Tampilkan postingan dengan label Jakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jakarta. Tampilkan semua postingan

Polusi Berkurang Hikmah di Balik Musibah Corona

polusi berkurang berkat corona
Langit Biru di BSD City, Serpong 01.04.2020

Viral di media sosial postingan perbandingan tingkat polusi udara sebelum dan saat lockdown di China (www.earthobservatory.nasa.gov). Kanal-kanal dan pantai Italia jadi lebih jernih sejak kapal motor dan gondola absen beroperasi. Ikan-ikan dan lumba-lumba bermunculan. 

Bahkan, sejak kebijakan #SocialDistancing (selama 10 hari kedua), udara di Jakarta berhasil menjadi bersih dengan kategori baik yaitu PM2,5 rata² sebesar 18,46 µg/m³. Kualitas udara kota Jakarta menjadi baik ini pertama kali terjadi setelah 28 tahun.  (Mongabay.co.id 6/4/2020 Setelah 28 Tahun Kualitas Udara di Jakarta Membaik).

Langit biru di Tiongkok, beningnya air di Venesia, dan membaiknya kualitas udara di Jakarta, menandakan berkurangnya polusi. Sadar nggak kalau ini tuh merupakan hikmah di balik musibah yang terjadi saat ini? Yak, seiring dengan pembatasan perjalanan domestik dan internasional di berbagai negara, tingkat polusi udara telah menurun signifikan. 
udara jakarta membaik
Kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang sepi dan lengang pada Sabtu (4/4/2020). Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
Kawasan Jalan Jenderal Soedirman Jakarta yang sepi dan lengang pada awal April 2020 karena kebijakan pembatasan sosial mencegah penyebaran COVID-19. Foto : Andreas Harsono/Mongabay Indonesia
Kawasan Jalan Jenderal Soedirman, Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang sepi dan lengang pada Sabtu (4/4/2020). Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

Bagaimana dengan lapisan salju di Antartika? Apakah pengaruh menurunnya polusi global membuat es di sana ikut berhenti mencair? 

Seperti yang diberitakan oleh CNN Indonesia pada Rabu 26/2/2020, gelombang panas akibat suhu global telah mengakibatkan seperempat es di Antartika mencair. 
Earth Observatory NASA menyampaikan suhu gelombang panas yang terjadi selama sembilan hari di Antartika mencapai 64,9 derajat Fahrenheit. Akibatnya, 4 inci lapisan salju Pulau Elang meleleh atau sekitar 20 persen dari total akumulasi salju musiman di pulau itu.
"Saya belum melihat kolam lelehan berkembang dengan cepat di Antartika. Anda melihat peristiwa mencair semacam ini di Alaska dan Greenland, tetapi tidak biasanya di Antartika," kata Mauri Pelto, seorang ahli geologi di Nichols College, Massachusetts.
(www.cnnindonesia.com)

Betapa besar dampak meningkatnya suhu global pada bumi. Es di benua terdingin sampai meleleh, padahal sejak dulu hingga abad 21 saat ini, fenomena tersebut sangat jarang terjadi, bahkan saat musim panas. 



Lantas, apakah berkurangnya polusi berkat corona membuat suhu global menurun, dan akhirnya es di Antartika berhenti mencair? Harapannya tentu seperti itu. Ancaman bahaya akibat mencairnya es di Greenland akan sangat mengerikan bagi penghuni bumi. Permukaan air laut dipastikan naik tiga kali lipat dari yang pernah terjadi sepanjang abad sebelumnya, bahkan pulau-pulau di Indonesia terancam tenggelam.


Para ilmuwan meyakini Antarktika saat ini akan menjadi faktor terbesar dalam kenaikan permukaan air laut, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Earth System Dynamics dari European Geosciences Union (EGU).
"Faktor Antartika ternyata menjadi risiko terbesar, dan juga ketidakpastian terbesar, untuk permukaan laut di seluruh dunia," kata Levermann, seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (16/2/2020).
Liputan6.com Ancaman Mengerikan Bila Es di Antartika Terus Mencair
Pecahan Es di Antartika. (Liputan6/AP/Andrew Shepherd)

Tentu, siapa pun tidak ingin menukar keselamatan nyawanya dengan apa yang menjadi hikmah di balik musibah. Kalau bisa, tidak usah ada COVID-19 segala buat memetik hikmah. Tapi, virus corona sudah menyerbu dunia, mau tidak mau harus dihadapi, dan ambil hikmahnya.

