Tampilkan postingan dengan label Lampung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lampung. Tampilkan semua postingan

Naik Trans Lampung, Bus Bandara yang Nyaman dan Murah di Lampung

Naik Bus Bandara Trans Lampung 

Pada sebuah kesempatan saya kembali berkunjung ke Lampung untuk suatu keperluan. Kunjungan ini merupakan ke-14 kalinya. Hmm...kalau dihitung-hitung, dalam 2 tahun terakhir sering betul saya ke Lampung. Lebih sering dari pada ke Palembang 😃 

Bus Bandara Trans Lampung

Kali ini saya ingin cerita tentang pengalaman naik bus Trans Lampung. Sependek belasan kali ke Lampung, baru belakangan ini merasakan naik bus dari bandara ke kota Bandar Lampung maupun sebaliknya. Dulu nggak pernah. Biasanya selalu dijemput oleh teman, atau naik taksi pribadi yang sudah dipesan oleh si teman. Jadi ini tentang naik bus bandara ya, bus Trans Lampung. Kalau sekedar naik bus di Lampung sih sudah beberapa kali tapi bukan bus bandara, melainkan bus pariwisata saat mengikuti suatu event, misal Festival Krakatau.

Selain cerita tentang bus, saya juga akan cerita tentang hal lainnya. Nggak seru kan kalau cerita tentang bus saja. Buat orang yang baru pertama ke Lampung, barangkali saja perlu informasi tentang hotel, tempat makan, tempat ngopi, tempat masar (ke pasar maksudnya), atau tempat-tempat wajib foto di Bandar Lampung. Ok, cekidot yaw. 


Baca juga: Liburan Lampung di Ujung Tahun

Bus Bandara Trans Lampung
 
Bus Bandara Trans Lampung

Saya sebenarnya nggak berani-berani amat jalan sendirian. Nggak berani bukan berarti nggak mandiri lho ya. Itu dua hal yang berbeda. Selama ini kalau ke Lampung seringnya ramean. Kalau pun pergi sendiri, sampai bandara biasanya selalu ada yang jemput. Tapi kan nggak selamanya orang bisa jemput. Kalau yang jemput tiba-tiba berhalangan, terpaksa deh jalan sendiri ke Bandar Lampung-nya.

Karena nggak mau sendiri, dulu pernah lho saya nebeng mas-mas yang sama-sama mau ke Bandar Lampung (BDL). Untung si masnya baik hati, saya diajak. Sebelum memberanikan diri minta barengan, saya lihat-lihat dulu orangnya, nggak main numpang bareng aja. Kalau feeling udah bilang aman, baru ikut. Kalau nggak, ya enggak jadi. 

Jujur ya, stigma negatif Lampung sebagai daerah rawan begal itu masih susah banget dihilangkan. Sudah jadi stereotif di masyarakat. Dulu kalo mau ke Palembang jalan darat, sering banget diingatkan oleh orang-orang untuk hati-hati jika lewat Lampung. Sering terjadi perampokan di jalan katanya. Bus dilempari batu tengah malam. Rampoknya sadis, sekali rampok bisa dibacok atau didor sampai mati. Ngeri! Alhamdulillah sih selama ini nggak ada mengalami dan ketemu yang begitu. Aman selalu. Jangan sampai terjadi. Tapi tetap harus waspada juga, kan? Gimana pun penjahat bisa ada di mana-mana. 

Bus Trans Lampung di Bandara Radin Inten II

Saya kurang tahu kapan tepatnya bus Trans Lampung mulai beroperasi di bandara Radin Inten II. Sepertinya sejak pertengahan tahun 2016. Saya baru-baru ini saja mencoba. Ternyata banyak juga enaknya. Bisa bareng penumpang lain, jadi nggak takut sendirian. Dan pastinya lebih murah, cuma Rp25.000 ke Kota Bandar Lampung


Kalau mau dibandingkan dengan taksi biasa (mobil Avanza/Xenia) Rp130.000 sekali jalan. Tentunya bus jauh lebih murah. Kalau sedang tidak buru-buru, enak naik bus.
Ngetemnya nggak lama kok. Terakhir saya hanya menunggu sekitar 15 menit saja, bus langsung jalan.

Baca juga: Yang Tanpanya, Trip Pulau Sebesi Terasa Hambarnya

Nyaman

Bus Trans Lampung melewati Kota Kalianda dan Unila-Itera. Di dalam kota Bandar Lampung, bus Trans melewati beberapa titik lokasi yang berada di beberapa jalan utama kota seperti Tugu Gajah, Mall Bumi Kedaton, Tugu Juang, stasiun Kereta Api Tanjung Karang, dan beberapa tempat lainnya yang saya nggak hafal.

Di mana ujung perjalanan bus? Di pool-nya tentunya. Letaknya persis di depan Hotel Batiqa Lampung. Kebetulan sekali waktu naik bus Trans Lampung pertama kali, saya nginapnya di Hotel Batiqa. Jadi enak deh, sekali naik turunnya langsung depan hotel.  


Video naik Bus Trans Lampung bisa ditonton di Channel Youtube saya di sini: 30 Jam di Lampung

Tugu Juang Bandar Lampung, lokasi yang dilewati bus Trans Lampung

Di mana beli tiket bus?

Saya belum pernah diarahkan oleh petugas bandara ke loket penjualan tiket bus. Kalau keluar terminal biasanya langsung saja naik bus. Nanti kalau sudah mulai berangkat, tiket baru diberikan. Saat itulah baru bayar. Begitu juga kalau dari Bandar Lampung ke bandara, bayar tiketnya di bus, saat kita sudah duduk manis. Beda ya dengan bus bandara di Soekarno Hatta. Kalau di Soeta, kita mesti beli tiket dulu di loket, baru naik bus. Hal tersebut berlaku di semua terminal bandara Soeta. Samalah kayak kita mau naik pesawat, beli tiket dulu baru naik. Kayaknya belum pernah kejadian ada yang udah duduk dalam pesawat baru bayar tiket haha.

Oh ya, ngomong-ngomong soal tempat beli tiket perjalanan, kamu biasanya beli di mana? Kalau tiket pesawat sih saya biasanya belanja di situs online booking tiket yang satu itu. Eh tapi, 2 kali belanja tiket yang terakhir, saya belinya ke tempat lain karena pas dapat harga lebih murah. Ga jauh-jauh banget si murahnya, selisih Rp8000-10.000 doang. Tapi kan lumayan. Apalagi pas beli tiketnya banyak (sampai jumlah minimum syarat diskon) bisa dapat diskon sampai lebih dari 100ribu 😍

Bus Trans Lampung lewat Stasiun Tanjung Karang

Nah, kalau tiket kereta antar kota antar propinsi (misal ke Surabaya/Semarang/Jogja dll) saya sangat jarang beli. Dulu pernah tapi hanya sekali, pas mau ke Jakarta dari Semarang. Setelah itu nggak pernah lagi. Selama ini seringnya naik kereta KRL saja, buat bolak-balik dari BSD ke Jakarta. Bayarnya pakai kartu e-money dengan sistem pendebetan langsung di stasiun.

