Tampilkan postingan dengan label Nusa Indonesian Gastronomy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nusa Indonesian Gastronomy. Tampilkan semua postingan

Omar Niode Foundation Luncurkan Buku Sambal Roa Sambil Ajak Icip-Icip Kuliner Gorontalo

Buku Sambal Roa dan Kuliner Gorontalo
Acara Icip-Icip Kuliner Gorontalo dan Peluncuran Buku Sambal Roa - Ragam, Resep, dan Rupiah
 

Dari IG live Menjadi Buku

Saya agak gak nyangka kegiatan IG live Sambal Roa yang diselenggarakan oleh Omar Niode Foundation (ONF) pada tgl. 1 April 2022 tahun lalu, dan aktivitas menulis Sambal Roa di blog beberapa rekan blogger pada saat itu, ternyata dibukukan menjadi sebuah buku berjudul "Sambal Roa. Ragam, Resep, dan Rupiah".

Memang sih, beberapa hari setelah acara IG Live itu (10/4/2022), Bu Amanda ada bilang ke saya melalui pesan Whatsapp, bahwa beliau sedang bikin transkrip. Tulisan teman blogger, serta foto, akan dijadikan e-book. Ya, e-book.

Tapi siapa sangka 8 bulan kemudian (15/12/2022) bu Amanda memberi kabar berbeda: "Bukunya mau dicetak dan nanti mau kumpul dengan para penulis."  Huaaa..kejutan!

Begitulah. Bukan bu Amanda namanya, kalau gagasannya gak cemerlang dan jadi spesial. 

Tapi memang, pembicara yang hadir jadi pembicara IG Live saat itu bukan sembarang orang. Mereka adalah para profesional di bidang kuliner yang jejak langkah kiprahnya tuh bukan sependek jarak BSD ke Kemang, tapi sejauh perjalanan bolak-balik dari Indonesia ke Eropa sana. Bayangin dah panjangnya kalau jalan kaki! 😁

Amanda Katili Niode PhD, Mbak Tuty Queen, dan Buku Sambal Roa - Ragam, Resep, dan Rupiah

Hingga akhirnya.....

Buku "Sambal Roa. Ragam, Resep, dan Rupiah" resmi diluncurkan pada  hari Minggu, tgl. 12 Februari 2023.

Acara peluncuran bertempat di restoran milik Chef Ragil Imam Wibowo, yakni Restoran Nusa Indonesian Gastronomy, di Kemang Jakarta Selatan. 

Ada yang sudah pernah ke Restoran Nusa Indonesian Gastronomy? Saya baru kali ini. Ini nih tampak depan restorannya...

Nusa Indonesian Gastronomy

Chef lokal prestasi global angkat kuliner Indonesia lewat Nusa Indonesian Gastronomy

Penampakan depan resto seperti pada foto di atas. Keliatan agak sempit, muat parkir beberapa mobil saja. Tapi dalamnya bagus lho, besar dan cukup luas, terutama di Nusa. Apa itu Nusa? Baca terus ya.. hehe

Kalau ada yang pertama kali datang lalu komen begini: Kayak rumah Belanda!

Yes, memang benar. Bangunan resto Locarasa merupakan bangunan klasik peninggalan Belanda, namun masih kokoh. Sejak dari teras depan, ruang depan, ruang tengah, ruang di sisi kanan, hingga bagian belakang, interior dan keseluruhan arsitektur kental dengan gaya kolonial. 

Keren Chef Ragil bisa punya resto sebagus itu. Saya niat mau balik lagi ke sana, suatu hari, sama keluarga.

Resto ini ternyata punya basement, tapi gak tembus kemana-mana. Saya tahunya pas mau salat. Nah, tempatnya di basement itu. Ruang salatnya terlihat dari atas, tangganya di samping kamar mandi. Di dalam ruang salat itu ada beberapa barang, sepertinya musala nyambi gudang. Sebagai mantan claustrophobia, saya ga berani sendirian di bawah haha. Untunglah ada Mbak Ria dan Mbak Rina menemani, jadi agak berani.

Di Nusa Indonesian Gastronomy ini ada 3 resto berbeda, yakni Nusa, LocaRasa, dan Warung Pasta. Nah, acara peluncuran buku dilaksanakan di Nusa. Tempatnya paling belakang, tapi paling luas. Ruangannya menggunakan banyak jendela kaca transparan yang memperlihatkan taman belakang.

Ini dia nih penampakan bagian belakang resto Nusa yang jadi tempat acara...

Hari itu Minggu, hujan turun sejak Sabtu malam. Awet kayak dipakein formalin. 

Saya dan teman blogger dari Tangsel berangkat bareng naik kereta. Mbak Ria sempat kebasahan karena kehujanan selama naik ojol menuju stasiun, lalu bajunya kering di badan. Mbak Rina berangkat motoran, saya mobilan. Di Stasiun Rawa Buntu kami bertemu, lalu menuju Jakarta bareng naik KRL commuter line.

