Tampilkan postingan dengan label Menara Teratai Purwokerto. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menara Teratai Purwokerto. Tampilkan semua postingan

Naik Menara Teratai, Landmark Kota Purwokerto di Kawasan Bung Karno

Berburu View Kota Purwokerto dari Ketinggian

Pertama kali aku tahu Menara Teratai dari Pungky, teman blogger asal Depok yang sudah lama bermukim di Purwokerto. 

Pungky bekerja di bidang pariwisata, di bawah Dinporabudpar Purwokerto. Tentunya Pungky tahu objek wisata kota apa yang bisa direkomendasikan ke aku. Nah, salah satunya Menara Teratai itu.

"Kalau mau lihat Kota Purwokerto dari ketinggian, dari Menara Teratai bagus banget, Mbak Rien," ujar Pungky.

Buatku yang memang suka berburu cityscape bila datang ke suatu kota, info dari Pungky sangat berguna. Jadi, kutanggapi informasi dari Pungky dengan antusias.

Tapi, bukankah dari ketinggian gedung hotel pun bisa dapat view kota? 🤔

Foto bareng Pungky di Menara Teratai

Menginap di Luminor Hotel, Dapatnya View Punggung Mall 

Selama di Purwokerto, aku dan keluarga menginap di Hotel Luminor. Alasanku memilih Luminor karena lokasinya strategis di pusat kota. Dekat alun-alun Purwokerto, dekat pula dengan beberapa objek wisata dalam kota. 

Gedung hotelnya pun tinggi, mestinya sih punya view kota.

Baca juga: Menginap di Hotel Luminor Purwokerto

Tapi ternyata, view yang kudapat dari kamarku adalah punggung mall. Mending kalau cuma selebar punggung Gong Yoo, ini lebarnya 1000 punggung Lee Min Ho! Nutupnya banyak! Hadeuh 😅 

Aku mesti keluar kamar, pergi ke sisi lain hotel supaya dapat view yang aku mau. Spot pandang terdekat dari kamar adalah lorong menuju lift yang menghadap ke selatan. Di situ ada dinding kaca lebar menghadap bagian depan hotel. Ternyata, inilah view yang aku lihat... gak seberapa spesial 😄

View Menara Teratai dari Luminor Hotel

"Naik Menara Teratai bu kalau mau dapat view 360⁰," ujar staff hotel Luminor yang aku tanyai pada suatu pagi.

Oh. Okay! 

Berarti memang bakal beda cerita kalau memandang kota dari Menara Teratai. Lebih luas karena bisa dilihat dari segala penjuru. Saran Pungky buat naik Menara Teratai memang udah paling bener.

"Kalau ibu mau lihat kecantikan Menara Teratai di malam hari, ibu tinggal lihat dari hotel kita aja bisa kok bu, bahkan dari dalam kamar ," ucap staff hotel menambahkan.

Ha? Apaaaa?? 😱

Tambahan informasi tersebut aslinya bikin sebel. Telat kak! Mosok ngasih tahunya pas kami udah mau check-out? hu hu. Ya salahku juga sih. Coba sejak awal tiba di hotel langsung nanya, apa ada kamar dengan spesial view atau apa gitu, jadi bisa milih, ya kan? Andai pun gak dapat kamar view Menara Teratai, seenggaknya masih bisa melipir ke lorong depan kamar yang menghadap menara, bisa liat-liat sambil motret.

Menara Teratai di malam hari. (Sumber foto Banyumas24Jam.com)

Meskipun telat diinfo, alhamdulillah beberapa jam sebelum check-out kami masih sempat melihat pemandangan Menara Teratai dari hotel. Aku pun sempat ambil foto sebelum nanti gantian motret dari ketinggian menara.

Sesalku cuma karena gak liat di waktu malam. Keindahan Menara Teratai akan lebih memesona saat lampu warna-warninya bersinar di kegelapan. 

Ini sih yang nyesel cuma aku. Anak-anak dan suami mah santai. Dapat view syukur, gak dapat ya udah 😂

Buat yang berencana berlibur di Purwokerto, misalkan nginap di Luminor, dan pengen stay di kamar dengan view Menara Teratai, harus request dulu ke hotel. Sampaikan saat melakukan pemesanan, supaya terhindar dari view punggung mall yang bikin boring 😂

Dari hotel ternyata bisa lihat Menara Teratai
View Menara Teratai dari Luminor Hotel. Bukit dan pegunungan di kejauhan, tertutup kabut

Menerjang Panas yang Amat Menyengat 

Hari itu Minggu, tgl. 19 Juni 2022. Hari terakhir kami di Purwokerto. Selepas check-out dari Luminor Hotel, kami pergi berwisata. Hanya city tour murah meriah, tapi istimewa, dan bikin bahagia. Istimewanya karena jalan-jalannya sama keluarga, di kota yang sama-sama kami datangi untuk pertama kali.

Sesuai rekomendasi Pungky, kami mengunjungi Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Taman dulu, menara kemudian.

Baca juga: Berwisata di Taman Mas Kemambang Purwokerto.

Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, Taman Mas Kemambang itu cantik, bersih, dan nyaman. Tiket masuknya pun murah meriah, tapi isi tamannya sungguh gak murahan. Mau main, jajan, atau sekadar keliling liat-liat saja, semua menyenangkan. 

Bermain di Taman Mas Kemambang

Refreshing di Taman Mas Kemambang

Hari itu Purwokerto panas sekali. Gerah udah pasti. Silau sih jangan ditanya, mata terpicing-picing dibuatnya. 

Aisyah dan Alief main scooter listrik. Aku dan suami keliling liat-liat taman, kolam penuh ikan, dan pastinya foto-foto. Tak lupa jajan minuman. Haus banget euy...

Setelah puas bermain, jajan, dan jeprat-jepret di Taman Mas Kemambang, kami lanjut ke Menara Teratai.

Waktu mau masuk mobil, ya Allah berasa masuk oven wkwk. 

Nyalain AC lama bener sejuknya, saking mobil lama kepanasan di parkiran kali ya. Tapi, keinginan untuk lanjut berwisata ke Menara Teratai tak surut. Tetap maju tak gentar menerjang cuaca Purwokerto yang panasnya sungguh durjana 😂

Jembatan Proklamator. Puncak Menara Teratai terlihat di latar belakang

Kawasan Bung Karno

Jarak dari Taman Mas Kemambang ke Menara Teratai kurang lebih 3 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit saja. Perjalanan lancar, ga ada macet seperti di Jakarta. Hanya stop di lampu merah, itu pun tak lama, karena jumlah kendaraan gak kayak ular naga panjangnya.

