Tampilkan postingan dengan label Hotel Murah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hotel Murah. Tampilkan semua postingan

D’Makmoer Penginapan Murah di Tanjung Pandan dengan Kafe Pinggir Pantai View Matahari Terbenam

Hampir jam 11 malam saat kami tiba di d’Makmoer, guest house & cafe di Tanjung Pandan, Belitung. Supir bergegas turun, memberitahu kedatangan kami pada orang di penginapan. Saya dan suami tetap di mobil, menunggu. Sesaat kemudian seseorang datang dengan payung, mendekati pintu mobil. Saya keluar, dan dengan payungnya laki-laki itu melindungi saya dari hujan yang tak jua berhenti sejak sore. Saya di antar ke atas, tempat di mana kamar yang akan saya inapi bersama suami berada. Suami menyusul di belakang, membawa turun semua barang.

Guest House & Cafe di Tanjung Pandan Belitung
D'Makmoer Guest House & Cafe

“Mbak Katerina?” tanya laki-laki tersebut.

“Iya, pak.”

“Oh iya, Pak Toto sudah kabari saya mbak  mau datang,” ucapnya.

Saya mengiyakan. Selanjutnya saya fokus pada tangga yang saya naiki. Hujan membuat tangga yang tak beratap itu basah, saya berhati-hati. Sampai di atas terlihat deretan kamar dengan pintu langsung keluar. Cat warna kuning yang melapisi tembok kamar tampak ngejreng di bawah sinar lampu yang benderang. Kontras dengan lantai teras terbuka yang dicat warna biru muda.


Ada 5 kamar, saya di antar ke kamar nomor 4. Setelah pintu dibuka dan saya dipersilakan masuk, laki-laki itu lalu pergi dengan payungnya, dan saya lupa menanyakan namanya. Saya sempat melihat wajahnya, tapi sekilas saja, sehingga tidak terlalu ingat. Siapa dia? Pertanyaan ini terjawab 1 minggu kemudian.


Baca juga: Tempat wisata kuliner di Belitung

Ada 5 kamar di lantai atas, 7 kamar sedang dibangun di lantai dasar

Guest House Murah di Tepi Pantai

Seperti yang diceritakan oleh Pak Toto sebelumnya (pengelola Pulau Leebong), d’Makmoer dikenal sebagai salah satu tempat makan nge-hits di Belitung yang jarang sepi pengunjung. Setelah sukses dengan kafe, pemiliknya kemudian membangun guest house di lantai 2 untuk disewakan pada para tamu yang membutuhkan tempat bermalam yang nyaman dengan harga terjangkau. Saya tertarik untuk mencobanya, hitung-hitung buat menambah pengalaman menginap di Belitung.

Guest house d’Makmoer ini memang terbilang baru. Bahkan sangat baru. Mulai disewakan sejak tanggal 10 Juli 2017. Saya menginap di sana hari Sabtu tanggal 15 Juli 2017, baru lima hari sejak mulai disewakan. Menurut pemiliknya, Pak Ronny, saya dan suami adalah tamu d’Makmoer yang ke-5. 


Baca juga : Wisata Pulau Kepayang Belitung

Musola di lantai atas

Kafe dua lantai, di belakangnya laut

Penginapan Baru 

Perabotan di dalam kamar terlihat masih serba anyar. Ada kasur ukuran besar dengan dua bantal empuk, TV, AC yang dingin, serta lemari dan rak untuk menyimpan barang-barang. Kamar mandi standing shower menggunakan kloset duduk. Handuk putih lembut yang biasanya jarang ada di penginapan bujet, tersedia untuk dua orang tamu. Maksud saya, jarang-jarang ada hotel bujet menyediakan handuk tebal selembut yang saya pakai di d’Makmoer ini. 

Tersedia dua botol air mineral, gratis. Sebuah wastafel dilengkapi cermin terpasang di pojok kamar, di depan pintu kamar mandi. Ada jendela kecil di dinding sebelah selatan, tirai kainnya tampak basah oleh air hujan yang mungkin menampar-nampar jendela dan berhasil menyusup masuk lewat celah yang ada. 