Cuma hujan, kan? Bisalah diterjang, demi bertemu dengan para kontributor buku yang hadir. Siapa saja mereka?

Acara ini tentunya dihadiri oleh Ibu Amanda Katili Niode selaku Ketua Omar Niode Foundation.

Serta para profesional di bidang kuliner di antaranya Ibu Tantrie Soetjipto, Ade Putri Paramedita, Lidia Tanod, Dindin Mediana, dan Muthya Farida Mohamad

Tentunya tak ketinggalan para kontributor buku Sambal Roa, di antaranya adalah para rekan blogger Ambu Maria G Soemitro, Nurul Sufitri, Dian Restu Agustina, April Hamsa, dan Tuty Queen.

Omar Niode Foundation juga mengundang media dan rekan food blogger dari Komunitas Food Blogger Indonesia (KFBI).

Ada lagi nih, si cantik pengantin baru Karida Humaira Niode yang profilnya muncul di halaman Bionarasi Kontributor Buku Sambal Roa, turut hadir di acara, bersama suaminya. Maira ini putrinya bu Amanda, owner brand Humbly (IG @humbly.co) yang produknya tuh masih saya pakai sampai sekarang. Terutama Fabric Refresher. Suami saya suka protes kalau produk satu ini habis dan belum re-stock lagi hihi.

Mas Amril Taufik Gobel, jurnalis yang juga blogger senior suhu blogger saya sejak zaman baheula, juga hadir di tengah kemeriahan acara, bersama Rizky putra sulungnya. 

Berjumpa Mas Amril jadi kayak reunian dengan tim event Forest Talk  yang digelar oleh Climate Reality dan Yayasan dr Sjahrir pada tahun  2019. Cuma kurang Gina dan Hendika saja nih biar lengkap  😁

Sebagai informasi, buat yang belum tahu Omar Niode Foundation, abis ini saya jelaskan.

 

Mengenal Omar Niode Foundation

Omar Niode Foundation merupakan sebuah organisasi nirlaba kecil yang turut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, citra budaya, dan kuliner Nusantara, khususnya Gorontalo, di Indonesia dan mancanegara.

Omar Niode Foundation  telah menerbitkan 15 buku, di antaranya Trailing the Taste of Gorontalo yang meraih  Gourmand World Cookbook Award, Best of the Best 1995-2020 kategori Food Heritage. 

Buku lain yang diterbitkan adalah Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo yang mengenalkan konsep makanan ramah bumi dari berbagai aspek terkait dan peranannya dalam menyikapi krisis lingkungan. Buku ini yang dapat diunggah dari bit.ly/e-bookmakananramahiklim juga menampilkan resep-resep makanan ramah bumi yang dapat dicoba, khususnya makanan tradisional Gorontalo. 

Di luar negeri, Omar Niode Foundation juga menjadi kontributor khusus Bab Indonesia pada buku At the Table. Food and Family around the World, terbitan Greenwood yang juga memperoleh Gourmand Award.  Selain itu juga Bab  “Challenging Consumer Culinary Expectations,” dengan kisah tentang Indonesia di buku Contemporary Advances in Food Tourism Management and Marketing, terbitan Routledge.

Dalam melaksanakan berbagai kegiatannya, Omar Niode Foundation bekerja sama dengan individu maupun organisasi di dalam dan di luar negeri. 

Omar Niode Foundation aktif dalam organisasi food bloggers nasional maupun internasional, juga di Future Food Institute, Indonesia Bergizi, Jamie Oliver Food Revolution Day, Slow Food International, dan World Food Travel Association.


Dalam acara ini, penyelenggara menyuguhkan kuliner khas Gorontalo untuk diicip-icip oleh para undangan. Pisang goroho khas Gorontalo dan ikan roa kering yang dipamerkan di tempat acara, semakin menambah keunikan acara yang kental dengan nuansa kuliner.

Ikan Roa dan Pisang Goroho tersebut dikirim langsung dari Gorontalo oleh Zahra Khan. Ada yang ingat Zahra? Bagi yang ikut nonton IG Live Sambal Roa tgl 1 April 2022 lalu, Zahra merupakan salah satu pembicara, sekaligus kontributor artikel Buku Sambal Roa yang menulis tentang Pengasapan Ikan Roa. Ia seorang pengajar, praktisi dan pelestari pangan dan kuliner. 

Zahra adalah pendiri Goronto, usaha rumah tangga skala mikro yang ada di Desa Huntu Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Goronto memproduksi dan menjual bahan pangan lokal Gorontalo, di antaranya beras merah, beras coklat, madu hutan, serta makanan berbahan dasar tanaman lokal, minyak kelapa buatan sendiri, ikan air tawar, seafood dan ayam kampung. 