Rute perjalanan kami melewati Alun-Alun Kota Purwokerto, lalu belok kiri meniti jembatan Proklamator dengan sensasi yang biasa-biasa saja. Mungkin jadi spesial kalau pas lewat tiba-tiba ada suara orang baca proklamasi wkwk. Yang ada merinding.

Soal Jembatan Proklamator itu sudah pernah aku posting beberapa kali di instagramku. Jembatan ikonik yang pesonanya berkali lipat bila dilihat pada malam hari, saat lampu warna-warninya menyala.

Nah, dari Jembatan Proklamator itu, Menara Teratai sudah terlihat. Hanya perlu 2 menit saja untuk sampai di parkirannya. 

Tempat di mana Menara Teratai dan Jembatan Proklamator berada ini dinamakan Kawasan Bung Karno.

Berfoto di Jembatan Proklamator

Berkunjung Sebelum Sah Diresmikan

Kawasan Bung Karno meliputi Menara Teratai, Convention Hall Putra Sang Fajar, Jembatan Proklamator, dan Madhang Maning Park.

Telah diresmikan oleh Ketua DPR Republik Indonesia, Ibu Dr. (H.C) Puan Maharani pada hari Rabu tgl. 6 Juli 2022.

Jadi, ketika kami ke sana pada bulan Juni statusnya belum diresmikan. Meski begitu, Menara Teratai sudah beroperasi sejak bulan Mei dan sudah bisa dikunjungi oleh masyarakat setempat, maupun pendatang dari luar kota Purwokerto.

Berikut video peresmian Menara Teratai yang aku ambil dari IG resmi @menarateratai_purwokerto


Masih Baru, Belum Ada Peneduh

Kawasan Bung Karno meliputi hingga 1,4 kilometer di antara jalan yang menghubungkan Jalan Jenderal Soedirman dan Jalan Gerilya.

Luas, tentu saja. Tapi aku agak tercengang dengan keadaan sekeliling menara yang belum ada apa-apa, bahkan terlihat biasa saja. Mungkin karena masih baru. Belum ada taman asri layaknya objek wisata nan indah di tengah kota. 

Di situ hanya ada menara dan sebuah gedung yang dinamakan Convention Hall Putra Sang Fajar. Sisanya pelataran yang sudah dipasangi konblok, parkiran terbuka yang dilengkapi toilet, dan lahan kosong terbuka yang belum diapa-apain.

Madhang Maning Park yang mana dong? 🤔

Parkirannya luas. Berlapis konblok dan beratap langit saja. Karuan saja di siang bolong amat panas saat itu, berlama-lama di parkiran berasa dipanggang. Tinggal taburi garam jadi manusia asin 😅

Ada sih pohon, tapi masih kecil-kecil. Sepertinya baru ditanam. Mudah-mudahan saat ini, setelah 6 bulan berlalu sejak aku dari sana, pohonnya sudah tumbuh besar. Biar parkirannya adem.

Jalan masuk parkiran menara - Juni 2022
Area Parkir Menara Teratai. Sudah ada pohon yang ditanam, tinggal tunggu tinggi besar dan rindang biar adem 🌳

Matahari Kelewatan Garang

Berasa banget dihantui gosong, meskipun sudah pakai sunblock. Alief mencemaskan jerawatnya bakal tumbuh bermekaran. Hanya suami dan Aisyah yang santai tralala. Duo bapak anak yang emang selalu santuy to the max. Mau panas, mau hujan, tetep santuuuy 😅

Berdiam saja dalam mobil ngapain. Kasihan si AC mobil kudu kerja keras menghalau udara panas. Lagian sudah sampai di lokasi masa puter balik lalu pergi?

Pilihannya tentu saja bergegas keluar. Ada dua buah payung selalu standby tinggal disambar, biar gak terlalu sakit kena sengatan matahari saat jalan kaki dari parkiran hingga menara.

Menaranya gak jauh. Kurang lebih 20 meter saja dari parkiran. Tapi di tengah cuaca panas menyengat saat itu, jarak pendek berasa jadi ratusan kilometer!

Sebelum jalan meninggalkan parkiran, kami foto bareng dulu dengan latar belakang menara. Biar afdol gitu. Sekaligus jadi bukti manis bahwa kami pernah berpanas-panas ria di menara, kena sengat sinar matahari yang menggila 😂


Meski kepanasan, aku bersyukur hari itu cuaca cerah. Kami bisa berkegiatan dengan lancar, dan bisa dapat foto-foto indah.

Sehari sebelumnya (18/6/2022) hujan deras melanda Purwokerto, sejak sore sampai malam. Akibatnya kami gagal mengunjungi Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Padahal sudah sampai gerbang taman. Mau maksain masuk saat hujan gak mungkin banget karena tamannya 100% outdoor. Ngapain coba hujan-hujanan di taman?

Akhirnya kami putar balik ke hotel. Saat melewati Jembatan Proklamator dan Menara Teratai cuma bisa dadah-dadah dari dalam mobil. Karena hujan belum berhenti. Rencana singgah untuk motret gagal total.

Jadi, meskipun siang itu kepanasan, tetap senang karena akhirnya berhasil mengunjungi menara.

Kalau cuaca gak cerah, mana mungkin aku bisa dapat foto dengan langit sebiru ini? 

Convention Hall Putra Sang Fajar

Tiket Menara Teratai

Menara Teratai buka tiap hari mulai pukul 09.00 WIB. 

Bulan Juni 2022 lalu saat kami ke sana harga tiket masuk Menara Teratai Rp 25.000 saat weekend dan Rp 20.000 saat weekdays. Dengan tiket tersebut pengunjung bisa masuk ke lobby dan naik menara sampai lantai 5.

Nah kabar baiknya nih, sekarang masuk lantai lobby Menara Teratai sudah GRATIS. Kalau naik sampai lantai 5 baru beli tiket.

Tempat pembelian tiket ada di pintu masuk menara sebelah Timur yang menghadap gedung Convention Hall Putra Sang Fajar. 

Tidak ada antrian masuk saat itu, proses pembelian tiket jadi cepat.

Yang aku rasakan ketika sudah boleh masuk itu adalah ademUdara dalam menara ternyata sejuuuuk banget! Rasanya kayak abis keluar oven lalu pindah masuk kulkas hehe. Ya gak sedingin kulkas juga sih 😂

Setelah mendapatkan tiket kami diarahkan menuju lift yang letaknya masih di lantai yang sama. Tiket masuk harus tetap disimpan selama masih dalam menara. Buat diperiksa tiap masuk lift saat berpindah lantai. 