Baca juga: Pesona Pulau Leebong Belitung

kedai makmoer
Kamar d'Makmoer, nyaman. *Photo : Dian www.adventurose.com*


kedai makmoer
Kamar mandi & wastafel luar *Photo : Dian www.adventurose.com*
Shower air panas dan dingin, dan dua handuk lembut yang tebal


Kedai Makmoer

Rate kamar per malam Rp 250.000,- Harga tersebut sudah termasuk sarapan untuk dua orang. Kamarnya tidak sempit, tapi bukan yang terlalu luas. Cukup untuk dua orang, atau bertiga dengan 1 orang anak. Buat saya, penginapan ini bisa jadi pilihan yang cocok untuk wisatawan dengan bujet minimalis. Di sini, dengan harga yang ekonomis, tamu mendapat bonus manis. Apa itu?

D’Makmoer sudah lebih dulu dikenal sebagai salah satu tempat makan favorit di kawasan Pantai Tanjung Pendam. Orang Belitung mengenalnya dengan nama Kedai Makmoer. Jika sedang ke Belitung dan ingin mampir ke Kedai Makmoer, tanya saja pada supir atau orang-orang Belitung yang kita temui, kebanyakan dari mereka tahu dan bisa membantu menunjukkan lokasinya. 


Baca juga: Islands hopping di Belitung


kedai makmoer
Kedai Makmoer di lantai dasar, sisi kirinya laut


kedai kopi tanjung pandan
Coffee shop dNocturn, sisi kanannya pantai

Kafe dua lantai pinggir pantai view laut

Buat yang hobi kulineran, beruntung bisa menginap di d’Makmoer, bisa sekalian kulineran. Cuma 10-15 meter saja dari pintu kamar. Tidak perlu turun tangga lagi, karena kamar-kamar di lantai atas terhubung langsung ke kafe yang letaknya menjorok ke arah pantai. Ada beragam pilihan makanan dan minuman. Mau makanan berat atau ringan, tinggal pesan saja. Mau makan di kamar atau di kafe sambil menikmati pemandangan ke laut, terserah kita. Inilah salah satu bonus manis menginap di d’Makmoer. Mudah dalam hal urusan perut.

Tepat di sebelah kafe, ke arah laut, adalah pantai yang bila pagi airnya surut sehingga menampakkan pantai pasir yang sangat luas. Bila sore air pasang, airnya langsung berada tepat di ujung teras kafe. Tak berjarak. Kafe d’Makmoer terdiri dari dua lantai dengan dua area makan, indoor dan outdoor (balkon). Saat tak hujan, kita dapat duduk di balkonnya, bersantai sambil menikmati menu-menu kesukaan yang kita pesan. 


Baca juga: Tradisi Makan Bedulang di Timpo Duluk


tempat makan hits di pinggir pantai di tanjung pandan
Balkon kafe langsung menghadap laut

Menikmanti sejuknya udara pagi

Tempat menyaksikan matahari terbenam

Jika sedang hujan dan berangin, tinggal pindah ke dalam kafe. Ruang dalam kafe menggunakan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca, memungkinkan tamu untuk tetap bisa melihat ke luar, ke arah laut lepas. Kapal dan perahu nelayan yang sedang melaju ataupun berlabuh, jadi pemandangan yang bisa dilihat tiap saat dari kafe ini.

Yang tak kalah menarik, dari kafe d’Makmoer ini kita bisa menyaksikan matahari terbenam. Ada semacam gerbang di antara dNocturn Coffee Shop dengan kafe. Posisi tenggelamnya sang surya berada tepat dalam bingkai gerbang itu. Seakan gerbang memang dibuat dan didesain untuk mengantar sang surya menuju peraduan. Sayangnya saya tak berada di sini pada sore hari, jadi tak sempat merasakan suasana senja dengan sunsetnya yang spektakuler.

Keberadaan kafe dengan view ke laut, pantai, dan langsung menghadap ke arah matahari terbenam, adalah bonus manis yang bisa didapat saat menginap di d’Makmoer. Inilah daya tarik yang dimiliki d’Makmoer. 


Sunset di Kedai Makmoer *Foto Kedai Makmoer*

Tepat di tengah 'gerbang' Kedai Makmoer
 Sarapan di kamar atau kafe?

Minggu pagi saya terbangun dengan badan yang sudah kembali bugar. Suasana tenang di pinggir pantai, apalagi sepanjang malam hujan, membuat hati jadi terasa begitu damai dan tentram. Tidurpun jadi nyenyak, membuat segala lelah seakan luruh dari setiap inci raga. Pagi itu, seusai mandi, saya berkemas. Bersiap untuk menamatkan sisa liburan di Belitung, lalu kembali ke Jakarta pada sore harinya.