Zahra memperoleh gelar S1 Teknologi Hasil Perikanan dari Universitas Brawijaya, Malang, dan S2 Ilmu Pangan dari Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Nah berikut penampakan ikan roa dan pisang goroho kiriman dari Zahra.

Kapan lagi ikan roa jadi bintang, diajak pose oleh para top food blogger 😂
Pisang Goroho

Sesi bincang-bincang kuliner yang dipandu oleh Ibu Amanda, menghadirkan Mbak Ade Putri Paramadita, Mbak Lidia Tanod, Ibu Tantrie Soetjipto, serta ambu Maria mewakili food blogger, membuat acara ini jadi semakin menarik karena dari sesi inilah pengetahuan saya tentang kuliner jadi bertambah, khususnya tentang sambal roa.

Buat yang belum kenal dengan nama-nama yang saya sebutkan, ok saya kenalkan.

Amanda Katili Niode adalah salah satu pendiri dan Ketua Omar Niode Foundation. Ia merupakan Food & Climate Shaper bersertifikasi dari UN Food Agriculture Organization & Future Food Institute. 

Amanda menjadi penulis, kontributor, dan editor beberapa buku yang meraih penghargaan internasional Gourmand World Cookbook Award. Ia memperoleh gelar Sarjana dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung serta meraih PhD dari School of Environment and Sustainability, University of Michigan, Ann Arbor, USA.

Ibu Amanda bisa dihubungi melalu IG @amandakatili.
Tantrie Soetjipto dan Amanda Katili Niode

Tantrie Soetjipto adalah Co-Founder Womanpreneur Community yang memiliki 30 tahun pengalaman di perbankan: Retail Banking, Financial Institution dan pembinaan UKM khususnya perempuan di industri Fashion, Kerajinan dan Kuliner dan Jasa. 

Tantrie pernah menjadi pembicara dalam forum internasional di antaranya: UNHCR General Assembly (Jenewa, 2018) dan UNFCC - COP 26 ( Madrid, 2019).

Ade Putri Paramadita, seorang culinary storyteller, pencerita kuliner, yang memiliki keahlian menulis, memotret, melakukan riset, dan berbicara di depan umum untuk bercerita mengenai makanan. Ia menjadi narasumber dalam berbagai event kuliner. 

Ade yang praktisi beberapa cabang olah raga pernah menjadi pemandu Chef Gordon Ramsay dalam proses shooting untuk program Uncharted yang tayang di kanal National Geographic.

Ade Putri Paramadita

Lidia Tanod, moderator Komunitas Jalansutra sejak 2003. 

Bagi yang menyaksikan IG Live Sambal Roa tgl. 1 April 2022 lalu tentu ingat Mbak Lidia ini tampil sebagai pembicara dalam acara tersebut.

Selama 6 tahun Lidia Tanod menjadi food curator dan tenant relation untuk Urban Kitchen dan sejak 2021 merupakan food curator untuk HubBite FoodTown

Bersama Bondan Winarno dan Harry Nazarudin menulis seri 100 Mak Nyus dengan Penerbit Gramedia dan Jalansutra (Jakarta-2015, Joglo Semar-2016, Bali-2017 dan Jalur Mudik-2018). 

Bersama Tim Jalansutra juga menerbitkan Seri Kuliner Jalansutra (2008). 

Lidia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Sastra, UI.

Lidia Tanod

FOOD BLOGGER INDONESIA

Food Blogger Maria G Soemitro yang merupakan salah satu kontributor Buku Sambal Roa, mewakili blogger berbagi tentang apa itu food blogger dan apa saja yang dilakukan oleh food blogger.

Ambu Maria mengatakan, "Food Blogger adalah foodies yang menulis blog". 
*kalau kamu foodies tapi gak punya blog, atau punya blog tapi gak diisi tulisan food, bisa disebut food blogger  gak? 😁

"Blog merupakan tempat yang leluasa untuk berbagi cerita, dapat menulis lebih panjang dan terperinci tanpa batasan kata. Juga lebih banyak foto yang bisa dibagikan. Sehingga informasi yang disampaikan lebih lengkap. Pun di mesin pencarian Google, informasi dalam blog yang akan keluar lebih dulu, bukan postingan sosmed," ujar ambu

Ambu Maria, sebagai blogger senior yang tentunya saat ini sudah tak muda lagi, sempat ditanya kenapa sampai sekarang tetap bertahan jadi blogger. "Karena ngeblog itu sudah jadi passion saya."

Tosssss sama ambu! 

Btw, ambu Maria berdomisili di Bandung. Beliau datang ke Jakarta khusus untuk menghadiri peluncuran Buku Sambal Roa. "Saya sudah lama ingin jumpa bu Amanda, ingin lihat dan bicara langsung. Kangen jumpa Rien juga," ujar ambu Maria. Ambu Maria memang sudah dua kali saya ajak ikut event bu Amanda. Beliau suka dengan topik-topik kuliner yang diangkat oleh bu Amanda, dan itu tuh nyambung banget dengan jiwanya ambu. Sebelum edisi Sambal Roa ini, ambu Maria pernah join di edisi Kuliner Wallacea. 

