Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan

Staycation di Lembang Asri Resort: Pengalaman Menginap di Tengah Alam yang Tenang

pengalaman menginap di lembang asri resort

Pengalaman Staycation di Lembang Asri Resort

Staycation perdana di tahun 2025, saya dan keluarga menginap di Lembang Asri Resort. Awalnya nggak pasang ekspektasi tinggi, tapi begitu sampai? Wah, langsung jatuh cinta! Pengen nambah malam, deh!

Tempat ini direkomendasikan oleh teman saya, Rizal, yang udah tiga kali nginep di sini. Katanya, view-nya cakep banget, dan ternyata dia nggak bohong! Rizal pun selalu balik ke sini, jadi saya pikir pasti ada sesuatu yang spesial di resort ini. 

Sebenarnya, sempat kepikiran balik ke Trizara Resort (sudah tiga kali ke sana, bahkan pernah sekali bareng keluarga), tapi kali ini pengen coba suasana baru. Akhirnya, pilihan jatuh ke Lembang Asri. 

Baca juga: Wisata Keluarga di Asstro Highland Ciater Subang 

ulasan lembang asri resort

Pertama Sampai: Resortnya Ternyata Luas, Privat, dan Seru!

Lembang Asri Resort ini luas! Waktu saya lihat di OTA, bayangan saya ini cuma satu bangunan besar yang isinya lengkap. Kayak hotel-hotel biasa lah. Eh, ternyata pas sampai, semua fasilitasnya terpisah-pisah, tapi tetap saling terhubung. 

Mulai dari front office buat check-in, kamar, restoran, kolam renang, kafe, playground, spa, sampai lapangan tenis. Masing-masing punya lokasi sendiri. Jadi lebih privat dan nggak terlalu ramai. 

Saat check-in hampir jam 7 malam, mas resepsionis ngasih saya peta sambil jelasin rute ke kamar. "Posisi kita sekarang di sini, Bu, di bawah. Kamar Ibu di sini, di atas." 

Atas gedung? Tentu bukan! Tapi di atas bukit! haha.

review lembang asri resort

Saking luasnya resort ini, sampai harus dikasih peta biar nggak nyasar. Letak tiap tempatnya lumayan berjauhan. Dari Front Office ke suite room yang saya pesan aja rasanya kayak perjalanan dari kutub selatan ke kutub utara, wkwk. 

Ya nggak sejauh itu juga lah, tapi tetep aja ngos-ngosan kalau jalan kaki sambil geret koper. Jalannya nanjak, belok-belok, lewatin jurang sama lembah, plus bonus "4 musim" di perjalanan! Narasi ini sungguh hiperbola! 

Oh iya, saya sampai sana udah malam. Jadi ya, petualangan di tengah kegelapan lengkap sudah! Hahaha. 

Mas resepsionis juga detail kasih arahan. Mulai dari belokan, tanjakan, sampai "landmark" kayak kolam renang, playground, sama lampu-lampu jalan. Untung ada peta, kalau nggak ya, bisa-bisa treasure hunt sebelum masuk kamar. 

map lembang asri resort
Setiap tamu yang baru check-in akan mendapat map ini dari resepsionis saat proses check-in. Begitu juga saya

Dan bener aja lho, di perjalanan, kami sempet bingung di salah satu belokan. Untung ada petugas yang sigap nunjukin arah sambil senyum ramah. Mas petugasnya kayak memang sudah nungguin gitu. Mungkin udah saling koordinasi sama petugas di FO. 

Petugasnya naik motor keliling resort, jadi efisien banget, kayak delivery khusus buat tamu yang nyasar. 

Meskipun area resort ini luas, soal keamanan tidak perlu diragukan. Hanya ada satu pintu masuk yang dijaga dengan ketat oleh satpam di gerbang utama. Jadi, meskipun cocok untuk menjelajah dan sedikit berpetualang, rasa aman tetap terjaga. 

Dari foto ini bisa keliatan kalau jalan di resort ini menanjak, dan tempat ini sudah di atas.

Oh ya, ada satu hal menarik tentang kontur tanah di sini. Medannya cukup menanjak, dengan kamar suite yang saya pesan berada di area lebih tinggi, sedangkan front office terletak di bagian bawah. 

Awalnya saya pikir berjalan kaki ke kamar akan menjadi ide yang santai, tapi tanjakannya ternyata cukup menguji stamina, apalagi sambil menarik koper dan membawa tas. 

Untungnya, kendaraan bisa langsung parkir di depan kamar, jadi barang bawaan tidak perlu diangkut sambil ngos-ngosan. Sungguh penyelamat! haha. Ya kali abis letih seharian, pas sampe disuruh naik-naik ke puncak bukit. Yang ada sampe kamar langsung tepar, lalu terbangun 3 hari kemudian haha.

blog review lembang asri resort
Ini Suite Room yang kami tempati, hanya bagian bawah. Bagian atas adalah kamar lain dengan akses yang berbeda. Masuk ke kamar yang di atas kamar kami itu melalui tanjakan di belakang bangunan, bukan lewat tangga. Bagian belakang bangunan ini juga bisa dicapai menggunakan kendaraan.
 

Kamar Suite: Luas, Nyaman, Tapi Tanpa AC!

Suite room yang saya pesan melalui tiket.com ini punya ukuran yang lega, 53 meter persegi. Di dalamnya ada dua queen bed yang pas untuk empat orang. Karena kami berlima, tinggal tambahkan extra bed, dan serunya, masih ada cukup ruang untuk tiga extra bed lagi kalau memang diperlukan. 

Fasilitas di kamar lengkap. Ada sofa besar yang nyaman untuk selonjoran, dua single sofa untuk duduk santai, TV, kulkas kecil untuk menyimpan camilan, dan dispenser. Meski galonnya hanya terisi setengah, tetap berguna untuk isi ulang air. 

Tak ketinggalan ada teh, kopi, gula, cangkir dan teko pemanas air. Meja rias dengan cermin besar sangat cocok untuk yang butuh waktu berdandan, ditambah lemari pakaian yang luas untuk menyimpan barang bawaan. Bahkan, ada wastafel praktis di luar kamar mandi, jadi tidak perlu antre kamar mandi kalau ada yang mau cuci tangan. 


Kamar mandinya dilengkapi dengan shower dan air hangat yang mengalir lancar, meskipun tidak tersedia bathtub. Perlengkapan mandi yang disediakan juga lengkap, mulai dari sabun, sampo, hingga handuk dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas kamar.

Di depan kamar, terdapat teras kecil dengan dua kursi dan satu meja. Tempat ini sangat nyaman untuk duduk santai sambil menikmati udara segar khas Lembang.

Selain itu, parkiran pribadi tersedia tepat di depan kamar, sehingga tidak perlu repot mencari tempat parkir yang jauh. Ketika kami tiba, petugas langsung sigap membantu membawa barang-barang ke kamar. Jika membutuhkan bantuan, cukup bilang saja kepada mereka. Yang menarik, petugas juga memastikan keamanan kendaraan dengan mengganjal ban mobil menggunakan batu. Hal ini sangat penting mengingat area parkir di resort ini tidak rata dan banyak tanjakan.

Lucunya, saat kami hendak keluar, mobil terasa sulit bergerak. Setelah dicek, ternyata kami lupa melepas ganjalan batu! Momen ini cukup mengundang tawa sekaligus membuat kami semakin mengapresiasi perhatian petugas terhadap keselamatan tamu.