Di Lantai Lobby Menara Ada Teratai Resto, Diorama, Pameran Lukisan dan Foto, Komik, dan Buku

Menara Teratai memiliki ketinggian 114 meter, terdiri dari 5 lantai. 

Lantai terbawah yang disebut lantai 1 merupakan lobby dengan ruangan berbentuk lingkaran, mengikuti bentuk menara. Di tengah-tengahnya ada lift untuk naik dan turun menara. 

Di lantai ini juga ada Teratai Resto. 

Jadi andalan buat jajan makanan dan minuman selama berada di menara. Soalnya, dekat menara gak ada warung dan rumah makan, semuanya jauh. Mesti keluar kawasan dulu kalau mau jajan. Kalau sudah keluar menara, nanti pas balik lagi mesti beli tiket baru. Jadi kalau butuh makan dan minum, cuma bisa ngandalin kafe dan resto yang ada dalam menara.

Masuk lobby di lantai dasar menara gratis. Jadi kalau ke menara cuma mau datang buat makan di restonya, gak perlu bayar tiket. Naik menara baru bayar.

Di Resto Teratai kami jajan minuman, gak jajan makanan. Suami sudah berpesan mau makan siang dengan soto di kedai Soto Raja Lama H. Suradi saja. Jadi aku gak punya cerita makanan Resto Teratai kayak apa. 

Baca juga: Mencicipi Kuliner Soto dan Mendoan Asli Purwokerto

Teratai Resto di lantai lobby

Restonya nyaman, bersih, dan kita bisa bersantai sejenak sambil menikmati makanan dan minuman yang tersedia

Selain Teratai Resto, di lantai lobby juga ada pameran foto, lukisan, diorama Bung Karno, komik non fiksi, dan buku baca untuk dibaca di tempat.

Pengunjung diperbolehkan melihat-lihat dan berfoto.

Di area pameran disediakan beberapa bangku. Bisa buat duduk-duduk setelah capek keliling menara. Kalau duduk di resto kan seenggaknya mesti beli minum ya, kalau di sini tinggal duduk saja.

Toilet pengunjung juga ada di lantai lobby. Toiletnya bersih, terpisah untuk wanita dan pria.
 
Pojok pameran

Cafe dan Coworking Space di Lantai 2

Menara Teratai gak hanya berfungsi sebagai menara pandang. Lebih dari itu juga dapat digunakan sebagai tempat bekerja.

Lantai dua Menara Teratai Purwokerto siap memfasilitasi pengusaha yang membutuhkan kantor dengan konsep menarik dan fasilitas eksklusif. 

Official IG @menarateratai_purwokerti menyebutkan coworking space tersebut tersedia hanya untuk 10 pengusaha.

Jadi, kalau ada pengusaha yang berminat untuk buka kantor di Menara Teratai, bisa langsung menghubungi pihak pengelola menara.

Ngantor di landmark kota? Istimewa sih.

Di lantai 2 juga terdapat Soekarno Circle Coffeeshop. Mau ngopi di menara? Di sinilah tempatnya.

Soekarno Circle Coffeeshop di lantai 2 Menara Teratai. (Sumber foto IG @soekarnocircle)

Toilet Menara Teratai

Tata Cara Naik Menara

Beberapa hal berikut perlu diperhatikan oleh pengunjung yang akan naik Menara Teratai. Aku tulis di sini untuk diketahui bersama. 

  • Saat naik lift, hanya petugas yang boleh menekan tombol lift
  • Jumlah pengunjung dibatasi maksimal 15 orang dalam sekali naik
  • Naik lift hanya sampai lantai 4. Dari lantai 4 ke 5 pakai tangga
  • Lift berhenti beroperasi setiap  2 jam sekali
  • Saat terjadi hujan dan petir, lantai 4 harus ditinggalkan oleh siapa pun, tanpa terkecuali
  • Tangga dari lantai 4 menuju rooftop di lantai 5 tidak aman untuk lansia, wanita hamil, dan anak kecil. Karena itu pihak pengelola membuat himbauan khusus mengenai hal tersebut

Nanti kalau sudah di menara hal-hal yang disebutkan di atas bakal diberitahu oleh petugasnya.

Hanya petugas menara yang boleh menekan tombol lift

Pengalaman Naik Menara

Sebelum naik menara, tiket kami diperiksa oleh petugas yang berdiri di depan lift. 

Kemudian seorang petugas perempuan ikut masuk lift, mengantar kami naik menara. Sesuai aturan, pengunjung gak naik dan turun sendiri, tapi diantar. Urusan menekan tombol lift pun hanya dilakukan oleh petugas.

Selama dalam lift itu mbak petugasnya dengan ramah menjelaskan kondisi lantai yang akan kami tuju itu seperti apa, dan aturan apa saja yang mesti kami patuhi selama berada di lantai menara. 

Apa yang disampaikan bertujuan untuk keamanan dan keselamatan selama berkunjung. Selebihnya, silakan nikmati menara pandang dengan cara masing-masing. 

Tangga naik dari lantai 4 ke lantai 5 rooftop

Pintu rooftop semi outdoor

Menara Tinggi tapi Cuma 5 Lantai

Sekadar info aja nih. Menara Teratai memiliki tinggi 114 meter. Tapi lantainya cuma 5, pendek dong? Enggak. 

Ada jarak cukup panjang antara lantai 2 dan 3. Dalam jarak yang cukup panjang itu tidak ada lantai sama sekali. Kalau ada lantainya mungkin sudah melewati 3-4 lantai.

Setelah tinggi mendekati puncak menara, baru ada lantai lagi yang disebut dengan lantai 3, 4, dan 5.

Puncak Menara berbentuk bunga teratai. Di bawah kelopak teratai inilah terdapat lantai 3,4, dan 5. Spot untuk melihat landscape Kota Purwokerto. (Sumber gambar dari video @fathan_drone)

Bagian dalam kubah menara

Lantai Kaca Untuk Pemberani yang Ingin Menantang Adrenalin

Ada 3 lantai yang bisa dinaiki untuk menyaksikan keindahan landscape Purwokerto. Yakni lantai 3 ruangan ber-AC, lantai 4 ruang kaca, dan lantai 5 rooftop semi outdoor.

Seingatku kami kemarin naiknya tidak berurutan. 