Ambu Maria G Soemitro

Saya senang sekali berkumpul dengan para blogger yang aktif menulis blog, membagikan hal-hal yang mereka sukai, seperti makanan yang mereka santap di suatu tempat, makanan yang mereka masak, resep yang mereka praktekkan dan modifikasi, makanan yang baru mereka jumpai di suatu perjalanan, dan lainnya.

Bukan sebatas makan, difoto, lalu selesai di galeri IG, tapi diceritakan di blog. 

Di sini, bukan soal baru atau sudah lama jadi food blogger, tapi soal konsisten membuat konten terkait makanan di blog, sampai sekarang masih gak?

Mengenal Sambal Roa, menuliskannya di blog, lalu menjadi kontributor Buku Sambal Roa bersama para pakar kuliner yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun, merupakan salah satu pengalaman berharga buat para rekan blogger.

Selamat ambu Maria, Nurul Sufitri, Dian Restu Agustina, April Hamsa, Tuty Queen.

Foto bareng rekan blogger dari Komunitas Food Blogger Indonesia:


Menurut bu Amanda, dalam kata pengantarnya menyampaikan, sebagai organisasi nirlaba kecil yang turut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, citra budaya, dan kuliner nusantara, Omar Niode Foundation melakukan inisiasi menyusun buku tentang sambal roa, untuk menggali dan menyebarkan informasi tentang:
  • apa itu sambal roa, termasuk asal usul dan resep dasarnya, 
  • penggunaan sambal roa pada kuliner nusantara,
  • bisnis sambal roa yang menguntungkan dan transformasi digital yang menyertainya

Materi buku Sambal Roa setebal 100 halaman tersebut merupakan hasil bincang-bincang Sambal Roa - Ragam, Resep, dan Rupiah pada Jumat, (1 April 2022) melalui Instagram Live pada akun @omarniode.

Talkshow yang dipandu oleh bu Amanda tersebut menampilkan narasumber Lidia Tanod dari Komunitas Jalansutra, yang merupakan penulis Seri Buku Mak Nyus; Muthya Farida pemilik UMKM kuliner Dapur Dango; dan Titin Wala, pemilik UMKM Sambal RoaRia.

Nah, di acara peluncuran kemarin, bu Titin Wala datang nih. Beliau adalah pembuat Sambal RoaRia yang membagikan produk sambal roa kepada saya dan beberapa rekan blogger untuk dicoba dan diceritakan kembali melalui medsos. 

Saya ingat betul saat itu postingan sambal roa saya telah membuat seorang teman Indonesia asal Bugis yang sudah lama sekali tinggal di Jerman, tertarik untuk membeli sambal roa Bu Titin. Sayangnya terkendala dengan pengiriman, sehingga si teman belum kesampaian mencicipi. 

Berikut bu Titin, pemilik bisnis kuliner Sambal RoaRia.

Sambal Roa adalah sambal dengan bahan dasar ikan roa asap. 

Ikan roa yang juga dikenal sebagai julung-julung dengan nama Latin Hemirhamphus sp. ini banyak ditemui di perairan laut Utara Pulau Sulawesi sampai dengan Kepulauan Maluku.  

Sambal roa digemari di berbagai daerah di Indonesia karena rasa gurih yang khas dengan aroma asap, dan tingkat pedas yang sangat menambah nafsu makan. 

Di Manado di sebut Sambal Roa, sedangkan di Gorontalo namanya Sambal Sagela, dan di Maluku istilahya adalah Sambal Galafea, meskipun semuanya terbuat dari jenis  ikan yang sama.

Kenangan Makan Pisang Mulu Bebe Sambal Roa di Tidore

Nah, bicara soal sambal roa di Maluku nih, saya jadi ingat pernah makan Pisang Mulu Bebe yang dicocol Sambal Roa di Tidore, Maluku Utara pada tgl. 11 Februari 2018 bersama rombongan akademisi dari Universitas Indonesia (ceritanya dapat di baca di sini: Tidore Menuju Napak Tilas Magelhans). 

Kenangan makan pisang dicocol sambal roa itu langsung muncul dalam benak saya tiap kali sambal roa disebut. Seolah punya ruang tersendiri dalam lembar kenangan perjalanan saya menjelajah Indonesia bagian timur.

Kumpul sore menikmati Pisang Mulu Bebe Sambal Roa di kedai pinggir Pantai Tugulufa 11 Februari 2018, bersama Ci Anita Gathmir (pengusaha dan pengrajin Tenun Tidore Puta Dino Kayangan), Yuk Annie Nugraha (blogger), dan Prof. N. Jenny M.T, Dr. Thera Widyastuti, Nia Kurnia Sofiah, M. App. Ling, Sari Endahwarni, M. A, Sari Gumilang, M. Hum, Dr. Filia, dan mbak Dini Koran Jakarta.

