Tampilkan postingan dengan label hotel bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hotel bandung. Tampilkan semua postingan

Ada Nuansa Masa Lalu di Jalan Asia Afrika Bandung

jalan asia afrika bandung
Jalan Asia Afrika Bandung

Bulan Juli tahun 2019, sewaktu melancong ke Bandung bersama beberapa kawan blogger, saya mencari penginapan di sekitar Jalan Asia Afrika. Alasan saya saat itu tak lain agar mudah bagi kami untuk menikmati suasana Bandung tempo dulu tanpa harus berkendara jauh melintasi ruas jalan padat yang kerap bikin waktu terbuang begitu saja.


Seperti diketahui oleh banyak orang, Jalan Asia Afrika dan sekitarnya, termasuk Braga, kental dengan nuansa masa lalu. Sejumlah bangunan bersejarah bergaya art deco masih berdiri hingga kini, jadi kebanggaan warga Kota Bandung. Nah, jika dapat hotel sekitar Jalan Asia Afrika, tentu lebih mudah buat saya mendapatkan nuansa klasik masa silam yang saya inginkan. 


Salah satu hotel incaran saya waktu itu adalah Hotel Savoy Homann. Hotel tua tersebut merupakan salah satu bangunan cagar budaya Kota Bandung. Saya sangat senang ketika berhasil memesan kamar di Savoy Homann, karena akhirnya bisa merasakan bermalam di salah satu hotel bersejarah yang ada di Bandung. 


Pengalaman saya menginap di Savoy Homman dapat di baca pada tautan berikut (klik) : Savoy Homann Hotel Heritage Tempat Persinggahan Orang-Orang Penting. 


hotel heritage bandung
Hotel heritage di Bandung, Savoy Homann

Memesan Hotel di Bandung


Ada sensasi tersendiri yang dirasakan ketika menginap di hotel heritage. Namun kadang kita bertanya-tanya soal rate. Misalnya Savoy Homann, hotel bernilai sejarah yang berlokasi di tempat sangat strategis. Apakah tarif kamarnya terjangkau di kantong? Lalu jika tidak, cari lagi hotel heritage lain, di kawasan yang sama. Dan ternyata, harganya kurang lebih sama saja. 


Zaman now gampang sekali mendapatkan hotel yang diinginkan. Ada sejumlah OTA (online travel agent) terpercaya yang bisa kita jadikan sebagai tempat pencarian termudah dan mungkin juga murah, salah satunya Pegipegi. 


Mereka yang gemar bepergian tentu tak asing lagi dengan Pegipegi. Online travel agent satu ini merupakan situs online pencarian berbagai kebutuhan perjalanan. Selama terhubung dengan internet, kita tinggal buka hp atau laptop, lalu buka web dan mulai melakukan pencarian.

Nah, untuk mencari hotel murah di Bandung, kita bisa lakukan pencarian melalui situs Pegipegi. Silakan cek link berikut ya. Tampilan halaman web Pegipegi bisa dilihat pada gambar di bawah. Di sana ada pilihan untuk Hotel, Pesawat, Kereta Api, Bus & Travel, Promo, dan Travel Tips. Kita tinggal klik salah satunya dan mulai melakukan pencarian. 

Bagian terpenting yang jangan dilewatkan ada pada "Promo". Fitur ini memberi kita kesempatan untuk mendapatkan harga murah atas apa yang kita cari. Misalnya, promo Diskon Hotel s/d 2 juta yang saat ini sedang berlangsung. Siapa tahu mau cari hotel di Bandung dengan spesifikasi hotel heritage di sekitar Jalan Asia Afrika, bisa manfaatkan harga promo Pegipegi tersebut.  


Baca juga: Hotel Mewah di Bandung Terbaik Untuk Liburan Keluarga
hotel murah bandung
Pencarian Hotel di Bandung di Situs Pegipegi
hotel di bandung
Hasil pencarian Hotel di Bandung

Jalan Asia Afrika Bandung

Jalan Asia Afrika menyimpan banyak sejarah. Ketika melintas di jalan ini, hal pertama yang paling saya ingat, dan mungkin oleh banyak warga setempat, atau pun wisatawan yang rutin ke Bandung adalah Gedung Konferensi Asia Afrika yang  lebih dikenal sebagai Gedung Merdeka. 

Sebagai jalan dengan banyak gedung klasik di tepiannya, Jalan Asia Afrika tidak pernah sepi, baik oleh warga yang sekedar melintas, maupun oleh para wisatawan yang sibuk mengabadikan keindahan gedung-gedung tua. Gedung MerdekaHotel Grand Preanger dan Hotel Savoy Homann termasuk bangunan ikonik di Jalan Asia Afrika yang selalu jadi incaran lensa kamera fotografer. 

Di masa lampau, jalan Asia Afrika merupakan kawasan Groote Postweg, yaitu pusat kota yang merupakan tempat berkumpulnya para pemilik kebun di sekitar Bandung. Mereka menghabiskan waktu untuk melancong dan tentu saja sambil menginap. Kegiatan tersebut kemudian melatari dibangunnya dua hotel berbintang yaitu Hotel Grand Preanger dan Hotel Savoy Homann yang hingga kini masih dilestarikan.