Seorang perempuan mengetuk pintu. Ia menanyakan apakah sarapan mau diantar ke kamar atau dimakan di kafe. Melihat di luar masih hujan, dan barang belum selesai disusun dalam ransel, saya minta diantar ke kamar. Perempuan itu pergi. Di dalam kamar, tiba-tiba saya baru ingat belum memotret apapun. Saya butuh foto untuk bahan bercerita (blogger mah gitu ya hehe). Ide memotret sarapan di kafe pun muncul. Sarapan yang diantar ke kamar akhirnya diangkut ke kafe lantai atas.  



A post shared by Arif Wibowo (@arifgwibowo) on


Pantai dan laut di balik jendela


sarapan di penginapan kedai makmoer
Sarapan nasi goreng beralas daun simpor, daun dari pohon yang hanya tumbuh di Belitung

Pemandangan indah di kafe


Pagi itu, hanya ada saya dan suami di kafe. Kami seakan punya kafe pribadi, bebas pindah sana sini, pilah pilih tempat duduk, keluar masuk, bahkan foto-foto di mana suka. Hujan semalam belum jua reda. Balkon kafe basah. Meja dan kursi basah. Kami makan di dalam. Langit kelabu, ditambah kabut di kejauhan, dengan kapal-kapal yang tampak samar, membuat pagi tampak begitu sendu.

Meski begitu, hujan tak mengurangi keindahan yang seharusnya dinikmati. Langit sendu justru menghadirkan syahdu. Titik-titik air yang jatuh, daun-daun yang basah, desir angin, dan perahu-perahu yang terdampar di pantai, mengundang mata untuk memandang dengan jutaan rasa sayang. Hujan itu seperti rindu. Ia tak bisa ditebak kapan berhenti, cukup ditunggu sampai reda sendiri. Nikmati saja.









Coffee Shop DNocturn

Usai makan kami menjelajah kafe atas. Melihat-lihat dari dalam hingga luar. Tentunya sambil memotret. Setelah puas, baru turun. Kami memasuki coffee shop dNocturn. Tak ada siapapun di sana. Mungkin karena masih pagi, belum buka, belum ada layanan untuk siapapun dan apapun. Kami duduk-duduk saja menikmati suasana. 

Entah kenapa, tiap sudut D’Makmoer ini enak buat dijepret. Saya pun tidak merasa sedang di sebuah kafe, melainkan seperti sedang berada di sebuah rumah tinggal dengan suasana asri dan tenang. Mungkin itu yang bikin nyaman dan nggak ingin cepat-cepat kembali ke kamar. 

Baca juga : Bertandang ke Negeri Laskar Pelangi
  
dnocturn tanjung pendam
Coffee shop dNocturn - Kedai Makmoer
Pilihan Menu DNocturn

Saat sedang melihat-lihat inilah saya berjumpa Pak Ronny Setiawan, pemilik d’Makmoer. Awalnya saya tidak tahu siapa beliau. Entah apa yang membuat saya kemudian menyangka bahwa dialah si empunya d’Makmoer. Saat saya tanya, ternyata memang benar. Saya mengenalkan diri padanya, dan mengatakan bahwa mbak Dian yang menginap pada malam sebelumnya, adalah teman saya, sesama blogger. Lantas pak Ronny mengajak duduk.

Obrolan pun tercipta, mengalir dengan hangat, sehangat kopi susu dan kopi hitam yang disuguhkan untuk kami. Sepiring mengale (singkong goreng) menemani kopi, melengkapi obrolan. Pak Ronny adalah sosok yang ramah, berpenampilan sederhana, tapi memiliki pengalaman yang ‘wah’. Ia memiliki wawasan yang luas tentang dunia pariwisata. Saya menyimak ceritanya tentang Aceh yang sudah seperti rumah keduanya. Tentang Sabang dan kapal pesiar yang akan mampir ke sana untuk suatu event. Tentang Pulau Mendanau yang bisa dikunjungi untuk perjalanan ala backpacker. Pulau yang bisa dilihat dari d’Makmoer saat cuaca cerah. Tentang pengunjung-pengunjung yang datang ke kafenya. Tentang kamar-kamar yang sedang dibangun di lantai dasar. Tentang cuaca yang kerap tak lagi bisa diprediksi.  Tentang kafe yang akan dirombak. Tentang banyak hal lainnya….