Pisang Mulu Bebe namanya, mirip pisang goreng goroho yang disajikan di acara peluncuran buku Sambal Roa. Sama-sama digoreng telan*ang tanpa campuran tepung dan apapun. Lalu dimakan dengan sambal roa. 

Saya suka pisang mulu bebe, seperti saya suka pisang goroho. Saya sering merindukannya, seperti halnya rindu pada Tidore. Kapan kembali lagi ke Tidore? Hiks 😭

Ci Anita, putri asli Tidore penggiat utama kelahiran kembali Tenun Tidore yang bersama saya saat menikmati makanan tersebut, menyebut nama Sambal Roa, bukan Sambal Galafea.  Apakah Maluku bagian Tidore dengan Maluku bagian Manado punya sebutan berbeda? Bagaimana dengan daerah lain seperti di Lampung? 

Hei kenapa Lampung? Apa hubungannya dengan Sambal Roa?

Pertama Kali Makan Sambal Roa di Bandar Lampung

Inilah kenangan pertama kali saya makan sambal roa, yakni Singkong Goreng Sambal Roa, di Kedai Oey, Bandar Lampung (30/8/2015).

Singkong Sambal Roa di Keday Oey, Bandar Lampung (30 Agustus 2015). 

Saya selalu suka dengan momen pertama, seperti makan sambal roa di Kedai Oey di Bandar Lampung itu, tersimpan kuat dalam ingatan, dan lama. 

Hari itu tgl. 30 Agustus 2015, saya dan para blogger dari Jakarta sedang berada di Lampung untuk kegiatan Festival Krakatau Lampung. Kami menginap di POP Hotel. Di samping hotel ada Kedai Oey, yang jika tak salah ingat milik almarhum Pak Bondan Winarno, pakar kuliner terkenal yang pernah menjadi ketua Jalansutra.

Di Kedai Oey itu ada beragam menu, salah satunya Singkong Sambal Roa. Mungkin, karena baru kali itu saya mendengar nama roa disebut, melihat penampakannya, mencicipi rasanya, makan bareng kawan-kawan pula, jadi sangat terkesan, bikin saya selalu ingat, bahkan sampai saat ini.

Dulu ketika pertama kali Bu Amanda mengajak saya mengkoordinir IG Live Sambal Roa yang diadakan pada tgl. 1 April 2022 di IG @omarniode, ingatan saya tentang sambal roa langsung tertuju pada Singkong Goreng Sambal Roa di Kedai Oey itu.

Seolah ada benang merah yang membuat masa lalu di Kedai Oey tahun 2015 itu terhubung dengan IG Live Sambal Roa di tahun 2022, tentang dua pakar kuliner dari komunitas Jalansutra, yakni Pak Bondan Winarno dan Mbak Lidia Tanod. Sebuah kebetulan yang indah untuk membangkitkan kenangan pertama makan sambal roa.

Begitulah cara waktu bekerja, kenangan berjalan dari daerah ke daerah, terungkit kembali di masa kini, di antara cerita tentang para penulis berlatar belakang hebat di dunia kuliner, yang namanya berada dalam satu buku dengan nama saya. Padahal, siapa lah saya ini....


Tumpeng Gorontalo

Gorontalo yang terletak di Zona Wallacea, daerah transisi antara benua Asia dan Australia, adalah provinsi di Sulawesi yang memiliki pemandangan alam yang permai dengan hutan, sawah, pantai, laut, perbukitan, sungai dan danau. 

Meskipun dikenal sebagai tanah leluhur salah satu Presiden Republik Indonesia, serta beberapa budayawan dan pengusaha nasional ternama yang tentunya menggemari kuliner khas daerah ini, makanan tradisional Gorontalo belum kondang seperti makanan dari daerah lain di Nusantara.

Maka, suguhan kuliner Gorontalo di acara hari itu, bisa jadi sebagai bagian dari cara agar dikenal oleh kami, yang mungkin saja ada yang belum pernah melihat, mencicipi, atau pun belum pernah mendengar namanya sama sekali.

Acara Icip-icip Kuliner Gorontalo menampilkan Tumpeng Gorontalo dari Talaga Cookery, dengan nasi kuning Gorontalo, ayam iloni, sate balanga, ihu tilinanga, acar, dan sambal sagela (roa) serta kudapan cara isi, dan kue tobu’u. 

Ada yang belum pernah mendengar nama-nama makanan tersebut? Kalau ada, tosss dengan saya.


Tumpeng Gorontalo yang ditampilkan di acara, terdiri dari Nasi Kuning Gorontalo, Ayam Iloni, Sate Balanga,  Ihu Tilinanga, Acar, Sambal Sagela (Roa).

