kami makan malam.

Menurut rekan-rekan blogger, Mas Sudin sudah tepat membawa kami ke Pondok Ale-Ale. Sebab, restoran tersebut memang sering jadi rujukan bagi pendatang yang ingin menikmati menu-menu spesial ala Kalimantan Barat. 

Di Pontianak ada 4 Restoran Pondok Ale-Ale. Masing-masing terletak di Jl. Putri Dara Nante, Jalan Putri Candramidi (Podomoro), Ayani Megamall, Transmart Kuburaya dan yang paling baru ada di Jalan Sutoyo. Nah, yang di Jalan Sutoyo inilah yang menjadi tempat kami dinner. Alamat tepatnya di Jalan Letjen Sutoyo, Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak.


Restoran Pondok Ale-Ale Jalan Sutoyo

Jokowi Nikmati Makanan Kalbar di Pondok Ale-Ale

Ada cerita seru yang dituturkan oleh Mas Sudin perihal Pondok Ale-Ale. Katanya, 3 minggu sebelum kami datang, Pak Jokowi baru saja makan di Pondok Ale-Ale. Tepatnya tgl 27 Maret 2019. Ya, di restoran yang sama Presiden RI tersebut pernah menikmati masakan Asam Pedas khas Kalbar. 

Pemilik resto sangat bangga restonya di kunjungi Jokowi. Beberapa jam sebelum Jokowi tiba, resto “disisir” demi keamanan sang presiden. Para pekerja membersihkan dan merapikan setiap sudut resto, sikap ditata, senyum diuntai, makanan disiapkan. Demikian Mas Sudin berkisah. Terselip bangga di setiap kata yang ia ucap.

Kisah sang presiden makan di Ale-Ale menjadi buah bibir. Jadi pemanis promosi para driver, guide, bahkan seluruh pekerja restoran. Saya jadi penasaran akan kehebatan menu-menu Resto Pondok Ale-Ale yang telah membuat sang presiden kepincut untuk bersantap ria. Seperti apa rasanya?

Pondok Ale-Ale Jalan Sutoyo
Pondok Ale-Ale Jalan Sutoyo

Makan Besar di Restoran Besar

Kadang saya mengukur enak nggak enaknya makanan di suatu restoran itu dengan cara melihat tempat parkirnya. Jika ramai kendaraan, berarti banyak yang datang untuk makan. Jika banyak yang makan, apalagi tiap saat, berarti citarasa makanannya memang nggak diragukan lagi, banyak yang suka! Cara ini nggak mutlak sih hehe. Kudu coba makanannya juga. Tapi bisalah jadi gambaran yekaaaan? 😃

Malam itu area parkirnya penuh. Saat masuk, ternyata memang banyak orang. Tempat makan di area teras penuh, di dalam penuh, di belakang (lesehan) juga penuh. Di lantai 2? Entah. Kami tidak naik karena buru-buru ambil meja dekat tangga yang kebetulan baru saja ditinggal tamu sebelumnya. Langsung deh kami ambil buat tempat kami makan.

Dilihat dari banyaknya ruang tempat makan, restoran ini jelas terbilang besar. Uniknya nih, Pondok Ale-Ale menerapkan konsep open kitchen. Jadi, saat kita berjalan masuk, di sebelah kanan setelah pintu masuk ada dapur terbuka. Di situ saya bisa melihat chef dan kru sibuk bekerja membuat makanan.

Dapur terbuka

Ada lesehannya juga

Ale-Ale Menu Spesial ala Kalimantan Barat

Saya tidak terlalu paham jenis makanan khas Pontianak itu apa saja. Saat dibilang di Pondok Ale-Ale ini banyak menyediakan aneka menu khas Kalimantan Barat, saya anggap semua menu yang disediakan adalah menu asli Kalbar.

Menu apa yang paling direkomendasikan oleh pelayan kepada kami? Apa lagi kalau bukan Ale-Ale, si Kerang Putih. Sebenarnya, nama ale-ale mengingatkan saya pada nama minuman kemasan. Padahal Ale-Ale itu jenis kerang sungai yang dijadikan teman makan nasi. Ya, mana pernah saya berpikir Ale-Ale itu kerang hehe. Saking populernya ale-ale sebagai kuliner Kalbar, namanya sampai dijadikan nama resto. 