Kopi dan obrolan pagi bersama Pak Ronny, owner d'Makmoer
Ngobrol asyik ditemani Mengale (singkong goreng), kopi hitam, dan kopi susu

Menarik! Ya, obrolan yang menarik. Membuat waktu tak terasa sudah mendekati jam 11 siang. Jika pak supir tak datang menjemput, mungkin obrolan itu terus berlanjut. Saya dan suami berpamitan untuk berberes, sebab Mbak Dian dan Tami sudah menunggu di Hotel Orion untuk dijemput. Siang itu kami akan mengunjungi Museum Tanjung Pandan, Rumah adat Belitung, makan siang, membeli oleh-oleh, dan menuju bandara untuk kemudian kembali pulang ke Jakarta.

Rasanya baru sekejab saja di D’Makmoer, sudah harus pergi lagi. Tersisa rasa penasaran untuk melihat sunset dari balkon/teras kafenya, juga bayangan mencicipi kopi seduhan barista DNocturn. Waktu yang terbatas memang tak memungkinkan untuk berlama-lama.  Mungkin suatu hari jika kembali berkunjung ke Belitung, saya akan datang lagi ke D’Makmoer. Entah datang untuk menginap sebelum/sesudah keliling Belitung untuk berwisata, atau sekedar mengisi malam dengan makan-makan bersama teman-teman seperjalanan sambil menikmati suasana pantai di malam hari.

Salah satu tempat untuk menyaksikan sunset di Kedai Makmoer
Satu minggu sejak menginap di d’Makmoer, saya mulai menulis tentang pengalaman saya bermalam di sini, dan saat itulah saya teringat dengan laki-laki yang saya jumpai pertama kali di d’Makmoer. Laki-laki yang menjemput saya ke mobil dengan payung dan kemudian mengantar saya ke depan pintu kamar. Laki-laki itu ternyata Pak Ronny, pemilik d’Makmoer!

Guest house D’Makmoer bisa jadi pilihan yang hemat untuk menginap. Kafenya pun nyaman dan asyik buat nongkrong-nongkrong cantik sambil makan enak dengan suasana tepi pantai yang menenangkan.


D’Makmoer
Guest house & Cafe
Jl. Patimura, Tanjung Pendam, Tanjung Pandan Belitung

Sarapan Lezat Bervariasi Setiap Hari di Fame Hotel Gading Serpong




Ketika memilih menginap di sebuah hotel, berapapun bintangnya, maka saya tidak menaruh harapan mendapat layanan dan fasilitas melebihi standar bintang hotel tersebut. Misal, jika saya menginap di hotel bintang 2, maka saya akan terima fasilitas dan layanan sesuai dengan standar bintang 2, bukan berharap layaknya standar bintang-bintang di atasnya.

Singkatnya, secara umum sebagai tamu adalah meletakkan harapan sesuai dengan standar masing-masing bintang. Itu yang saya lakukan selama ini.

Jika ternyata mendapat fasilitas dan layanan melebihi standar, itu namanya rejeki. Tentu harus berani acung jempol buat hotelnya. Jika dapatnya sesuai standar, wajar. Jika malah dibawah standar? Wajib ungkapkan keluhan ke pihak hotel supaya ada perbaikan standar :)
  


Baru-baru ini, saya menginap di Fame Hotel Gading Serpong. Hotel bintang 2 yang terletak di lokasi strategis Gading Serpong dan sudah beroperasi sejak tahun 2013. Ada plus minus yang saya rasakan saat bermalam. Tapi keluhan sudah saya ungkapkan.  

Yang bikin saya senang, keluhan saya langsung mendapat perhatian dan tindakan dari staff dan manajemen. Bentuk kepedulian inilah yang kemudian mengobati sedikit ketidaksempurnaan yang saya temui.  
Lobi
Bangku tunggu di lobi, smart & simple

Nah, seperti yang saya sebut di awal, ekspektasi saya pada Fame Hotel tidak melebihi standar. Kamar superior dengan ukuran 18 meter persegi yang saya tempati tanpa mini bar (tidak ada kettle dan minuman kopi/teh yang bisa diseduh). 

Fasilitas seperti TV plasma dengan 23 channels. AC-nya dingin, tidak berisik, tidak sentral sehingga bisa dinyalakan/dimatikan sendiri dan bisa diatur sendiri suhunya. Komplimen berupa 2 botol air mineral. Kasur, bantal, sprei, dan sarung bantal dalam keadaan bersih.   

Kamar tipe Superior, mungil tapi manis


Nyaman dan bersih

Ameneties di kamar mandi minim, berupa sikat gigi+pasta gigi, sabun mandi cair dan samphoo. Kalau butuh lebih atau ameneties lainnya, dikenakan biaya tambahan. Shower dengan keran air panas dan dingin berfungsi baik. Handuk memang tidak tebal.  