Pertama diantar ke lantai 4 dulu, lantai dengan ruang kaca. Setelah itu kami naik ke lantai 5 lewat tangga. Terakhir baru ke lantai 3 yang ruangannya ber-AC.

Di antara ketiga lantai itu, lantai 3 disebut sebagai Ruang Observasi Outdoor. Karena punya lantai kaca tembus pandang yang view bagian bawahnya langsung menghujam permukaan tanah. Bagi yang berani boleh coba. 

Kalau aku sih gak berani. Dibayar pun ga mau 😂 

Dulu pernah berani nginjek lantai kaca di Jembatan Berendeng Tangerang. Bagian bawah dek observasi ngadep ke sungai Cisadane yang deras dan dalam. Waktu itu berani karena mikirnya kalau jatuh ga bedebam ke tempat yang keras, tapi ke air. Paling hanyut aja hehe. Nah kalau di menara ini kan kalau jatoh (naudzubillah) di atas tanah keras. Hancur badan dan hati. Duh!

Aturan naik lantai kaca maksimal 2 orang, dan harus lepas sepatu. Adakah teman pembacaku yang udah coba?

Lantai 3 menara, ruangan ber-AC
Lantai kaca di Lantai 3 Menara. Ada yang berani? (Sumber: IG Reel @menarateratai_purwokerto)

Lantai 4 ruang kaca
Lantai 5 rooftop semi outdoor

Pemandangan Indah dari Ketinggian

Tempat dengan pemandangan indah seringkali menjadi salah satu objek wisata yang paling dicari. Orang-orang yang mencarinya rela meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan membayar biaya perjalanan yang kadang gak sedikit.

Kenapa dicari?

Bagiku, melihat pemandangan indah bukan sebatas mengagumi saja, namun seringkali mampu menambah ketenangan hati dan pikiran, serta rasa syukur. Tak jarang menjadi sumber inspirasi dalam berkarya. 

Pemandangan indah bisa ditemukan di mana saja. Ada di ketinggian gunung, di ketinggian gedung hotel, bahkan di ketinggian menara. 

Dulu pernah berada di ketinggian Gunung Anak Krakatau di Lampung, Gunung Bromo di Jatim, dan di lereng Gunung Kie Matubu di Tidore. Dari tempat-tempat itu tersuguh pemandangan alam yang bila disaksikan bikin hati dipenuhi rasa sukacita. Ada hamparan padang pasir, savana, dan perbukitan. Ada pantai, selat Sunda, dan pulau-pulau yang terpisah oleh lautan. Ada pedesaan subur yang masyarakatnya hidup tenang.

Indahnya cityscape Kota Metropolitan Jakarta, pernah kusaksikan dari ketinggian hotel berbintang di Jakarta. Dari lantai tertinggi kamar Hotel Harris FX Senayan, rooftop Westin Hotel, kamar hotel JW Marriot, Aryaduta, Pullman, dan lainnya. Siang dan malam, pemandangan kota dari hotel-hotel itu sama menakjubkan.

Pengalamanku naik menara baru segelintir. Dulu pernah naik menara suar di Pulau Lengkuas Belitung sampai lantai tertinggi. Masya Allah pemandangannya, indah tiada tara. Kabarnya menara tersebut sudah gak boleh dinaiki karena usianya yang udah tua mulai rawan bagi keselamatan.

Dan kali ini, naik Menara Teratai, tentu saja kudapatkan pemandangan yang membuatku kagum. Hamparan sawah, pemukiman, dan gunung yang berdiri gagah di latar belakang berpayung awan di bawah langit biru yang menenangkan. Semuanya memenuhi ruang penglihatan, tanpa penghalang.

Satu-satunya foto pemandangan yang aku jepret dari ketinggian menara. Pemandangan ini lebih indah ketika dilihat langsung dengan mata.

Menara Teratai Landmark Purwokerto

Di sini tempat hiburan, festival, perlombaan, senam kebugaran, fashion week, pesta rakyat, dan berbagai macam kegiatan lainnya sering diadakan.

Tempat masyarakat kota berkumpul dengan berbagai macam kegiatan positif.

Dan tentu saja, tempat paling ideal untuk menikmati pemandangan Purwokerto dari ketinggian.

Tiketnya murah, dan dengan biaya semurah itu sudah dapat pengalaman bagus. 

Di IG @menarateratai_purwokerto aku lihat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah bersantai sambil bersantap di ketinggian rooftop menara. 


Foto Pemandangannya Sedikit Sekali...

Ternyata gak banyak foto dan video pemandangan yang kuambil dari ketinggian menara. Yang aku maksud di sini bener-bener foto pemandangan yang diambil dari menara, bukan foto kami saat dalam menara.

Seluruh isi galeri foto di ponsel sudah kuperiksa. Cuma 1 foto saja yang ada. Lainnya bukan pemandangan. Aku cek di ponsel anak-anak dan suamiku juga ga ada. 

Mungkin saat itu kami benar-benar berhenti dengan urusan kamera. Melupakan ponsel, membiarkan mata, hati dan telinga saja yang bekerja.

Sepertinya saat itu aku gak cuma lupa pada urusan motret dan video, pada panas menggila yang hampir menghadangku ke menara pun aku lupa 😅

Berada di ketinggian, mendapatkan apa yang ingin aku lihat, membuatku merasa senang, sekaligus menjadi tenang. Lalu, sejenak lupa pada beberapa hal...

Kadang suka gitu, kalau sudah menemukan apa yang dicari, bisa larut menikmati suasana...






Berkunjung ke Menara Teratai, bukan hanya aku yang suka, anak-anak dan suami juga. Pengalaman kami baik saat berkunjung. Alhamdulillah.

Pas di atas menara itu, suasananya kan sepi, cuma ada kami. Aku rasanya pengen rebahan 😂 Ya gimana ya, udaranya sejuk, seluruh sudut lantainya bersih, suasananya tenang, nyaman banget buat bersantai...

Cuma khawatir ketiduran, gak ada yang tahu, lalu terkunci di atas gak bisa turun sampai besok wk wk. Ga mungkin juga sih, petugas pasti ceki-ceki dulu sebelum menutup pintu rooftop dan menghentikan lift 😃😄

Video kami di Menara Teratai sudah aku posting di IG Reel 👇

Kondangan Sambil Jalan-Jalan di Purwokerto, Menginap di Hotel Luminor

Hotel Luminor Purwokerto

Bulan Juni 2022, untuk pertama kali saya berkunjung ke Purwokerto, Jawa Tengah. Tujuan utama ke sana buat kondangan, tapi kemudian sekalian sambil jalan-jalan.