Oh ya, sekilas info nih. Buat kalian yang kerap menggunakan kereta untuk bepergian jauh, kini tiket kereta tersedia di Tokopedia. Tahu kan Tokopedia. Situs marketplace ini nggak cuma jual fashion dan barang-barang elektronik seperti yang biasa kita tahu. Tapi juga bisa bayar tagihan listrik dan tagihan-tagihan lainnya. Bahkan, kalau kamu hobi nonton konser, kamu juga bisa dapatkan di Tokopedia. Nggak percaya? Coba deh cek promo tiket konser di Tokopedia.

Upps…kembali ke cerita tentang Lampung yok 😂

Di dalam Bus Trans Lampung yang sedang melaju menuju bandara

Hotel Amalia Bandar Lampung

Hotel Amalia jadi hotel ke sekian yang pernah saya inapi saat di Lampung. Salah satu hotel bintang empat yang ada di Kota Bandar Lampung ini cukup dekat dari Tugu Gajah, sekitar 200 meter saja. Mencoba menginap di hotel yang berbeda tiap ke Lampung, membuat saya jadi punya pengalaman yang berbeda pula untuk dirasakan dan diceritakan.

Beberapa hotel yang pernah saya inapi antara lain Batiqa Hotel, Pop Hotel, Inna Eight, Airy Room Tugu Adipura, Airy Room Gatot Subroto, Wisma D’green, Whiz Prime, Omah Akas, dan yang terbaru Amelia Hotel ini. Dari semua hotel itu, Batiqa Hotel paling saya suka. View Kota Bandar Lampung berlatar laut yang terlihat dari kamar-kamar yang terletak ketinggian sangat menyenangkan untuk dinikmati kala bersantai di kamar. Hotelnya juga nyaman, sarapannya enak. Pokoknya Batiqa paling sreg di hati. Yang kedua Whiz Hotel. Kamarnya juga bagus. Sarapannya enak. Saya suka restonya yang terletak di lantai 17. Dari balik dinding kacanya yang jernih bisa menyaksikan indahnya Kota Bandar Lampung dari ketinggian.

Hotel Amalia Bandar Lampung

Hotel Amalia terletak di Jalan Radin Intan No. 55, Enggal, Kota Bandar Lampung. Hotelnya besar, kamarnya juga besar. Kemarin saya dapat harga sekitar Rp400 ribuan lewat situs online booking hotel langganan. Di hotel ini, spa dan gym gratis. Jika dibandingkan dengan hotel bintang 4 lain yang pernah saya tempati, menu sarapan di hotel ini tidak tergolong mewah.
Bervariasi, tapi kurang istimewa.

Fasilitas di kamarnya sih ok, standarlah ya. Tapi entah kenapa buat saya suasananya ‘tua’. Saya nggak 100% merasa nyaman berada di kamar. Satu hal yang jadi catatan saya saat baru masuk ada noda kekuningan di spreinya. Bukan hanya itu, noda juga ada di sarung bantalnya yang putih. Itu bikin ilfil. Kamarnya tidak kedap suara. Bunyi-bunyian dari luar kamar seperti
langkah kaki, anak kecil yang berlari, juga suara dari kamar sebelah terdengar jelas. Berisik dan mengganggu ketenangan. 

Baca juga: Tiada Resah di Pulau Sebesi

Hotel Amalia Bandar Lampung

Di lantai dasar hotel ada kafe. Buat nongkrong malam atau jadi tempat ketemu teman sih oke juga. Yang bikin senang, hotel ini berada di pusat kota. Dekat dari Tugu Gajah. Staffnya ramah. Tengah malam saat saya sakit, staffnya mau bantu saya menghubungi dokter. Staff di FO juga informatif. Saat saya tanya tentang tempat kuliner, saya direkomendasikan ke Bakso Sony yang berjarak beberapa puluh meter saja dari hotel. Info sederhana seperti itu sangat berguna buat saya.

Nah, kalau kalian mencari hotel di Bandar Lampung, Hotel Amalia ini bisa jadi pilihan. Soal kekurangan yang saya sebutkan tadi, itu adalah pengalaman saya pada satu waktu, belum tentu akan sama pada waktu lain.  Bisa jadi sekarang sudah ada perubahan dan perbaikan, atau pun sudah ada hal-hal baru lainnya yang bikin senang untuk tinggal dan merasa nyaman. 

Kamar Hotel tipe Superior yang saya tempati

Menu sarapan Hotel Amalia

Kuliner Bakso Sony

Makanan bakso sangatlah umum. Hampir di seluruh daerah di Indonesia ada makanan ini dan mudah sekali dijumpai. Di tiap daerah pasti ada saja warung bakso yang terkenal dan jadi favorit pelanggannya. Nah kalau di Lampung, bakso Sony ini yang namanya kondang. Kalau sedang pingin kulineran tipis-tipis, menyambangi warung bakso Sony bisa jadi pilihan menarik. Katanya belum ke Bandar Lampung kalau belum mencicipi Bakso Sony.

Saya sedang tidak pingin banyak keliling kota untuk kulineran. Pingin yang mudah dan dekat, kalau bisa sambil ketemu teman dan teman juga gak perlu jauh-jauh nyusul saya. Maka, saya pilih Bakso Sony di jalan Radin Intan. Selain dekat dari hotel, Cuma jalan kaki sekitar 50 meter saja dari Amelia Hotel, juga dekat dari Tugu Gajah tempat saya akan menunggu bus Trans Lampung buat balik ke bandara. 

Bakso Sony dan Es Campur Sony

Siang itu, alhamdulillah senang bukan main bisa menikmati bakso Sony bareng Mbak Alya dan Yeni. Keduanya teman baik, asli orang Lampung. Saya sudah kenal agak lama, sudah beberapa kali jumpa dalam beberapa kesempatan saat ke Lampung. 

Kenal mbak Alya sejak tahun 2015 (event FK 2015). Kalau dengan Yeni kenal  tahun 2016. Dulu kenal Yeni di RM. Encim Gendut, tempatnya bekerja. Karena beberapa kali mampir, kami jadi sering ketemu dan kemudian berteman sampai sekarang. Senang rasanya punya teman baik di daerah tempat berkunjung, bisa saling berbagi cerita dan kisah tentang apa saja, terutama sharing tentang pariwisata Lampung.  

Teman Lampungku 😍



Lihat-lihat Pasar Pasir Gintung

Katanya, kalau ingin mengenal budaya dan kehidupan masyarakat setempat, datanglah ke pasar tradisionalnya. Nah, selama beberapa kali main ke Lampung, kayaknya saya belum pernah main ke pasar tradisional.

Tahun lalu pernah sih diajakin ke pasar bareng Tini dan Aji. Waktu itu abis dari Way Kanan, kami mampir ke tempat belanja yang ada di Jalan Kartini sebelum ke bandara. Di situ Tini nyari bahan kain. Gede sih pasarnya, tapi bukan pasar tradisional deh kayaknya. Hmm….apa itu mall ya? Saya lupa. 

Masuk Pasar Gintung bisa lewat Jalan Durian di samping BNI

Saya main ke Pasar Pasir Gintung karena lokasinya dekat dengan Hotel Amalia yang saya inapi. Naik GoCar nggak sampai 10 menit udah sampai. Tapi astaga mobil nggak bisa lewat. Pasarnya luber sampai ke jalan, mana hujan, jalannya becek lagi. Motor parkir sampai ke jalan, bikin sempit, susah lewat. Saat itu suasananya amburadul banget. Entah kalau di lain waktu ya.  