Ale-Ale adalah sejenis kerang yang mirip dengan remis, tapi memiliki bentuk lebih kecil. Cangkangnya berwarna putih dan dagingnya berwarna putih bening. Ale-ale hanya bisa ditemukan di Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Kota Ketapang adalah kabupaten terbesar di Kalimantan Barat yang terletak di Desa Sungai Pawan. Karena itu penyebutan Ale-Ale biasanya diikuti dengan Ketapang, jadi Ale-Ale Ketapang. 

Menu Ale-Ale, kerang putihnya keliatan?

Menurut cerita Mas Sudin, Ale-Ale baisanya diolah menjadi beberapa macam masakan, di antaranya ale-ale rebus (paling simple), ale-ale asam manis, ale-ale bumbu mercon, dan serundeng ale-ale. Nah, di Pondok Ale-Ale ini hanya ada 2 pilihan cara masak. Ale-Ale Asam Pedas atau Ale-Ale bumbu mercon. 

Saya memilih Ale-Ale Asam Pedas. Kenapa? Konon Asam Pedas merupakan ciri khas masakan Pontianak. Terbuat dari bumbu yang menghasilkan perpaduan rasa asam, manis, asin, dan gurih. Biasanya menjadi menu untuk makanan berbahan ikan, kerang, udang, kepiting, atau cumi. 

Saya kira Ale-Ale disajikan agak kering dengan rasa bumbu Asam Pedas yang pekat. Ternyata berkuah dan kuahnya kuning mirip gulai Gangan Belitung. Tapi lebih kaya rempah dan citarasanya sedikit berbeda, lebih asam. Ale-ale nya sih mampu saya habiskan, tapi kuahnya enggak. 

Aneka menu spesial ala Kalbar

Menu-menu khas Kalbar di Pondok Ale-Ale

Selain Ale-Ale Asam Pedas sebagai pesanan prioritas, Ibu Amanda juga memesan Ayam Sizchuan, Gulai Pakis, Ikan Fillet Saos Lada, Mun Tahu Sutera Jamur, dan Tumis Batang Keladi untuk kami nikmati berlima. 

Oh ya, kami dinner hanya berempat, tanpa Hendika dan Mas Sihar. Malam itu Mas Sihar ada urusan penting yang harus ia kerjakan di hotel. Sedangkan Hendika masih puasa dalam rangka Good Friday. Mas Sudin supir diajak bu Amanda makan bersama kami satu meja. Saya suka cara bu Amanda.

Buat saya, selain Ale-Ale Asam Pedas, Gulai Pakis dan Tumis Batang Keladinya istimewa. Dua menu ini sangat legend di Sumatera, terutama bagi saya orang Melayu, dan saya punya memori indah dengan nenek saya. 

Dulu nenek saya rajin memasak pakis dan batang keladi, menu kesukaan kakek. Kami cucu-cucunya jadi tak asing lagi bila bertemu menu seperti ini. Makanya, kemarin saya agak kalap, ketemu pakis dan keladi makan jadi pingin nambah-nambah. Antara memang lapar dan teringat kenangan masakan nenek 😂 Kalau di Jakarta, tumis pakis bisa ditemui dalam masakan ketupat Padang.

Gulai Pakis 
Tumis Batang Keladi
Ikan Fillet Saos Lada
Mun Tahu Sutera Jamur
Sambal terasi oh sedapnya

Es Lidah Buaya Minuman Khas Pontianak

Es lidah buaya merupakan minuman khas Kalbar yang jadi favorit banyak orang. Malam itu hanya saya seorang yang memesan Es Lidah Buaya. Yang lain memesan Es Jeruk Besar dan Orange Jus Kelapa. Es Lidah Buaya sungguh enak, manis segar, dan tentunya sehat buat pencernaan. 