Yang nikahan rekan satu tim suami di kantor. Anak buah sih sebenarnya, tapi saya selalu kurang nyaman sebut anak buah. Anak atau rekan saja sebutnya. Nah, suami saya sebagai "bapaknya anak-anak", kondangan ke tempat jauh pun dijabanin. Buat mendoakan langsung si anak, katanya.

Perhatian dan sayangnya suami ke rekan kerja bukan pada satu orang saja. Kepada yang lainnya juga. Kebetulan di bulan Juni itu ada dua karyawan yang menikah. Satunya di Purwokerto, satunya lagi di Cilegon. Waktunya cuma beda seminggu. Keduanya semua sama didatangi. Cerita kondangan edisi Cilegon bisa dibaca di sini: Ada Taman Rusa di Sari Kuring Indah, Tempat Pernikahan di Cilegon.

Kondangan dua pernikahan di bulan Juni. Bulan di mana saya dan suami juga pernah di kondangi, 20 tahun yang lalu. Mungkin kenangan akan indahnya Juni bagi kami, membuat suami jadi lebih bersemangat untuk hadir. Mungkin yaaa. Saya nggak nanya. Tapi suami memang keliatan happy. Wajahnya berseri-seri saat hendak mengajak serta saya dan anak-anak ke Purwokerto. 

Alhamdulillah semua setuju. Semua berangkat ke Kota Purwokerto. Kota yang mengingatkan saya pada seorang mantan pacar asal Purwokerto, saat saya berusia 20an wkwkw. Duh!

Selamat menikah 😍

Hotel Luminor Purwokerto

Acara pernikahan diadakan hari Sabtu tgl. 18 Juni 2022. Kami berangkat sejak Jumat tgl. 17 Juni. Saya memesan kamar di hotel Luminor Purwokerto untuk 3 hari 2 malam. 

Luminor merupakan salah satu dari lima hotel bintang empat di Purwokerto. Kata Pungky tak ada bintang 5 di sana. Bintang 4 udah paling tinggi. Oh begitu. Ok!

Mulanya Pungky merekomendasikan Java Heritage Hotel dan Aston Imperium. Setelah ceki-ceki, saya sreg dengan Java Heritage, kamarnya begitu mewah dan elegan. Sayangnya untuk tanggal yang saya pilih sudah full booked. Pungky juga merekomendasikan hotel Wisata Niaga Campus. Semua yang direkomendasikan Pungky saya cek. Tapi akhirnya malah jatuh hati pada Luminor Hotel, yang ternyata Pungky sendiri pernah jadi model untuk promosi hotel itu. Tapi malah kelewat direkomendasikan ke saya haha.

Btw, Pungky blogger, rekan saya dalam satu komunitas BLUS. Tinggal di Purwokerto. Karena itu saya menghubunginya untuk keperluan selama di Purwokerto. Mulai dari nanya info hotel, tempat makan, dan tempat wisata. Pungky memang tepat buat tempat bertanya, karena pekerjaannya saat ini bergelut di bidang wisata. Udah jadi influencer pariwisata, kerjanya juga seputar wisata. Top banget kan. Saya bangga pada Pungky. Dukung Pungky untuk 2024 yang cemerlang! #lho 😅

Sebelum saya cerita soal hotel Luminor, saya cerita dulu mengenai perjalanan kami ke Purwokerto. 

Luminor Hotel Purwokerto
  

Berangkat Malam, Alief Menyetir

Rencananya, kami akan berangkat dari BSD Jumat pagi tgl. 17 Juni. Supaya Jumat sore sudah berada di Purwokerto. Saya sudah menyusun jadwal untuk malam harinya. Makan di mana, dan ngapain aja. Tetapi, mendadak suami ada pekerjaan penting yang tidak bisa diundur. Sehingga jadwal perjalanan kami lah yang harus diundur. Akhirnya kami berangkat Jumat pukul 10 malam.

Perkiraan waktu tempuh kurang lebih 7 jam. Subuh sudah sampai di hotel. Ternyata, hampir 10 jam perjalanan dan kami tiba keesokan pagi. 

Perjalanan berkendara mobil dari BSD ke Purwokerto memang tidak dekat. Alhamdulillah ada jalan tol yang memudahkan sehingga lebih cepat. Suami menyetir santai, bergantian dengan Alief bila mengantuk.

Yak, saya senang kali ini suami sudah ada supir pengganti. Biasanya selalu nyetir sendiri. Meskipun saya bisa nyetir, tapi untuk perjalanan jauh luar kota saya belum berani buat menggantikannya. Kalau dalam kota saja masih ok. 

Kali ini ada Alief yang sudah 2 tahun lihai menyetir. Walau SIM A nya baru ada tahun lalu, saat usia 18 tahun. Alief memang kami kasih bertahap untuk urusan SIM. Sim C pas umur 17 tahun. SIM A pas umur 18 tahun. Dengan SIM nya itu, serta pengalamannya sudah nyetir ke banyak tempat di Jabodetabek, dia sudah bisa diandalkan buat gantikan papanya nyetir. 

Perjalanan nyetir jauh pertama Alief waktu kami mudik ke Palembang bulan Mei. Dia nyetir Honda BRV di jalan tol Lampung sampai Palembang. Yang kedua ya pas ke Purwokerto ini, pakai Avanza. Waktu kami mudik Januari 2021 pakai Inova, Alief sudah bisa nyetir. Tapi saat itu belum punya SIM A. Jadi tidak kami ijinkan, sesuai aturan mengemudi. 

Beda kota tujuan beda pula kendaraan yang dipakai bukan tanpa maksud, melainkan untuk memperkaya pengalaman Alief nyetir. Di usia kami yang makin tua dengan tenaga yang gak akan selamanya prima,  Alief akan kami andalkan untuk membawa kami jalan ke mana-mana.

Pemandangan pagi di Brebes, Jawa Tengah. Memotret dari dalam mobil yang terus melaju. 

Salat Subuh dan Makan Ayam di Rest Area 

Berkendara malam membuat saya tak bisa menyaksikan pemandangan yang dilalui selama perjalanan. Tetapi keindahan tetap ada meski gelap menyembunyikannya. Setidaknya masih ada cahaya lampu di gedung-gedung kota, di pinggir jalan tol, di pedesaan sunyi, dari mobil-mobil yang bergerak beriringan, bahkan kerlip bintang di langit tinggi yang tak terjangkau, yang bisa dinikmati mata selagi belum terpejam dikalahkan kantuk. 