Dalam sejarahnya, Hotel Grand Preanger telah ada di Bandung sejak tahun 1889, didirikan oleh seorang Belanda yaitu Van Deterkom. Pada tahun 1929 hotel direnovasi dengan arsitek Ir. Soekarno. Hotel Savoy Homann dibangun lebih dulu yaitu pada tahun 1880 oleh keluarga Homann asal Jerman yang telah bermukim di Bandung sejak tahun 1870.


Bagaimana rasanya menginap di hotel berusia tua? Saya dua kali berkesempatan menginap di Savoy Homann, pertama bulan April 2019, kedua bulan Juli 2019. Buat saya pribadi, setiap berada di hotel ini, saya seperti terbawa ke masa lalu.  Di masa lalu, selain ditempati oleh para delegasi Konferensi Asia Afrika, hotel ini juga pernah dikunjungi beberapa public figure terkenal. Tapi yang pasti, Hotel Savoy Homann adalah ingatan tentang para pemimpin negara yang menjadi pahlawan bangsa.


Baca juga: Masakan Sunda Warung Bu Imas Bandung
Titik Nol Kilometer Bandung

Tugu Nol Kilometer Bandung 

Senangnya menginap di Hotel Savoy Homann, otomatis dapat melihat Tugu Nol Kilometer Bandung dengan mudah. Ya, bagaimana tidak mudah kalau letaknya sangat dekat, tepat di seberang jalan depan hotel.

Tugu Nol Kilometer terletak di depan kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat. Tinggi tugu kurang dari satu meter, bertuliskan BDG (Bandung) 0 (Nol).  Awalnya, saya sama sekali tak menyadari keberadaannya. Sewaktu pertama kali berada di sana, saya lebih sibuk mengamati gedung-gedung klasik yang bertebaran di Jalan Asia Afrika. Lalu, setelah pihak hotel memberitahu, disusul teman-teman blogger Bandung yang hadir di acara Asus Blogger Gathering (April 2019), baru saya ngeh

Dari berbagai sumber yang saya baca, penandaan nol kilometer diberikan oleh Gubernur Jendral Daendels, tepatnya pada tahun 1811. Nah, di tugu ini terdapat mesin giling kuno pembuat jalan yang bernama stoomwhols, menyerupai lokomotif tua. Ketika didekati, terlihat sebuah prasasti yang diberi judul, 'Prasasti Bandoeng "0" (Nol)'. Dalam prasasti dikisahkan, "HW (Herman Willem) Daendels, Gubernur Jenderal (1808-1811) yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda, mengemban tugas salah satunya harus membangun Jalan Raya Pos (Grote Postweg) dari Anyer (Banten) sampai ke Panarukan (Jawa Timur)".

Banyak kota di Indonesia memiliki titik nol kilometer. Begitu juga Bandung. Titik nol kilometer Bandung merupakan tonggak sejarah berdirinya Kota Bandung. Tugu Nol kilometer dan Monumen Stoomwals didedikasikan untuk ribuan rakyat Jawa Barat yang menjadi korban kerja paksa saat proyek pembangunan Jalan Raya Pos. Di Tugu Nol Kilometer juga terdapat replika wajah dari Daendels, Bupati Wiranatakusumah, Soekarno, dan Gubernur Jawa Barat pada tahun 1945 yaitu Soetardjo Kertohadikusumo. 

Baca juga: Kuliner Khas dan Legendaris di Pontianak

Monumen Mesin Cetak Koran Harian Pikiran Rakyat. 
Mesin cetak koran ini pernah digunakan Pikiran Rakyat mulai tahun 1974-1986

Monumen Mesin Cetak Koran

Masih di tepi Jalan Asia Afrika, tak jauh dari Tanda Titik Nol Kilometer, persis di depan seberang hotel Savoy Homan, terdapat Kantor Harian Umum Pikiran Rakyat (PR). Nah, di depan kantor tersebut terdapat monumen mesin cetak koran (setter) kuno yang usianya sudah cukup tua. Siapa pun yang lewat di sana bisa menyaksikannya. Bahkan bebas berfoto bila suka.

Tak ada orang berjaga di monumen mesin cetak koran, jadi tidak ada yang bisa ditanya mengenai sejarahnya. Satu-satunya informasi yang bisa saya ketahui lewat prasasti di samping mesin, di sana tertulis mesin pernah dipakai harian Pikiran Rakyat pada tahun 1974 hingga 1986. Mesin terpasang di sana pada 2011. Diresmikan oleh Direktur Utama PR saat itu Joko Hendrarto, bertepatan dengan tanggal berdirinya koran Pikiran Rakyat pada tgl. 24 Maret 2011.

Untuk mengetahui lebih lanjut, saya mencari tahu lewat internet. Menurut artikel yang saya baca,  mesin setter yang dijadikan monumen tersebut buatan Inggris. Pikiran Rakyat menggunakan Linotype model 73 4728. Mesin ini pernah berjaya pada 1960 hingga 1970-an. Mesin linotype menjadi mesin standard untuk koran, majalah dan poster.  