Esoknya, tiap makan di restoran saya kembali pesan minuman yang sama, Es Lidah Buaya. Kata Bu Amanda saya ketagihan hihi. Saya memang mudah ketagihan bu, soalnya makanan / minuman berasa enak semua di lidah saya 😂

Es Lidah Buaya Pontianak

Manfaat Ale-Ale Bagi Kesehatan Tubuh

Selain enak, Ale-Ale si Kerang Putih ternyata mempunyai manfaat baik buat tubuh. Mas Sudin sempat menyebutkannya pada saya, tapi saya lupa rinciannya. Btw, Mas Sudin itu serba tahu, informasinya banyak. Orangnya juga ramah dan sopan, mungkin karena itu kami betah ya dibawa sama dia 3D2N keliling Pontianak.

Saya membaca artikel-artikel dari sumber yang insha Allah terpercaya, disebutkan bahwa mengkonsumsi Ale-Ale dapat membantu mengatasi anemia, menjaga kesehatan jantung, membentuk dan merawat otot, serta menjaga fungsi sitem saraf. Nah, tuh bagus kan manfaat si kerang putih.

Masih banyak pilihan menu di Pondok Ale-Ale. Sayangnya saya tak bisa menghafal nama-nama menu yang ada di buku menu. Ketika memesan makanan, mata saya hanya fokus pada Ale-Ale, lainnya saya abaikan. Semoga saja sedikit menu yang saya tampilkan dalam tulisan ini bisa menjadi gambaran buat siapa saja yang baru akan makan di Pondok Resto. Cobain deh gulai pakis dan tumis batang keladinya. Sedap.

Di Pondok Ale-Ale juga sedia menu tempoyak. Itu lho buah durian yang difermentasi, rasanya asam. Biasanya dimasak dengan sambal. Kemarin kami tidak pesan. Ada yang sudah pernah coba? 

Nikmatnya makan di Pondok Ale-Ale 

Nikmatnya Makan di Pondok Ale-Ale

Saya baru satu kali makan di Pondok Ale-Ale. Rasanya senang dan puas bisa mencicipi menu-menu otentik Kalimantan Barat di restoran ini. Memang tak semua menu saya coba, tapi yang kami pesan sudah mewakili kuliner khas Kalbar. 

Kalau liburan ke Pontianak wajib mencicipi masakan khas Kalimantan Barat, tempatnya di Pondok Ale-Ale. Buka dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam. Weekdays atau weekend sama ramai. Bila datang dengan rombongan, sebaiknya melakukan reservasi untuk memastikan ketersediaan meja.

Ale-Ale Asam Pedas, Gulai Pakis, dan Tumis Batang Keladinya recommended. Wajib coba.


Restoran Pondok Ale-Ale
Jalan Letjen Sutoyo Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan.
Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Instagram @pondok.aleale

Sensasi Minum Kopi Racikan Barista Bertelanjang Dada di Warung Kopi Asiang Pontianak

Warung Kopi Asiang Pontianak - Di Kota Pontianak terdapat berbagai kedai kopi legendaris dengan atraksi kopi yang keren. Masyarakat di kota ini memang punya budaya minum kopi yang unik. Mereka terbiasa berbondong-bondong minum kopi di kedai sejak pagi hari. Salah satunya di Warung Kopi Asiang yang terletak di Jalan Merapi, Pontianak, Kalimantan Barat. 
kopi legendaris pontianak
Warung Kopi Asiang Pontianak

Jumat malam (19/4/2019) seusai bersantap malam lezat di Rumah Makan Ale-Ale (rumah makan masakan khas Pontianak), saya dan Ibu Amanda, Mbak Atiek, dan Mas Amril, pergi melihat-lihat suasana malam kota Pontianak. Tujuan kami Gajah Mada Coffee Street. Oh ya, saya ke Pontianak dalam rangka mengikuti kegiatan Forest Talk with Blogger yang digelar oleh Yayasan Dr Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Bu Amanda dan Mbak Atiek adalah 2 pembicara dalam talkshow di acara tersebut. Sedangkan Mas Amril adalah moderatornya. Kami berada di Kota Pontianak selama 3 hari.

