Tampilkan postingan dengan label Daily Living. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Daily Living. Tampilkan semua postingan

Berakhir Pekan di Hotel Grand Zuri BSD





Sepulang dari trip Semarang pada tanggal 7-9 Agustus lalu, cerita tentang Sky Swimming Pool di Star Hotel Semarang menjadi salah satu oleh-oleh paling menarik buat Humayra. Foto-foto yang saya perlihatkan padanya spontan membuatnya minta diajak ke Semarang. Pingin berenang di sana katanya. Saya tanya, apa tidak takut? Jawabnya tidak.

Untuk saat ini, tentu saya belum bisa mengabulkan permintaan itu. Meski demikian, saya tetap mengajaknya berenang. Supaya ada mirip-miripnya dengan sky swimming pool Star Hotel, jadi saya cari kolam renang yang berada di ketinggian. Kebetulan dekat rumah ada hotel Grand Zuri yang punya kolam renang di lantai 3. Jadilah saya ajak dia ke sana. Masku juga bisa sekalian nge-gym.

Di sebelah hotel Grand Zuri ada Ocean Park. Wahana air fantastic ini jelas sangat seru untuk dinikmati bersama keluarga. Namun, Humayra tetap lebih tertarik dengan kolam renang di ketinggian. Nampaknya kolam renang di Star Hotel yang saya ceritakan itu membuatnya takjub dan sangat terpengaruh.

Seperti belum pernah berenang di lantai sekian sebuah hotel saja dirimu, nak. He he.








Rencana berenang di kolam renang Hotel Grand Zuri membuat Humayra bangun lebih cepat dari biasanya. Matahari belum terbit saja sudah minta sarapan. Terlalu bersemangat. Saat sarapan, ia menyebut nasi goreng, sosis goreng, dan ayam goreng sebagai menu yang diinginkannya. Banyak betul.

“Mau susu, jus jambu merah, atau air putih?” tanya saya.

“Kopi!” jawabnya mantap.

Hah? Yang ditawarkan apa, jawabnya apa. Akhirnya saya kasih alternatif : teh manis. Dia mau. Saat teh itu saya taruh di depannya, yang diminum ternyata air putih. Teh justru tidak disentuh sama sekali. Hadeuh.

Anak-anak, kalau sudah mau sesuatu, segala hal yang bisa bikin mamanya senang, pasti dilakukan. Makanan dihabiskan. Minuman dihabiskan. Merapikan alat makan dengan benar. Mengelap mulut dengan benar. Berdoa selesai makan dengan benar. Meninggalkan meja makan dengan tertib. Mungkin, semua itu dilakukannya sebagai bentuk terima kasih. 





Usai sarapan kami langsung menuju lantai 3 hotel, tempat kolam renang berada. Selain kolam renang outdoor, di lantai 3 ini juga terdapat fitness center, sauna, dan juga spa. Kolam renang dibuka setiap hari mulai pukul 7 a.m – 8 p.m. Fitness center buka pukul 6 a.m – 10 p.m. Sedangkan spa buka pukul 10 a.m – 10 p.m (last order).

Kolam renang hotel Grand Zuri punya desain yang bagus. Tamannya tertata apik. Kesan asri sangat terasa. Selain itu, kolam renang outdoor seperti ini memang punya kelebihan. Punya view langit luas terbentang, udara yang lebih segar, serta pemandangan kota yang jarang bikin bosan untuk dipandang.

Udara pagi masih terasa dingin, Humayra agak menggigil ketika mulai mencelupkan kaki. Namun, setelah seluruh badannya masuk kolam, gigil itu seperti terhalau. Biasanya memang begitu, jika udara di luar dingin, di dalam air justru terasa hangat. Hanya saja, jika sudah masuk air lalu keluar lagi, maka rasa dinginnya double. 


udah berasa kayak di sky pool Star Hotel kan nak? :D


bisa diawasi dari ruang fitness

Kolam renang Hotel Grand Zuri bisa digunakan untuk anak dan dewasa. Namun saya lupa mengecek berapa kedalaman untuk area dewasa. Tapi yang jelas, kalau anak kecil berenang sendiri di kolam, jangan pernah ditinggalkan. Tak ada petugas yang mengawasi area kolam. Mengenai hal tersebut bahkan ditulis dan dipasang di pinggir kolam. Jadi, mesti jaga sendiri kalau anaknya berenang.