Linotype adalah mesin typesetting yang bisa mengatur karakter dalam satu baris. Bukan huruf per huruf seperti dalam mesin monotype typesetting. Kecanggihannya membuat mesin ini kerap digunakan penerbitan pada jamannya. Mesin Linotype dipatenkan Ottmar Mergenthaler di Amerika Serikat pada 1884. Dia menggunakan mesin ini untuk pertama kali di ruang percetakan The New York Tribune pada 1886. Awalnya mesin ini berukuran tinggi 7 kaki, lebar 6 kaki, dan kedalaman 6 kaki. Mesin ini terdiri dari keyboard dengan 90 karakter. (sumber: Serbabandung.com
Sejumlah bangunan tua di Jalan Asia Afrika yang kece dijadikan spot foto

Museum KAA & Gedung Merdeka

Setelah Tugu Nol Kilometer dan Monumen Cetak Koran Harian Pikiran Rakyat, selanjutnya saya dan kawan-kawan mulai melihat-lihat gedung tua yang bertebaran di sekitar Jalan Asia Afrika. Kegiatan ini tentu saja lebih baik dilakukan dengan jalan kaki, karena mengamati dan memotret, sungguh tak mungkin dilakukan dengan sambil berkendara. Kalaupun berhenti, kendaraan tak bisa berhenti begitu saja. Tempat parkir pun jauh. Lagi pula, jarak antar gedung sangat rapat. Jalan kaki memang lebih tepat.

Sejumlah bangunan tua yang wajib disinggahi di Jalan Asia Afrika adalah Museum Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 1955. 

Kemudian Gedung Sate, dan Gedung De Vries. Di masa lampau Gedung De Vries dikenal sebagai toko serba ada pertama di Kota Bandung, milik orang Belanda bernama Andreas de Vries. Di masa kini, Gedung De Vries digunakan oleh OCBC NISP. 
Di dalam Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya KAA 1955

Semua gedung tua sarat sejarah yang terletak di Jalan Asia Afrika merupakan bangunan cagar budaya Kota Bandung yang tidak boleh diubah bentuknya. Karena itu bentuk bangunan sampai saat ini masih dipertahankan sesuai bentuk asli. 

Cerita lengkap saya saat mengunjungi tempat-tempat bersejarah tersebut akan saya bagikan pada tulisan yang lain. Silakan melanjutkan membaca pada postingan berikutnya 😘


Savoy Homann, Hotel Heritage Tempat Persinggahan Orang-Orang Penting

Hotel Savoy Homann merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Bandung yang dibangun pada tahun 1880 dengan pemiliknya seorang warga negara Jerman bernama Mr.A.Homann. Savoy Homann adalah investasi masa depan yang dilindungi dan dilestarikan sebagai warisan budaya bendawi. Ia merupakan salah satu hotel terbesar di Asia Tenggara pada masanya dan pernah menjadi tempat persinggahan orang-orang penting dunia. Pada bulan Juli 2019 ini, saya dan beberapa rekan blogger se-Nusantara turut merasakan singgah untuk menginap sekaligus mencicipi aneka menu istimewa di restorannya yang dikenal juara dalam hal citarasa. 
Hotel Savoy Homann Bandung

Melancong ke Bandung

Bandung adalah kota dengan banyak objek wisata menarik. Mudah bagi kota ini untuk memikat wisatawan agar datang dan berkunjung. Contohnya saya, tergoda berkali-kali, bikin selalu ingin datang lagi dan lagi. Datang ke Bandung pertama kali atau ke sekian kali, bagi saya sensasinya sama. Tetap asyik dan seru, dengan siapa pun saya datang.

Kali ini ke Bandung dengan beberapa BLUS, teman-teman di komunitas Bloggers ASUS. Ada Bang Emmet, Mas Eko, dan Tyar dari Jakarta, Bai dari Aceh, Mbak Dian dari Surabaya, Febri dari Jambi, Vina dari Pekanbaru, Afit dan Ima dari Jogja, Mbak Dedew dari Semarang, Deddy dari Palembang, dan Kang Didno dari Indramayu. 

Acara ASUS yang membuat kami bertemu dan berkumpul di Jakarta sejak tgl. 10-12 Juli 2019. Setelah itu, baru deh kami melancong bareng ke Bandung, menghadiahi diri dengan jalan-jalan senang dan jajan-jajan sampai kenyang  😂

Baca juga: Liburan ke Bandung Naik Kereta Rombongan
Melancong bareng ke Bandung

Staycation di Hotel Savoy Homann

Kami sepakat memilih Hotel Savoy Homann untuk menginap. Selain terletak di lokasi yang strategis, hotel di pusat kota Bandung ini punya keistimewaan yang tidak terdapat di hotel lain yakni pada sejarah "Heritage" zaman dulu yang tetap dipertahankan nilai historinya.

Bagi rombongan kami, ini bakal jadi pengalaman pertama menginap di Savoy Homann, tapi tidak bagi Kang Didno. Ia pernah bekerja beberapa bulan di sini, jauh sebelum jadi guru seperti sekarang. 