Bu Amanda bercerita tentang warung kopi yang pernah dilihatnya. Katanya, kopinya enak, pengunjungnya ramai, suasananya seru, nuansa Melayu nya kental, pokoknya lain dari yang lain. Saya penasaran pada suasana yang digambarkan, bukan pada kopinya (saya memang bukan penggemar kopi hihi). Maka, ketika mobil kami melintas di Jalan Gajah Mada, saya memasang mata tajam-tajam. 
Salah satu kedai kopi di Gajah Mada Coffee Street

Gajah Mada Coffee Street

Sebutan Gajah Mada Coffee Street memang tepat. Warung kopi di kawasan ini mudah sekali dijumpai. Warungnya ada di banyak tempat, di ruko-ruko yang berderet sepanjang jalan. Tampilan warung-warungnya sederhana, bukan mentereng dan modern ala coffeeshop. Satu hal yang bikin saya takjub adalah membludaknya orang-orang yang duduk minum kopi. Dari dalam hingga luar warung tumpah ruah. Bahkan, motor-motor pengunjung turut berjejal di bagian depan hingga pinggir jalan. Seakan tak menyisakan ruang sedikitpun untuk sekedar lewat. Bukan hanya satu warung ramai orang, tapi hampir semua warung. 

Saya jadi ingat suasana malam hari di Aceh, kota dengan budaya minum kopi yang unik, dan warung-warung kopi yang selalu dipadati kaum Adam. Di Pontianak ini, makin malam pengunjung makin ramai. Tak ada waktu tertentu, weekdays dan weekend warung-warung kopi tetap diserbu. Kebiasaan ngopi memang menjadi tradisi warga Pontianak yang tidak bisa ditinggalkan. Biasanya didominasi oleh laki-laki, tapi bukan berarti tak ada perempuan yang masuk warung dan minum kopi.

Mas Sudin, supir mobil yang kami sewa bercerita. Katanya, ada 2 warung kopi legendaris yang sangat terkenal di Pontianak, yaitu Warung Kopi Asiang dan Warung Kopi Aming. Hmm…nama-nama bernuansa Tionghoa banget ya. Memang iya! Apakah malam itu kami bakal mampir? Oh tidak. Sabtu malam dan Minggu pagi kami baru ke sana. Malam itu, Kopi Asiang dan Kopi Aming cukup jadi penghias bibir dulu.
Kedai Kopi di Kota Pontianak

Sesaat di Warung Kopi Aming

Rencana pergi ke Warung Kopi Asiang baru terealisasi hari Minggu pagi (21/4/2019). Hari Sabtu (20/4/2019) kami sibuk acara, kegiatannya sampai sore. Usai acara lanjut jalan-jalan ke Tugu Khatulistiwa, Rumah Radakng (Rumah Panjang), dan sunset-an di Sungai Kapuas. Sampai di kota sudah malam. Dalam perjalanan menuju hotel Ibis Pontianak, kami diajak melewati Warung Kopi Aming. Kami mampir. Tapi bukan untuk duduk-duduk minum kopi. Mbak Atiek masuk memesan kopi (take away). Sedangkan saya, apa lagi yang akan diperbuat selain sibuk berburu foto untuk bahan cerita. 

Menurut cerita supir, Pak Jokowi pernah mampir ke Warkop Aming. Beliau memesan secangkir Kopi Susu seharga Rp 9.000,- dan mencicipi Roti Srikaya Panggang. Warkop Aming memang terkenal sebagai salah satu warkop legendaris yang ada di Pontianak. Sudah buka sejak 1970. Saking populernya, Kopi Aming sampai buka cabang di Jakarta. Ok baiklah. Suatu hari nanti bila kembali lagi ke Pontianak, saya akan berlama-lama di sini. Menikmati suasana sambil menyeruput kopi, berdua Mas Arif. 

Aming Coffee
Jl. Haji Abbas 1 No.157, Benua Melayu Darat.
Pontianak Selatan, Kalimantan Barat.
Telp: 0812-5609-230
Jam Buka: 06.00 - 23.00.