Buat saya pribadi, di tengah kecemasan global saat ini, memilih berpikir positive tentang apa yang terjadi di balik musibah, membantu diri jadi lebih rileks. Mengeluh dan mencari-cari kesalahan tidak akan membuat keadaan jadi lebih baik. Hanya menguras energi, malah melemahkan diri, bahkan bisa berakibat buruk menurunkan sistem imun tubuh.

Di saat seperti sekarang, sebisa mungkin pikiran dibuat ringan, dan hati menjadi tenang. Walau memang, terasa sulit untuk itu, tapi kita bisa memperjuangkannya agar bisa bertahan dan melanjutkan hidup.

Perihal hikmah berkurangnya polusi udara, dari sisi lain, bukankah dengan menurunnya pencemaran udara, cenderung dapat membantu meringankan risiko bagi penderita terinfeksi Covid-19? Sejak #WFH dan Social Distancing, stres karena bermacet-macetan pun jadi tiada. 

Perbandingan tingkat polusi di Negeri Tirai Bambu

Saya membaca artikel di CNN Indonesia yang dimuat pada tgl. 20/2/2020 mengenai Riset: Polusi Udara Bunuh Lebih Banyak Orang Dibanding Corona. Dalam artikel dijelaskan:
CEO aplikasi pemantau kualitas udara, IQAir Frank Hammes mengungkapkan adanya sebuah penelitian yang memastikan bahwa polusi udara jauh lebih mematikan dibanding wabah virus corona yang berasal dari China. 
Data terbaru yang dikumpulkan oleh IQAir mengungkap peringkat kota-kota di dunia yang paling tercemar, serta membeberkan perubahan konsentrasi partikulat PM 2.5 di seluruh dunia sepanjang 2019.
Dalam laporan global itu, IQAir menyoroti bahwa tingkat polusi udara yang meningkat sepanjang tahun 2019 sebagai akibat dari perubahan iklim seperti badai pasir, kebakaran hutan, dan polusi akibat urbanisasi kota yang sangat cepat seperti yang terjadi di wilayah Asia Tenggara.
Menurut Frank, data kualitas udara 2019 tersebut menunjukkan indikasi yang jelas bahwa perubahan iklim dapat secara langsung meningkatkan risiko paparan polusi udara, melalui peningkatan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan dan badai pasir.

Fakta bahwa polusi udara yang kini sangat parah jauh lebih berbahaya bagi kelangsungan mahluk hidup di bumi sesungguhnya membuat saya bisa melihat hikmah di balik corona cirus pandemi yang saat ini melanda dunia. 

Bila mengingat kembali Jakarta pernah dilaporkan sebagai kota dengan udara terburuk di Asia Tenggara, menurunnya tingkat polusi udara adalah kabar baik. Kompas.com bahkan menulis: Berkat Virus Corona, Udara Dunia Terbukti Lebih Bersih dan Minim Polusi.  

Sejak social distancing dan work from home diberlakukan, karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan dan emisi karbondioksida yang dihasilkan oleh industri menurun drastis. 

Wabah Virus Corona membuat banyak orang khawatir. Banyak yang takut mati dan akhirnya patuh memilih #DiRumahAja. Apalagi perjalanan domestik dan internasional dengan pesawat banyak ditunda, bahkan di-stop / ditiadakan. Para ilmuwan mengatakan, jika keadaan ini terus berlangsung setidaknya hingga tiga atau empat bulan mendatang, dampak baiknya akan cukup besar.