AYAM ILONI berbahan dasar ayam bagian dada yang diolah bersama santan dan bumbu lainnya lalu dipanggang. Kemarin saat disajikan bersama tumpeng, ayamnya sudah disuir / potong kecil.

SATE BALANGA berbahan dasar kambing yang dipotong-potong kemudian diolah bersama bumbu dan aneka rempah lalu dimasak dalam panci. Uniknya sate ini tidak ditusuk dengan tusukan sate maupun dibakar di atas api melainkan dimasak seperti membuat semutlr daging.

IHU TILINANGA adalah orak-arik telur bertabur irisan cabai merah dan bawang merah dilengkapi dengan kelegitan santan kelapa yang segar, membuat sajian terong goreng yang semula begitu sederhana menjadi sebuah sajian istimewa khas Gorontalo.

SAMBAL SAGELA, nama lain sambal Roa. Di Gorontalo disebut Sagela.


Saya sempat ngobrol dengan Bu Muthya Farida dari @dapur_dango, yang merupakan kontributor Buku Sambal Roa, mengenai makanan tersebut.

Jadi, Kue Cara Isi itu terbuat dari bahan santan, cabe, dan ikan tongkol yang disuir sampai halus. Itu sebabnya saat digigit terasa ada lezat rasa daging, berasal dari daging ikan tongkol itu.

Kue Tobu'u atau Kue Perahu terbuat dari campuran santan dan gula merah yang dibungkus dengan daun tebu. Daun tebu tersebut dibentuk seperti perahu, karena itu dinamakan juga Kue Perahu. Rasanya manis gurih, tekstur nya lembut di mulut.

Pisang Goreng Goroho digoreng telan*ang alias polos aja gak pakai tepung. Digoreng dalam keadaan masih mengkal (keras udah lewat, lembut belum sampai). Pisang Goreng Goroho dimakan dengan cara dicocol sambal Roa.


Chef Ragil Sajikan Kuliner Khas Padanan Sambal Roa

Chef Ragil Imam Wibowo sebagai pemilik Nusa Indonesian Gastronomy memandu penyajian cita rasa roa dengan padanan singkong, panada, pisang goreng, lalampa, dan pizza. 

Nah, di antara makanan tersebut hanya lalampa yang belum familiar di telinga saya. Bisa jadi baru kali itu tahu namanya, walau secara bentuk sudah sering banget liat karena wujudnya mirip lemper dengan isian ikan cakalang. 

Sedangkan panada yang penampakannya mirip dengan pastel, cukup sering saya dengar. Di grup WA komplek saya tinggal, ada tetangga yang rajin bikin untuk dijual. Karena sering terbaca, lama-lama hafal, dan tahu makanan itu dari mana.

Pizza? Jelas bukan nama makanan Indonesia. Pizzanya tebal, dan teksturnya mirip bolu agak bantat gitu deh. Jika pizza umumnya dimakan dengan saus sambal, di sini dimakan dengan sambal roa. Mantap, pizza dengan kearifan lokal!

Pisang gorengnya tidak seperti pisang goreng goroho yang telan*ang tanpa tepung, yang satu ini malah berselimut tepung tebal, dan ada wijennya. Tapi saya kok gak kegigit wijen nya ya? haha.

Singkongnya saja yang gak bikin saya komen, karena tampil normal (((normal))) 😂

Semua makanan itu dimakan dengan sambal roa. Sedap!

 
Sajian dari Nusa Indonesian Gastronomy, cita rasa roa dengan padanan singkong, panada, pisang goreng, lalampa, dan pizza

Saya menyukai semua kuliner yang saya makan dan minum di acara hari itu. 

Mencicipi Tumpeng Gorontalo yang sangat lezat. Meski  sempat kaget dengan sesuatu yang tergigit dalam sate balanga, ternyata rempah yang rasanya tuh sebenarnya gak asing di lidah. Tapi saya lupa namanya apa 😂

Kue Cara Isi dan Kue Tobu'u berulang kali saya makan. Ambil 2 kurang, ambil 2 lagi, eh ketagihan. Untung ingat masih ada tamu belum pada pulang, mereka kan harus kebagian, jadi stop, harus nahan diri hahaha.

Saya suka rasa ikan dalam Kue Cara Isi. Saya suka dengan rasa manis Kue Tobu'u. Saya suka Pisang Goroho Gorengnya. Enak sekali dicocol sambal roa. Obat bosan sama pisang goreng kipas bertepung yang biasa di beli dekat rumah. Tentunya, bukan cuma obat bosan, tapi jadi candu. Masa iya saya kecanduan pisang goroho? Apa kudu nanem nih di BSD biar bisa dinikmati sering-sering? wkwk

Suguhan kuliner dari Omar Niode Foundation tidak berhenti sampai di situ ya gaes... Ada Sate Wagyu Maranggi, Gelato, dan Cookiesssss juga! WOW




Oleh-oleh Buku, Makanan, Cookies, dan Gelato

Setelah buku diluncurkan, icip-icip kuliner Gorontolo pun sudah, sampailah di ujung acara: bagi-bagi makanan buat dibawa pulang.