Aming Coffee Pontianak (in frame : Mbak Atiek)

Warkop Asiang Kuliner Wajib Dikunjungi di Pontianak

Saya sangat bersemangat menyambut perjumpaan dengan Koh Asiang, sang barista bertelanjang dada. Bukan mau lihat dadanya lho yaaa. Itu aurat! Asyiaaaap! Haha.

Saya mempersiapkan diri dengan sarapan penuh gizi di resto Ibis Pontianak, tempat saya menginap. Pokoknya, perut tak kan dibiarkan kosong demi secangkir kopi Asiang. Kenapa perut harus berisi? Sebab bakal ada efek ‘mabok’ jika saya minum kopi dalam keadaan lambung kosong. Mual, mulas, sakit kepala, bahkan bisa muntah-muntah. Lambung saya memang bermasalah, jadi mesti dijaga. Saya tak mau ambil resiko gara-gara kopi. 

Jam 8 kami meluncur. Warkop Asiang jadi tujuan pertama. Maka, mobil tidak belok kemana-mana, langsung melaju cepat ke Jalan Merapi, membawa Bu Amanda, Mbak Atiek, Hendika, dan saya. Mas Amril tak bersama kami, sudah pulang ke Jakarta Sabtu sore. Tapi Mas Amril sudah lebih dulu jumpa Asiang, dia ke sana Sabtu pagi. 

Kami agak berkejaran dengan waktu, sebab jam 10 Mbak Atik, Bu Amanda, dan Hendika harus berangkat ke bandara. Pesawat mereka jam 12. Sedangkan saya 17:45. Masih lama. Begitu mobil sampai di depan warkop Asiang, semua bergegas turun, langsung masuk mencari bangku. Urusan parkir biar Mas Sudin supir yang urus. Di warkop memang tak ada tempat parkir, gangnya sempit. Apalagi banyak orang. Jadi, kalau bawa mobil memang agak repot. 
Warung Kopi Asiang Pontianak
Warung Kopi Asiang Pontianak

Warung Kopi Tradisional, Sederhana Tapi Terkenal

Sederhana. Itulah yang terlihat dari Warung Kopi Asiang. Menempati 3 ruko, seharusnya warung ini sudah terbilang besar. Tapi, begitu ramainya orang di dalam dan di luar, warung jadi tampak sempit. Bahu-bahu bersenggolan, lutut di bawah meja pun harus diatur agar posisi duduk tak kena orang lain yang ada belakang/samping. 

Meja-meja dan bangku plastik memenuhi bagian luar warung. Berbagi tempat dengan dapur kecil yang terbuka. Dapur itu bukan sembarang dapur, tapi dapur tempat sang legenda meracik kopi pesanan para pengunjung. Di sanalah Asiang bisa djumpai. 



Sosok Asiang, Barista Kondang Tanpa Baju

Sebagai warkop paling terkenal di Pontianak, tak heran bila kawan-kawan di Pontianak berpesan pada saya: “Wajib ngopi di warkop Asiang, legendaris! Jangan lupa berfoto dengan Koh Asiang nya ya. Nggak pakai baju. Ikonik!” Ok, berarti nggak afdol kulineran di Pontianak tanpa ngopi di warkop Asiang. Dan, sebutan “nggak pakai baju” itu pun jadi semacam brand yang bikin saya jadi penasaran seperti apa sosok Asiang.  

Peramu kopi sekaligus pemilik kedai kopi kondang itu bernama Yohanes Fendi, ia kondang dengan nama panggilan Koh Asiang. Badannya tinggi besar, kekar dan berkepala pelontos. Ciri khasnya tidak memakai baju, hanya bercelana pendek. Yes, pria kelahiran tahun 1958 itu sudah terbiasa meracik pesanan kopi dengan telanjang dada. Tak pernah sekali pun menggunakan baju. Kebiasaan ini telah menjadi semacam identitas yang membuat Asiang jadi kesohor. 