Penyebab polusi udara Jakarta (Foto ww.megapolitan.kompas.com)
Pemandangan di sekitar Jakarta Selatan dari ketinggian, tampak asap menyelimuti sekelilng pemukiman. Riset Greenpeace memperlihatkan udara Jabodetabek, buruk dan membahayakan. Foto: Sapariah Saturi/ Mongabay Indonesia

Berkurangnya polusi udara hanya salah satu hikmah saja. Masih ada hikmah baik lainnya yang bisa didapatkan, di antaranya perhatian dan kepedulian jadi meningkat, rasa solidaritas dan kebersamaan menebal, jadi punya waktu jeda bagi diri dan keluarga, dan bahkan ajang buat refleksi diri. Saya sudah merasakannya sendiri. Kamu? 

Resolusi tahun ini mungkin ambyar, rencana-rencana kegiatan amburadul. Di luar sana, banyak orang yang pendapatannya menurun, bahkan hilang pekerjaan. Sedih, pasti. Yang berada bisa menyelamatkan diri dan keluarganya, dan masih bisa bantu orang lain. Yang pas-pasan ada, syukur alhamdulillah bisa terus hidup dengan baik bersama keluarganya. Yang diada-adain, mungkin harus bekerja lebih kreatif untuk menambah pemasukan. Yang tidak ada, entah apa kabarnya. Membayangkannya pun tak sanggup. 

Saya berdoa, semoga semua orang terus dimampukan untuk tetap kuat, sehat, berdiri tegak, berpikir baik, dan mau #bersatulawancorona dengan tetap #DiRumahAja. #TetapSemangat ya! Badai Insha Allah berlalu 💪

#Travelerien
#CoronaVirusIndonesia
#CoronaVirusPandemic

Instagram post @travelerien 07042020

Melihat Wajah Baru Pelabuhan Tanjung Priok


Ketika undangan tur Pelabuhan Tanjung Priok itu saya terima, seketika ingatan saya melayang ke periode tahun 2000 hingga 2010 silam, saat di mana saya masih meng-handle sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan jasa dan barang (barang industrial automation & control system). Kala itu, kegiatan impor barang dari luar negeri seperti Jerman dan Italia menjadi hal yang tak pernah lepas dari keseharian perusahaan. Demi memenuhi kebutuhan akan mesin-mesin produksi (berikut spare part-nya) perusahaan-perusahaan raksasa, khususnya yang bergerak di industri food & beverage (se-Indonesia), perusahaan kami rutin mendatangkan barang dari luar negeri. Baik melalui udara (airfreight) maupun laut (seafreight). Nah, dari sanalah saya mengenal Tanjung Priok sebagai tempat berlabuhnya barang-barang yang kami impor. Meski tidak pernah terjun langsung ke lapangan menyaksikan fisik container yang datang dan dibongkar (karena sudah diurus oleh perusahaan jasa pengiriman langganan > R****a Express), tapi nama Tanjung Priok jadi sangat familiar bagi saya. Tentunya dengan cerita manis ataupun pahit. Contoh kejadian pahit yang paling saya ingat adalah ketika pelabuhan sedang red light, berton-ton barang di pelabuhan tertahan berminggu-minggu, bahkan pernah hampir dua bulan. Pernah proses custom clearance macet. Akibatnya cost membengkak, perusahaan jasa pengiriman rugi, kami juga, customer ngomel-ngomel. Masih untung PO tidak dibatalkan. Kalau iya, entah berapa rupiah nilai kerugian yang mesti dipikul. Pada kejadian-kejadian tertentu, saya ingat pernah mendengar cerita seorang staff yang mengecek langsung kondisi di lapangan. Sekali dan dua kali, ia bolak balik. Maka, dalam keadaan seperti itulah kemudian saya mendengar ceritanya tentang suasana pelabuhan. Macet, tidak bersahabat, kotor, tidak aman, tidak nyaman, dan bikin kapok. Ceritanya itu membuat benak saya tentang pelabuhan Tanjung Priok langsung tercemari. Apalagi saat menonton berita TV di musim mudik lebaran, pelabuhan Tanjung Priok terlihat sumpek dan menyesakkan. Semua itu, membuat saya beranggapan Tanjung Priok itu kumuh, jadul, dan kacau.
 