Saya tak ikut masuk kolam, hanya duduk mengawasi. Berhubung yang bermain di kolam mainnya ciprat-cipratan, saya pindah duduk ke teras kamar yang letaknya persis di dekat kolam. Sementara itu, masku sudah masuk ke ruang fitnes. Humayra saya biarkan main sendiri. Saya tidak takut dia kenapa-kenapa karena dia sudah tahu area mana yang boleh dan tidak boleh didekati.

Duduk saja tak enak juga. Akhirnya saya berkeliling sekitar area kolam. Apa lagi yang dilakukan kalau bukan memotret.

Banyak yang bisa dipotret. Selain anak yang sedang berenang, tentunya aristektur bangunan hotel. Bunga-bunga di taman, tirai kamar yang bergoyang dibingkai jendela, tumpukan gulungan handuk mandi, 2 bule pria yang merokok di pinggir kolam, petugas yang mengeringkan air di depan ruang bilas, dan mas yang menolak untuk difoto di atas mesin treadmill he he. 

fitness center

Teras Kota hanya selemparan pandang



Bendera Merah Putih teruslah berkibar

Dari balik dinding kaca ruang fitness, terlihat bendera merah putih berkibar di tiang paling tinggi, diapit dua bendera berwarna silver bertuliskan Grand Zuri. Melihat bendera itu, saya jadi teringat pesan petugas hotel yang tadi berpapasan di depan lift. “Nanti ada acara tujuh belasan di lantai dasar”.

Saya masih berdiri di balik dinding kaca ruang fitness. Mengintip jalan aspal kehitaman di bawah sana. Tampak lengang oleh kendaraan roda empat. Mungkin karena masih pagi, pun ini adalah akhir pekan, makanya masih sepi. Sepi yang kadang terasa begitu indah untuk dinikmati, dalam tenang, dalam kebersamaan.

Selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta.





*Semua foto dokumentasi Katerina





Bawa Pulang Voucher Makan, Cookies Enak, Hingga Kue Jajanan Pasar


Blue Jasmine Restaurant, 15 Juni 2015

Makanan berlimpah, namun tamu yang datang di event Ramadan Dining Blue Jasmine Restaurant hanya sedikit. Sayang sekali. Padahal, menurut Alex -Manager Marketing Blue Jasmine- undangan yang disebar cukup banyak. Komunitas-komunitas penggemar makan dan jajan, sudah dikabari. Beberapa memang tidak merespon, sedang yang lainnya merespon namun tidak bisa hadir. 

Pemilihan hari Senin sepertinya menjadi salah satu faktor sepinya event hari itu. Hari pertama kerja, siang pula. Orang sedang sibuk-sibuknya di tempat kerja. 


Sepertinya hari itu hanya saya perwakilan dari blogger. Sedang tamu lainnya dari media cetak. Saya sendiri mewakili Indonesian Food Blogger (IDFB). Sebetulnya, sewaktu mbak Anne menginformasikan undangan event Blue Jasmine Restaurant di grup WhatsApp IDFB, saya pikir bakal banyak blogger yang berminat untuk hadir. Makanya saya mendaftar. Siapa tahu bisa kopdar, kenalan, trus jadi nambah deh teman baru.

Jelang hari H dikabari bahwa saya dan Shinta (apa Shanty ya? he he) yang akan hadir atas nama IDFB. Senin siang, usai menyelesaikan segala urusan keluarga dan rumah tangga, saya pun meluncur ke Kyai Maja, Jakarta Selatan. Sampai di restaurant, eh ternyata belum ada undangan yang datang kecuali saya. Sesuai jadwal di undangan, acara akan dimulai jam 11. Berhubung jam 11 masih sepi, acara baru dimulai 1 jam kemudian, jam 12. Namun di jam tersebut undangan yang hadir tetap sedikit.
 
banyak makanan, sedikit yang makan

Terus terang saat itu saya jadi kasihan. Saya lihat sendiri, persiapan resto Blue Jasmine untuk acara ini sangat maksimal. Mulai dari dekorasi, makanan, tempat, hingga suasana yang diciptakan selama pelaksanaan event, benar-benar istimewa. Saya sendiri sampai kagum.