Kami baru berhenti saat salat subuh. Di sebuah rest area yang sangat ramai. Saya tidak ingat lokasi rest area itu di mana. Tapi yang pasti sudah berada di Jawa Tengah. 

Rest area nya luas. Tapi parkirannya saat itu penuh. Tempat salat penuh. Tempat wudhu dan toilet penuh. Mengeluh karena penuh? Oh tentu tidak. Justru senang. Penuhnya masjid dan tempat wudhu itu mengagumkan. Indah rasanya melihat orang-orang tidak meninggalkan salat, meski dalam perjalanan yang melelahkan. 

Usai salat terbitlah lapar. Ada banyak pilihan resto di sana. Kafe dan warung kecil pun bederet. Tapi anak-anak maunya makan ayam. Suami pergi ke restoran ayam terkenal. Dibelinya 4 paket nasi+ayam. Kami makan saat itu juga, bekal tenaga untuk perjalanan yang masih lama sampainya. Kok lama? Yak, dari aplikasi Google Maps, tujuan kami masih perlu waktu kurang lebih 4 jam lagi untuk sampai, udah sama kayak menempuh jarak dari BSD ke Bandung😅

Di sini jalannya tidak mulus. Berlubang dan berbatu. Padat dan agak tersendat. Banyak truk. Untunglah pemandangan kiri dan kanan jalan seperti ini. Jadi nggak membosankan

Saat foto ini diambil, kami sudah di wilayah Purwokerto

Matahari Terbit dan Pesona Pagi

Matahari pagi terbit dengan begitu indah. Posisinya di depan agak ke samping kiri mobil. Membuat kami seolah berkejaran dengan si bulat yang mulai memerah. 

Masih di jalan tol saat itu. Pemandangan sawah berlatar bukit-bukit yang seolah bertumpuk, dengan matahari yang bersinar mulai naik, indah bagai lukisan. Saya sungguh terpesona. Hingga lupa memotretnya. Memang, ada kalanya mata dan hati khusyuk saja menikmati, abai pada urusan foto. Di lain waktu, sibuk motret, dengan kenikmatan yang berbeda. 

Keindahan pagi itu terekam dalam memori jiwa, dari dalam mobil yang terus bergerak.

Setelah berjam-jam berkendara di jalan tol, akhirnya kami keluar dan menyusuri jalan biasa. Bertemu dengan jalan yang gak selalu mulus. Kadang berbatu, berlobang, dan sempit penuh debu. Melewati sawah dan ladang, serta pedesaan yang asri, kadang gersang. 

Sepertinya, berkendara dengan kondisi seperti itu, memicu rasa lapar. Meski sudah sarapan di rest area, perut rasanya minta diisi lagi. Bekal cemilan yang sudah berkali-kali dimakan akhirnya habis. Harapannya tentu saja, sampai hotel nanti langsung sarapan sampai kenyang. 

Hotel Luminor Purwokerto

Bayar 2 Malam, Diinapi 1 Malam

Alhamdulillah Allah mudahkan perjalanan kami, sehingga bisa sampai dengan selamat di Hotel Luminor Purwokerto dalam keadaan sehat semua. Meskipun durasi perjalanan jadi begitu panjang, hampir 10 jam lamanya, tak jadi masalah. Namanya perjalanan, gak selalu sesuai rencana.

Dari awal juga udah meleset dari jadwal. Harusnya berangkat Jumat pagi, baru berangkat Jumat malam. Harusnya bisa tiba di hotel subuh, sampainya udah jam setengah sembilan lewat. 

Akibat meleset dari jadwal inilah kamar yang saya pesan buat 2 malam, akhirnya 1 malam gak ditiduri. Kamarnya bayar doang tapi gak dipakai haha. 

Saya pesan Deluxe Family Room yang luasnya 21 sqm. Ada tipe suite yang lebih luas berukuran 39 sqm, bisa buat berempat, tapi kamar mandinya terbuka. Masa iya sama anak-anak di kamar seperti itu. Ini bukan acara honeymoon beb haha. 

Tarif Deluxe Family Room Rp 580.000 permalam. Saya tadinya mau pesan hotel berbeda untuk malam berikutnya. Makanya pesan 1 malam saja di Luminor. Eh abis itu berubah pikiran, mau di Luminor saja biar gak pindah-pindah. Makanya di Traveloka pesanan saya jadi 2 kali. Yang satu kali saya beli pakai voucher, lumayan dapat potongan 300 ribu. Nah, pas gak jadi ditempati 1 malam, gak merasa rugi-rugi amat karena bayarnya cuma 280 ribuan haha.

Pesan kamar 2 malam tgl. 17 & 18 Juni di Luminor Hotel via Traveloka. Hanya 1 malam ditempati 😂

Datang Langsung Sarapan

Saya aktif berkomunikasi dengan pihak hotel untuk mengabarkan waktu kedatangan. Supaya mereka tahu posisi kami sudah di mana. Supaya bisa menyiapkan keperluan kami setibanya di hotel. Misalnya untuk sarapan dan check-in.

Alhamdulillah sampai di hotel security di depan langsung sigap membantu. Proses check-in juga sangat mudah dan cepat. Setelah itu kami pun langsung dipersilakan ke restoran untuk sarapan. 

Saya tuh ya, jalan ke Purwokerto cuma berempat, dan hanya tiga hari dua malam. Tapi bawaannya banyak! Kayak udah mau nginep seminggu haha. Makanya pas sampe, kebantu banget sama bapak security yang langsung sigap nurunin semua barang.


Menu Sarapan Beragam dan Banyak!

Saya kira bakal tiba di hotel selepas jam sarapan tutup. Yakni jam 10. Alhamdulillah ternyata waktu satu setengah jam lagi. Kami masih sempat sarapan di hotel. 

Seandainya telat pun, pihak hotel yang berkomunikasi dengan saya via Whatsapp mengatakan mereka akan bantu menyiapkan sarapannya dengan cara diantar kamar. Jadi kami tetap akan dapat sarapan. Ya iyalah ya, kamar udah gak ditempati, masak gak kebagian sarapan juga haha. 

Misalnya gak kebagian pun, ya sudahlah. Anggap saja belum rejeki. Tinggal pergi sarapan keluar. Dekat hotel banyak tempat makan. Malu lah ribut ama hotel cuma masalah sarapan wkwk. Tapi orang di hotelnya baik kok. Gak sampai kayak gitu. Kami yang baru tiba dengan segala rasa lelah, jadi senang mendapatkan keramahan para staf yang menyambut.