Wastafelnya besar dan lebar, sepertinya khas grup parador ya, di hotel Atria pun punya wastafel besar. Saya paling suka wastafel besar. Leluasa buat naruh-naruh barang perlengkapan mandi dan dandan. Pintu kamar mandi memang tidak rapat, ada celah di antara dua daun pintu, tapi saya suka kamar mandinya tidak sesempit yang saya kira. Slipper tersedia 2 pasang.
 
Kamar mandi shower dengan wastafel cukup besar

Kamar tipe deluxe tidak jauh berbeda, baik luas kamar, fasilitas di dalam kamar, termasuk kamar mandinya. Hanya ada penambahan berupa mini bar (kettle, kopi, teh, gula, krimer), safety box, laundry box

Jumlah kamar deluxe hanya 12 kamar saja. Tersedia kamar non smooking dan smooking di tiap lantai, tinggal pilih sesuai kebutuhan.

Kamar tipe deluxe


ada mini bar-nya di tipe deluxe


Kettle, mug, teh, kopi gula, krimer


Safety box hanya ada di kamar deluxe


Pokoknya, bagi saya kamar yang tersedia sudah sesuai standar bintang 2. Dibilang minimalis memang benar, tapi desain interior di kamar cukup manis. Perpaduan warna ungu dan putih pada sprei, bantal, tirai, gambar pada dinding di belakang tempat tidur, serta lampu tidur, menghadirkan nuansa romantis.  

View kamar di sebelah timur menghadap atap bangunan supermarket dan komplek perumahan, sedangkan kamar di bagian barat menghadap jalan raya dan suasana kota Gading Serpong yang dipenuhi bangunan komersial dan kampus. Selain cocok bagi para bisnis traveler, hotel ini juga cocok bagi yang ingin singgah untuk keperluan kesehatan karena dekat dengan rumah sakit internasional RS.Betsaida. 

view di kamar sebelah barat


Surprise untuk saya adalah sarapan lezat dan bervariasi di Restoran Popcorn yang terletak di lantai lobi hotel.

Jujur saya terkejut dengan menu sarapannya. Kalau saya sebut spesial, tentu bukan hal berlebihan. Saya sampai menghitung dan mencatatnya lho saking penasaran berapa banyak yang disajikan hehe 

Restoran Popcorn

Mau tahu ada apa saja dalam menu sarapan di restoran Hotel Fame? Ini dia:
  • Main Course: Steam rice, fish sauce thai, sauteed vegetables, nasi goreng tradisional, penne grating.
  • Condiment : Sambel terasi, sambel hijau, sambal matah, sambal kecap, chili sauce, tomato sauce, acar, kerupuk.
  • Egg station: Boiled egg, sunny side up, scramble egg, ommelette.
  • Cereal: Coco crunch, corn flakes
  • Dairy product: fresh milk
  • Assorted bread: croissant, danish, toast bread, franch toast: honey, maple syrup, butter, peanut butter.
  • Tradisional: bubur benteng, bubur ketan hitam.
  • Soup: meat balls soup
  • Salad: mix lettuce, green paprika, onion, tomato, cucumber.
  • Dressing: thousand island, tartar
  • Juices: orange, guava, infuse water.
  • Fruits: watermelon, melon, papaya.
  • Dessert: mocktail, puding
  • Hot beverage: coffee, tea.

Lihat? Ada banyak variasi bukan? Menu tersebut adalah sajian harian. Berganti tiap hari dengan menu lain yang diubah tiap dua minggu. 

Susu segar dan aneka minuman jus


Dua macam sereal


Croissant


danish


Salad


fruits & dessert


main course


Bubur benteng


Apa sih yang saya pikirkan tentang sarapan di hotel bintang 2 selain menu standar berupa nasigoreng/migoreng, nasi putih dengan telur omelete/mata sapi, roti, 1 macam buah, dengan minuman teh, kopi, dan air putih. Itu saja. Kadang malah pernah ada yang kurang dari itu.

Hotel boleh bintang dua, tapi sarapannya rasa bintang 3. Malahan menurut saya, mendekati sarapan di hotel bintang 4. Saya sebut begitu karena pernah menginap di sebuah hotel bintang 4 yang menu sarapannya sedikit (sedikit buat standard bintang 4), beda tipis dengan yang saya lihat di Fame Hotel.