 
Nah, satu hal yang mungkin bikin beberapa orang heran, kamar ini nggak dilengkapi AC. Buat saya sih, ini bukan masalah karena udara di sini sudah sejuk, bahkan cenderung dingin. Tapi anak saya, Alief, yang biasa tidur dengan AC, sempat merasa suhu kamar ini kurang dingin. 

Sebelum datang, saya sempat baca ulasan di Google. Memang ada tamu yang mengeluh soal ketiadaan AC, katanya kamar terasa gerah meskipun sudah pakai kipas. Saya jadi penasaran dan tanya Rizal, temanku, yang pernah menginap di suite room ini juga. 

Rizal bilang, udara di kamar memang sejuk-sejuk aja, tapi anaknya sempat merasa gerah, jadi dia pakai AC portable yang ternyata disediakan pihak resort. Wah, kok saya nggak nemu AC portable ini, ya?

Untungnya, saya dan keluarga nggak merasa gerah sama sekali. 

Saya tanya Alief, "Segerah apa, sih?" Ternyata menurutnya hanya "gerah biasa." Alief tetap bisa tidur nyaman meskipun tanpa AC, jadi saya simpulkan udara kamar ini cukup sejuk, walau mungkin nggak sedingin yang dia harapkan. 

Saya, suami, ibu, dan Aisyah malah adem-adem aja, bahkan selimutan saat tidur. 

Jadi ya, intinya beda orang beda rasa! Kalau kamu tipe yang nggak bisa tidur tanpa AC, mungkin bisa tanya soal AC portable ke pihak resort. Tapi kalau kamu tipe yang adem-ademan kayak kami, kamar ini bakal tetap nyaman buat staycation. 

Kirana Spa, Lembang Asri Resort
 

Tentang Menu Sarapannya

Sebelum ke sini, teman saya sudah kasih bocoran soal makanan di resort ini. Katanya, “Makanannya biasa aja. Kalau lapar, mending pesan GoFood atau cari makan di luar aja. Room service? Jangan harap cepat. Rasanya juga, ya... seadanya. Tapi kalau sarapannya, masih ada yang bisa dimakan.” 

Berbekal cerita itu, saya pun menyusun strategi. Kami tiba sudah malam, jadi aman makan dulu di luar. Nggak lupa, saya bawa aneka snack sebagai cadangan kalau tiba-tiba lapar tengah malam: kue, roti, biskuit, keripik, puding, buah, sereal, dan minuman sachet seperti Energen. Lengkap banget, kan? 

Malam pertama sukses dilewati tanpa order room service. Semua bekal dimanfaatkan sebagai camilan, terutama kalau ada rasa pengen ngemil muncul tiba-tiba. 

Tapi jangan salah, bukan berarti saya anti sama makanan restonya. Kalau anak-anak tiba-tiba pengen pesan, dan nggak masalah soal rasanya, tetap akan saya pesankan kok. 

Cempaka Restaurant (bagian depan)
Cempaka Restaurant (bagian samping, akses masuk saat hendak sarapan)
 

Pagi Hari: Sunrise, Sarapan, dan Suasana Berbeda

Pagi-pagi sebelum jam 6, saya dan suami memutuskan jalan-jalan ke rooftop dekat kolam renang buat lihat sunrise. Sayangnya, matahari terbitnya agak tertutup mendung, tapi suasananya tetap tenang dan damai. Kami cuma ketemu dua orang lain yang juga sedang menikmati pagi, di bawah langit yang nggak sepenuhnya cerah tapi tetap berkesan.

Setelah puas, kami lanjut jalan kaki menyusuri tanjakan dan turunan di sekitar resort. Sepanjang jalan, cuma sedikit orang yang kami temui, dan saya sempat mikir, “Aneh, resort secantik ini kok sepi banget ya?” 

Mungkin masih pada di kamar, leyeh-leyeh, santai. Namanya juga lagi liburan ya, kan? Masa pagi-pagi di sini malah bersiap berangkat kerja hahaha.

Sekitar jam 8, kami menuju restoran buat sarapan, sambil mikir, “Apakah suasana restoran bakal sepi juga kayak pagi tadi?”

Dan… surprise! Resort yang tadi pagi sunyi senyap, sekarang berubah jadi rame. Restoran penuh sesak dengan tamu yang siap sarapan. Sampai hampir nggak kebagian meja! Ternyata, tamu-tamu serempak sarapan, jadi rame dah!

Matahari terbitnya ga sempurna, tertutup mendung.

sunrise-nya udah lewat baru foto-foto 😂
 

Makanannya Gimana?

Soal makanan, saya nggak ingat semuanya (maaf, terlalu fokus makan, hahaha). Tapi saya bisa cerita sedikit dari apa yang saya lihat dan ambil. Sebelum itu, sebagai info saja nih. Kamar kami kan kapasitas untuk 4 dewasa. Karena berlima, satu orang kena charge Rp 100.000 untuk sarapan. Jadi kemarin kami bayar segitu.

Ok lanjut. Begitu masuk restoran, di sebelah kiri ada aneka makanan pembuka dan penutup: buah-buahan seperti pisang, pepaya, dan melon potong; salad; puding; kue-kue; jajanan pasar; roti; dan dua macam sereal lengkap dengan susu. 

Minumannya ada teh, kopi, infused water, air mineral, dan es teh. 

Untuk makanan beratnya, tersedia nasi putih, nasi goreng, mi goreng, ayam goreng, dan beberapa lauk yang jujur saya lupa detailnya (kayaknya ada empat atau lima macam). 

Ada juga bubur ayam, pasta, sosis, kentang goreng, plus makanan rebus seperti kacang tanah dan ubi. Oh, saya sempat lihat sesuatu yang mirip cireng, tapi sayangnya nggak sempat nyoba.

Karena restoran ramai, saya cuma ambil makanan yang dekat dari meja kami. Syukurlah, semua yang saya ambil habis. Alhamdulillah nggak mubazir. 

Rasa makanannya cocok saja di lidah saya. Mungkin saya memang gak terlalu ekspektasi tinggi. Mungkin juga karena suasananya yang bikin rasa biasa jadi terasa lebih nikmat? Atau memang makanannya pas dengan selera saya? Entahlah. Yang jelas, saya nggak merasa kecewa, tapi juga bukan merasa yang terlalu bahagia. 

Kesimpulannya, sarapan di resort ini buat saya ya... pas saja. Nggak istimewa banget, tapi cukup menyenangkan. 

Dengan pemandangan restoran yang menghadap matahari terbit dan suasana pagi yang penuh kehangatan, pengalaman sarapan di sini tetap terasa spesial. 

Menu yang bisa dipesan di Cempaka Restaurant


Tampak tamu sedang sarapan di area luar bagian belakang resto. Gedung di latar belakang adalah Murdania Convention Hall punya Lembang Asri Resort.
 

 
Udah Antisipasi Stok Camilan, Eh Ternyata Ada Warung Jajan di Resort!

Cuaca dingin di Lembang bisa bikin cepat lapar, kan? Jadi, sebelum sampai di resort, saya mampir ke minimarket dulu untuk membeli camilan ringan dan beberapa minuman hangat yang tinggal diseduh. 