Pertama, ada goodie bag dari Omar Niode Foundation berupa buku Sambal Roa, Keripik Pisang Goronto, dan Sambal Roa Goronto. Jika bukunya dari ONF, keripik dan sambal roa nya dari Zahra Khan. Terlihat dari namanya, Goronto, makanan khas tersebut memang dari Dapur Goronto, punya Zahra. Bisa cek produknya di IG @bakulgoronto.

Saya kebagian Keripik Pisang Goronto varian Sagela Pedas. Jadi, ini tuh keripik pisang goronto yang dicampur sambal sagela pedas. Kalau di Padang kan ada Keripik Pisang Balado, warnanya merah cerah, dan seringnya pedas kebangetan di lidah saya. Kalau Keripik Pisang Goronto Sagela Pedas ini rasanya tidak terlalu pedas, ada sedikit manis-manisnya, dan tentu saja ada rasa gurih yang berasal dari sagela nya itu. 

Sekali makan Keripik Pisang Goronto, saya nggak mau berhenti. Tau-tau abis baru sadar belum ngasih suami dan anak-anak hahaha. Jarang-jarang saya bablas ngabisin keripik pisang pedas. Mungkin karena pisangnya tipis, renyahnya pun awet, enak digigit, gak ada yang alot, dan karena rasa sagelanya itu yang bikin mulut ga berhenti ngunyah.





Kedua, ada bingkisan untuk para blogger, berupa 5 cookies dan 5 gelato jar dari Nusa Indonesian Gastronomy.

Jadi, acara ini kan juga diramaikan oleh rekan food blogger lewat postingan di IG. Cookies spesial dan gelato bikinan resto Chef Ragil tersebut diberikan sebagai apresiasi atas itu.

Gelato jar nya boleh pilih sendiri, bebas pilih 2 rasa dari sekian banyak rasa khas Nusantara. Ada rasa Kue Keranjang, Es Doger, Klepon, Lime Sorbet, Bagea, Taro, Tamarilo, Banana, Green Tea, Coklat Kenari, Kelapa Muda, dan lainnya. Yang ga ada cuma Rasa Yang Dulu Pernah Ada 😂

Saya ikut antri ambil gelato, buat bawain Aisyah dan Alief. Tapi bayar sendiri, ya. Ga ikutan yang kebagian gratis haha. Murah sih, cuma 65ribu per jar (lupa ukuran jar nya itu yang berapa. Kemasannya dikasih es batu, jadi aman dibawa sampai BSD. Sampai rumah gak pake lama, ludes ama Aisyah dan Alief haha.

Terima kasih Nusa Indonesian Gastronomy dan Bu Amanda, udah bagi-bagi cookies dan gelato buat teman-teman. 
Antri ngisi gelato, hadiah dari resto Chef Ragil, Nusa Indonesian Gastronomy

Sampai rumah, gelatonya masih aman, langsung ludes ama anak-anak 😁

Sate Wagyu Maranggi Dindin Mediana

Bingkisan ketiga nih, Sate Wagyu Maranggi dari Dapoer Dindin @dapoerdindin punya Bu Dindin Mediana. 

Hadiah Sate Wagyu dari Ibu Dindin Mediana diberikan oleh Bu Amanda kepada Ambu Maria dan saya. Masya Allah, Alhamdulillah. Terima kasih atas apreasiasinya buat kami berdua 💕

Sate Wagyu Maranggi lezat disantap dengan Sambal Dabu Dabu. Nikmatnya luar biasa. Cerita makan sate wagyu maranggi buatan bu Dindin, sudah pernah saya tulis di blog ini, dapat dibaca di sini : Sate Wagyu Maranggi Bu Dindin Mediana.

Sekadar info. Ibu Dindin Mediana adalah co-founder dan direktur Roemah Indonesia BV.

Dalam profil yang ditampilkan di Buku Sambal Roa, disebutkan bahwa RIBV diciptakan sebagai one stop shopping yang menampilkan Indonesia dari A sampai Z, tidak terbatas pada ekspor produk, tetapi juga sebagai pusat untuk melayani informasi yang dicari oleh pelaku bisnis potensial Eropa.

Ibu Dindin memiliki pengalaman 30 tahun di industri jasa keuangan dan non-keuangan, juga aktif dalam bisnis kuliner seperti kopi berkelanjutan dan restoran organik.

Saya senang sekali akhirnya bisa ketemu Bu Dindin di acara ini. Beliau sangat ramah, rasanya seperti bertemu kawan lama, padahal baru kali itu jumpa. Ternyata, ga hanya makanan buatannya yang bikin nyantol lama di hati, orangnya pun demikian. Senangnya kenal Bu Dindin...
Seneng banget dapat sate wagyu maranggi dari Bu Dindin 😍

Ambu Maria juga kebagian

Lezatnya Sate Wagyu Maranggi @dapoerdindin ga ada lawan! 