Saya sempat mengira Luminor itu masih hotel bintang 3 dengan menu sarapan yang masih terbatas. Ternyata, wow menunya banyak dan lengkap. Udah sama kayak di hotel bintang 4. Ternyata setelah saya cek Luminor memang sudah bintang 4 euy. Pantesan menu sarapannya beragam dan melimpah. Bikin sarapan di Luminor jadi puas.

Pagi itu saya sibuk makan. Bukan sibuk foto-foto. Baru sampe lho. Mana ada mikir foto-foto wkwk. Sarapan hari kedua baru sempet motret. Itu pun motret punggung tamu lain yang sedang makan haha. Gak mikirin foto-foto makanan lagi, berburu waktu soalnya, mau pergi jalan-jalan ke Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Soal ini nanti saya ceritakan di lain tulisan.

Suasana saat sarapan. Maaf cuma motret punggung orang lagi makan wkwk

Kamar Nyaman Tanpa Pemandangan

Usai mengobati lapar dan dahaga, saya dan suami bersegera ke kamar. Mau mandi dan bersiap untuk pergi kondangan. 

Alief dan Aisyah minta istirahat. Tidak ikut kondangan. Ok, saya nggak maksa. Jadi tak apa kalau mereka tak ikut. Toh yang penting suami yang hadir. 

Kamar kami di lantai 8. Paling tinggi. Seharusnya bisa lihat suasana kota, tapi ternyata jendela kami menghadap ke punggung mall wkwkw. Ketutup sudah pemandangan lainnya. Saya kemudian jadi tak tertarik lagi melihat keluar. 

Berikut penampakan kamar Deluxe Family yang saya tempati. Cukup bagus, bersih, dan lengkap. Standar bintang 4 lah ya. Walau suara-suara dari sebelah dan luar (orang berjalan/bicara di lorong) kedengaran. Dengan king size bed, masih ada space yang cukup luas buat salat berjamaah berdua. Masih muat pula buat 1 extra bed.
KUNCI KAMAR. Manis sekali bunga-bunga

Deluxe Family Room Hotel Luminor 

View Menara Teratai

Di luar kamar di ujung lorong dan depan lift ada dinding kaca, bisa buat liat view. Tapi ya itu tadi, view-nya cuma rooftop dan punggung gedung yang lebih pendek dari Luminor.

Lalu ada yang saya sesali di hari terakhir di hotel, ternyata di ujung lorong arah berlawanan menuju lift itu ada pemandangan Menara Teratai! 

Wuaaaah saya kesel banget tahunya telat. Padahal ya, kalau mau lihat cantiknya Menara Teratai itu justru di malam hari. Indah karena warna-warni cahaya lampunya. Dan itu bisa disaksikan dari lorong kamar lantai 8 tempat kamar saya berada. Huhuhu mau garuk-garuk tembok rasanya. Kesel bener wkwk.

Masa mesti nambah satu malam lagi cuma demi liat Menara Teratai di malam hari dari ketinggian? Ya gak lah. Ada yang lebih penting dari pada itu. Yakni suami Senin masuk kerja. Makanya harus pulang. Bye ajalah view Menara Teratai haha.

Kembali ke acara kondangan...

Saya bergerak cepat menyiapkan baju kondangan. Suami mandi dengan cepat, mengikuti irama gerakan saya yang was wus was wus. Selagi suami mandi, saya selesai menyeterika 1 celana panjang, 1 kemeja, 1 kulot panjang, 1 outer. Semua hasil setrikaan saya gelar di atas kasur, siap untuk dipakai.

Keluar kamar mandi suami terperangah: "Mama bawa setrikaan?" wkwkw. Kayak gak hafal aja kalau istrinya ini serba siap dalam hal apa saja.

Dinding kaca di ujung lorong kamar. View Menara Teratai. Nyesel baru tahu pas mau check-out 😂

MENARA TERATAI. Difoto dari lantai 8 Luminor Hotel. Lantai tempat kamar kami berada. Sayang banget telat tahu. Padahal buat ambil foto malam bagus di sini.

Bahasa Jawa dan Petunjuk Arah Pakai Mata Angin

Kami berdandan serapi mungkin. Melenyapkan kekusutan yang didapat setelah 9 jam lebih perjalanan. Berganti kinclong, kelimis, dan amat manis hihi. 

Anak-anak kami tinggalkan di hotel. Berdua saja kami meluncur ke lokasi acara yang ternyata kurang lebih 3-4 kilometer saja dari hotel. Dekat amat ya. Mana jalannya gak macet, jadi cepat.

Tapi, pas masuk-masuk jalan kecil, kami mulai kebingungan. Mbak-mbak di aplikasi Google Maps gak bisa diajak bicara. Bisanya cuma ngomong sendiri nyuruh belok kanan belok kiri padahal jalan buntu hahaha. Ya udah akhirnya nanya sama penduduk. Petunjuknya pakai nama arah mata angin, dan pakai bahasa Jawa. Wadauuuu...saya tidak paham. Untungnyaaa punya suami ngerti bahasa Jawa karena memang orang Jawa.

Kalau di bahasa Indonesia-kan kira-kira gini artinya:
"Dari sana itu belok kiri, lurus terus arah utara, trus belok kiri, rumahnya sebelah timur.."

Bapak dan ibu mertuaku memang asli Jawa, asal Kebumen, Jawa Tengah. Walau suamiku dan adik-adiknya lahir di Padang, besar di Jakarta, suami pernah kuliah di Palembang, bahasa Jawa itu kadang masih diucapkan oleh ibu dan alm bapak. Jadi, dikit-dikit suami masih ngerti. Menimpali pun masih bisa, pakai bahasa Jawa halus. Emang Jawa kasar kayak mana? 🤔 
PAYUNGAN DI KONDANGAN. Payungan di depan venue acara pernikahan. Saking panasnya!

Matahari benar-benar terik. Keluar dari tempat acara langsung payungan

Hari Itu Purwokerto Panas Sekali

Alhamdulillah kegiatan utama ke Purwokerto, yakni kondangan, dapat terlaksana. Saya dan suami bisa hadir menemui pengantin. Lega rasanya. 

Di bawah tenda cantik bertabur hiasan bunga, di pelaminan yang didekorasi dengan indah, sepasang pengantin sumringah menyambut para tamu. Kedua orang tua pengantin tak kalah bahagia, senyum teruntai tiada henti, sembari mengucap terima kasih karena telah turut mendoakan pernikahan putra putri mereka. 