Siapa tahu di resort nggak ada tempat jualan atau, lebih parahnya, malas keluar malam. Better safe than sorry! 

Tapi, eh, apa yang terjadi?  Pagi-pagi, ketika saya dan suami berjalan santai ke rooftop untuk menyaksikan sunrise, kami malah menemukan sebuah... WARUNG! Namanya Warung Sindang.

Lokasinya di tengah-tengah kawasan resort, dekat dengan playground, cuma sekitar 100 meter dari kamar. Bahkan, warung itu bisa terlihat langsung dari teras kamar kami. Jadi, tinggal jalan kaki, gampang banget! 

WARUNG SINDANG. Ke sindang gaes kalo laper 😂

Jajanan khas warung

Warung ini menawarkan beragam makanan: Indomie rebus dan goreng, mie bakso, tempe mendoan, pisang goreng, bahkan kopi panas! 

Tempatnya bersih dan cozy, sesuai dengan standar resort. Benar-benar cocok untuk duduk santai sambil menikmati udara segar yang dingin. Bayangkan, deh: mie panas, kopi hangat, dan pemandangan alam yang memesona... benar-benar kombinasi sempurna! 

Lucunya, malam sebelumnya, saat pertama kali tiba di resort, kami sebenarnya sudah sempat lewat warung ini dalam perjalanan menuju kamar yang cukup jauh dari front office. Tapi karena fokus ke untuk menemukan letak kamar, kami tidak menyadari keberadaannya. 

Kalau tahu ada warung ini, mungkin stok camilan yang saya beli bakal tetap rapi di rak minimarket!  Tapi ya sudah lah, rezeki minimarket itu, kan. Kalau masih mau jajan, ya tinggal jajan lagi aja di Warung Sindang.

Nongkrong di sini dipastikan betah 
  
Adem di bawah pohon. Sebelah kiri agak ke atas ada playground, sebelah kanan agak ke bawah ada kolam renang.

Ngomong-ngomong, di resort ini tentu saja ada restoran dan kafe, tapi jam operasionalnya terbatas, terutama pada malam hari. Nah, warung ini jadi penyelamat banget untuk mengatasi rasa lapar atau sekadar ngemil di sela-sela waktu santai. 

Jadi, kalau menginap di sini, jangan lupa untuk eksplor area sekitar. Warung ini beneran berguna, terutama buat yang suka ngemil sambil menikmati suasana resort. 

Mie rebus panas di udara dingin? Nikmat mana lagi yang kau dustakan~ 😋

Berikut foto Teratai Kafe. Salah satu tempat yang bisa dituju untuk makan-makan di resort.

Cafe Teratai, buat yang mau bersantai dekat kolam renang sambil mengudap menu favorit kafe

Mau order makanan di mana? Cempaka Restaurant, Warung Sindang, atau di Teratai Cafe ini? Bebas. Semua bisa.

Gagal Renang? Ya Sudah, Nontonin Kolam Aja!

Rencana seru untuk berenang saat staycation di Lembang Asri Resort akhirnya berubah jadi acara duduk santai saja nontonin anak-anak renang dari kafe di pinggir kolam! Hahaha. 

Awalnya, saya cukup optimis, apalagi teman saya yakni Rizal (Rizal lagi Rizal lagi haha) bilang ada kolam dengan air hangat khusus untuk anak-anak. Saya sempat berpikir, satu kolam itu buat anak-anak (dengan air hangat) dan satu lagi buat dewasa (dengan air biasa). Tapi ternyata, saya keliru besar! 

Begitu sampai di kolam, saya baru sadar kalau keduanya memang kolam untuk anak-anak! Airnya dangkal, dan cuma cocok buat anak-anak yang ingin main air. Aisyah pun batal berenang karena keburu datang bulan. Bye-bye deh rencana seru-seruan nyemplung pagi-pagi. 

Memang, berenang bukan tujuan utama kami staycation kali ini. Tapi kalau di resort sudah ada kolam renang, pasti penasaran ingin coba, kan?

Itu sebabnya suami dan anak-anak tetap membawa baju renang, meskipun akhirnya tidak terpakai. Bahkan, Aisyah sampai membawa baju renang baru yang dibeli khusus untuk dipakai di sini. Namun, pada akhirnya, malah tidak jadi dipakai. Haha, batal "dianyarin" deh!

Meski rencana berenang gagal, staycation kami tetap seru dan penuh cerita. 

Moral dari cerita ini? 

Kalau berenang jadi salah satu agenda utama liburan, pastikan dulu cek fasilitas kolamnya dengan teliti, supaya nggak jadi tim gagal renang kayak kami!  

Meski begitu, Lembang Asri Resort tetap worth it kok buat jadi tujuan liburan santai. Udara sejuk, pemandangan yang indah, dan playground buat anak-anak tetap bikin staycation ini tetap menyenangkan!  

Acara berenang berubah jadi duduk santai sambil nontonin kolam saja! Hahaha.

duo kesayangan yang gagal renang

Kucing Oren Lucu yang Bikin Hati Meleleh!

Jadi, ceritanya pas pagi-pagi banget, saat jalan di sekitaran rooftop buat lihat sunrise, kami bertemu dengan kucing oren cakep. Bulu ekornya mengembang dengan elegan, mirip bunga liar yang mekar di tengah hutan. 

Awalnya sih dia duduk-duduk jauh di dekat restoran, nggak terlalu dekat. Tapi suami saya, yang matanya jeli banget, langsung ngeh sama si kucing. 

Gak pakai lama, suami langsung manggil si oren, dan karena kebetulan suami saya selalu siap sedia bawa makanan kucing, langsung deh dikeluarkan! 

Ngomong-ngomong soal ngasih makan kucing, nih ada beberapa tips yang bisa diterapin biar kita tetap bertanggung jawab saat berinteraksi dengan makhluk imut satu ini:

1️. Taruh makanannya di atas daun atau kertas. Tungguin dia selesai makan, lalu buang alasnya ke tempat sampah. Dengan cara ini, kita nggak ninggalin sampah di area sekitar, kan?
2️. Kalau lagi buru-buru dan nggak sempat cari alas, taruh langsung makanannya di tempat yang bersih supaya nggak ninggalin sampah. Nggak mau dong jadi manusia yang bikin lingkungan jadi berantakan? 

Balik lagi ke si oren, dia kelihatan kayak kucing peliharaan yang sudah terawat dengan baik. Bulu halus, bersih, dan mengkilap, tingkah lakunya juga sopan. Kamu lulusan sekolah kepribadian kucing, ya yen? Si oyen ditanya ga jawab. Mungkin karena saya nanyanya dalam hati. Wkwk!

Eh, yang lebih seru lagi, pas jam 8-an, saat kami lagi sarapan, si oren muncul lagi! Kali ini dia lagi asyik berjemur di dekat tangga depan restoran, seolah sedang menikmati waktu healing dengan santai. 

Lucu banget sih, si oren ini. Keberadaannya bener-bener bikin pagi kami jadi lebih ceria. Siapa yang bisa menahan godaan kucing gemesin kayak gini coba? 🐾 

Dalam Pelukan Aisyah

Di Bawah Lindungan  Bayangan Kabah Aisyah

Worth It untuk Staycation Santai!