Apa lagi yang bisa dibawa pulang? wkwkwk

Ternyata, Pisang Goroho 2 sisir dan 3 papan ikan roa kiriman Zahra Khan yang dipajang di tempat acara, boleh dibawa pulang.

"Rien, itu pisang dan ikan roa bagikan aja ke teman-teman ya," ujar bu Amanda.

Asiyaaaap buuuu! haha. Alhamdulillah, semuanya dibagikan ke teman-teman, saya pun ikut bawa pulang ikan roa kering. Walau belum tahu akan dimasak apa, pokoknya bawa aja dulu wkwk. Rencananya sih mau dimasak lodeh, biar ikannya empuk. Atau dipedesin, setelah agak dilembutkan. 

Kalau mbak Rina, ikan roa nya dibuat sambal, pakai resep mbak Lidia Tanod yang tertulis di buku.

Selain pisang dan ikan roa, ternyata kuliner yang disuguhkan di acara masih ada. "Iya itu bawa aja sama teman-teman, nanti ga ada yang makan," kata bu Amanda. Ya udah tuh, segala kue Cara Isi dan kue Tobu'u dibungkusin ama teman-teman, termasuk sambal sagela yang masih banyak dalam mangkok-mangkok, juga dibungkus. 

Alhamdulillah, kenyang dan nikmat icip-icip kuliner Gorontalo, sampai bawa pulang makanan lainnya juga.

Seru banget emang kalau acara peluncuran buku kuliner disertai icip-icip kuliner khas gini, beda dari yang lain. 

Terima kasih Omar Niode Foundation. 
Bu Amanda bersama putra dan putri, serta kedua menantunya, dan cucu tersayang. Selamat ultah, Bu Amanda 

Bu Amanda ultah!

Ternyata, tgl. 12 Februari adalah hari kelahiran Bu Amanda. 

"Ga tau kan kalau saya ultah?" ucap Bu Amanda kepada saya sewaktu di acara. Wkwwk iya bu, hari itu saya nggak tahu. 

Hari yang berbahagia buat Bu Amanda. Di restoran Chef Ragil ia meluncurkan buku. Berada di tengah sahabat-sahabat sefrekuensi yang selalu mendukungnya. Ada ada-anak dan mantu serta cucu kesayangan yang membersamai di acara. Ada teman-teman penulis dan juga blogger. Ada saya yang menghormati dan menyayangi beliau sebagai sahabat rasa saudara.

Selamat hari lahir, Bu Amanda. Semoga usia ibu berkah, senantiasa sehat, sukses dengan segala cita, terkabulkan semua harapan baik. Aamiin.


Acara Icip-Icip Kuliner Gorontalo dan Peluncuran Buku Kecil Sambal Roa - Ragam, Resep dan Rupiah akhirnya selesai.

Senang rasa hati acara dapat berjalan lancar. 

Semoga kehadiran Buku Sambal Roa dapat bermanfaat, menjadi pengetahuan berharga bagi siapa pun, bahwa Indonesia punya Sambal Roa, salah satu kuliner khas yang harusnya dikenali, dan keberadaannya dapat lestari, serta diakui.

Terima kasih Omar Niode Foundation atas acara dan bukunya.

Tentu, tak terhingga rasa terima kasih pada Ibu Amanda Katili yang berulangkali menyertakan saya dalam banyak kegiatannya, terkait kuliner, dan lingkungan untuk lestari bumi.


Buku Sambal Roa. Ragam, Resep, dan Rupiah harga Rp. 75.000,- (diluar ongkos kirim) dapat dipesan melalui Penerbit Diomedia. IG @penerbitdiomedia. WA 0 856-4376-2005

-------

Sebelum menutup tulisan ini, saya bagikan juga video Chef Ragil yang menyampaikan ucapan selamat atas terbitnya Buku Sambal Roa. Ragam, Resep, dan Rupiah. 

Sejatinya Chef Ragil hadir di acara peluncuran. Selain merupakan salah satu kontributor, Chef Ragil juga merupakan owner dari @nusagastronomy yang menjadi tempat berlangsungnya acara peluncuran. Bahkan, chef Ragil juga memandu penyajian kuliner Gorontalo yang menjadi padanan Sambal Roa untuk dicicipi di acara.

Berhubung ada kegiatan penting tradisi Bau Nyale di Lombok, Chef Ragil harus pergi. Karena itu, video berikut untuk menyapa para teman kontributor, serta para pencinta kuliner Nusantara di mana pun berada tentang apa itu sambal roa.

Simak bareng-bareng yuk 😊

Berikut beberapa foto bersama teman blogger saat di acara: 




Katerina, Februari 2023 || 📸 ASUS Zenfone 9