Saya mencoba berkenalan dengan beberapa undangan yang hadir. Ternyata semuanya dari media cetak. Duh, mana blogger ya? Ngarep banget ada blogger lain, entah itu dari IDFB atau pun dari komunitas-komunitas makan lainnya. Tapi nggak ada.

Usai presentasi, acara dilanjut dengan makan siang bersama. Saya menerka jumlah undangan yang makan saat itu sekitar belasan orang saja. Sementara, aneka hidangan lezat di meja prasmanan berlimpah ruah. Banyak menunya, banyak pula porsinya. Namun sayang, yang makan hanya sedikit. Makanan pun banyak bersisa. Saking banyaknya, pulangnya saya dibekalin makanan!  

tumpukan goodie bag yang tersisa

O, ya, ternyata saya nggak hanya jadi undangan yang paling awal datang, tapi juga paling akhir pulang. Bukan sengaja pulang belakangan tapi karena nunggu sampai dijemput oleh bojoku. Selama menunggu itu saya ditemani oleh para manajer resto, serta mbak Anne, pemilik resto Blue Jasmine. Kami berbincang santai.

Ketika hendak pulang, satu kotak kue jajanan pasar dan sebuah goodie bag, diberikan pada saya. Entah kenapa, saya agak sedih melihat tumpukan goodie bag di atas meja. Banyak sekali. Saya yakin, dengan banyaknya goodie bag yang disediakan itu, Blue Jasmine berharap banyak undangan yang hadir. Sayangnya tak sesuai harapan. 

Semoga di event Blue Jasmine yang berikutnya, banyak undangan yang bisa hadir ^_^

cookies enak!

kue jajan pasar yang dibekelin itu :D

Di perjalanan pulang, saya mengintip isi goodie bag. Wah, ternyata isinya voucher makan di Restaurant Blue Jasmine senilai Rp 100.000,- Tak hanya voucher makan, tapi ada pula 2 macam cookies enak


Cookiesnya manis dan teksturnya lembut. Saya suka. 2 hari kemudian, ketika mulai puasa, cookies itu saya jadikan teman untuk buka puasa. Karena enak, dalam 4 hari saja 2 toples kecil cookies itu ludes.  

Doyan, ya! :D

[KS]

Kue Kering Favorit Buat Lebaran


Menyediakan kue kering saat Lebaran telah menjadi tradisi di Indonesia. Aku pernah baca, tradisi ini mengadopsi kebiasaan masyarakat eropa, terutama Skotlandia. Merekalah yang menemukan teknik membuat kue kering dengan dua kali pemanggangan. Berkat teknik tersebut kue kering menjadi tahan lama.

Resep dasar kue kering tersebut berkembang menjadi banyak variasi. Kaastengels dari Inggris, ananas tart dari Belanda, dan butter cookies dari Skotlandia. Di Indonesia, kue kering tersebut semakin akrab di lidah masyarakat dan menjadi hidangan standar untuk menyambut tamu lebaran.

Berbicara tentang kue kering, aku teringat Wita tetanggaku. Di lingkungan tempat tinggalku, ia dikenal sebagai pemilik sebuah rumah makan dan sebuah toko kue. Olahan makanan buatannya terkenal enak. Tak heran, aku dan para tetangga banyak yang jadi pelanggan setianya.

Nah, pagi ini kebetulan Wita menelponku. Seperti dugaanku, ternyata dia hendak menawarkan sejumlah kue kering, di antaranya nastar, semprit, sagu keju, kaastengels, putri salju, watermelon cookies, orange cookies, dan brownie cookies. Selain kue kering, dia juga menawarkan bolu pandan, brownies kukus, lapis legit, serta ketupat lengkap dengan rendang, opor, sambal ati ampela, dan sayurnya. Semua yang dia tawarkan itu persis seperti yang pernah aku pesan di tiap lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.