Meskipun ada beberapa hal yang nggak sesuai ekspektasi (kayak kolam renang), Lembang Asri Resort tetap jadi pilihan staycation yang menyenangkan. Udara sejuk, pemandangan indah, dan fasilitas lengkap bikin liburan di sini terasa spesial! 

Lokasinya yang strategis, dekat dengan berbagai wisata Lembang, bikin resort ini jadi tempat yang pas buat staycation santai dengan vibes adem. 

Jadi, kalau kamu lagi nyari tempat yang tenang buat recharge, resort ini wajib banget masuk wishlist! Siapa tahu kamu juga bakal punya pengalaman seru yang bisa dibagi. 

Spathodea Garden

Playground

Ada kuda yang bisa disewa untuk ditunggangi keliling resort. Harganya 50.000 sekali putaran

Hammock di Spathodea Garden. Boleh digunakan oleh semua tamu yang mengingap di sini. Free.

Tenis court. Di sebelahnya ada tempat main flying fox, Mini Soccer Court, dan Badminton Court
ATV & Motor Cross Track

Buat saya dan keluarga, staycation di Lembang Asri Resort ini menyenangkan! Suasananya yang tenang dan nyaman bikin betah, dan meskipun luas, jarak antar fasilitas malah bikin tempat ini terasa lebih privat. Ini jadi nilai tambah buat keluarga yang mencari ketenangan, sekaligus kesenangan. 

Kamar yang nyaman, meskipun tanpa AC, tetap sejuk karena udara Lembang yang dingin. Sarapan nggak mewah-mewah amat, tapi cukup buat nambah energi. Ditambah lagi, ada warung jajan yang bikin happy! 

BAHAGIA ITU SEDERHANA: Main sama kucing yang berjemur di tangga depan resto setelah sarapan aja udah bikin Aisyah bahagia
Alief dan Aisyah terhenti di sini. Ngeliatin apa coba? Pemandangan alam Lembang dan puncak-puncak gunung di kejauhan

Resort ini nyaman, sejuk, dan bikin betah di setiap sudutnya.
  
Kalau ada kesempatan lagi balik ke Lembang Asri Resort, saya pasti mau! Selain karena betah dengan pemandangannya yang luar biasa, suasananya yang asri benar-benar cocok untuk sejenak menjauh dari rutinitas sehari-hari. Kalau boleh berharap, semoga salah satu kolam renang anak bisa diganti jadi kolam untuk dewasa. Dengan begitu, liburan akan terasa lebih seru dan ada lebih banyak aktivitas yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga. Kemarin, saya belum sempat mencoba flying fox, tenis, soccer, badminton, dan ATV. Jadi, kalau nanti ada kesempatan ke sini lagi, semuanya itu ingin saya coba. Aamiin. Insha Allah.

Berikut daftar rate kamar di Lembang Asri Resort. Barangkali ada yang butuh, silakan disimak.

Di akhir tulisan ini, saya mau ceritakan sebuah "aib". Kalau dalam Islam, ga boleh ya umbar aib. Tapi aib yang ini kategori boleh diumbar. Wkwk.

Jadi ceritanya, sependek saya pernah menginap di Lembang, saya gak pernah mandi!!! Terakhir nginap di Lembang itu 2018 kayaknya, tepatnya di Sandalwood Boutique Hotel. Sebelumnya pernah beberapa kali di Trizara Resort. Pernah juga di wilayah lain di Bandung tapi sama-sama di dataran tinggi seperti Pengalengan, Ciwidey, pernah di Hotel Padma, Clove garden, dan lainnya. Semuanya berudara dingin yang bikin menggigil. Tapi tenang, saya nginap di tempat-tempat berudara dingin itu paling lama cuma 3 hari 2 malam.. Jadi cuma sebentar kok ga mandinya. Hihi. Kalau lebih lama, ya terpaksa mandilah. Kenapa ga mandi? Saya ga berani karena udaranya sangat dingin. Meskipun ada air hangat di kamar mandinya, tetap menggigil. 

Naaah tumben banget kemarin pas di Lembang Asri ini saya BERANI MANDI!! Iya, mandi beneran dan sesudahnya ga merasa kedinginan. Aneh sangat aneh! Baru kali ini terjadi. Saya jadi berpikir.... mungkin seiring waktu, semakin ke sini, terjadi perubahan iklim yang membuat Lembang tak lagi sedingin dulu. 

Jadi, di Lembang Asri ini saya sudah berani mandi, tapi juga tetap merasa sejuk dan nyaman tinggal di kamarnya meskipun tanpa AC.

Inspirasi dari Sandalwood Boutique Hotel


Merayakan Sukacita dan Memetik Inspirasi dari Sandalwood Boutique Hotel

Inspirasi dan semangat untuk berkarya, berbagi sukacita, atau pun untuk kehidupan yang semakin baik bersama orang-orang terkasih, bisa hadir kapan saja mengisi jiwa. Kali ini saya mendapatkannya saat liburan singkat di Sandalwood Boutique Hotel pada 23-25 Februari 2018 lalu. Liburan terencana tanpa ekspektasi berlebihan, juga tanpa ada preferensi selain mengajak keluarga bersama-sama menghabiskan akhir pekan selama 3 hari 2 malam di Lembang yang berjarak kurang lebih 166 kilometer dari Jakarta.

Sandalwood Boutique Hotel - Lembang Bandung
Sandalwood Boutique Hotel - Lembang Bandung

Liburan Santai


Hari Jumat saya pilih sebagai waktu yang cocok untuk memulai perjalanan berkendara mobil dari BSD Tangsel menuju Lembang, Bandung. Hari di mana anak-anak pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Jadwalnya jam 3 sore sudah berangkat biar nggak terlalu malam sampai Bandung. Tapi suami baru balik ke rumah jam 4 sore. Mandi dan salat dulu. Jam 5 baru berangkat. Sudah kesorean tapi tak apa. Namanya juga mau liburan santai, nikmati saja tanpa panik. Toh nggak ada yang dikejar.

Kepadatan jalan tol di akhir pekan membuat perjalanan menuju Bandung jadi lebih lama. Karena sudah biasa dengan kondisi seperti itu, kami tidak kaget. Anak-anak pun bisa diajak tenang. Ada sesekali Humayra tampak tak sabar ingin lekas sampai. Saya coba memberinya penjelasan bahwa untuk mencapai tujuan nggak melulu jalannya lancar tanpa kendala. Kesayanganku ini akhirnya mau ngerti. Setelah tenang, dia mulai asik lagi sambil nyanyi-nyanyi mengikuti lagu di radio. Sesekali ia menggoda neneknya yang terkantuk-kantuk. Sedangkan Alief, abangnya, sibuk ngemil. Di sebelahku, suami tetap menyetir dengan hati-hati.

Liburan Keluarga di Sandalwood Boutique Hotel
Liburan Keluarga di Sandalwood Boutique Hotel

Hujan Sepanjang Jalan, Bawa Ceria Sampai Lembang

Hujan turun berjam-jam, jalanan macet. Sedikit rasa lapar menerbitkan keinginan untuk makan malam sesi kedua. Semua mewarnai perjalanan selama hampir 6 jam. 2 kali lipat dari waktu normal. Kami mengikuti rute menuju Lembang lewat jalan pintas yang disarankan Google. Sesekali jalannya sepi, gelap, dan sempit. Kadang naik dan turun tanjakan. Berasa nyasar, padahal tidak.