Luas Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 600an hektare ini kini sudah jadi zero traffic!

Pelabuhan Tanjung Priok rapi. Semua SOP-nya sudah standar internasional

Sabtu tgl. 31 Oktober 2015 adalah untuk pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Pelabuhan Tanjung Priok. Tur seru di akhir pekan ini bertajuk “Seeing is Believing”, dilaksanakan sejak pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Saya tak sendiri, melainkan juga bersama teman-teman travel blogger. Lalu, apa yang terjadi setelah memasuki pelabuhan dan  selama berada di pelabuhan? Bam!!! Runtuh semua anggapan buruk saya terhadap Pelabuhan Tanjung Priok!

Sejak bus mulai berangkat dari Pasar Festival di Kuningan, Jakarta, saya mulai bersiap-siap menjaga barang-barang bawaan. Dompet disembunyikan dalam-dalam di pojok ransel, benda-benda berharga dicopot lalu disimpan dalam tas, dan saya berpesan pada masku, “Tolong jangan jauh-jauh dari saya”. Kenapa? Karena saya takut dicolek-colek preman, takut dicopet, dan takut hilang di tengah keramaian pelabuhan! Segitunya, ya :))

Woiiiii…..pelabuhannya ternyata aman! Tidak ada macet di gerbang-gerbang utama. Kendaraan berat pengangkut peti kemas memang padat, tapi melaju  tertib. Tak ada yang berhenti. Tidak ada pedagang asongan. Tidak ada warung-warung kaki lima yang berjejalan di sekitar pelabuhan. Tidak ada keramaian yang dibayangkan. Gate-gatenya bagus. Tak ada kesan kumuh! Gedung-gedung kantornya modern. Lantai dan ruang-ruangannya kinclong bikin nyaman. Bahkan punya function room yang kece. Kemarin kami kumpul-kumpul di lantai 7 (kalo nggak salah yaa). Tempatnya punya view ke arah laut, tepat di hadapan pelabuhan yang rapi dan enak dilihat. Berasa sedang berada di istana Cihan Gulvinar (fans berat film CansuHazal wkwkw). Nah, dari tempat itulah Pak Sofyan (humas PTP) showing suasana pelabuhan yang mereka banggakan. “Dulu tidak begitu,” katanya. “Memangnya dulu gimana, pak?” hoho. 

Sebelum berangkat tur, kita sarapan dulu di McD Pasar Festival, Kuningan JAKARTA


Berangkat bareng pakai bus menuju Pelabuhan Tanjung Priok


Jalan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Lengang, lancar jaya!


Trailer mendominasi suasana jalur masuk dan keluar pelabuhan


Tertib memasuki gate


Gedung IPC nan megah sudah kelihatan!

TENTANG IPC
Biar pada tahu seperti apa beda kondisi pelabuhan dulu dan sekarang, kami pun diajak untuk kenalan dengan IPC melalui presentasi yang disampaikan oleh mbak Banu Astrini, Corporate Secretariat PT.Pelindo II (Persero). Apa itu IPC? IPC itu rebranding dari Pelindo. Jadi gini. Menurut sejarahnya, PT Pelindo II adalah salah satu perusahaan negara dibidang sektor transportasi khususnya menangani pelabuhan dan jasa logistic. Sejarah dari PT. Pelindo II dimulai dari keputusan pemerintah RI pada tahun 1960 untuk mengelola perusahaan negara dari pelabuhan 1 hingga pelabuhan 8 sebagai pengelola semua pelabuhan laut di Indonesia yang dilaksanakan oleh BPP. Tahun 1983 pemerintah mengubah status BPP menjadi perusahaan umum (perum). Kemudian pada bulan Feb 1985 perum pelabuhan merger dan dibagi menjadi 4 area operasi, dengan nama perum pelabuhan 1 hingga 4. Keempat perusahaan ini menjadi BUMN di bawah supervisi mentri transportasi RI. Pada tgl. 22 Feb 2012, PT Pelindo 2 Persero mengenalkan identitas barunya dan berubah menjadi IPC, sebagai perusahaan terdepan dalam jasa pelabuhan di Indonesia. Astrini mengatakan, bahwa IPC bukanlah sebuah singkatan, tetapi sebuah nama. Rebranding dan perubahan logo dari Pelindo ke IPC hanyalah soal nama, namun secara hukum tetap persero. Kini IPC memiliki 2500 karyawan yang berkerja di kantor pusat, 12 cabang, 1 KSO, dan 15 anak cabang di 10 propinsi di Indonesia. Semuanya bersatu dan saling mendukung satu sama lain untuk mencapai produktifitas yang lebih baik. 