Berhubung lebaran ini aku akan berada lama di luar kota, aku tidak memesan ketupat dan pelengkapnya. Aku hanya pesan kue-kue kering. Sehabis lebaran kan tetap kembali ke Jakarta.  Teman-teman, tetangga, dan kerabat biasanya tetap akan datang ke rumah untuk silaturahmi. Jadi, aku perlu kue untuk suguhan.

Di antara semua kue kering, nastar paling favorit buatku. Kue satu ini memang paling hits. Aku jarang beli sedikit, karena di rumah kue ini sering aku jadikan cemilan. Saking sukanya, 1 toples 500gram bisa aku habiskan dalam sehari. He he.
 
Nastar favorit, dari dulu sampai kini dan nanti

Apa yang membuatku sangat menyukai nastar tak lain karena selai nanas yang ada di dalamnya. Sebagai penggemar nanas, kue dengan rasa nanas tentu saja terasa sangat enak dilidahku. Sehari-hari, selai nanas lah yang menjadi temanku makan roti tawar. Selainya bikin sendiri. Dari nanas asli, tanpa campuran bahan lainnya. Kalau beli, selainya beda, seperti jel, aku nggak suka. Kalau nggak ada selai nanas asli, selai instant baru aku beli. Itu pun terpaksa.

Sebenarnya nastar telah divariasikan menjadi berbagai macam rasa. Tak melulu diisi dengan selai nanas. Di kategori fruits nastar ada stroberi, jeruk, dan durian. Nastarnya pun dibentuk sesuai buah aslinya. Ada pula black nastar, yang merupakan nastar rasa karamel dengan selai nanas. Pembedanya dengan nastar lainnya ialah kulit nastarnya yang memiliki rasa coklat. Selain nastar klasik rasa asli (nanas) juga ada red velvet nastar dan nastar keju.

Selain varian isi, nastar juga punya varian bahan selain nastar tepung yaitu nastar ubi, nastar singkong, dan nastar jagung. Pilihan nastar jadi banyak. Namun di antara semua varian nastar tersebut, nastar klasik (bahan tepung isi nanas) tetap yang paling aku sukai. Tak terganti.

Nastar yang aku pesan di Wita, baru akan dibuat bulan Juli nanti. Akan diantar sekitar seminggu sebelum lebaran. Jika kami sudah keburu mudik, aku titip nastarnya di rumah dia saja. Balik dari mudik baru aku ambil. O, ya, biasanya kami dapat gratisan 1 toples kecil (250gram). Kata Wita akan di antar nanti sore. Alhamdulillah. 

  
(KS) 

 

Dekorasi Apik Restoran Cantik


Dekorasi yang apik dan ciamik membuat Restaurant Blue Jasmine tampil menawan. 

Seperti yang saya ceritakan pada tulisan sebelumnya, Restaurant Blue Jasmine tak hanya menawarkan kuliner berkualitas dengan cita rasa istimewa, tetapi juga suasana bersantap yang menyenangkan. Keindahan desain interior yang dimilikinya sukses mencuri perhatian siapapun yang masuk restoran ini.
 
Ketika saya meng-share foto-foto restoran Blue Jasmine ke teman-teman di grup WA, komentar berupa pujian meluncur deras. Celetukan seperti “wah, banyak tempat buat narsis”, “aku kalo di situ bakal puas foto-foto”, “cakep banget”, “romantis banget”, dan lain-lain.

Benar, resto yang satu ini memang mengesankan sekali tampilannya. Gaya klasik dan modern berpadu dalam desain interior dining area. Warna white dan blue yang mencerminkan “Blue Jasmine”, mendominasi warna cat ruangan. Lampu-lampu berwarna kekuningan, menghadirkan nuansa romantis yang manis. Bisa saya bayangkan suasananya di malam hari, pasti lebiih romantis lagi.
 