Sampai di titik lokasi tujuan kami berhenti. Hampir jam 11 malam saat itu. Tak saya lihat ada penampakan gedung hotel yang tinggi. Adanya rumah besar bertingkat dua, bergaya country. Beberapa mobil tampak terparkir di halaman depannya yang luas. Di tengah keraguan itu, tiba-tiba Humayra menunjuk ke arah pagar, sambil berkata: “Itu ada tulisan Sandalwood, Ma!” Spontan kami menoleh ke tulisan yang ditunjuknya. Dalam suasana malam yang temaram, nama hotel terbaca. Alhamdulillah tak salah alamat.

Di bawah gerimis yang menyambut basah, seorang petugas jaga menyongsong kedatangan, menjemput kami pakai payung. Diantarnya kami sampai masuk hotel, bertemu seorang bapak berjas rapi di meja resepsionis yang langsung menyapa kami dengan salam penuh keramahan. Dipersilakannya anak-anak, suami, dan ibu duduk di ruang tunggu. Kemudian baru melayani saya check-in. Beliau sempat bercerita, katanya masih ada beberapa tamu lain dari Jakarta yang masih dalam perjalanan menuju hotel. Dari situ saya jadi tahu, ternyata kami bukan satu-satunya tamu yang datang kemalaman.

Baca juga: Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil


Sandalwood Boutique Hotel - Country House
Sandalwood Boutique Hotel - Country House
  
boutique hotel
Di depan pintu masuk Sandalwood Boutique Hotel

Rosewood Family Suite, Feels Like a Royalty
 

Saat pertama tiba di Sandalwood, tampak depan hotel tidak memperlihatkan adanya gedung lain di belakangnya. Ruang resepsionis tempat saya check-in berada paling depan, menyatu dengan Kafe Savannah in Woodlands. Sedangkan lantai dua menjadi tempat tinggal keluarga Om Billy Mamola, owner Sandalwood yang juga founder tempat wisata berkuda De Ranch. Nah, di belakang rumah besar inilah gedung-gedung hotel berada. Di sini ada 3 gedung dengan 30 kamar yang terdiri dari 5 tipe kamar yaitu deluxe, junior suite, family suite, royal suite, dan royal suite jasmine.

Kami diantar ke kamar yang terletak di gedung ke 2. Kamar yang kami tempati tipe royal suite, namanya Rosewood. Dalam kamar family suite seluas 60m2 ini terdapat dua king sized bed. Pas untuk kami berlima. Ibu, saya dan Humayra bisa satu bed bertiga. Sedangkan suami dan Alief berdua. Luas kamarnya bikin kagum. Meski sudah ditempati berlima, masih leluasa. Kalau tambah 3 orang lagi, plus 1 king sized bed lagi pun masih muat.
Kamar kami ini namanya Rosewood - Family Room tipe Royal Suite

Terdapat lemari penyimpanan yang banyak, TV kabel, lemari pakaian berukuran besar, standing mirror, meja konsol menghadap kolam renang, kursi baca yang empuk. Kamar mandi shower dengan peralatan mandi yang lengkap termasuk hair dryer. Handuk tersedia mulai dari ukuran besar dan kecil. Masing-masing kami dapat 2 handuk dengan 2 ukuran. Gelas, mug Sandalwood, piring, sendok, dan teko listrik untuk membuat minuman, lengkap dengan gula, teh, dan kopi. Internet gratisnya lancar. Oh ya, di dalam lemari terdapat piyama, deposite box, dan 4 pasang sandal hotel.

Rosewood room sangat menyenangkan dari segi luas, juga dari segi desain dan dekorasi. Bergaya vintage dan shabby chic, menawarkan keindahan sekaligus kenyamanan. Malam itu, karena sudah larut, kami tak punya keinginan lain selain lekas bersih-bersih badan, salat, lalu tidur. Tidur dalam hangatnya kebersamaan meski Lembang memeluk erat dengan udara malamnya yang sangat dingin.
 


Rosewood - Royal Suite Sandalwood Boutique Hotel
Rosewood - Royal Suite Sandalwood Boutique Hotel

Semangat Pagi di Tengah Dinginnya Udara Lembang
Udara di kamar sejuk sepanjang waktu walau tanpa AC. Malam hingga pagi hari, suhu jadi lebih dingin. Itu di dalam kamar, di luar lebih dingin lagi. Buat yang tidak biasa seperti saya, badan jadi menggigil. Usai salat Subuh rasanya ingin meringkuk lagi di kasur. Tapi anak-anak malah semangat bangun. Humayra bolak-balik mengintip kolam renang di samping kamar. Ia mengajak keluar. Sepagi itu ia ingin bermain air. Tapi saya bilang ke dia, kalau mau berenang harus makan dulu. Biar perut aman. Semua setuju.

Kamar Rosewood kami berada di lantai dasar gedung ke-2. Sedangkan Pine Restoran yang jadi tempat makan terletak di gedung ke-3. Terpisah oleh kolam renang dan taman yang dinaungi oleh pohon-pohon pinus. Restorannya berada di lantai 3. Naiknya lewat tangga. Tidak ada lift. Di Sandalwood, semua lantai atas hanya bisa diakses pakai tangga. Lantai tertinggi hanya sampai 4. Tidak terlalu tinggi. Kalau jalan kaki naik turun tangga masih aman. Asal tidak tiap saat saja hehe. Apalagi buat ibu saya yang sudah tua.



Santai pagi di teras kamar


Kehangatan di tengah dinginnya udara Lembang

Konsep boutique hotel yang dipakai membuat Sandalwood tampil beda dari tipikal hotel pada umumnya. Perbedaan paling nyata terlihat pada desain interior dan dekorasinya. Dan menurut saya, hotel geulis yang memiliki view langsung ke Gunung Tangkuban perahu ini lebih cocok disebut rumah liburan. Suasana berliburnya dapet banget.

Tata dekorasi yang ciamik, membuat Sandalwood punya banyak sudut menarik. Bikin diri jadi ingin berpose dan berfoto di mana-mana. Contohnya bisa dilihat di sepanjang sisi tangga yang dihiasi jejeran frame berisi kata-kata bermakna tentang cinta, keluarga, dan hidup. Membacanya bikin jadi tersemangati dan terinspirasi, meski dibaca berulangkali saat bolak-balik turun naik tangga. Sederhana, tapi bikin merenung, lalu ada efek positif buat pikiran. Perasaan jadi happy. Mood jadi baik.



Dekorasi manis di tangga 😍


Love You - Love What You Do


Sarapan Kuliner Khas Bandung di Pine Restoran 
 Ada kisah yang saya dengar tentang gedung ke-3, tempat Pine Restoran berada. Dulunya, lokasi gedung ini adalah kandang kuda milik Om Billy. 26 tahun lalu, dekat kandang kuda ini pula Om Billy menanam pohon-pohon pinus. Kini pinus-pinus itu tumbuh tinggi di sisi kandang kuda yang kini sudah menjelma gedung besar yang di dalamnya terdapat restoran, kantor, ruang meeting, dan kamar hotel. Sedangkan kuda-kuda, ditempatkan di De Ranch yang berlokasi tak jauh dari Sandalwood. Kebanyakan orang mungkin sudah tahu De Ranch itu tempat wisata berkuda. Foundernya adalah Om Billy, owner Sandalwood yang pernah meraih gelar sebagai Master of Indonesian Horsemanship.