Menginap di Hotel Savoy Homann jadi yang kedua kali buat saya. Bulan April lalu saya pernah datang dan menginap saat mengadakan acara ASUS ZenBook blogger gathering bersama Bloggers Bandung. Saat itu saya datang bersama Anjas Maradita. Namun, acara ASUS membuat saya sangat sibuk, sejak persiapan hingga sepanjang acara yang berlangsung sampai malam. Usai acara badan lelah dan ngantuk, akhirnya istirahat saja, tiada kesempatan buat mengenali seisi hotel lebih dekat. 

Bulan April lalu Mbak Revinna Tova, Public Relation Hotel Savoy Homann pernah berkata kepada saya bahwa suatu hari nanti saya harus balik lagi ke Savoy Homann untuk menuntaskan rasa penasaran yang ada. Katanya, jika datang dengan keadaan lebih santai, bisa merasakan lebih dalam dan menikmati lebih banyak apa saja yang menjadi suguhan hotel. Tak disangka, 3 bulan setelah itu saya beneran balik lagi, ramean bareng Blus, di bulan Juli 2019. 
Tamu Hotel Savoy Homann (13/7/2019)

Memutar Sejarah Hotel Savoy Homann

Hotel Savoy Homann merupakan salah satu hotel terbesar di Asia Tenggara pada masanya. Hotel ini memperoleh kepercayaan dari pemerintah sebagai tempat terselenggaranya beberapa konferensi tingkat internasional, seperti Konferensi Asia Afrika, Konferensi P.A.T.A., Konferensi Islam Asia Afrika, dan lain-lain. 

Pada tahun 1884 turis yang datang ke Bandung semakin banyak. Hotel Homann pun kebanjiran tamu karena saat itu perjalanan via kereta api dari Batavia ke Bandung mulai dibuka dan mereka membutuhkan tempat menginap di Bandung selama beberapa hari. Kehidupan pariwisata Bandung pun makin marak. Hotel ini juga pernah dijadikan tempat Kongres Teh Sedunia dan Kongres Ilmiah Pasifik IV. Selain itu, sejumlah orang ternama seperti pemain film terkenal Charlie Chaplin dan Mary Pickford, Pakubuwono X, dan Sri Mangkunegoro VII, pernah menginap di hotel ini. 

Hotel Savoy Homann dulu hanyalah sebuah rumah bilik bambu yang dimanfaatkan menjadi penginapan. Pemilik hotel ini adalah keluarga Homann, mereka berasal dari Jerman dan pindah ke Bandung tahun 1870 dan merenovasi rumahnya sehingga seluruhnya berdinding tembok. Pada tahun 1880, Hotel Savoy Homann bernama Hotel Post Road dengan gaya arsitektur Baroq. 
Savoy Homann Hotel tempo dulu. Foto www.negorijbandoeng.com

Hotel mengalami perombakan pada akhir era 30-an dari hotel bergaya Baroq menjadi hotel yang hyper modern. Dengan arsitekturnya dikerjakan oleh A.F. Aarlbers dan R.A. de Wall pada tahun 1938. Sampai kemudian bentuknya berubah seperti sekarang.  

Salah satu perubahannya, hotel diberi ornamen kaca patri dan penggantian mebel serta kap lampu. Namun, hotel ini tidak lagi dikelola keluarga Homann, tetapi oleh Fr JA van Es. Pada periode tahun 1942-1945, ketika pasukan pendudukan Jepang menguasai Indonesia hotel ini dipergunakan sebagai wisma Jepang. 

Setelah Jepang masuk, hotel beralih fungsi menjadi asrama opsir Jepang, fasilitasnya menjadi rusak terbengkalai. Hotel kembali diserahkan kepada Belanda pada tahun 1945. Sayangnya, fungsinya diubah menjadi markas Palang Merah Internasional. Baru setahun kemudian, tahun 1946, dikembalikan kepada Van Es, dan ia kembali mengelola hotel hingga menutup mata pada tahun 1952. 

Pada tahun 1955 Hotel Savoy Homann dipakai sebagai tempat tinggal para kepala negara yang mengikuti Konferensi Asia-Afrika. Penyelenggaraan KAA pertama di kota Bandung, melibatkan banyak pimpinan negara dari seluruh wilayah Asia dan Afrika. Savoy Homann menjadi hotel tempat singgah dari para pimpinan negara tersebut. Bahkan hingga saat ini Hotel Savoy Homann Bandung masih memiliki kamar yang pernah ditempati oleh Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Oleh karna itu hotel ini juga dikenal dengan tagline Tempat Persinggahan Orang-Orang Penting.  

Savoy Homann Hotel kini. Foto www.ego.co.id

Hidangan Lengkap Serba Enak

Dengan mengusung tagline "Tempat Persinggahan Orang-Orang Penting", tentunya menu makanan untuk menjamu istimewa punya standar istimewa pula. Apakah keistimewaan itu hanya untuk orang-orang penting dunia saja, atau kah tamu biasa seperti saya juga bisa merasakannya? 