Koh Asiang sibuk di dapurnya

Ingin rasanya cepat-cepat wefie berdua sang barista. Biar kayak orang-orang. Tapi apa daya Koh Asiang sibuk melayani pembeli. Saya juga agak ragu mengajak berfoto. Wajahnya tampak tanpa ekspresi, irit bicara, dan jarang tersenyum. Saya panggil pun tak dilihat 😂

Sesekali saja Koh Asiang bicara pada pelayannya, menanyakan pesanan tamu sudah beres atau belum. Suaranya menggelegar, mungkin biar mengalahkan berisiknya suara orang-orang. Sangar euy. Antara ngeri dan ingin senyum-senyum saya liatnya 😁

Gesit meracik kopi

Tangan kiri dan kanannya gesit bergerak menuangkan air ke sebuah wajan besar, meracik kopi, menyiapkan cangkir, mengisi susu, dan menuangkannya. Tangan kirinya terangkat tinggi ketika menuangkan kopi ke cangkir. Sementara tangan kanan sibuk mengaduk dan menyaring bubuk kopi berkali-kali yang dituangkan ke dalam teko. Atraksi keren ini sangat menghibur. 

Setelah puas mengambil foto dan video, saya mencoba wefie. Biarin deh berjarak. Yang penting ada muka saya dan muka Koh Asiang dalam satu frame. Eeeh ajaibnya nih, pas saya selfie, dia melihat ke kamera hp, dan tersenyum! Wkwkwk. Sadar wefie juga dia. 

Akhirnya liat Koh Asiang tersenyum 😂

Bersantai, Ngobrol, Hingga Transaksi Bisnis

Bagian dalam warung sudah penuh orang. Di luar lebih ramai lagi. Bangku-bangku plastik tak ada yang kosong, semua diduduki. Untunglah rombongan kami masih kebagian tempat. Itu juga dapatnya pas banget ada yang pergi. 

Sebagaimana umumnya warung kopi tradisional, warung ini terbuka. Yang di dalam kelihatan dari luar, begitu juga sebaliknya. Di dalam hanya pakai kipas angin, di luar kipas alami alias angin beneran. Orang bebas merokok. Kebanyakan sih yang merokok itu duduk di luar. Tapi asap tetap masuk. Ya memang beginilah keadaannya. Orang-orang betah saja duduk, yang datang tetap berbondong-bondong. Nggak peduli gerah, dan juga nggak peduli baristanya menyeduh kopi sambil keringatan. Pokoknya ngopi. Titik. 

Di luar dan di dalam selalu penuh

Hening? Jangan harap. Berisik terus nggak pernah sunyi. Suasana begini paling menyenangkan bagi saya, bikin bergairah. Beda kalau pasar atau mall, ramai dan berisiknya bikin pusing. Di warkop saya malah pasang telinga, menguping berbagai ocehan, dari obrolan serius sampai ngalor ngidul. 

Kata Mas Dwi Wahyudi, banyak transaksi terjadi di warung kopi, nilainya sampai miliaran. Memang,  nggak semua yang datang untuk berbisnis, kadang cuma bersantai. Kata Radit Mananta, ada nggak ada duit pokoknya nongkrong di warung kopi. Kadang, pernah ada yang datang duduk satu meja berempat, tapi pesan kopinya cuma satu. Padahal gaya sudah necis, badan harum, tapi bokek. Hehe. Di sini, laki-laki rapi jelly hingga yang kusut dan tampak belum mandi berkumpul. Sama-sama menikmati kopi. Kami juga dong! 

Semua orang ngopi!

Minum Kopi Susu Asiang

Pelayan perempuan menanyakan pesanan. Kopi hitam atau kopi susu? Kue atau roti? Itu saja? Di sini nggak banyak menu. Tapi, apa yang tersedia cukup nampol buat sarapan di pagi hari. Kuenya banyak jenis, ini nih yang bikin ngiler. Ada beberapa kue yang baru saya lihat bentuknya, tampaknya enak. Sayang perut sudah kenyang, kuenya cuma saya lirik. Saya minum kopi susu, dan saya berhasil menghabiskannya sodara-sodara! 