Pasar Pasir Gintung

Saya akhirnya nggak jadi turun buat keliling pasar. Cuma lewat dengan banyak drama. Di depan ada mobil bak sedang nurunin karung berisi buah labu dan sayur-sayuran. Di belakang ada gerobak nggak mau minggir. Driver ngoceh nggak abis-abis, marahin orang-orang yang menghalangi jalan haha. Karena nggak enak, saya bilang ke dia nanti dibayar lebih deh. Eh abis dibilang begitu, drivernya malah mau nganterin kemana aja. Diajak muterin pasar sampai dua kali pun dia mau 😂


Ya udah, akhirnya saya muter dua kali, jalan pelan-pelan. Masuk dari Jalan Durian, keluar di Jalan Pisang, lanjut ke jalan Teuku Umar lagi. Pusing masuk pasar, akhirnya balik ke hotel hehe. 

Pasar Pasir Gintung

Pasar Pasir Gintung di Jalan Pisang

Tugu Gajah


Kenangan saya dari tempat ini adalah saat menyaksikan parade budaya Festival Krakatau 2016. Saat itu, acara budaya dipusatkan di Tugu Gajah. Ribuan warga menyemut di lokasi. Saya dan beberapa rekan blogger turut menyaksikan dan menikmati berbagai persembahan budaya khas Lampung dari masing-masing kabupaten dan kota yang ada di Lampung. Menuliskan kembali kenangan itu, saya jadi kangen jalan bareng Mbak Dian, Mbak Lina, Riant, Arie, Hari, Maman, dan Yayan 😢


Seusai menikmati Bakso Sony, saya dan Yeni berjalan kaki ke arah Tugu Gajah. Tujuan kami minimarket Alfamart yang jadi titik tunggu Bus Trans Lampung. Kami tak terburu-buru, hanya berjalan santai dan pelan di trotoar sambil berbincang banyak hal. Sesekali kami berhenti untuk saling memotret atau pun berfoto bareng. Suasana kampanye pilkada mulai terlihat dari spanduk-spanduk lebar dan besar di beberapa titik strategis. Di bundaran Tugu Gajah bahkan ukurannya lebih besar. Foto pasangan cagub dan cawagub terpampang dalam iklan-iklan kampanye. 

Siapa pilihanmu nanti wahai Warga Lampung?





  

Icip-Icip Dimsum Moresto di Transmart Lampung

Saat itu Transmart masih baru-barunya di Lampung. Seorang teman bilang ke saya kalau mau nyari makan ke sana saja, banyak pilihan di satu tempat. Jangan lupa ke Dimsum Moresto katanya. Aih kenapa dia menyebut satu macam resto saja? Oke lah saya ke sana pakai taksi online. Meluncur gak cepat, banyak macetnya di siang jelang sore yang mulai padat. Hujan pula. Untung pakai mobil. Masih trauma naik ojek di Lampung, pernah jatoh soalnya. Waktu itu pinggang dan pinggul ngilu-ngilu karenanya. Sampai hotel langsung pijit-pijit pakai ilmu badai pengusir keseleo hehe.  




Dimsum Moresto terletak di lantai dasar, satu deretan dengan resto-resto lainnya. Dimsum Moresto ini ada di mana-mana. Yang di Transmart ini hanya salah satunya dan baru buka. Ada juga di MBK. Kata teman, dimsumnya enak. Teman saya itu tukang makan dan tukang jalan-jalan. Kalau dia bilang enak, saya percaya.

Ada banyak menu dimsum yang bisa dipesan. Tinggal pilih mana yang jadi kesukaan. Kalau saya sukanya siomay ayam dan dumpling. Dua itu saja yang saya pesan. Saat sedang makan, tiba-tiba si teman memberitahu lewat pesan WA, katanya saya kudu mencoba Mie Tek Tek. Dia bilang enak dan wajib coba. Huuu….sayangnya saya sudah terlanjur kenyang, perut udah penuh kalau mesti nampung mie tek tek lagi huhu. 

Dimsum Moresto Transmart Lampung
Siomay Ayam dan Dumpling - Dimsum Moresto Transmart Lampung

Dimsum Moresto nggak hanya punya menu dimsum, ada juga menu lainnya seperti nasi goreng, mie goreng, kwetiau, dan makanan-makanan mengenyangkan lainnya yang sudah familiar banget di lidah kita tapi tentu dengan olahan rasa ala Moresto. Kamu sudah coba ke sini? 

Video saya saat makan di Dimsum Moresto dapat ditonton di sini: Icip-Icip Dimsum Moresto di Transmart Lampung

Dimsum Moresto Transmart Lampung

Ngopi di Dr Coffee

Buat kamu yang hobi ngopi, salah satu kedai kopi yang bisa disambangi di Bandar Lampung adalah Dr. Coffee. Terakhir saya ke sini karena ingin silaturahmi dengan owner kafenya, Mas Ali. Yup, saya kenal Mas Ali sejak tahun 2015, saat event Festival Krakatau. Dulu kafenya dekat Unila, trus pindah di  gang PU sampai sekarang.  

Bersama Mas Ali, owner Dr. Coffee

Silaturahmi saya dan Mas Ali masih terjalin sampai sekarang, kami kadang berinteraksi di media sosial. Setiap ke Lampung nggak pernah lupa dengan Dr Coffee. Tahun 2016 pernah mampir dan ketemu Mas Ali lagi. Tahun 2017 juga ketemu lagi. Tiga tahun ketemu terus, tapi setahun sekali haha. Yang penting pertemanannya tetap jalan dan yang pasti selalu ada doa semoga Dr Coffee semakin sukses dengan kopi-kopi andalannya, baik kopi mentah maupun yang sudah diolah jadi minuman yang memanjakan para pecinta kopi di mana pun berada. 

Kopi Robusta Ulu Belu Honey dan Pisang Goreng

Secangkir Kopi Robusta Ulu Belu Honey saya nikmati bersama sepiring pisang goreng hangat pada suatu petang sebelum ngebut menuju bandara buat kembali ke Jakarta. Entahlah ya, saya ini kan bukan penggemar dan penikmat kopi sejati, tapi sore itu kopi yang saya teguk nikmatnya seakan sampai ke ubun-ubun. Faktor apa yang membuat saya saat itu seperti mabuk kopi? Perasaan seperti berbunga-bunga, jadi pingin tersenyum terus, dan nggak merasakan ada beban pikiran apapun.

Ketika pulang, Mas Ali memberi saya oleh-oleh berupa dua bungkus kopi siap seduh. Huaaaa… Terima kasih Mas Ali!

Tonton video ngopi di Dr Coffee di channel youtube saya di sini: Dr. Coffee Make Me Happy. 


Bandara Radin Inten II Lampung Selatan

Keberadaan saya di Lampung tak lebih dari 30 jam. Tapi lumayan, sudah sempat ke beberapa tempat untuk kulineran, liat pasar, ketemu teman, bahkan sempat ngopi. 