Hai, saya di sini. Pingin kenalan dengan IPC ^_^


Mungkin ini replika kapal cargo jaman dulu ya :D


Meski di pelabuhan, kantornya kece lho


Pak Sofyan sedang menjelaskan suasana pelabuhan yang terlihat dari balik ddinding kaca


Daftar ulang


Sebelum presentasi kita cicipi dulu cemilan tradisionalnya yang enak




Menyimak presentasi IPC oleh Banu Astrini, Corporate Secretariat PT.Pelindo II (Persero)


Fokus


IPC's new branding represents our transformation spirit as well as our hope for a new beginning to achieve a brighter future. it is also a symbol of pride within the organization for everyone to stand behind as we take the company forward.

Selain melaksanakan aktifitas manajemen pelabuhan, IPC ditugaskan melaksanakan bisnis lain seperti perawatan peralatan, penyediaan energi pelabuhan, dan pembangunan pelabuhan.  Aktifitas bisnis utama IPC meliputi :

  • Jasa pelayaran, yakni  jasa operasional pelayaran dari saat kapal masuk ke pelabuhan hingga keberangkatan.
  • Jasa Kargo, yakni  jasa bongkar muat kargo di kapal hingga pengiriman ke pemilik kargo.
  • Jasa-jasa lain pendukung aktifitas pelabuhan.

Dengan slogan “Energizing trade, Energizing Indonesia", IPC  berkomitmen agar setiap langkah yang dibuat adalah bertujuan untuk mengurangi biaya logistik nasional. Jadi, kalau biaya logistik turun, maka akan berimbas pada harga barang. Itu dampak yang paling bermanfaat bagi masyarakat. 

Dalam halnya jasa pendukung aktifitas pelabuhan, IPC telah merapikan beberapa pelabuhan, di antaranya pelabuhan BAAI Bengkulu, Pelabuhan Palembang, Pelabuhan Teluk Bayur dan Pelabuhan Pontianak. Pelabuhan Pontianak disebut-sebut sebagai kisah sukses IPC dalam proyek rapi-rapi pelabuhan sebab pelabuhan Pontianak merupakan pelabuhan dengan masalah paling parah. Sebelum tahun 2009, keadaan seperti truk yang menginap, orang berjualan dalam kontainer, workshop yang tak karuan, merupakan masalah yang ada di sana.

Prioritas utama IPC saat ini adalah meng-upgrade semua pelabuhan existing (sesuai dinamika pasar), membangun NewPriok Terminal, dan  membangun portofolio yang sehat dan dilakukan secara simultan. Nah, dari keterangan ini lalu muncul pertanyaan apakah Pelabuhan Tanjung Priok sudah disebut sebagai pelabuhan besar? Masih menurut Banu Astarini, bahwa pelabuhan besar yang relevan bukan dilihat posisinya di utara atau selatan, tetapi dilihat dari rutenya. Jika rutenya ada di rute perdagangan dunia, maka disebut pelabuhan besar. 