Minum kopi Asiang bareng Bu Amanda, Mbak Atiek, dan Hendika

Foto Bersama Asiang

Usai minum, saya beranjak mendekati dapur lagi. Saya masih penasaran untuk berfoto bareng Koh Asiang. Difoto ya, bukan wefie. Apa kali ini berhasil? Koh Asiang masih tetap sibuk. Di dekatnya ada seorang pemuda berparas Tionghoa. Saya tebak-tebak buah manggis. Mungkin itu cucunya Koh Asiang. Anaknya kaliii! Ah terserah. Saya cuma mau bilang ke pemuda itu bahwa saya mau numpang foto sama Koh Asiang. 

Ajaib, akhirnya saya dan Bu Amanda berhasil foto bareng Koh Asiang. Haha. Pencapaian banget ya foto sama sang barista. 

Kamu mau kopi buatanku atau buatan Koh Asiang?

Resep Turun Menurun Kopi Asiang

Saya mungkin terlihat sering mendatangi kedai kopi atau coffee shop. Tapi sesungguhnya, tiap saya masuk kedai kopi tidak berarti minum kopi. Sebab saya bukan penggemar kopi. Alasan saya masuk kedai kopi macam-macam. Kadang cuma ingin bersantai, menikmati suasana, atau pun mencicipi menu favorit selain kopi. Kalau ada yang ajak ngopi, tetap saya jabanin. Paling persiapan perut dulu. Meski bukan penikmat kopi tidak berarti saya tidak penasaran dengan resep-resep kopi yang disajikan. Apalagi kalau kedai kopi terkenal, pastilah ada sesuatu dengan kopinya. Nah, apa yang menjadi kunci dari Kopi Asiang sehingga banyak yang memburunya?

Dilihat dari usianya, warung Kopi Asiang sudah terbilang tua. Dirintis pertama kali tahun 1958 oleh ayahnya Asiang. Awal-awalnya, keluarga Asiang berdagang kaki lima, hingga akhirnya pindah ke dalam ruko. Selama berkiprah, keluarga Asiang menggunakan resep turun-temurun. Kunci utamanya ada pada biji kopi yang digunakan yaitu kopi Robusta asli Kalimantan Barat. Menurut keterangan, kopi tersebut digoreng dan digiling sendiri oleh keluarga Asiang. 

Menjadi Barista di Warung Kopi Warisan Keluarga

Teknik Meracik Kopi ala Asiang

Sama seperti kebanyakan warung kopi di Pontianak, racikan kopi Asiang hanya terdiri dari bubuk kopi dan gula. Yang berbeda adalah teknik membuat kopi ala Hainan yang dipertahankan oleh Koh Asiang dari dulu sampai sekarang.

Mulanya, kopi diseduh menggunakan ceret khusus, lalu ceret ditarik-ulur sampai kopi yang tertuang dalam cangkir tampak berbuih. Cara membuat kopi seperti ini disebut dengan metode Hainan. Menurut sejarahnya, orang-orang Hainan-lah yang mewarisi cara membuat kopi dengan disaring dan ditarik. Teknik ini membuat aroma kopi keluar optimal. 

Setelah ceret ditarik-ulur, kopi disaring menggunakan saringan unik berbentuk panjang. Kemudian kopi disajikan dalam cangkir kecil tebal. Tips ala Asiang agar seduhan kopi jadi sempurna ada pada air seduhan yang dipakai yaitu harus benar-benar mendidih. Sedangkan untuk takarannya, 5 sendok kopi untuk 1 teko air. 

Ciri khas Asiang saat meramu kopi sudah lama menjadi buah bibir. Tak heran bila sejumlah stasiun televisi swasta, majalah nasional, koran, dan surat kabar daring internasional pernah meliputnya. Koh Asiang tentu bangga. Ya, saya pun turut bangga melihat kedai kopi tradisional bisa berjaya di kotanya sendiri.

Koh Asiang mempertahankan metode meracik kopi ala Hainan 

Warkop Asiang Buka Sejak Jam 3 Pagi

Kapan waktu terbaik ngopi di Warung Kopi Asiang? Kalau saya sih sukanya pagi dan malam hari. Kalau siang agak kurang nyaman. Bukan jam-jam bersantai soalnya hehe. Iya, saya mikirin suasana, bukan kebutuhan minum kopinya. Sensasi paling seru berada di warkop menurut saya malam hari. Soal ini, kembali ke selera masing-masing juga sih.