Sabtu pagi (13/7/2019) hingga siang, kami berwisata dengan jalan kaki dimulai dari jalan Asia Afrika, Braga, hingga Alun-Alun Kota Bandung. Perjalanan dengan kaki tersebut kurang lebih mencapai 6 kilometer. Lumayan jauh dan menguras tenaga. Kami mengakhiri kegiatan berwisata saat memasuki jam makan siang. Sesuai rencana, siang itu kami akan langsung menuju Hotel Savoy Homann untuk makan siang dan melakukan check-in pada pukul 14.00

Sesampainya di hotel, rasa lelah sudah bercampur rasa haus dan lapar, membuat kami bergegas meluncur ke area Garden Resto yang terletak di bagian belakang lobby hotel.
View Garden Restaurant dari Lift hotel
Garden Restaurant

Makan Siang Hidangan Rijsttafle

Pukul 13 lebih saat itu, sudah lewat 1 jam dari jadwal saya makan siang yang selalu tepat waktu di pukul 12. Kami berkumpul di Azalea Room, tempat makan private dengan layanan private. Di sini memang ada beberapa pilihan area makan. Bila ingin bersantap dengan suasana bernuansa taman ada area Garden Resto. Untuk suasana santai bisa memilih Side Walk Cafe. Ada juga Batavia Bar & Lounge yang lebih cocok untuk bertemu dengan rekan bisnis.

Kami perlu menunggu beberapa waktu sebelum makanan terhidang, hingga akhirnya makanan tersaji lengkap di meja, tak ada lagi kata menunggu, hidangan langsung diserbu. Tapi, diserbu untuk difoto lebih dulu, setelahnya baru deh disantap hehe

Kami makan siang dengan hidangan ala Rijsttafel yaitu jamuan makan kegemaran keluarga Homann. Hidangan makan seperti ini bisa dipesan ala carte. Menu yang disajikan adalah menu-menu khas Indonesia yang tentunya tidak asing bagi lidah kami semua. Yang membedakan tentu pada citarasa. Sebagai hotel heritage yang sampai kini masih disinggahi orang-orang istimewa, saya akui menu makanan yang disajikan tidak biasa-biasa saja. 

Untuk saat ini jamuan Rijsttafel dibanderol dengan harga IDR 498K/5pax. Bulan Juli lalu saat kami di sana masih IDR 350K/5 pax. Kami memesan 3 paket untuk 13 orang. Porsinya banyak, dan kami kekenyangan. Dalam keadaan lapar usai jalan-jalan yang banyak menghabiskan energi, membuat perut jadi sanggup makan banyak. 












Lunch di Azalea Room

Dinner BBQ All You Can Eat

Sabtu malam kami "berpesta" di Garden Restaurant, dinner dengan menu BBQ. Saya pribadi sebetulnya masih kenyang, sebab sorenya baru saja makan banyak di Fat Oppa, restoran Korea punya Agung, rekan bloggers di komunitas IDFB.

Hidangan BBQ di Savoy Homann hanya ada setiap hari Sabtu malam dan bisa dipesan dengan harga IDR 158K / pax all you can eat. Memang agak mahal, tapi percayalah untuk hidangan lengkap penuh citarasa istimewa harga tersebut sepadan. Sajian menunya tidak akan mengecewakan.

Bulan April lalu ketika acara ASUS Blogger Gathering Bandung, saya masih dapat IDR 100/pax, dapat diskon khusus karena bloggersnya banyak, kurang lebih 40 orang. Sajian menu makanannya sama persis. Nah, sejak kapan saya mengakui makanan di Savoy Homann ini enak-enak? Ya, sejak acara ASUS bulan April itu.

Sekarang ketika saya balik lagi ke Savoy Homann, pastinya senang banget dong bisa mengulang makan enak lagi. Apalagi kali ini ramean dengan kawan Blus. Jadi bisa nikmati bareng-bareng.











ASUS Bloggers Gathering Bandung - Garden Restaurant Savoy Homann 13/4/2019
Sarapan
Garden Restaurant

Fasilitas Hotel

Hotel Savoy Homann memiliki total kamar 185 kamar dengan 5 tipe kamar yakni Homann Suite, Suite Room, Junior Suite, Executive room, Deluxe Room. 

Perpaduan desain art deco dengan standardisasi kemewahan masa kini diaplikasikan dalam interior setiap kamar. Hasilnya, desain yang indah namun tetap mengedepankan kenyamanan. 

Fasilitas MICE Hotel Savoy Homann sangat mumpuni untuk sebuah hotel dengan sejarah panjang sebagai tempat penyelenggaraan konferensi terbesar Se- Asia Afrika. Berbagai acara besar dapat dihelat di Grand Ballroom dengan kapasitas 500 orang atau Asia Afrika Ballroom dengan kapasitas 250 orang. 

Hotel juga dilengkapi dengan ruang-ruang MICE lain yakni : Embassy Room, The Palace Room, Consulate Room, Savoy 1-2, Savoy 3-4, Sultan Room, Caesar Room, Emperor Room, dan Jasmine Room. 

Pada bulan April lalu saya menggunakan Embassy Room untuk acara ASUS Blogger Gathering Bandung. 
Embassy Room
Embassy Room - ASUS Blogger Gathering Bandung April 2019
Embassy Room - ASUS Blogger Gathering Bandung April 2019
Mobil antik pajangan hotel - April 2019 - In frame: Bang Aswi Bloggers Bandung
Kolam Renang Savoy Homann -  Foto www.klikhotel.com

Deluxe Room

Kami memesan kamar dengan tipe yang sama, yaitu Deluxe Room. Kepada bagian reservasi, saya berpesan agar dipilihkan kamar di lantai yang sama dan jika bisa bersebelahan. Alhamdulillah dapat.