Hari itu, Minggu 14/6/2015, tatanan bunga-bunga cantik berwarna putih menghiasi seisi restoran. Mulai dari sudut-sudut ruang, meja makan, meja prasmanan, ruang tunggu, hingga meja yang digunakan untuk konferensi pers. Ya, hari itu Blue Jasmine mengadakan konferensi pers bertajuk Ramadan Dining. Banyak tamu diundang, khususnya dari rekan media dan blogger.

Menurut Alex, Manager Operational Blue Jasmine, acara konferensi pers hari itu disponsori oleh Piviony. Saat acara berlangsung, saya lihat ada dua wanita cantik duduk di kursi paling belakang. Keduanya dari Piviony, begitu kata Alex. Oh, pantas dekorasinya cantik banget, penatanya juga cantik-cantik gitu. Bisa kelihatan kenapa tata hias bunganya begitu elegan dan mewah, karena tercermin dari penampilan kedua wanita tersebut.

Lihatlah bunga-bunga di atas meja, bergerombol putih, berbaris rapi, mekar mewangi. Di antara kelopak-kelopak bunga cantik itu, ada bulatan biru sangat menonjol. Saya kira bola mainan, ternyata jeruk yang dicat biru. Sepertinya untuk mewakili “Blue” diantara bunga-bunga putih yang mewakili “Jasmine”. Kreatif!

Lalu, deretan lilin dalam wadah lilin yang tak sama tinggi, berjejer di antara bunga-bunga. Meja makan jadi makin cantik. Makin menakjubkan. Tak usah ditanya soal selera makan, sudah pasti melambung kalau suasananya semenawan ini.

Dengan dukungan dekorasi yang ciamik, sukses membuat tempat makan ini menjadi begitu elegan dan mewah.
 



Keberadaan bunga-bunga yang sangat banyak boleh saja karena adanya event. Tapi tanpa tambahan bunga pun, resto ini sudah indah. Pernak pernik bernuansa putih dan biru, menghiasi dining area, baik zona smoking maupun non-smoking. Bantal-bantal kursi dengan sarung-sarung berwarna biru dan putih, lengkap dengan motif-motif warna senada, ada di tiap kursi makan. Pada suatu sudut, tersusun beragam pajangan terbuat dari keramik. Warnanya putih dan biru, cerminan warna resto.

Sementara, di terrace area ada taman vertical yang asri, tinggi hingga ke atap yang terbuat dari kaca transparan. Cahaya alami masuk dengan bebas. Udara terasa lebih segar, ditambah gemiricik suara air mancur di kolam di sudut teras.
  




The name of blue jasmine and its logo:
Blue jasmine is a small blue flower with sweet fragrance that only exists in a whimsical world. The name was chosen because Blue Jasmine is non-existent in relation to the concept itself being a re-interpretation of sentimental favorites into modern classics a la blue Jasmine. The flower Jasmine was chosen as it has a wide spectrum in Indonesian traditions; it is the flower of life, beauty and festive wedding. It symbolizes purity, sacredness, graceful simplicity and sincerity. But importantly, Jasmine is also recognized as the unofficial national flower of Indonesia.

Meanwhile, the Phoenix Bird was chosen because it is one of the mythological creatures of the orient cultures. It is believed to be a symbol of not only unity and harmony but also of royalty and festive celebrations. Therefore, the combination of the two is to represent to the concept that is Blue Jasmine

 

(KS) 


~Semua foto dokumentasi pribadi Katerina

Rak Buku Bersih dan Apik

*doc pribadi*
Banyak nulis berarti harus banyak baca. Iya, harus! Makanya banyak banget bahan bacaan di rumah. Mulai dari buku-buku, majalah, tabloid, hinga koran. Koran datang tiap hari, majalah tiap satu minggu, ada pula yang tiap 1 bulan, dan buku beberapa kali dalam tiap bulan (kalo sedang rajin beli). Lama-lama, tempat untuk menyimpan semua bahan bacaan itu penuh. Tak muat lagi.