Pine Restoran juga punya cerita sendiri kenapa ditempatkan di gedung ke-3. Karena sang owner melihat lokasi inilah yang memungkinkan restoran punya pemandangan ke segala penjuru. Menyenangkan rasa ketika sebuah resto lebih dari sekedar tempat bersantap. Dari tempat ini saya bisa menikmati indahnya panorama pegunungan dan bukit-bukit berkabut, merasakan hangat mentari pagi yang cahayanya menembus jendela-jendela kaca di sisi timur, menyaksikan pemandangan desa-desa di kejauhan dengan rumah-rumah yang hanya terlihat atapnya, dan tentunya menghirup udara segar dari sisi barat resto yang terbuka menghadap ke hutan pinus kecil Sandalwood.


Baca juga: Sinar Mentari Menemani Bersantap Pagi di Pine Restoran


Pine Restoran Sandalwood Boutique Hotel


Pine Restoran - Kebersamaan 💗

Restoran menyajikan variasi menu yang faktanya disenangi oleh seluruh keluarga saya. Anak-anak, terutama si bungsu Humayra, menyukai apapun yang ia pilih untuk dimakan.


Yang membuat saya bahagia, di sini tersaji Mie Kocok Bandung kesukaan. Kalau sudah ada menu satu ini, yang lain lewat. Bahkan saat sarapan di keesokan hari, Mie Kocok Bandung tetap saya jadikan pilihan prioritas untuk sarapan.

Selain mie kocok, saya juga tidak melewatkan Serabi Bandung. Gorengan pisang, bakwan, dan combro juga jadi favorit. Satu lagi yang harus saya sebut: Jamu. Ya, bagi saya minuman tradisional ini terbaik dari segala minuman yang ada. Terlebih, menurut Tante Nila istri Om Billy yang pagi itu menyapa saya yang sedang sarapan, jamu itu dibuat sendiri dari bahan-bahan alami. Disajikan segar untuk semua tamu Sandalwood. Sehat!



Makanan di Pine Restoran
Mie Kocok Bandung kesukaan


Menu sarapan lainnya seperti lontong sayur, nasi uduk, bubur ayam, bubur kacang hijau ketan hitam, spaghetti, aneka pastry, sereal, omelet, nasi putih dengan beberapa olahan lauk, buah2an potong, pudding, dan masih banyak lagi lainnya yang tidak dapat saya ingat semuanya, bisa dipilih sendiri sesuai selera.

Favorit suami lontong sayur, Humayra doyan bubur ayamnya, spaghetti nggak absen dari menu pilihan Alief, kalau ibu tidak memfavoritkan 1 macam makanan karena baginya semua makanan adalah enak selama dinikmati dengan suasana hati yang senang. Ibu memang top 😃



Jamu dan cemilan-cemilan khas


Kebersamaan 💗

Sabtu Santai Beraktivitas Suka-suka 
 

Mungkin kami terlalu santai selama sarapan. Terlena dengan suasana, sampai tidak sadar sudah jam 10-an. Sebenarnya, karena saya sangat suka berlama-lama duduk di sisi timur resto. Kami makan di sana saat cahaya matahari pagi menembus jendela kaca. Sinarnya jatuh mengenai kami, makanan di meja, dan apapun yang dilewati tanpa penghalang. 


Usai makan kami pindah duduk ke sisi barat yang terbuka, menghadap taman hotel yang sejuk oleh pohon-pohon pinus. Ngobrol di sana sambil membincangkan apa saja. Foto suka-suka berlatar tulisan-tulisan dan dekorasi. Lalu, ketika obrolan mereda, pandangan sama-sama tertuju ke kolam renang, Humayra mulai teringat dengan keinginannya untuk berenang. Saat itulah acara duduk-duduk di resto bubar.

Sabtu pagi sinar matahari bersinar terang. Taman Sandalwood dan kolam renang berlimpah cahaya. Hari yang benderang buat bersenang-senang di luar kamar. Anak-anak berenang di kolam yang jaraknya sekitar 10 langkah saja dari pintu kamar. Ibu duduk-duduk santai di bangku pinggir kolam, memperhatikan Humayra yang sendirian menguasai kolam. Sedang sepi. Oh, maksud saya ramainya sudah lewat, beberapa waktu sebelumnya.



Si cantik bersantai di pinggir kolam


Santai

Saya dan suami baru saja jalan kaki di bawah pohon-pohon pinus ketika Humayra memanggil. Ternyata dia cuma mau lapor kalau renangnya udahan. Katanya dingin. Tumben. Biasanya bisa berjam-jam. Ah iya, ternyata air kolam penyebabnya. 


Siapapun tahu, Lembang itu udaranya sejuk, bahkan cenderung terlalu dingin untuk ukuran kami orang pinggiran Jakarta yang suhu udaranya terbiasa panas. Maka, air kolam renang yang menggunakan air dari sumur resapan ini tergolong sangat dingin. Pantesan Humayra tidak tahan. Dia lari masuk kamar, mandi air hangat, pakai baju hangat, minta susu, lalu tidur 😃


Sandalwood Boutique Hotel

Rumah Cowboy

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Sandalwood ini kan hotel berkonsep boutique. Tipikalnya beda dari hotel pada umumnya, terutama dari segi aristektur dan desain interior. Hal ini bisa terlihat sejak pertama kali tiba. Mulai dari rumah depan yang bergaya country, kafe bak ruang galeri, kamar-kamar modern bergaya shabby chic, hingga dekorasi-dekorasi cantik yang menghiasi seluruh hotel.

Bicara rumah country, tampak ada kaitannya dengan sang pemilik. Om Billy memiliki kecintaan yang besar terhadap kuda sejak ia kecil.

Dunia kuda membuat ingatan saya terlempar ke masa lalu, pada kenangan saat kecil. Kenangan tentang film cowboy yang saya tonton di televisi hitam putih. Dalan benak saya; Kuda dan penunggang kuda identik dengan rumah bergaya country. Maka, Sandalwood itu bagi saya sempurna.

Sandalwood Boutique Hotel


Sandalwood Boutique Hotel


Di ruang resepsionis ada pojok cowboy. Demikian saya menyebutnya.

Foto Om Billy saat muda terpampang gagah sedang menunggang kuda. Di situ ada aneka topi cowboy, belt, boot, dan pelana. Properti ini boleh dipakai buat berfoto. Kami pun mencobanya.

Foto Om Billy sedang menunggang kuda juga saya jumpai di ruang tunggu, lorong-lorong hotel, kafe, dan masih banyak tempat lainnya. Selain dalam bentuk foto, juga ada dalam bentuk lukisan. Dari situ saya sudah bisa menebak siapa beliau. So, rumah country ini memang sesuai dengan identitas pemiliknya.

Oh ya, kalau mau wisata berkuda di De Ranch, sebetulnya dekat dari Sandalwood. Tapi kali ini kami tidak melakukan aktivitas di luar hotel. Semua kompak ingin leyeh-leyeh di hotel. Baiklaaaah 😃



Billy Mamola dan kudanya dalam bingkai foto


Billy Mamola dan kudanya dalam lukisan

Kamar-kamar Nyaman dan Cantik 
 

Sabtu siang saya dan keluarga mencoba kulineran di luar hotel. Kami direkomendasikan ke sebuah warung sate. Sebenarnya bisa sih jalan kaki, nggak sampai 50 meter jaraknya. Tapi karena siang itu hujan, jadinya pakai mobil. 