Tampilan Bandara Radin Inten II kini kece dan enak dilihat. Ruang check in dan ruang tunggu sudah jauh lebih nyaman. Toiletnya nggak sekucel dulu, kini lebih besar dan kinclong. Bangku di ruang tunggu warna-warni. Ada tempat bermain anak. Resto banyak. Nggak susah kalau butuh makan dan minum. El’s Coffee pun ada. Mau cari oleh-oleh gampang, ada toko yang menjual aneka makanan oleh-oleh khas Lampung seperti keripik pisang dan dodol. 

Tempat bermain anak di ruang tunggu bandara

Ruang tunggu keberangkatan bandara Radin Inten II

Sekali waktu saya nongkrong di El’s Coffee. Di lain waktu di kafe lainnya. Terakhir di Kedai Pempek Selamet. Selain memang pingin makan pempek, juga mau numpang ngecas HP. Ternyata enak juga pempeknya. Nggak rugi juga mampir. Kamu pernah masuk kedai ini? Bisa jadi pilihan tempat nongkrong saat sedang nunggu jadwal keberangkatan. 


Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang

Pempek Selamet

Flight saya balik ke Jakarta jam 6 sore. Jelang matahari terbenam. Entah kenapa tiap ke Lampung saya selalu pilih jam balik ke Jakarta di sore hari. Padahal itu adalah jam-jam rawan. Rawan mellow. 

Saya memang mudah mellow. Melihat matahari turun ke peraduan itu selalu bikin hati jadi sendu. Padahal datangnya malam adalah momen hati bergelimang harapan. Harapan bertemu pagi dengan matahari terbitnya yang tak pernah ingkar janji.

Sampai jumpa lagi Lampung. 


Senja di udara....

Informasi Bus Trans Lampung

Harga Tiket Trayek:
Bandara Radin Inten II - Bandar Lampung Rp25.000,-
Kota Bandar Lampung-Kota Kalianda Rp12.500,-
Unila-Itera Rp2.000,- (mahasiswa) Rp4.000,- (umum

Fasilitas:
Full AC, Asuransi Jasa Raharja, Tepat Waktu

Jadwal keberangkatan rute bus:

Bandara-Kota Bandar Lampung
Bandara: Tiap jam mulai Pukul 07.00WIB-21.00WIB
Shelter LJU Pahoman: Tiap jam mulai Pukul 05.00WIB-19.00WIB

Kota Kalianda-Kota Bandar Lampung
Bandar Lampung: Pukul 06.00WIB, 07.00WIB, dan 12.00WIB
Kalianda: Pukul 09.00WIB, 15.00WIB, dan 16.00WIB

Itera -Unila: Start Pukul 06.00WIB s/d 18.00WIB

Pemesanan hubungi: 0822-37588567 dan 0812-73530261

**** 


Video 30 Jam di Lampung :
 

Liburan Lampung di Ujung Tahun

Trip 3D2N Way Kanan dan Way Kambas 
 
Bamboo rafting mengarungi Way Besay, wisata budaya dan sejarah di Desa Gedung Batin, trail adventure Air Terjun Puteri Malu di Banjit, bermesraan dengan gajah di Taman Nasional Way Kambas, dan berkuda di savana Desa Braja Harjosari jadi daya tarik tak terbantahkan bagi 11 traveler dari Jogja, Bandung, Bekasi, Cilegon, Jakarta, Tangerang, dan Palembang untuk mencelat ke Lampung jelang akhir tahun 2017. 


Kampung Wisata Gedung Batin Way Kanan
Kampung Wisata Gedung Batin Way Kanan (Foto Rinto Macho)

Liburan Lampung di Akhir Tahun

 
Liburan Lampung pada tgl. 23-25 Desember 2017 ini berawal dari obrolan ringan di sebuah grup WA yang beranggotakan para travel blogger. Obrolan itu terjadi sekitar pertengahan Oktober, saat saya baru saja kelar mengikuti kegiatan wisata di Way Kanan dan Way Kambas. Tak disangka ditanggapi serius. Karena sudah ‘ngajak-ngajak’, tanggung jawab saya berikutnya adalah meladeni segala informasi yang dibutuhkan. Tidak sulit, karena ada foto/video/tulisan dari pengalaman pribadi yang bisa dibagikan ke teman-teman yang membutuhkan. Tak sia-sia, sepanjang Oktober hingga Desember ada 17 orang yang antusias merespon, meski pada akhirnya hanya 10 orang saja yang benar–benar memastikan diri berangkat ke Lampung. 


Saya yang ‘meracuni’, maka saya juga harus ikut. Ada yang nggak jadi pergi kalau saya tidak ikut serta 😄 Okelah kalau begitu. Maka total jumlah peserta jadi 11 termasuk saya. Terdiri dari 7 wanita dan 4 pria, yaitu Dian dari Jogja www.ismyama.com, Levina dari Cilegon www.nichealeia.com, Tami www.ranselsaya.com, Frida www.fidawrites.com, Samsiah dan Savie. Sedangkan di deretan para pria ganteng ada Zen dari Bekasi, Zaki dari Jakarta, Mas Hanafi dari Jakarta, dan Ega dari Palembang.

Bersama mereka segala keseruan selama di Lampung berlangsung. Pembaca bisa lihat aktivitas kami melalui blog dan akun IG di sini: @fridaaisha @zaqueerazak @cakphi @mandalagiri_id @utamiisharyani @samsiah6632 @dian_ismyama @savierala @egagayendra @zenfauzans 

Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang 

Kampung Wisata Gedung Batin
Kampung Wisata Gedung Batin
 
Transportasi di Lampung

Transportasi PP ke Lampung dan selama di Lampung kami urus secara mandiri. Mulai dari tiket pesawat, mobil, hingga kereta. Hari Sabtu tgl. 23/12/2017 delapan orang berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat Sriwijaya Air dan Garuda. Yang terjauh Dian, dari Jogja. Sedangkan Ega yang berdomisili di Palembang naik kereta. Hari Senin tgl. 25/12/2017 saat meninggalkan Lampung, semua tetap naik pesawat kecuali Levina naik bus dari terminal Rajabasa. Ega tetap naik kereta malam ke Palembang.

Catatan: 
Harga tiket pesawat Jakarta-Lampung musim libur Natal dan Tahun Baru dengan Sriwijaya Air berkisar Rp 700 – 800 ribu PP. Biasanya Rp 500 - 600 ribu PP. Kenaikannya tidak terlalu tinggi. Jogja - Lampung PP (transit Jakarta) Rp 1,8 juta. Tiket kereta dan bus pun tetap normal. Kereta Rp 320 ribu PP. Bus pulang Rp 180 ribu. Cek harga tiket kereta api termurah di sini 


Selama di Lampung kami menyewa mobil ELF berkapasitas 19 seat dengan harga Rp 1.500.000,- untuk 3 hari. Harga sewanya sudah termasuk supir dan bahan bakar. Terbilang murah karena dapat diskon banyak, bantuan dari teman-teman Pokdarwis Way Kanan. Supir kami Ardi dan 2 supir pendamping pun merupakan anggota Pokdarwis Way Kanan. Untuk membayar biaya mobil ini kami patungan. Lumayan jadi murah per orangnya. Kami menggunakan mobil BKKBN Way Kanan, lengkap dengan tulisan dan logo KB segala. Berasa rombongan bapak dan ibu peserta penyuluhan KB yang sedang jalan-jalan keliling Lampung 😂 Tak apa. Yang penting mobilnya nyaman, AC, dan kabinnya lega. Karena kami cuma bersebelas, bangku barisan paling belakang masih kosong. Jadi tempat buat naruh barang.