Deluxe Room merupakan tipe kamar reguler yang terdapat di Savoy Homann Hotel. Meskipun demikian, kamar ini memiliki ukuran yang cukup luas 29.6m2. Terdapat lemari, rak, meja kerja, dan kamar mandi dengan bathtup. Kamar sudah dilengkapi dengan AC, TV, kulkas, dan pembuat kopi/teh. Saya cek di Traveloka Deluxe Room dibanderol IDR 667K, namun harga bisa lebih murah jika melakukan pemesanan langsung lewat website www.savoyhomannbandung.com.

Kamar paling mewah adalah kamar yang pernah ditinggali Presiden RI pertama, Soekarno.

Kamar Soekarno, yang juga berlabel Presidential Suite Room masih tetap menggunakan layout lama, sama seperti ketika Soekarno menghuninya. Sedangkan perabot sudah diganti seluruhnya. Untuk bisa merasakan nikmatnya tidur di kamar bersejarah tersebut, setidaknya mesti rela merogoh kocek Rp 4 juta per malam. Mahal memang, tapi kapan lagi bisa merasakan tidur di kamar yang sama yang pernah dipakai Soekarno?

Ya, meskipun hanya mampu tidur di kamar tipe reguler, saya masih bisa kok menikmati atmosfer tempo dulu yang masih kental di hotel ini. 
Sekamar dengan Ima dan Dedew 


Deluxe Room yang kami tempati


Luas


Modern


Seluruh kamar pakai bathtup

Hotel Lama Penuh Kisah
Sebagai bangunan cagar budaya, tentunya seluruh bentuk bangunan hotel masih dipertahankan sesuai aslinya, termasuk warna cat. Jadi setiap pengunjung bisa melihat wujud hotel ini sama seperti bentuk awal dibangun.

Di sini juga ada history wall yang mengabadikan foto-foto peserta konferensi. Bahkan ada Golden Book berisi tanda tangan para peserta konferensi dan testimoni mereka selama berada di Bandung. Sayangnya saya malah nggak sempat melihat itu sama sekali, sibuk dengan suatu urusan yang entah. Untuk menengok kolam renangnya pun tak sempat. Makanya foto kolam dan history wall yang ada di sini saya comot dari sumber lain hehe..

Btw, seorang teman bertanya kepada saya, bagaimana rasanya menginap di hotel lama, adakah sesuatu yang dirasakan atau dilihat? Nah, tahu kan maksud dari pertanyaan tersebut? Ya, semacam sesuatu yang horor. Begini, jujur saya ini penakut kalau ditakut-takuti dan berani kalau tak menemukan sesuatu yang menakutkan. Saya nggak pernah punya kepekaan terhadap hal-hal seperti itu, jadi saya tak menemukan sesuatu yang horor sama sekali hehe. Kalaupun ada yang papasan dengan sesuatu yang horor, itu pasti bukan saya 😂

Nggak usah takut. Keberadaan bangsa gaib ada di mana saja kapan saja, di hotel baru atau pun di hotel lama.  Jadi, nggak usah ikut-ikutan mencitrakan hotel lama itu banyak horornya wkwkw *ngomong sambil ngacir
Photo by Bang Emmet

Demikianlah sekelumit cerita saya saat bermalam di hotel heritage paling kece di Bandung. Sebuah hotel dengan keistimewaan nilai history yang tidak terdapat di hotel lain. 

Dari hotel ini kita bisa mengunjungi titik Nol Bandung yang letaknya persis di depan hotel, di seberang jalan. Di sekitar hotel banyak bangunan bersejarah, salah satunya Gedung Merdeka yang pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. 

Bandung heritage walking tour bisa dimulai dari Hotel Savoy Homann.


Savoy Homann Hotel
Jl. Asia Afrika No.112, Cikawao, Kec. Lengkong, Kota Bandung
Jawa Barat 40261
Website: www.savoyhomannbandung.com







Retropoint BnB Guest House Murah di Bandung

Retropoint BnB Bandung - Bulan Juli lalu, tepatnya tgl. 12-14 Juli 2019, saya piknik tipis-tipis ke Bandung. Perginya rombongan, bersama blogger yang abis acara bareng di Jakarta. Jumat siang kami naik kereta dari Stasiun Gambir, sampai di Bandung langsung menuju penginapan yang lokasinya nggak jauh dari Stasiun Bandung. Jika ditempuh dengan jalan kaki, jaraknya sekitar 10 menit saja. Nah, nama penginapannya Retropoint BnB. Sudah pernah tahu? Ternyata penginapannya menyenangkan lho. Ok saya ceritakan.
retropoint bandung
Retropoint BnB Bandung

Penginapan Murah di Bandung

Saya tuh ya, kalau cari penginapan buat liburan atau untuk suatu urusan di luar kota, biasanya mencari referensi dari orang terdekat dulu. Misal saudara, teman, sahabat, atau blogger-blogger yang saya kenal. Jika nggak dapat referensi sama sekali dari mereka, baru deh cari sendiri lewat saran-saran terbaik dari situs online booking terpercaya. Caranya, saya cari berdasarkan tingkat kepopulerannya di seantero kota, dan review-nya bisa dipercaya.