Ada yang suka ngopi dini hari? Nah, warung Kopi Asiang buka mulai pukul 03.00. Pagi sekali! Jam segitu saya masih mimpi indah di tempat tidur wak!

Warkop Asiang buka Jam 3:00 - 16:00. Di jam-jam tersebut Asiang bekerja melayani pembeli. Jam paling sibuk dialaminya sejak pukul 06.00 hingga sekitar pukul 11.00 WIB. Pelanggan yang datang di pagi hari biasanya warga yang habis berolah raga. Pengunjungnya dari berbagai kalangan, mulai dari warga biasa hingga pejabat. 

Dilihat dari ketiadaan tempat parkir, paling mudah datang ke warkop ini pakai motor. Kalau pakai mobil, bakal numpang parkir di tempat yang cukup jauh. Ruas jalan depan warkop tak begitu lebar. Nggak mudah untuk parkir begitu saja. 

Tak pernah sepi

Foto-foto Koh Asiang bersama pejabat dan artis terpampang di dinding

Menu dan Harga Kopi

Menu kopi hanya ada dua pilihan: Kopi Hitam dan Kopi Susu. Sedangkan makanan ada beberapa. Kue, telor rebus, roti, dan makanan berat seperti bubur ayam.

Secangkir kopi hitam dihargai Rp6.000,- Untuk Kopi susu dihargai Rp9.000,- 
Sedangkan jika kopi itu dibungkus, harganya menjadi Rp11.000,- 
Aneka kue (kue apem, serabi, pastel, dll) dihargai Rp3.000,- Untuk roti selai Rp 5.000,- Bila ingin agak berat, semangkuk bubur ayam dan telur setengah matang juga nikmat untuk disantap.

Melihat pengunjung yang selalu ramai sejak pagi sampai malam, adakah yang bisa menebak berapa kilo kopi yang dihabiskan dalam sehari? 10 Kilogram, sekitar 300 gelas gaessss.

Kue-kue untuk menemani minum kopi

Cangkir Unik Khas Kopi Asiang

Jika diamati, kopi hitam dan kopi susu hangat yang disajikan menggunakan cangkir keramik khas Cina tempo dulu. Ukurannya mungil dan bergambar hiasan motif kembang pacar berwarna hijau pupus. Khas gaya Indo-China. Puluhan cangkir keramik cream tersebut lengkap dengan cawan kecil. 

Cangkir keramik bergaya Indo-China


Asiang Terus Bekerja Meracik Kopi

Pengunjung datang dan pergi, masuk dan keluar silih berganti. Tapi Asiang seakan-akan tak peduli. Ia tetap sibuk bekerja, meracik kopi pesanan pembeli. 

Bagi saya seorang pengunjung, saya mengingat Asiang sebagai barista yang unik. Suasana warungnya layak untuk dirindukan. Bagi Asiang, mana ada saya dalam ruang ingatannya, apalagi dirindukan. Kecuali saya datang tiap hari, bertemu dan bersapa sebelum menyeruput kopi. Eh tapi, kalau tiap hari, mungkin saya malah akan ditandai 😂

Minum kopi di Warkop Asiang Pontianak 
(Ibu Amanda, Mbak Atiek, Hendika, Mas Sudin supir, Hendika) 
Minggu, 21 April 2019


Sudah panjang usia Warkop Asiang. Sepanjang itu pula ia diingat sebagai “Kopi Telanjang”. Semoga tetap panjang umur dalam pahit dan manisnya kehidupan.

Warkop Asiang. Sederhana, tapi melekat kuat dalam ingatan para pelanggan setia.

Destinasi kuliner favorit di Pontianak ini wajib masuk list.

Warung Kopi ASIANG
Jl. Merapi, Benua Melayu Darat.
Pontianak Selatan, Kalimantan Barat.
Telp: 0813-1718-1918
Jam Buka: 03.00 - 17.00