Catatan: 
Harga sewa mobil di Lampung Rp 250.000 per hari untuk mobil Avanza/Xenia. Belum termasuk bahan bakar dan supir. Jika dipakai untuk kegiatan harian berdasarkan paket wisata Way Kanan yang kami beli, sewa per harinya sekitar Rp 500.000,-

Baca juga: Yang Tanpanya, Trip Pulau Sebesi Terasa Hambarnya

Berpose di depan mobil BKKBN 😄
 
Paket Wisata Way Kanan 2D1N

Tidak ada keraguan untuk membeli paket Wisata Way Kanan senilai Rp 467.000,- per pax. Dengan serangkaian kegiatan yang disebutkan, teman-teman membayar dan menyetor biaya paket tersebut ke rekening Wijatnika (Ika). Mereka yakin sekali dengan apa yang mereka beli yakni sebuah petualangan yang akan menjadi salah satu pengalaman seru kala berwisata di Lampung.

Harga paket terdiri dari: 
Paket Bamboo Rafting (rakit, jaket pelampung, helm, air mineral & snack, pemandu), Homestay (1 malam), 3x makan di Gedung Batin (breakfast, lunch, dinner), 1x makan di Banjit (seusai dari Puteri Malu), Air Mineral Botol (600ml), Ojek Trail Adventure (PP), dan pemandu full service (2D1N). Bonus souvenir gelang batu kece (kami pakai selama di Lampung!) 😍😍

Ada potongan Rp 25.000,- jika naik rakit bambu tanpa guide alias mengayuh rakit sendiri. Sudah bisa ditebak, tak ada satupun dari kami yang mau tanpa guide. Apalagi saya, mana sanggup mengendalikan rakit, bisa mengendalikan diri sendiri saja sudah syukur 😃 Tapi sesungguhnya saya senang lho lihat rakit lepas kendali, lihat orang-orang di atasnya berteriak-teriak, loncat ke sungai saat rakitnya nabrak kayu atau terbalik dan berputar-putar tidak karuan. Ngeri? Tenang, guide rakit bisa diandalkan. Kalaupun karam dan terbalik, tidak akan tenggelam atau hanyut jauh kebawa arus. Selama pakai jaket pelampung aman. Arus Way Besay juga tidak berbahaya. Airnya tenang, juga dangkal.

Catatan: 
Dalam rincian paket bamboo rafting tidak disebut adanya ban, tapi kami mendapatkannya. Tiap 1 rakit ada tambahan 2 ban. Kalau bosan di atas rakit, bisa senang-senang menghanyutkan diri pakai ban. Btw, kemarin helm-nya kurang. Saya tidak kebagian helm 😱

Baca juga: Tiada Resah di Pulau Sebesi

Bamboo Rafting Gedung Batin
 
Day 1 - Meeting Point Bandara Radin Inten II Lampung Selatan

Untuk trip singkat 2D1N di Way Kanan, waktu yang ada benar-benar harus dimaksimalkan. Hari pertama sudah ditunggu oleh kegiatan bamboo rafting. Jadwalnya sore. Tiba pagi di Lampung sangat disarankan. Karena itu kami ambil penerbangan paling awal. Meeting point di bandara Radin Inten II Lampung Selatan. Semua peserta dijemput di bandara, kecuali Ega dan Dian. Ega dijemput di stasiun, Dian di Bandar Lampung (Dian tiba di Lampung sejak tgl. 22/12). Tidak ada yang telat kecuali saya. Jadwal berangkat pesawat Xpressair yang saya naiki jam 7.50. Berhubung ada kendala teknis, mesin pesawat yang sudah siap terbang mendadak dimatikan. Semua penumpang diminta turun dan kembali ke ruang tunggu. 2 jam kemudian baru bisa terbang. Saya sudah siap ambil keputusan, jika sampai jam 11 belum terbang juga, saya boleh ditinggal, dan teman-teman silakan langsung lanjutkan perjalanan ke Way Kanan. Tapi syukurlah jam 10 pesawat take off menuju Lampung.

Saya berangkat dari Bandung memanfaatkan voucher tiket PP dari Xpressair. Peak season gini tiket melambung jauh terbang tinggi kata Anggun C.Sasmi 😃 Punya voucher kebetulan banget bisa dipakai, jadi hemat banyak. Duitnya bisa dialihkan buat yang lain, misal buat beli oleh-oleh, atau buat belanja pakaian dalam kesukaan 😜 Tapi saya sih pinginnya dialihkan untuk beli tiket nonton konser di bulan Januari. Btw, ngomongin konser, tgl 6 Desember 2017 lalu saya mestinya dapat tiket gratis konser Tulus lho, tapi karena gak bisa hadir di acara brunch bareng Tulus (saya diundang mbak Nunik Tirta), akhirnya lewat deh. Padahal lumayan banget kan? Ada yang ingin nonton konser Tulus bulan Januari ini? Belinya di mana? Coba ke sini: Tiket Konser Beli di Tokopedia.

Back to trip Lampung. Jika kami semua naik pesawat, maka Ega naik kereta dari Palembang. Dia berangkat malam, sendirian. Tiba di Tanjung Karang subuh. Jam 6 pagi Ega sudah dijemput oleh supir mobil yang kami sewa. Jadi dia nggak perlu berlama-lama manyun sendirian di stasiun. Btw soal harga tiket, kemarin Ega beli tiket dengan harga normal. Tak ada kenaikan meski sedang musim liburan. 

Baca juga: Berwisata di Way Kanan Semakin Asyik 

Berangkat ke Lampung dari Bandung dengan Xpressair

Perjalanan Menuju Way Kanan 


Mobil elf langsung meluncur cepat meninggalkan bandara. Kami sudah telat 2 jam dari jadwal. Tidak ada waktu lagi untuk santai-santai. Sebisa mungkin tanpa singgah. Emangnya bisa?

Waktu tempuh menuju Way Kanan diperkirakan 4 – 5 jam. Jika tadinya tak ada kendala, harusnya jam 9 kami sudah berangkat. Perkiraan tiba jam 13.00, langsung makan siang di Gedung Batin. Tapi kami baru berangkat jam 11, mau makan siang jam berapa? Kemampuan masing-masing orang dalam mencukupkan kebutuhan makannya tidak sama. Ada yang tak jadi soal hanya makan kue-kue/roti saja buat ganjal perut, ada yang harus dengan nasi. Dengan perkiraan waktu sampai jam 4 sore, jelas saya tidak sanggup menunggu. Untung ada snack yang didapat dari pesawat, bisa buat ganjal perut sebelum ketemu nasi di Way Kanan. Di mobil, Ika sudah sedia cemilan keripik, alhamdulillah. Tapi nggak ada air minumnya. Lagi-lagi untung masih ada 2 air mineral gelas dari pesawat. 1 saya berikan ke Zen, gak tega lihat dia kehausan dan gak ada air minum. Saat kami singgah di minimarket, 1 dus air mineral langsung saya jadikan prioritas belanjaan, buat minum sama-sama. 4 jam perjalanan lumayan lama. Tanpa air dan makanan cukup berpengaruh pada kewarasan 😂

Catatan: 
Harapan saya, ada plan B jika terjadi perubahan jadwal seperti ini. Acara makan siang yang harusnya di Way Kanan mungkin bisa diganti dengan makan siang di perjalanan. Darurat lapar 😃 Cemilan keripik bisa diganti dengan roti yang lebih mengenyangkan, buat jaga-jaga kalau di perjalanan macet, atau terjadi delay yang lama. Air minum harus tersedia di mobil. Nambah biaya tak apa asal urusan perut dan kesehatan aman terkendali. 