Nah, pas mau ke Bandung, saya dan kawan-kawan butuh tempat buat menginap. Kriterianya cuma satu: cakep di kantong alias murah meriah hemat bersahaja. Kenapa? Karena kamar tidur bakal kami pakai sebentar saja. Kalau mahal-mahal, ya sayang aja. Kami sampai di Bandung sudah sore. Malamnya langsung keluar cari tempat makan, trus nongkrong-nongkrong cantik di kedai kopi sampai agak larut malam. Besok paginya langsung cabut jalan-jalan. Nggak bakal banyak di kamar ya kan? 

Orang yang pertama kali saya hubungi buat bantu saya cari kamar harga cakep di kantong adalah Silvi. Owner @pandatravelbdo yang cantik itu sudah cukup lama jadi konsultan saya dalam urusan penginapan. Dari hostel, guest house, hotel, villa, resort, bagi saya dia jagoan. Banyak yang ia tahu dan seringkali selalu pas dengan yang saya mau. Maka, dari Silvi lah nama Retropoint Bnb tercetus.

Bersama kawan-kawan blogger jumpa Silvi di Bandung

Retropoint BnB

Retropoint BnB. BnB singkatan dari Bed and Breakfast. Jadi, jika kita menginap di penginapan yang namanya menggandeng BnB, berarti kita membayar untuk kamar tidur dan sarapan. Nah, sebelum menulis lebih lanjut, silakan dicatat baik-baik bahwa saat ini Retropoint menawarkan kamar saja tanpa breakfast.

Sejak beroperasi pada tahun 2014, Retropoint baru punya 7 kamar, tipe Standard dan Deluxe. Dengan jumlah kamar yang masih terbatas tersebut pengelola menganggap lebih efisien jika saat ini tanpa sarapan. Ke depannya nanti, setelah jumlah kamar bertambah dan banyak, sarapan akan disediakan.

Selamat datang di Retropoint BnB Bandung

Datang Langsung Lebih Murah

Sebelum saya cerita bagian dalam penginapan ini, saya informasikan dulu mengenai cara pesan kamar, pesan di mana dan berapa rate-nya. 

Retropoint BnB bisa dipesan lewat OTA seperti Traveloka, Booking.com, Tiket.com, PegiPegi, dan airbnb. Bisa juga dengan telpon langsung ke Retropoint. 

Yang perlu dicatat adalah jika kita pesan langsung (by phone atau pun datang langsung) maka kita bisa dapat harga lebih hemat. Jika bayar pakai Gopay ada diskon promo GOJEK sebesar 15%. Lumayan banget kan!

Ruang multifungsi, bisa jadi ruang makan, tempat bekerja, atau pun tempat berkumpul

Rate Kamar Retropoint BnB

Retropoint BnB punya dua tipe kamar, yaitu Standard dan Deluxe. Semua kamar tipe Deluxe terletak di lantai dasar, dibandrol dengan harga Rp 240.000 / malam. Sedangkan tipe Standard terletak di lantai dua dengan tarif permalam Rp 220.000,- Pada saat peak season tarif Deluxe Rp 350.000 dan Standard Rp 330.000/malam

Hari Jumat tgl. 12/7 kami datang bertiga belas. Karena saya sudah pesan dari jauh-jauh hari, pastinya kami semua kebagian kamar. Para lelaki berdua, sedangkan perempuan karena jumlahnya ganjil ada yang bertiga. Hari itu kami menguasai Retropoint, semua kamarnya jadi milik kami. Penguasa sehari 😝

Liburan rame-rame, nginap asyik di guest house murah

Apa beda kamar deluxe dan standard? Beda pada luas dan fasilitas extra bed di lantai "mezzanine". Kalau luas sih, bedanya tipis. Extra bed nya yang kentara banget, sekaligus unik. 

Kenapa saya bilang unik? Karena letaknya di atas kamar mandi. Plusnya, tempatnya kuat. Bisa ditiduri oleh dewasa, berbadan besar sekalipun. So, tidak usah khawatir meski tempatnya tinggi.

Minusnya? Ini sih menurut saya ya. Buat naik kudu mikir haha. Pasalnya, pijakan tangganya berupa besi kecil dengan tiang yang tegak lurus. Tapi tenang, Mbak Dian dan Bai sempat mencoba naik kok. Mereka aman-aman saja, malah santai-santai di atas. Intinya, kamar deluxe bisa buat bertiga. 

Deluxe Room

Deluxe Room

Guest House di Jantung Kota

Retropoint BnB bertempat di Jl. Haji Basar 61, Kebon Jati, Bandung. Seperti yang saya sebutkan di awal, guest house ini cukup dekat dari Stasiun Bandung. Jika jalan kaki ke sini jaraknya hanya sekitar 10 menit.

Kalau dilihat di peta sih, Retropoint ini berada di jantung kota Bandung. Cukup dekat dengan tempat ramai seperti alun-alun, Cibadak Night Culinary Festival, Gardujati streetfood atau Pasirkaliki streetfood.  Meskipun di jantung kota, letaknya agak ke dalam, membuatnya agak tersembunyi dari keramaian. Karena itu suasananya cukup tenang ketika kita butuh ruang dan waktu untuk istirahat. 