Saya dan suami diajak foto bersama pengantin, diapit oleh orang tua mereka. Momen ini jadi penanda telah terjalinnya sebuah silaturahmi. Tak ada yang lebih menyenangkan selain bikin orang lain merasa senang. Senang karena dihadiri dan didoakan. 

Usai menikmati hidangan dan menyaksikan kebahagiaan kedua mempelai kami berpamitan. Orang tua pengantin berkali-kali mengucap terima kasih karena kami telah datang dari jauh. 

Dari perusahaan tempat pengantin laki-laki bekerja, memang cuma suami satu-satunya yang hadir. Tetapi bukan berarti yang lain tidak ikut mendoakan, karena ada papan bunga ucapan selamat menikah yang dikirim ke venue acara, simbol ucapan selamat dan doa untuk mempelai, dari perusahaan, mewakili segenap karyawan. 

Alun-Alun Purwokerto

Masjid Raya Purwokerto

Objek Wisata di Pusat Kota 

Cuaca sangat terik. Sinar matahari terasa amat tajam menusuk kulit. Cahayanya bikin silau. Saya tak bawa kaca mata hitam. Berkali-kali jadi memicingkan mata. Topi ada, tapi masa topian ke kondangan hihi. Jadi, saya hanya mengandalkan payung. Masuk venue acara payungan. Saat keluar langsung payungan lagi. 

Selepas kondangan kami kembali ke hotel Luminor. Kebetulan hotel dekat dengan alun-alun Purwokerto. Saat melewatinya kami berhenti. Beli makan dan bermaksud hendak foto. Di situ ada kedai ramen dan bento, saya beli buat Alief dan Aisyah. 

Karena kedainya menghadap alun-alun, jadilah saya berfoto sejenak. Meski cuaca sangat panas, saya coba bertahan. Demi foto wkwkw.

Dekat alun-alun ada masjid raya Purwokerto, saya sempat memotretnya, meski tidak mendekat, apalagi masuk.

Setelah itu kami kembali ke hotel. Tapi tak lama kami berhenti lagi saat melewati Jembatan Bung Karno. Kalau kata Pungky, masyarakat setempat sebutnya Jembatan Tesda. Nah, jembatan ini tuh unik, dari bentuknya yang gak biasa terlihat menarik dan ikonik. Saya jadi pingin foto di situ. 
Jembatan Proklamator
Menara Teratai

Foto Berduaan di Jembatan Proklamator

Lokasi Hotel Luminor yang saya inapi memang sangat strategis. Dekat alun-alun, masjid raya, mall, dan dekat pula dengan kawasan Bung Karno yang digadang-gadang bakal jadi ikon kota Purwokerto. Kenapa? 

Pasalnya di kawasan Bung Karno itu terdapat beberapa objek wisata yang pada tanggal 6 Juli 2022 lalu baru diresmikan oleh Ketua DPR Republik Indonesia, Ibu Dr. (H.C) Puan Maharani. Peresmian meliputi Menara Teratai, Convention Hall Putra Sang Fajar, Jembatan Proklamator, dan Madhang Maning Park.

Berarti waktu saya dan keluarga berkunjung ke Menara Teratai pada hari Minggu tgl. 19 Juni lalu, menaranya belum diresmikan. Wah, jadi enak nih duluan nganyari. Tapi memang keren sih menaranya. Kami naik sampai rooftop, bisa liat pemandangan kota Purwokerto dengan sudut pandang 360°. 

Saya dan suami juga sudah sempat foto-foto di Jembatan Proklamator. Ya, Proklamator nama jembatannya. Karena berdua saja, kami berfoto pakai tripod. Orang-orang yang lewat melihat ke arah kami. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka liat suami istri siang-siang di jembatan 😂

Foto duaan, mengenang Juni 20tahun yang lalu. Sebagaimana jembatan, menghubungkan dua tempat menjadi satu. Semoga pernikahan yang menjadikan dua orang bersatu dalam ikatan suci, bersama selamanya, dalam bahagia, sebumi seSurga-Nya. Aamiin.  


Dua hari saja di Purwokerto. Kami berkeliling kota. Makan dan berwisata, bahkan ketemu Pungky segala di Menara Teratai. Memang janjian sih. Tentunya sangat berterima kasih pada Pungky, sudah banyak bantu info soal hotel, objek wisata, tempat makan, sehingga kami bisa mengisi waktu dengan menyenangkan selama berada di Purwokerto. 

Saya tadinya pengen ajak keluarga jalan-jalan ke Baturaden. Makan di Taman Langit, dan pergi ke curug. Tapi situasi berubah, waktunya gak cukup karena sore kami harus segera berangkat pulang supaya tidak terlalu malam sampai BSD. Supaya Mas Arif bisa istirahat cukup di rumah sebelum kembali bekerja pada Senin hari.

Kegiatan kuliner kami makan bebek di Kosek Cak Kholig. Makan nasi rames di Warung Makan Mbak Neni. Makan soto Sokaraja di Raja Soto Lama. Masing-masing ada ceritanya, seru dan menarik untuk dituliskan.  

Untuk kegiatan city tour kami hanya berkunjung kedua tempat yang sama-sama masih baru, saat itu belum 2 bulan umurnya. Yakni Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Kedua tempat itu sama asyik dan menyenangkan. Juga akan saya ceritakan pada tulisan berbeda.  
 


Kondangan dan jalan-jalan, sama bisa dilakukan. Tujuan utama terlaksana, keluarga pun bisa menikmati kegiatan bersama.

Beginilah punya suami yang liburnya cuma weekend. Saya mesti pandai-pandai lihat keadaan dan atur waktu. Biar kebersamaan tetap dapat dilakukan, meskipun disambi suatu urusan.

Saat suami tugas keluar kota pun saya sering diajak serta. Suami kerja, saya keliling kota. Jalan-jalan dan jajan-jajan. Kerja dapat, jalan-jalan dapat 😀

Pas ke Purwokerto ini suami bisa saja pergi bareng teman kantornya. Tapi suami pilih ajak kami,  keluarganya. Karena dia tahu, istri dan anak-anaknya menantikan waktunya untuk berkegiatan bersama. 

Jalan-jalannya memang singkat, cuma 3D2N. Itupun akhirnya cuma 2D1N wkwkw. Tapi yang singkat bisa berkualitas. Tergantung gimana cara bersamanya. 

Terima kasih telah membaca. Sampai ketemu di tulisan berikutnya: Kuliner dan Jalan-Jalan di Purwokerto.