Otw Way Kanan

Kuliner Pijok-Pijok

Berfoto di gerbang masuk kabupaten Way Kanan bisa jadi kenang-kenangan yang manis buat disimpan. Tapi, ingin tinggal ingin, hari sudah terlalu sore, waktu harus dihemat agar bamboo rafting bisa dikejar. Jelang ujung Lampung Utara, saya sempat berdiskusi dengan teman-teman, apakah sesampainya di Way Kanan akan makan dulu atau langsung bamboo rafting? Mas Hanafi maunya langsung bamboo rafting. Yang lain gak mau dong, harus makan dulu biar kuat naik rakit. Saya pun demikian, makan dulu pokoknya. Pikir saya, jika sore itu tak keburu main rakit bambu, mungkin besok pagi bisa dilakukan sebelum berangkat ke Air Terjun Puteri Malu. Entahlah. Keadaan sore itu memang membuat saya jadi memikirkan cara lain untuk mengatasi jadwal yang jadi kacau. Mau kesal pada Xpressair yang menyebabkan segala keterlambatan itu rasanya nggak tepat. Cuma bisa dipetik hikmahnya.  

bahan pijok pijok
Membuat Pijok-Pijok pakai tangan - Foto Dian www.ismyama.com

Sambal Pijok-Pijok - Foto Dian www.ismyama.com
  
Ikan sungai yang disalai

Setelah perjalanan 4 jam yang nano nano, kami sampai juga di Gedung Batin. Rasa bahagia membuncah kembali menginjak desa tua ini ke-empat kalinya. Tanpa adegan slow motion, kami bergerak menurunkan barang-barang, menyimpannya di rumah Pak Ali Bakri, tuan rumah tempat kami menginap di Gedung Batin. Rumah Pak Ali dibangun pada tahun 1810, bernama Nuwa Benawa (Rumah Kapal), memiliki aristektur asli seperti pertama kali dibangun. Saat ini rumah Pak Ali dianggap sudah layak dijadikan homestay di Gedung Batin, yang lainnya masih dalam proses pembinaan untuk kelayakan.

Selanjutnya kami diajak ke rumah warga lainnya untuk makan siang yang kesorean. Surprise! Kuliner pijok-pijok menu andalan khas Way Kanan terhidang di sore yang basah. Kami langsung ambil tempat, mengelilingi sajian. Seorang perempuan tua duduk bersila di atas tikar. Meramu bumbu dan sambal, melumatkannya dengan jemari tangan telanjang, membuat ‘sambal baru’ untuk kami makan bersama. Kegiatan meramu dan melumatkan bahan-bahan makanan itulah yang dinamakan pijok-pijok. 


Lebih lanjut tentang pijok-pijok bisa dibaca di tulisan berikut: Kuliner Pijok-Pijok Khas Way Kanan di Desa Wisata Gedung Batin

Pijok-pijok - Foto Rinto Macho

Bamboo Rafting Way Kanan

Kelar makan, semua orang langsung gerak cepat. Pergi ke rumah Pak Ali, ganti baju, bersiap ke Tiga Serangkai, lokasi start bamboo rafting. Kami diangkut dengan menggunakan 1 mobil bak terbuka dan 1 mobil Panther. Waktu tempuh ke lokasi sekitar 10 menit. Hari makin sore, beruntung gerimis sudah berlalu. Sesampainya di lokasi, jembatan gantung Tiga Serangkai langsung menarik perhatian. Tergantung di atas sungai besar, berlatar hijaunya hutan di tepian sungai, jadi tempat berfoto yang sayang untuk dilewatkan.

Tiga rakit bambu untuk 11 peserta. Masing-masing dengan 2 guide dan 2 ban. Jaket pelampung dan helm lengkap, terpasang di badan sebagai syarat keamanan. Bang Rinto Macho melepas keberangkatan kami, bukan dengan lambaian tangan penuh air mata perpisahan, tapi dengan gelegar teriakan yang membuat bulu kuduk berdiri 😂😂 Berangkaaat….


otw Tiga Serangkai

Jembatan Gantung Tiga Serangkai



Ketiga kali menyusuri sungai ini, rasanya tak pernah sama. Ada saja cerita dan pengalaman baru yang saya dapatkan. Dalam suasana petang yang kian tua, hampir remang, Way Besay dibalut  sunyi. Kali ini, saya sungguh tak sibuk dengan urusan foto. Hanya memotret di awal-awal, sisanya HP disimpan. Saya hanya menikmati rafting. Merasakan hembusan angin, mengamati arus air, dan mendengarkan suara-suara hewan yang bersiap menyambut malam. Bahkan, ingin bebas nyebur-nyebur basah, lompat dari rakit, dan hanyut sendirian di atas ban. Sungguh luar biasa rasanya 💕

Masing-masing pasti punya cerita dan pengalaman sendiri selama rafting. Meski kesorean, kami tetap bisa menikmati. Semua gembira, sampai ujung. Magrib tiba saat perjalanan rakit berakhir. Tepian Way Besay sudah diselimuti gelap. Kacang rebus, gorengan, dan teh di pondok pinggir sungai kami nikmati sambil menggigil. Sebelum akhirnya pulang jalan kaki ke rumah pak Ali untuk mandi dan membersihkan diri sebab Wakil Bupati akan datang berjumpa kami jam 8 malam nanti! Apaaa?? 😱

Baca juga: Bamboo Rafting Seru di Gedung Batin Way Kanan 


Tetap semangat bamboo rafting meski kesorean 😃

Semangat mas Hanafi, kayuh teruuuuus

Tami

Senja menyapa - Foto Tami

Temu Wakil Bupati Way Kanan

Kami ngebut mandi, salat, dan makan malam demi menyiapkan diri bertemu Wakil Bupati Way Kanan DR. Drs. H. Edward Antony, M.M. Sengebut-ngebutnya mandi, tetap lambat juga karena kamar mandi hanya ada 2. Selain  bergantian mandi, juga bergantian salat. Makan malam masih di rumah yang sama seperti saat makan sore. Menunya pun hampir sama, beda pada lauk saja. Jika siangnya lauk ikan sungai yang disalai, malamnya ikan mas dimasak pindang. Sedap, mantap, maknyus, kenyang.