Tampak mungil di luar, besar di dalam

Pertama sampai, tampak depan guest house memang kecil. Tapi begitu masuk, ternyata luas juga sodara-sodara. Terdapat 4 kamar di lantai dasar, dan 3 kamar di lantai atas. Ada ruang makan apik meskipun mungil. Kami bisa duduk-duduk di situ buat sarapan, minum-minum kopi/teh, bahkan ketika butuh tempat buat bekerja dengan laptop.

Yah, walaupun menginap di sini tanpa sarapan, setidaknya pengelola mampu menyenangkan hati tamu dengan menyediakan minuman teh dan kopi secara gratis kapan saja tamu ingin.




Modern dan Instagramable

Dilihat dari namanya, Retro, mungkin kita berpikir tentang sesuatu yang bergaya 70 an sampai 90 an. Tapi percayalah, desain interior dengan gaya seperti itu tidak ditemukan pada guest house ini.

Nuansa yang ada tampak kekinian dengan dekorasi minimalis, menghadirkan spot-spot menarik buat berfoto. Setidaknya, kalau mau selfie-selfie manis selama di guest house, nggak akan mengecewakan.

Menariknya, tiap kamar punya layout yang berbeda. Siapa tahu ada yang sedang iseng ingin foto di tiap kamar, dijamin stock foto jadi beragam. Untuk bed ada 2 pilihan, twin dan single. Kamarnya bersih, sprei dan bantalnya juga demikian. Ada meja kerja dengan 1 kursi, serta TV dan AC. Wifi gratis bisa kita gunakan kapan saja, meski memang nggak ngebut-ngebut amat, tapi cukuplah untuk sekedar buka-buka medsos.



Saat kami di sana, pengelola tampaknya baru saja merenovasi sejumlah ruangan, seperti dinding yang baru dicat, baunya masih tercium. Di area reception desk terpajang sejumlah sandal jepit buat  dipakai harian. Tamu bisa membelinya jika diperlukan. 

Kamar mandi menggunakan standing shower dengan air panas dan dingin, serta sabun mandi dan shampoo, tanpa sikat gigi dan odol. Handuk bersih sudah tersedia.

Lainnya, kita bisa dapat info tempat-tempat kuliner terdekat dari resepsionis, bila mau bertanya. Jika kita mau jalan kaki keluar gang, pasti akan menjumpai banyak tempat makan, baik tempat semacam kafe maupun kedai-kedai kecil dan pedagang kaki lima. Pokoknya, mudah kalau urusan makan.


I Love Travel

Penginapan Serba Bisa

Menurut saya, Retropoint cocok untuk menginap dengan keluarga, sendiri, atau pun bersama teman-teman. Seperti saya dan kawan blogger, nginap rame-rame pesan banyak kamar, aduh senangnya. Berada di sini seolah satu keluarga besar sedang liburan bersama di rumah nenek. Kumpul santai, ngobrol bareng, sambil sarungan 😂

Tinggal beberapa hari, atau sebentar saja, Retropoint cocok untuk pelancong yang lebih banyak beraktivitas di luar. Yes, mereka yang banyak pergi kelayapan jalan-jalan menjelajah kota, dan lebih senang berburu kuliner di luar, ngapain bayar mahal-mahal kalau balik kamar cuma buat tidur dalam durasi yang pendek?





Liburan di Bandung

Mau piknik tipis-tipis, atau liburan tebal sekalian, penginapan pasti jadi kebutuhan mendesak. Nah, kalau ke Bandung, guest house seperti Retropoint ini bisa dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam daftar pesanan.  

Buat yang membutuhkan penginapan dengan kriteria seperti Retropoint, boleh banget hubungi ke nomor telepon 022-4266006 atau dari websitenya di www.retropoint-bnb.com. Nanti ada promo khusus sehingga harganya lebih murah. 

Baiknya pesan dari jauh-jauh hari supaya tidak kehabisan kamar. Pasalnya, nggak sedikit lho yang cari. Kalau hanya pesan 2 kamar, bisa bayar di tempat. Tapi kalau pesan lebih dari 2 kamar, perlu bayar dimuka dengan cara ditransfer ke rekening bank sebagai tanda jadi. 

Kami happy bermalam di Retropoint BnB Bandung 😍

Nah itu saja ulasan sederhana dari saya tentang Retropoint BnB. Semoga bermanfaat buat sobat traveler yang sedang mencari penginapan murah tapi bagus di Bandung. 

Retropoint BnB
Jalan H. Basar No. 61
Bandung-West Java

Facilities: private bed,LCD tv,wi-fi, tv cable,hot water, shower, AC

☎(+62)22 4266006
www.retropoint-bnb.com
IG https://www.instagram.com/retropointbnb/

Liburan Bandung bersama Bang Emmet, Mas Eko, Deddy Huang, Afith Husni, Bairuindra, Primastuti, Dian Radiata, Dewi Rieka, Kang Didno, Elvina Yanti, Tyar, dan Febri (Bandung 12/7/2019)