Port of Tanjung Priok

Development Plan
Banyak hal menarik tentang IPC yang dipresentasikan oleh Banu Astarini. Yang paling wow adalah informasi tentang pembangunan Pelabuhan Kalibaru (NewPriok Port) dan rencana pengembangan yang dilakukan oleh PT. Indonesia Kendaraan Terminal (anak perusahaan IPC) berupa proyek IPC Car Terminal (ICT) dan Tol Laut (main sea corridor).  Dalam keterangannya, Banu mengatakan bahwa pembangunan Terminal New Priok merupakan perluasan dari Pelabuhan Tanjung Priok. Kebutuhan hidup masyarakat Indonesia yang semakin meningkat mengakibatkan jumlah barang ekspor impor ikut meningkat juga. Hal ini menumbuhkan keinginan masyarakat Indonesia untuk bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya dengan mudah dan lancar. Peran pelabuhan sudah tentu diperlukan untuk mewujudkan harapan masyarakat tersebut. PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) bertugas untuk mewujudkannya dengan meningkatkan kualitas pelabuhan di Indonesia dengan cara membangun dan mengoperasikan Terminal Kalibaru (dikenal sebagai terminal New Priok). Dengan dibangunnya terminal New Priok, keadaan ekonomi Indonesia jadi lebih maju. Biaya barang-barang pun bisa menjadi lebih murah. Rencananya Terminal New Priok akan dijalankan penuh pada tahun 2030. Kapasitasnya dapat mencapati lebih dari tiga kali lipat kapasitas tahunan Pelabuhan Tanjung Priok saat ini.

Melalui motto “Bangga menjadi bagian dari industri otomotif nasional”, dan seiring terus berkembangnya ekonomi Indonesia, serta dengan dedikasi penuh seluruh jajaran PT.Indonesia Kendaraan Terminal, pada tahun 2018 Terminal Kendaraan Tanjung Priok akan menjadi terminal kendaraan terbesar ke-5 di dunia. Mesti dibantu dengan doa nih ya, semoga visi IKT untuk  menjadi perusahaan logistik kendaraan terbaik di kawasan Asia dengan pelayanan kelas dunia bisa terwujud. Aamiin.
 



Tol laut yang menghubungkan bagian barat Indonesia dan Timur Indonesia


Tol laut yang menghubungkan bagian utara Indonesia dan barat selatan Indonesia

Selain itu, efisiensi angkutan laut dapat ditingkatkan secara signifikan dengan membangun fasilitas terminal kendaraan pada 2 main sea-corridor, yaitu Indonesia East-West Pendulum dan Indonesia North-South Pendulum dengan kapasitas mampu melayani kapal kapasitas 1.200 unit CEU. 2 (two) main sea-corridor yaitu Indonesia East-West Pendulum terdiri dari Pelabuhan Belawan, Palembang, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Sedangkan Indonesia North-South Pendulum terdiri dari Teluk Bayur, Jakarta, Banjarmasin, dan Balikpapan.

Indonesia Main-Sea-Corridor, West-East Pendulum
Koridor ini menghubungkan bagian barat Indonesia dan timur Indonesia, mulai dari Belawan hingga Makassar. Sebagai back up koridor dari program pemerintah yaitu tol laut. Koridor ini dapat menjadi alternatif bagi shipping line apabila cargo yang mempunyai sifat atau pemuatan menggunakan petikemas, karena dengan menggunakan kapal RoRo dapat mengangkut cargo yang over dimension dan sejenisnya. Di Makassat berpotensi dijadikan Hub dan sentra otomotif untuk kawasan Indonesia Timur.

Indonesia Main-Sea-Corridor, South-North Pendulum
Koridor ini menghubungkan bagian utara Indonesia dan barat selatan Indonesia, mulai dari Padang hingga Balikpapan. Di koridor ini akan tumbuh cargo-cargo alat berat dikarenakan tingginya permintaan di daerah Kalimantan. Dengan dibukanya koridor ini diharapkan dapat mendistribusikan produk semend di Padang ke pulau Kalimantan secara langsung dengan menggunakan container on chassis.
 