Protokol wakil bupati tiba lebih dulu. Bersama pokdarwis mereka menata meja, kursi, dan cemilan-cemilan lengkap dengan kopi/teh di beranda rumah Pak Ali. Bang Rinto Macho mengenakan kemeja batik biru. Yang lainnya berdandan rapi. Kami para wanita pun bersolek. Eh, si Zen malah bercelana pendek. Mas Hanafi dong, malah berkaos santai pakai sarung 😂 Ya wis biarinlah. 


Pisaan (berpantun) dalam bahasa Lampung


Kopi Puteri Malu

Jam 8 pak wakil bupati tiba. Kehadirannya tanpa ribet dan heboh seperti kebanyakan acara yang biasa dihadiri pejabat. Ya, ini acara santai, tapi isinya tetap serius. Beliau hadir bukan sekedar untuk berjumpa, tapi berbincang mengenai dunia pariwisata khususnya Way Kanan. Kesempatan istimewa ini tentu kami manfaatkan dengan baik sebagai sarana untuk berbagi ide dan saran dari sudut pandang kami selaku wisatawan luar Lampung. Acara diawali dengan pisaan (berpantun) ala masyarakat Lampung di Way Kanan. Menggunakan bahasa daerah asli, diiringi petikan gitar tunggal. Pak Antony berbagi cerita tentang sejarah, budaya, pariwisata, dan harapan-harapannya ke depan terkait pariwisata Way Kanan, Gedung Batin khususnya. Banyak hal menarik dan ide-ide baik yang saya dengar dari pertemuan malam itu. Teman-teman benar-benar diajak ngobrol, bercakap akrab bagaikan dengan kawan lama tak jumpa. Saking asyiknya, waktu menunjukkan hampir jam 11 malam baru kelar. Waktunya Pak Edward untuk pamitan. Wajah ramahnya dihiasi senyum manis saat berfoto bersama kami sesaat sebelum meninggalkan rumah Pak Ali. Malam yang indah, sebuah kehormatan diajak berbagi pikiran 💕


Bersama Wakil Bupati Way Kanan DR. Drs. H. Edward Antony, M.M - Foto Rinto Macho

Day 2 - Gedung Batin

Kegiatan pagi setelah sarapan kami isi dengan melihat-lihat suasana desa, pergi ke makam, berinteraksi dengan warga, dan menyaksikan Way Besay yang menyimpan banyak kisah masa lampau yang belum terceritakan.

Desa Gedung Batin memiliki 10 rumah tua yang masih berdiri kuat. Rumah tertua dibangun tahun 1741. Masih tegak sampai kini dengan arsitektur asli seperti pada awalnya. Banyak hal yang ingin diketahui, tapi penceritanya masih sangat terbatas, sehingga rasa haus akan informasi yang lebih mendalam belum terpenuhi. Saya terbata-bata menjelaskan, itu pun sebatas bagaimana cara makam ditemukan, atau sekedar usia rumah, generasi ke berapa yang menempati, ada benda apa saja yang tersisa dari zaman kolonial yang bisa dilihat. Tak lebih dari itu. Segalanya masih mengandung misteri selama belum ada catatan terang dari para ahlinya. 


Zaki


Makam tua di Gedung Batin

Makam bertuliskan Fatimah dalam huruf Arab, bertarikh 1305

Pagi hari desa bersahaja ini diselimuti kabut tipis. Berlatar hutan desa, serta rumah-rumah tua eksotis, terlihat magis. Hewan-hewan ternak melintasi jalan, berbelok ke rumah-rumah, kemudian menuju belakang desa, mungkin mencari makan. Beberapa wanita pergi ke ladang, tersenyum sambil menyapa ramah. Beberapa anak desa mendekat, memperhatikan kami yang sibuk memotret rumah-rumah tua.

Pagi itu kami check-out, mengemas semua barang, meninggalkan Desa Gedung Batin. Sebongkah kenangan selama tinggal kurang dari 24 jam kami bawa serta, sebagai pengalaman ke sekian dari sebuah desa yang masih perlu digali lagi potensinya dan dilengkapi lagi fasilitasnya. Saya masih rindu untuk kembali di lain waktu. 


Ika dan para perempuan desa yang hendak pergi ke ladang

Anak-anak desa dan Mas Hanafi

Samsiah, Levina, Dian

Frida dan bunga-bunga di halaman rumah warga

Frida dan Zen bersama Pak Ali Bakri, tuan rumah kami di Gedung Batin

Desa Bali Sadhar kami kunjungi saat dalam perjalanan menuju Desa Jukuh Batu. Singgah sesaat, melakukan pertemuan dengan resi dari Bali yang hari itu baru tiba. Bali Sadhar merupakan salah satu kampung Bali yang ada di Way Kanan. Budaya dan adat istiadat Bali masih kental dalam kehidupan sehari-hari warganya. Terlihat dari arsitektur bangunan rumah dan tempat ibadah yang sangat mencirikan Bali. Di sini masyarakat Bali Sadhar hidup damai, menjalankan ibadah dengan tenang sambil tetap menjaga tradisi warisan leluhur. 


Di Desa Bali Sadhar

Zaki dan para Resi

Kunjungan sesaat berjumpa para resi yang baru tiba di Bali Sadhar

Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu

Rumah Pak Daruni, mantan kepala kampung Jukuh Batu menjadi tempat kami memulai perjalanan bermotor ke Air Terjun Puteri Malu. Mengulang kembali perjalanan sejauh 7 kilometer di medan berat yang pernah dilalui sebanyak 3x, tak lagi menimbulkan ketakutan. Hanya ada kerinduan yang lebur bersama kentalnya aroma petualangan. Kali ini bersama rombongan yang berbeda, dan saya bahagia melihat teman-teman begitu semangat. Kondisi jalan sudah saya ceritakan sebelum berangkat, tinggal mereka merasakannya langsung. Tak ada yang perlu dicemaskan, tukang ojek di Jukuh Batuh sudah lihai menempuh medan yang biasa dilalui. Sudah biasa membawa beban berat bolak balik ke hutan. Kami tinggal berdoa mohon perlindungan Tuhan semoga perjalanan bermotor selama kurang lebih 40 menit lancar jaya. 


Start dari rumah Pak Daruni di Jukuh Batu

Foto Rinto Macho

Singgah di jembatan beratap di tengah perjalanan
Cuaca cerah

Jembatan reot

Maju terus tak gentar menaklukkan tantangan

Air Terjun Puteri Malu, air terjun terindah yang pernah saya lihat di Lampung. Ada rasa bangga kala mendengar pengakuan beberapa teman bahwa Puteri Malu memang memiliki keindahan tersendiri yang berbeda dari air terjun lain yang pernah dilihat. Megah dan masih alami. Memang harus diakui air terjun Puteri Malu adalah bonus istimewa di ujung perjalanan penuh tantangan. Indah untuk dinikmati berlama-lama. Saya bahkan terduduk bahagia melihat teman-teman berendam, bermain air, dan berenang di kolam Puteri Malu. Turut merasakan kegembiraan mereka. Saya tahu bagaimana rasanya kala menceburkan diri dalam sejuknya air Puteri Malu. Ya, saya tahu rasanya. Persis seperti ketika pertama kali saya ke tempat ini. 