Usai makan kami langsung balik ke hotel. Anak-anak dan ibu ingin santai di kamar. Saya dan suami keliling hotel, mau lihat-lihat kamar. Sebab katanya, 30 kamar yang ada di Sandalwood itu isinya nggak ada yang sama. Saya penasaran.

Sepanjang siang hingga jelang sore saya dan suami melihat beberapa kamar yang ada di gedung 1 hingga 3. Kebetulan ada yang ajak, jadi bisa leluasa. Siapa dia? Sebut saja namanya Rizal *lol. Kalau secara mandiri belum tentu bisa, karena kamar hotel itu kan pribadi banget, bukan asal dikunjungi layaknya tempat wisata yang terbuka untuk umum, meskipun kita sedang jadi tamu hotel.


Untuk melihat kamar-kamar di Sandalwood Hotel, bisa buka postingan saya yang satu ini: Kamar-Kamar Cantik dan Unik di Sandalwood Boutique Hotel.


Kamar-kamar cantik yang sempat saya lihat secara langsung selama berada di hotel

Kami melihat beberapa kamar di gedung 1 hingga gedung 3.

Secara ukuran, masing-masing tipe kamar memang punya ukuran yang sama. Yang membedakan adalah isinya seperti dekorasi, warna, dan model perabotan. Tidak seragam seperti kamar-kamar hotel pada umumnya.

Misal kamar Rosewood yang saya tempati bernuansa biru lembut, sprei motif bunga, karpet bulu warna perak, gordennya hijau muda, meja konsolnya putih panjang, cerminnya berdiri, lemari bajunya warna putih gading. Nah, di kamar lain dengan tipe yang sama seperti Ebony Suite beda lagi. Di Ebony nuansanya abu-abu, lemarinya coklat, cerminnya nempel dinding, gordennya coklat muda, spreinya abu-abu motif daun, dll.


Kamar-kamar tipe deluxe pun demikian. Di kamar A nuansanya pink, di kamar B bernuansa biru tua, kamar C kuning, kamar D ungu, dan seterusnya. Itu baru soal warna, belum dekorasi dan perabotannya, beda lagi.


Salah satu sudut kamar tipe deluxe


Berbeda pada warna, motif, desain, dan model perabotan, namun semuanya sama-sama menampilkan keindahan. Bukan sekedar indah tapi memiliki nilai seni dan estetika. Tampak betul barang-barang yang diletakkan dalam kamar dipilih berdasarkan kualitas sehingga memberi nilai lebih kepada tamu mana pun yang menempatinya.


Dari cerita yang saya dengar, pernah ada tamu honeymoon dari Singapore memesan 7 kamar berbeda untuk dia tinggali selama 7 hari di Sandalwood. Ketertarikan dan kekaguman yang mendasari hal tersebut bisa jadi merupakan keinginan tamu-tamu lainnya yang sudah pernah menginap di Sandalwood, termasuk saya.

Kamar-kamar yang sangat manis. Tiap sudutnya cantik untuk dijadikan tempat berpose. Sayang kalau dilewatkan begitu saja. Selfie dan wefie, hingga dibantu oleh Rizal yang dengan sukarela menjadi fotografer kami. Jepret sana jepret sini sampai bosan baru pindah ke kamar lainnya 😂



Perabotan berkualitas di kamar Aquila
 
Malam Mingguan di Savannah in Woodlands


Udara Lembang yang dingin bikin mudah merasa lapar. Anak-anak berkali-kali ngemil. Untung sedia banyak snack yang dibawa dari rumah. 


Sabtu sore jadwal makan malam jadi lebih dini. Saya ajak kulineran keluar hotel, tapi mereka sudah mager, katanya makan di kamar saja. Akhirnya saya pesankan makan di Kafe Savannah in Woodlands, lewat layanan kamar. Anak-anak langsung memilih sendiri makanan yang ada di list menu. Dari deretan menu yang ada, Nasi Sunda dan Nasi Liwet jadi pilihan.

Sorenya, sebelum makan malam bareng di kamar itu, kami bersantai di Savannah. Duduk-duduk sambil ngobrol ringan tentang apa saja. Ditemani teh dan kopi serta snack-snack jadul yang tersedia gratis. Usai makan malam balik lagi ke kafe. Tapi berdua suami saja karena anak-anak mau nonton film di kamar, ditemani neneknya. Sepertinya pada ngerti kalau mama papanya butuh waktu berduaan di malam minggu.


Baca juga : Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffeeshop Savannah in Woodlands


Savannah in Woodlands

Café & Coffeeshop Savannah in Woodlands itu buat saya top banget. Sarat dekorasi dari ujung ke ujung. Dari yang tegak di lantai, nempel dinding, sampai yang menggantung. Piring-piring, gelas, mangkok, mug, tempat bumbu, teko, kaleng, botol, dan bermacam perkakas lainnya dalam berbagai bentuk, warna, dan ukuran, memenuhi seisi ruangan. Berasa di ruang galeri, atau seperti di supermarket perabotan macam IKEA. Ya, mirip supermarket itu.

Semua tertata rapi pada tempatnya. Dan yang pasti, masuk kafe itu bikin pingin motret tiada henti.

Kalau datang ke sini untuk makan, bakal lebih lama foto-fotonya ketimbang makan hehe. Saya dan suami lama berdua-duaan di sini. Nyaman, betah, dan hangat. Padahal udara Lembang sedang dingin-dinginnya saat itu.

Saat kembali ke kamar anak-anak sudah tidur. Neneknya juga. Saya dan suami belum ngantuk. Kami duduk di teras yang menghadap ke hutan pinus kecil. Duduk-duduk lagi di situ sambil ngobrol. Ada saja yang dibincangkan, sampai akhirnya kantuk itu datang, baru kami tidur.



Kafe sarat dekorasi
  
Rumah Liburan Kaya Inspirasi
Inspirasi itu adalah Om Billy Mamola. Saya bertemu dengannya tanpa sengaja di resto, sebanyak 2 kali di hari yang berbeda. Dari sapa dan senyum ramahnya semua bermula. Berlanjut pada obrolan berfaedah tentang kehidupan dan kisah-kisah yang melatari kesuksesannya.

Sukses dari segi kebahagiaan hati di mana ia bisa senantiasa mencintai dan berbuat baik pada keluarga. Mencintai alam sekitar dengan menyelaraskannya dengan tempat tinggal/hotel. Memiliki energi dan perhatian besar pada kuda-kuda kesayangan yang jadi peliharaan. Bermanfaat bagi orang sekitar dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Menyayangi anak-anak dengan mengajarkan cara menghadapi dan menyikapi masalah sejak kecil.



Billy Mamola

Tante Nila hobi mengoleksi barang-barang dekoratif dan vintage. Sandalwood yang berkonsep boutique hotel yang dibangun Om Billy menjadi ruang yang cukup sebagai tempatnya menyalurkan hobi.

Tante berparas cantik ini dulunya seorang pengusaha fashion terkenal di Bandung dengan produk sepatu bermerk Justine. Tak heran jika hotel dan café bisa tampil manis berkat jiwa fashionable yang dimilikinya.