Sebelum berangkat jelajah pelabuhan kita pakai wearpack dulu ya


Yuk berangkat duluuu


Di terminal penumpang


Masuknya mesti melewati X-Ray scanning


Ruang tunggu yang nyaman


X-Ray cabbinet buat scanning barang-barang penumpang


Ada play ground di ruang tunggu


Ada peralatan musik tradisional di panggung kecil dekat pintu keberangkatan

Usai menyimak presentasi IPC yang sarat informasi, kami diajak menjelajah area pelabuhan. Semua humas IPC yang hari itu hadir di tengah kami, seperti pak Sofyan, mbak Banu, mbak Desti, dkk, mengantar kami keliling kawasan dengan bus yang sudah disiapkan. Saya, yang selama ini hanya pernah menjejak pelabuhan penumpang seperti Pelabuhan Merak di Banten, Pelabuhan Bakauheni di Lampung, Pelabuhan Ulee Lheu di Banda Aceh, dan Pelabuhan Balohan di Sabang, merasa berbeda sekali karena baru kali ini berada di pelabuhan peti kemas terbesar di Indonesia. Saya sebut besar karena luas pelabuhan ini mencapai 600an hektar.

Dalam perjalanan melihat terminal penumpang, kami diajak bernostalgia untuk melihat gudang-gudang tua yang entah dulu digunakan untuk apa (saya nggak nyimak keterangan pak Sofyan :p ). Beberapa teman ada yang mengenali bangunan tersebut. Ya mungkin sudah pernah ke PTP sebelumnya. Selama perjalanan dengan bus tersebut, saya bisa menyaksikan gate-gate terminal, jalur kereta, gerbong, tumpukan container, ratusan crane, area parkir hingga jalur keluar masuk kendaraan dari dan ke terminal pelabuhan. Tertib dan rapi!

Terminal penumpang terlihat sepi. Tapi bukan berarti tak ada aktifitas pelayaran untuk penumpang. Menurut pak Sofyan dalam sehari pasti ada kapal yang datang untuk menjemput dan mengantar penumpang. Kondisi terminal tampak nyaman, deretan bangku tersusun rapi. Tersedia toilet dan musola yang memadai. Ada toko souvenir dan posko kesehatan serta fasilitas lainnya. Pintu masuk terminal sama seperti pintu masuk bandara, ada X-Ray scanning berupa X-Ray Cabbinet dan steel detector. Karena kami dalam rangka tur, kami tak perlu di-scanning segala hehe. Oh ya, di pojok ruang tunggu penumpang ada playground yang tentunya asyik buat anak-anak bermain. Biar nggak bosan selama menunggu. Nah, dari ruang tunggu itu kami keluar ke arah tempat kapal bersandar (kapal PELNI biasanya). Tapi waktu itu kapalnya sedang tak ada. Kosong. Saya cuma bisa takjub menyaksikan keadaan sekitar terminal, benar-benar sangat bersih. Benarlah seperti kata pak Sofyan, ayo kalau ada yang mau silakan lap pelabuhan. Ibaratnya, debu pun tak ada di sini saking bersihnya. Wow banget ya! 









Ada yang mau ngajakin saya berlayar dari Belawan sampai Sorong?  :D

Tur makin seru saat kami mulai diajak keliling berlayar dengan mooring boat. Tapi sebelum itu kami diajak singgah melihat stevedoring pelabuhan. Namanya pelabuhan peti kemas, sudah pasti bertaburan alat-alat bongkar muat ya. Mulai dari yang kecil pendek, hingga besar dan tinggi menjulang tapi nggak sampai ke awan. Sebut saja peti kemas crane yang biasa stevedoring curah kering dan bergerak sepanjang rel yang tersedia. Lalu ada Gantry Luffing Crane, stevedoring peti kemas, general cargo, bahkan curah kering. Alatnya juga bergerak sepanjang rel di dermaga. Gantry Jib Crane lain lagi, adanya di dermaga multipurpose. Kalau Rail Mounted Gantru Crane adalah alat ini ada di lapangan penumpukan peti kemas yang fungsinya untuk melakukan penumpukan, pergeseran, pengambilan, dan peletakan peti kemas. Satu lagi yang saya lihat adalah jenis rubber tyred gantry crane. Gunanya untuk stacking container dan sifting container, juga untuk peletakan peti kemas lift on lift of. Modern pokoknya! Pastinya dengan beragam alat tersebut, kegiatan bongkar muat jadi lebih efisien, pada akhirnya memperkecil banyak cost. Nah, selama keliling dengan mooring boat, semua jenis alat bongkat muat itu bisa saya lihat dari dermaga ke dermaga. Dari terminal ke terminal. 