Baca juga: Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu

Dua Puteri Malu diapit dua pangeran malu-malu kucing

Seru!
 
Menikmati Kopi Puteri Malu dan Pisang Goreng
 
Happy!

Perjalanan Menuju Lampung Timur

Trail adventure Air Terjun Puteri Malu menutup kegiatan kami di Way Kanan. Setelah mandi dan makan siang di rumah Pak Daruni, jam setengah empat sore kami beranjak menuju Lampung Timur. Sebuah perjalanan panjang yang kami tempuh selama kurang lebih 6 jam. Badan-badan lelah seusai menyambangi Air Terjun Puteri Malu terdiam tidur dalam mobil yang melaju cepat menembus malam.

Jam 9 kami baru sampai di Lampung Tengah, singgah di Kota Gajah untuk makan malam. Saya tidak ingat jam berapa kami sampai di Hotel Bagus, Lampung Timur. Mungkin sekitar jam 11 malam. Di sana sudah menunggu mbak Sari Marlina, fotografer yang aktif berkomunitas di Lampung Timur. Mbak Sari yang membantu kami mengurus penginapan.

Kami menyewa 5 kamar. Harganya Rp 150.000,- per malam. Fasilitas kamar mandi dalam, kipas angin, dan sarapan nasi uduk. Kamar sederhana, sesuai dengan harganya. Alhamdulillah ada tempat untuk mengistirahatkan badan yang letih. Hanya 8 jam saja menempati kamar, besok pagi jam 8 kami sudah keluar untuk jalan-jalan lagi.

Baca juga: Memandikan Gajah di Camp Eru Margahayu

Makan malam Seafood di Kota Gajah
 
Berjumpa Gajah Edwin di Taman Nasional Way Kambas

Ada dua tempat utama yang kami kunjungi di Lampung Timur yaitu Taman Nasional Way Kambas dan Wisata Desa Brajaharjosari. Jika ke TN Way Kambas untuk bertemu gajah, maka di Braja Harjosari untuk bertemu kuda di savana. Berapa biayanya? Untuk masuk TN Way Kambas kami membayar tiket masuk Rp 10.000,- per orang. Guide Rp 100.000,- Kami ditemani mbak Sari. Untuk bisa bertemu dan melihat gajah dari dekat, kami memerlukan pawang. Mbak Sari yang bantu cari pawangnya. Tanpa pawang besar resikonya bagi pengunjung seperti kami. Bisa celaka bahkan meninggal.

Pertama, katanya pawangnya ada. Lalu kami disuruh ke lokasi di mana banyak gajah dilepasliarkan. Di tempat yang dimaksud memang ada banyak sekali gajah. Harapan kami bisa diajak mendekati salah satunya. Tapi pawangnya tidak datang-datang. Akhirnya kami keluar. Mbak Sari cari pawang lain lagi. Alhamdulillah dapat pawang beserta gajah bernama Edwin. Usia gajahnya 25 tahun. Besar, tinggi, dan tua. Padahal Zen ingin bertemu gajah kecil, seperti gajah yang saya peluk saat ke TNWK bulan Oktober 2017 lalu. Ya, daripada tidak ada, gajah Edwin pun jadilah. Gajah Edwin ini hanya dibawa ke dekat kolam pemandian, tidak diajak jauh-jauh. Walaupun tidak spektakuler, pemandangan padang rumput luas dengan bentangan langit biru yang jadi latar belakang foto bareng si gajah lumayan menghibur.

Baca juga : Petang Romantis di Desa Braja Harjosari

Gajah Edwin, Zaki, Savie

Mbak Samsiah

Kolam Pemandian Gajah

Gajah Edwin dan para penggemarnya 😄

Frida di atas punggung gajah Edwin

Sepertinya jodoh 😂
 
Photo by Sari Marlina

Bertemu Kuda Boy di Braja Harjosari

Untuk berkunjung ke Desa Wisata Braja Harjosari kami membayar Rp 50.000,- per orang sudah termasuk tiket masuk, guide, makan siang, kuda boy (menunggang dan foto bareng), serta naik perahu menyusuri Way Penet (sungai Penet).

Kami memiliki sedikit waktu saat berada di Braja Harjosari sebab sorenya akan meninggalkan Lampung, kembali ke kota masing-masing. Paling tidak jam 2 harus sudah meninggalkan Lampung Timur menuju Lampung Selatan (bandara). Sesampainya di lokasi, teman-teman langsung diajak ke padang rumput, bertemu kuda boy. Di bawah teriknya matahari, kami berfoto dengan kuda, juga menungganginya sesudah makan siang. Kegiatan naik boat menyusuri Way Penet tidak terlaksana. Waktunya sudah banyak dihabiskan dengan kuda Boy. Jam 1 kami meninggalkan Braja Harjosari, kembali ke hotel. Tadinya mau mandi dulu, tapi waktunya makin terbatas. Akhirnya cuma ambil barang, setelah itu langsung berangkat meninggalkan Lampung Timur. 


Mbak Dian Ismyama - Photo by Sari Marlina

Zaki dan Kuda Boy


Makan siang masakan warga desa Braja Harjosari - Gulai ikannya sedap 😋

Perjalanan menuju bandara Radin Inten II ternyata lancar. Kami tiba lebih cepat dari perkiraan. Berhubung masih ada waktu, akhirnya teman-teman diajak belanja oleh-oleh dulu di toko yang ada di seberang jalan bandara. Setelah belanja dan diantar ke bandara, kami pun berpisah. Zen, Tami, Hanafi, Frida, Zaki, Savie, Samsiah, semua kembali ke Jakarta sore itu juga. Sedangkan Mbak Levina naik bus dari Rajabasa. Saya, Ega, dan Ika kembali ke Bandar Lampung. Malamnya, sebelum Ega ke stasiun untuk naik kereta menuju Palembang, kami makan malam dulu di FlipFlop Coffee.  


Flip Flop Coffee - Bandar Lampung

Pengalaman berlibur di Lampung selama 3D2N ini saya tuliskan sebagai catatan pribadi. Bila ada pembaca yang tertarik untuk melakukan liburan di Lampung kategori adventure, bisa ke Way Kanan untuk mencoba bamboo rafting dan trail adventure. Hanya 2D1N saja, cocok untuk libur weekend. Jika punya waktu lebih, bisa ditambah ke Lampung Timur, mengunjungi Way Kambas dan tempat wisata lainnya yang bisa dijangkau dalam 1 hari kunjungan. 


Liburan ke Lampung yuk 😍 - Foto Zen Fauzan

Biaya yang saya sebutkan di atas adalah harga pada bulan Desember 2017. Perubahan harga bisa terjadi sewaktu-waktu. Perbedaan harga tergantung mobil yang disewa dan pilihan penginapan.


Untuk paket wisata Way Kanan, silakan update infonya ke teman-teman kami di Way Kanan sbb:
1. Rinto Macho HP. 0853-8118-1987 IG @rinto_macho 
2. Wijatnika (Ika) HP: 0812-1263-7403 IG @Wijantikaika 
3. Ayu Sartika HP: 0812-7116-3002 IG @ayusartika_16
 
Akun instagram resmi Kampung Wisata Lestari Gedung Batin, Way Kanan : 

@gedungbatin