Tiap beberapa bulan, koran lama diberikan pada bapak tua di kampung sebelah. Biasanya koran itu ia bawa ke pasar tradisional, dijual ke seorang pedagang yang butuh koran bekas. Kalau majalah tetap saya simpan, karena kadang kala masih saya baca-baca lagi. Apalagi majalah wanita yang di dalamnya banyak sajian fashion muslimah, pasti saya amankan.

Lama-lama, kebutuhan tempat menyimpan buku dan majalah makin meningkat. Awalnya hanya berupa rak kecil ramping tapi tinggi, kini jadi butuh yang lebih besar dan lebar. Dinding sudah dijebol dan diubah jadi rak buku tanam, namun tetap saja kurang. Sepertinya buku-buku yang ada memang harus disumbangkan pada yang membutuhkan. Jelang akhir tahun 2014 lalu, saat buku-buku itu saya sortir, ada 1 box penuh akhirnya saya relakan untuk diberikan kepada orang lain. Lewat seorang teman sukarelawan KI (kelas inspirasi), Alhamdulillah buku-buku itu sampai kepada yang membutuhkan.
 
Bicara tentang rak buku, sampai saat ini saya belum punya rak buku tertutup yang membuat buku aman dari debu. Untuk mengakali hal tersebut, saya membeli plastik klip yang bisa dibuka dan ditutup dengan rapat. Plastik klip ini ada beberapa ukuran, mulai dari sekecil plastik obat yang biasa digunakan apotik, hingga besar dan lebar seukuran Al Quran besar. Nah, dengan plastik-plastik inilah saya mengamankan buku dari debu. Besar plastik disesuaikan dengan ukuran buku. Berhubung plastik klip tidak dijual satuan, melainkan lusinan, maka saya membeli dalam beberapa ukuran, mengikuti ukuran buku.

Lumayan juga sih modal beli plastiknya. Tapi mendinglah daripada memanggil tukang kaca untuk memasang tutup pada rak buku. Kalau plastik hanya butuh modal sekitar 150-200 ribuan, maka bikin pintu kaca bisa jadi juta-jutaan. Jebol kantong mamak nih kalau keluar duit banyak lagi :D

*doc pribadi*
Teman yang bertamu ke rumah kerap bertanya tentang plastik-plastik yang membungkus buku-buku di rak. Katanya, idenya kreatif. Langsung GR deh saya. Padahal itu kan ide kepepet biar hemat haha.

Rak buku yang tertata apik dapat menjadi focal point di suatu ruangan. Akan tetapi, dalam waktu tertentu buku akan kotor oleh debu. Nah, selain solusi dengan kantong plastik klip tadi, ada tips lainnya yang bisa dilakukan guna menjaga kerapian rak buku sekaligus merawat bacaan favorit keluarga.

Mingguan
Setiap pekan, bersihkan debu di atas, pinggir rak buku, serta area yang tak tertutup oleh buku. Jangan luput untuk membersihkan atas dan samping buku. Manfaatkan kesempatan bersih-bersih tersebut untuk sekaligus meletakkan buku sesuai susunan yang tepat dan merapikan rak buku dengan menyingkirkan benda yang tak seharusnya ada di situ.

Seksama
Pindahkan semua benda yang ada di rak. Tak perlu menyortirnya, cukup kosongkan raknya. Kalau bukunya dimasukkan ke dalam kotak, bersihkan kotaknya berikut area tempat meletakkan kotak tersebut. Bersihkan setiap buku, bagian dalam dan luarnya. Lain waktu, sortir buku. Berikan buku yang tak lagi menarik (tidak untuk dibaca lagi) untuk orang lain yang membutuhkan. Atau bisa juga dengan bertukar buku dengan sesama pencinta buku.

Terlindung
Sinar matahari dapat merusak buku, jadi tempatkan rak buku di area yang terlindung. Agar buku tak mengeluarkan bau buku tua, jangan simpan buku di tempat yang lembap. Ruang yang lembap menjadi tempat favorit bagi jamur dan serangga, seperti kecoa dan ngengat (silverfish) pemakan kertas.