Di bawah Gantry Luffing Crane, alat penunjang stevedoring


Truk biasanya berada di bawahnya, menerima pindahan container dari kapal, setelah penuh langsung jalan, cepat dan efisien
Pilotage division, jalur khusus nih


Mari berlayar


Ecosounder (kanan), sonar di dekat kemudi mooring boat yang kami naiki


Crane-crane keren di sepanjang dermaga


Crane bisa memindahkan 27 container per jam


Pelabuhan keren


Alat penunjang bongkar muat di mana-mana


Dermaga tempat kapal berlabuh
Pilot Boat

Usai keliling, kami diajak naik ke roof top kantor PTP. Panas banget lho, maklum saat itu sudah jam 12-an. Tapi demi melihat pemandangan pelabuhan dari segala arah, rela deh naik ke atas. Dan benar saja, kawasan pelabuhan dari berbagai sisi bisa kelihatan. Mulai dari terminal 1 sampai 3, dari zona penumpang hingga zona container, semua bisa terlihat. Sampai jalan masuk dan keluar pelabuhan juga demikian. Sejenak berasa tinggal di kota pelabuhan, bukan atap-atap rumah yang muncul di ujung pandangan, tetapi pucuk-pucuk crane dengan tumpukan container dan kapal-kapal yang hilir mudik di atas lautan. 



Terminal 2
Ada masjid besar di pelabuhan

Container Zone

Sebelum kami mengakhiri tur dengan makan siang bersama di kantor IPC, kami masuk ke Control Tower. Jadi di sana itu kita berkenalan dengan Aloysius Bagus, supervisor ship planning IPC. Nah dari dia kita jadi tahu bahwa semua aktifitas pelabuhan Tanjung Priok dapat dipantau dari ruangannya. Ya, di ruang tersebut ada banyak personil dengan puluhan layar monitor yang memperlihatkan keadaan di pelabuhan. CCTV control dan safety di PTP ini, menurut pak Sofyan, berjumlah sekitar 100an. Jadi, kalau ada yang aneh-aneh, bakal ketahuan lho ya. Ga ada bedanya nih dengan ruang air control maskapai merah yang pernah saya datangi. Canggih. Bisa memantau kondisi cuaca juga. Bahkan tidak hanya situasi di Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi juga situasi di Pelabuhan Pontianak dan daerah lainnya ikut terpantau. Semuanya live, bukan siaran tapping haha. 



Kantor Pelindo yang lama


usia bangunan ini sudah 130 thn


Dibangun pada masa penjajahan Belanda, tahun 1870


Termasuk bangunan heritage, nantinya akan dijadikan museum


Sekarang di Tower Control, mau lihat-lihat aktifitas apa saja yang ada di sini
Aloysius Bagus, supervisor ship planning IPC, menunjukkan monitor kontrol pelabuhan


system control bekerja selama 24 jam per hari, 7 hari seminggu

Tema “Seeing is Believing” dalam tur pelabuhan Tanjung Priok ini memang tepat sasaran, khususnya buat saya yang selama ini memang belum melihat, sehingga tidak mempercayai bagaimana keadaan pelabuhan saat ini. Bandingkanlah dengan tahun 2006 ke bawah, keadaan pelabuhan sangat berbeda dengan hari ini (2015). Kondisi pelabuhan kini telah bertumbuh dewasa, semakin cepat bergerak, dan melayani dengan totalitas. Kekuatan ‘melihat’ memang menumbuhkan rasa percaya. Percaya bahwa IPC adalah perusahan terdepan dalam jasa pelabuhan di Indonesia, yang saling dukung satu sama lain dalam mencapai produktifitas yang lebih baik. 



IPC
Energizing Trade. Energizing Indonesia!

Ayo, jangan takut ke Pelabuhan ^_^

Pada laper lho abis keliling pelabuhan :D


Holaaa Halooooo


Sampai jumpa lagi Pelabuhan Tanjung Priok!



*Semua foto dokumentasi pribadi Katerina