Banyak variasi bisa jadi rasanya jadi tidak karuan. Saya sempat mengira demikian saat belum menyantap sarapan, tapi itu tidak terbukti. Saya ragu kalau menyebut rasa makanannya biasa-biasa saja. Dari beberapa macam makanan yang sengaja saya coba, cita rasa makanannya cukup baik untuk selera lidah saya.  

Omelette saya pagi itu :)


Sarapan sepuasnya


All you can eat buffet breakfast Rp 40.000 net/person


Banyak pilihan yang cocok untuk anak-anak

Sarapan untuk dua orang sudah termasuk dalam harga kamar, baik tipe superior maupun deluxe. Bagi tamu luar, hanya perlu membayar Rp 40.000,- per orang sudah bisa sarapan di sini. All you can eat buffet breakfast seharga Rp 40 ribu per orang itu murah lho.

Restoran Popcorn buka mulai pukul 6 pagi sampai pukul 10 pagi WIB. Cukup lama rentang waktunya. Jadi tidak perlu khawatir kalau bangun kesiangan, kecuali baru sampai restoran sudah lewat jam 10. Kalau sedang melintas di Gading Serpong, melewati Hotel Fame, saya juga mau lho sarapan di sini.

Restoran Popcorn tidak hanya menghidangkan sarapan  pagi  dengan  konsep  prasmanan,  namun juga menghidangkan menu a la carte, baik hidangan lokal maupun international. Tamu luar yang tidak menginap di hotel juga bisa mampir dan makan di sini.
 

Dinding-dinding dihiasi gambar artis tenar


Restoran yang nyaman

Pengalaman sarapan di Restoran Popcorn, jadi hal paling berkesan bagi saya saat menginap di Hotel Fame. Sangat jarang menemukan menu sarapan lengkap dan banyak variasinya di hotel berbintang 2 seperti Fame.

Suasana restoran juga nyaman. Banyak pigura besar berisi gambar penyanyi dan aktor/aktris terkenal dunia terpasang di dinding resto. Suasana hotel dan restoran memang dibuat seperti nama hotel, fame. Selaras dengan tagline  “stay famous, stay like a star”.
 

Staff yang ramah


Buka setiap hari dari jam 6.00 AM -10.00 AM
Sarapan dihidangkan ala buffet

Famehotel Gading Serpong diresmikan pada 12 Desember 2012 dan merupakan pilot project atau brand hotel bintang dua pertama yang dikelola oleh Parador Hotels & Resorts. Hotel Fame merupakan jaringan hotel pertama di Indonesia dengan fasilitas Smart Check-In. Hotel yang memiliki 144 kamar modern dan minimalis, 6 fasilitas ruang pertemuan yang variatif berkapasitas hingga 120 orang ini mulai beroperasi sejak 4 januari 2013.

Fame Hotel Gading Serpong dibangun di jantung CBD (Central Business District) Serpong untuk melayani kebutuhan pasar lokal di bidang konferensi dan perjalanan bisnis. Dekat dengan jalan tol Jakarta – Banten, merupakan tempat yang ideal untuk melayani bisnis di Jakarta Barat, Serpong dan Tangerang.

Hotel  Fame  terdiri  dari  9  lantai , memiliki  keunggulan  koneksi  Wi-Fi  dengan  kecepatan  hingga  5 Mbps. Fasilitas ini tersedia untuk semua tamu yang dapat dijangkau diseluruh hotel. Fasilitas lain yang tersedia  selain Restoran Popcorn adalah  e-corner di lobi hotel, in-room massage, dan in-room food & beverages delivery.
 
Fame Hotel Gading Serpong *foto dari www.famehotelserpong.com*
Nuansa "star" di lobi hotel

Pojok butik Bateeq dan minimart di lobi hotel

Lokasi hotel termasuk strategis, hanya 25 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta berada tepat disamping Supermarket Giant, rumah sakit internasional, hingga komplek hiburan dan pusat perbelanjaan (mall) Serpong, membuat Fame Hotel Gading Serpong dapat memenuhi kebutuhan. Harga kompetitif sesuai budget.

Dengan lokasi strategis dan harga yang ekonomis, menjadikan “The First Smart Hotel in Tangerang” ini sebagai salah satu alternatif untuk business trip kamu :)

Fame Hotel Gading Serpong
Tel (+62 21) 2930-3333
Fax(+62 21) 2930-4999
Email: info@FameHotelSerpong.com
Address: Tivoli District Lot # 3,Jl, Boulevard Gading Serpong, Paramount Serpong
Website: http://www.famehotelserpong.com/




Lihat juga video menu sarapan di Restoran Popcorn yang saya buat ini yuk :)