Om Billy dan Tante Nila adalah dua pribadi yang saling melengkapi. Kekompakan mereka berbuah manis. Keindahan dan kenyamanan boutique hotel adalah buktinya.

Bersama Om Billy Mamola & Tante Nila Purnamasari

Sejak tahun 90-an Om Billy membuat 3 sumur resapan di kawasan hotel agar air hujan tidak terbuang percuma. Air tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengisi kolam renang dan lainnya. 26 tahun silam ditanamnya pohon pinus di samping kandang kuda agar halaman belakang rumah tetap hijau dan teduh. Meski kini kandang kuda telah dipindahkan, pohon pinus tetap dibiarkan tumbuh di sisi hotel yang dibangunnya. Tata bangunan hotel tidak terlepas dari prinsip keselarasan antara rumah/hotel dengan alam sekitarnya sehingga air, sinar mentari, udara segar, dan indahnya pemandangan alam Lembang bisa bermanfaat untuk hidup dan kehidupan.

Sejak pertama kali masuk hotel saya menjumpai foto dan lukisan seorang pria sedang menunggang kuda terpajang di beberapa tempat. Dugaan saya benar bahwa itu adalah foto sang pemilik dan pemiliknya adalah seorang yang suka menunggang kuda.

Seperti yang disampaikan sendiri oleh Om Billy kepada saya, dia sudah memiliki minat belajar menunggang dan memelihara kuda sejak umur 6 tahun. Lalu ia mempelajari karakter kuda, baik secara autodidak, maupun dengan menambah pengetahuan tentang seluk-beluk peternakan kuda di beberapa negara seperti Jerman, Inggris, Australia, Swiss dan Belanda.


💜 Liburan keluarga  💜
💜 Liburan keluarga bersama buah hati 💜

Om Billy adalah putra kelahiran Bandung berdarah campuran Manado, Cina, dan ada keturunan Belanda. Tahun ini usianya 64 tahun, sama seperti usia ayah saya, jika masih hidup. Kagum dan hormat saya padanya seperti pada seorang ayah.

Perhatian dan energi yang dimilikinya dalam memelihara dan melatih kuda sangat besar. Seperti yang dituturkan kepada saya, juga kepada orang lain yang pernah bertemu dengannya, bahwa ia pernah membantu melatih polisi agar dapat menunggang kuda dengan baik.

Bahkan, lima belas ekor kudanya ditempatkan di kawasan hutan Cikole untuk membantu mendeteksi bencana alam lebih dini. Om Billy juga memimpin horseback SAR (search & rescue) dan menjadikan Sandalwood sebagai base camp sementara.



Sofa bersejarah bagi Om Billy dan Tante Nila, sofa pertama sejak awal menikah


Ada saat di mana Om Billy menyentuh pundak Alief, bagai kakek pada cucunya sendiri. Beliau bicara tentang mengenal alam dan cara menghadapi masalah lewat perjalanan-perjalanan keluar rumah. Tentang anaknya yang pernah dikirim sendirian ke negeri jauh, di Timur Tengah, agar belajar mandiri dan berani. Kemudian tentang cucu-cucunya yang masih kecil, yang sudah diajarkan cara bepergian sendiri dengan angkot.

Point penting dari cerita-ceritanya itu: “Kamu harus mengenali masalah, dan belajar cara menghadapinya dengan berani.”

Om Billy juga sosok penyayang, terlebih kepada anak-anak. Ia sangat bersemangat ketika bercerita tentang pengalamannya menjadi guru tamu di sebuah sekolah alam. Betapa itu menjadi pengalaman yang membuatnya sangat bahagia.

Kakek tampan yang pernah meraih juara I Supersemar Cup kejuaraan berkuda Indonesia ini kemudian menunjukkan ponselnya kepada kami. HP nya tampak kecil dan ‘ketinggalan’ dibanding HP Android anak saya yang merek A itu. Katanya, itu HP baru. Pengganti HP yang telah rusak karena telah dipakai sekian lama. HP itu hanya digunakannya untuk menelpon dan menerima telpon. Bukan untuk bersosial media karena ia sengaja tidak membuat akun sosmed di manapun. Om Billy juga tidak menggunakan HP untuk mencari tahu sesuatu di mesin pencari. Baginya, hidupnya ada di dunia nyata. Di sanalah tempat nyata untuk berkarya, bertemu orang-orang, menjalin relasi, dan menjadi bermanfaat untuk orang lain. Kesuksesannya saat ini adalah bukti nyata atas konsistensi kehidupan sosialnya di dunia nyata.


Ruang duduk di gedung 3

Om Billy juga bercerita tentang bagaimana ia menjalani keseharian. Tidur lebih awal, bangun lebih pagi, lalu pergi ke hutan dan ranch. Memberi makan dan memeriksa keadaan kuda-kuda. Setelah itu baru balik ke rumah (sandalwood), mandi, lalu makan pagi bersama istri. Siang hingga petang melakukan pekerjaan dari rumah. Sorenya bersantai sambil membaca buku untuk menambah wawasan.

Soal prestasi berkuda, tak ada keraguan lagi. Om Billy pernah memperoleh penghargaan kehormatan dari pemerintah Kabupaten Sumba Timur atas prestasinya menciptakan rekor Indonesia berkuda terjauh dan terlama dengan 602,2 km selama 12 hari berturut-turut.

Kini usianya memang tak lagi muda, tapi masih berjiwa muda, dan tidak pernah berhenti untuk berkarya. Saya mengagumi semangatnya, gaya hidupnya, dan caranya memandang hidup.

Selalu berbuat yang terbaik, bermanfaat untuk diri sendiri apalagi bagi orang lain. Itulah prinsip hidup Om Billy.
 


Banyak spot foto cantik

Dengan merintis dan mendirikan De’Ranch sebagai tempat berkuda sekaligus objek wisata berbasis peternakan, Om Billy mengajak masyarakat untuk melestarikan ternak kuda. Kabarnya, bulan April ini De Ranch punya fasilitas bermain baru dan seru yang bisa dicoba oleh seluruh keluarga.

Lain waktu, kalau saya liburan lagi di Sandalwood, De Ranch bakal saya jadikan tempat untuk beraktivitas selama liburan di Lembang. Semoga kembali lagi di rumah liburan penuh inspirasi ini, Sandalwood!



Rumah adalah tempat di mana hati bertahta

Kenangan dari Lembang 

Menikmati momen kebersamaan dengan keluarga pada akhirnya bukan sekedar pindah tidur untuk melihat dan merasakan suasana baru, melainkan juga mendapatkan banyak ide, hikmah hidup, pengalaman, dan dorongan kuat untuk kembali melanjutkan cita-cita besar yang pernah dibuat ketika awal berkeluarga.

Sejenak di Sandalwood Hotel adalah tentang rumah liburan yang nyaman, juga inspirasi dari pribadi penuh cinta seorang Billy Mamola, owner hotel sekaligus founder De Ranch Lembang yang darinya terpancar semangat tak pernah padam untuk berkarya dan membagi sukacita.

Liburan bahagia penuh makna 😊
  
Untuk informasi rate kamar, wedding package, meeting package, dan gathering package, bisa dibaca pada postingan saya sebelum ini, dan silakan hubungi contact berikut untuk keterangan lebih lanjut :
Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com


Inspirasi Billy Mamola