Tertata
Susun buku berdasarkan alfabet judul atau ukuran bukunya. Jangan meletakkan buku secara berimpitan agar tak merusak sampul dan bentuk buku. Ketika mengambilnya dari rak, geser buku yang mengapitnya dan tarik buku yang diinginkan.

(KS)

Dapur Sehat Dambaan Hati

*doc pribadi*
Hari pertama Ramadan lebih banyak di rumah. Bahkan tidak ke mana-mana. Aktifitas masak memasak tak ada. Rencananya akan buka puasa di luar. Dapur jadi hening, beda dari biasanya. Lalu terpikir untuk melakukan sesuatu, cuci dapur!

Saya lupa kapan terakhir kali ‘menguras’ dapur. Sepertinya 6-7 bulan yang lalu, saat ada seekor tikus kepergok masuk bawah tempat cuci piring. Tikusnya tertangkap dan sudah dibuang, tapi penampakannya seolah tak pernah bisa pergi dari benak.  

Rasanya, seluruh bagian dapur kena virus, walau entah virus apa. Daripada jadi kepikiran, selera makan jadi hilang gara-gara mikirin tikus, itu dapur saya cuci dan bilas sampai bersih. Saya lap, gosok, dan semprot pakai cairan pembersih kuman.

Sebetulnya, peralatan makan di lemari atas tak ada satupun yang kena, tapi parno dan jijik’annya ini nih yang bikin seisi dapur seolah kena endus si tikus. Untungnya lama-lama saya bisa menghilangkan perasaan itu. Masa ga bisa move on dari seekor tikus yang mungkin hanya numpang nyari makanan demi menyambung nyawa?

Sekarang, saat dapur sedang tak digunakan, tiba-tiba jadi pingin bersih-bersih. Walaupun semua pintu lemari kitchen set tertutup rapat, tetap saja terasa ada yang kotor. Entah itu butiran gula yang jatuh, bubuk teh yang tercecer, atau apapun itu yang jatuh dan tertinggal di dalam lemari.

Alat-alat pembersih sudah disiapkan. Mulai dari sikat besar, sikat kecil, lap kanebo, lap kering, dan cairan pembersih kuman. Isi kitchen set dikosongkan. Semua barang dikeluarkan satu persatu. Dan ternyata, itu melelahkan!

Demi dapur bersih dan peralatan masak bersih, lelah tak jadi dirasa. Saat lelah, singgah. Di tengah jalan, ditinggal salat dulu. Kadang sambil ngecek email, buka akun FB & Twitter, bahkan pakai blogwalking segala. Kapan selesainya bersih-bersih dapur? Hehe

Terserah kapan beresnya, yang penting selesai. Nggak terlalu ngoyo, pokoknya dikerjakan, dan diupayakan sebelum magrib sudah kelar.

Dapur bersih itu dambaan hati. Masak di dapur yang kotor ga betah banget rasanya. Mau ngiris-ngiris bawang tapi di meja dapur ada sesuatu yang menempel, belepotan, lengket-lengket, aduuuuuh…

Walau bukan orang yang pandai banget bekerja di dapur (masak maksudnya hehe), tapi untuk urusan kebersihan, entah itu pada alat masak, alat makan, bahan masakan, tempat cuci piring, dan semua bagian dari dapur, boleh deh sebut saya pandai *halah :p

Bersih itu pangkal sehat. Masakan enak kalau alat dan tempat bikinnya ga bersih, ga jadi sehat. Sayur bening hambar buatan saya nggak masalah kata bojoku, asal yang bikinnya bening, eh salah :p maksudnya asal sayur beningnya diolah dengan bersih!

Standar dapur bersih tiap orang mungkin berbeda. Kalau menurut saya cukuplah ketika tak satupun ada bekas bahan makanan menempel atau berserakan di meja dapur. Tak ada sampah di saringan air bak cuci piring. Tak ada bahan makanan berceceran di lemari. Tidak tercium bau asem. Tidak ada yang lengket-lengket pada tempat tatakan pisau. Tidak ada kotoran di kompor. Pokoknya bersih seperti habis dijilat kucing.  

(KS)