Tampilkan postingan dengan label Bandar Lampung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandar Lampung. Tampilkan semua postingan

Naik Trans Lampung, Bus Bandara yang Nyaman dan Murah di Lampung

Naik Bus Bandara Trans Lampung 

Pada sebuah kesempatan saya kembali berkunjung ke Lampung untuk suatu keperluan. Kunjungan ini merupakan ke-14 kalinya. Hmm...kalau dihitung-hitung, dalam 2 tahun terakhir sering betul saya ke Lampung. Lebih sering dari pada ke Palembang 😃 

Bus Bandara Trans Lampung

Kali ini saya ingin cerita tentang pengalaman naik bus Trans Lampung. Sependek belasan kali ke Lampung, baru belakangan ini merasakan naik bus dari bandara ke kota Bandar Lampung maupun sebaliknya. Dulu nggak pernah. Biasanya selalu dijemput oleh teman, atau naik taksi pribadi yang sudah dipesan oleh si teman. Jadi ini tentang naik bus bandara ya, bus Trans Lampung. Kalau sekedar naik bus di Lampung sih sudah beberapa kali tapi bukan bus bandara, melainkan bus pariwisata saat mengikuti suatu event, misal Festival Krakatau.

Selain cerita tentang bus, saya juga akan cerita tentang hal lainnya. Nggak seru kan kalau cerita tentang bus saja. Buat orang yang baru pertama ke Lampung, barangkali saja perlu informasi tentang hotel, tempat makan, tempat ngopi, tempat masar (ke pasar maksudnya), atau tempat-tempat wajib foto di Bandar Lampung. Ok, cekidot yaw. 


Baca juga: Liburan Lampung di Ujung Tahun

Bus Bandara Trans Lampung
 
Bus Bandara Trans Lampung

Saya sebenarnya nggak berani-berani amat jalan sendirian. Nggak berani bukan berarti nggak mandiri lho ya. Itu dua hal yang berbeda. Selama ini kalau ke Lampung seringnya ramean. Kalau pun pergi sendiri, sampai bandara biasanya selalu ada yang jemput. Tapi kan nggak selamanya orang bisa jemput. Kalau yang jemput tiba-tiba berhalangan, terpaksa deh jalan sendiri ke Bandar Lampung-nya.

Karena nggak mau sendiri, dulu pernah lho saya nebeng mas-mas yang sama-sama mau ke Bandar Lampung (BDL). Untung si masnya baik hati, saya diajak. Sebelum memberanikan diri minta barengan, saya lihat-lihat dulu orangnya, nggak main numpang bareng aja. Kalau feeling udah bilang aman, baru ikut. Kalau nggak, ya enggak jadi. 

Jujur ya, stigma negatif Lampung sebagai daerah rawan begal itu masih susah banget dihilangkan. Sudah jadi stereotif di masyarakat. Dulu kalo mau ke Palembang jalan darat, sering banget diingatkan oleh orang-orang untuk hati-hati jika lewat Lampung. Sering terjadi perampokan di jalan katanya. Bus dilempari batu tengah malam. Rampoknya sadis, sekali rampok bisa dibacok atau didor sampai mati. Ngeri! Alhamdulillah sih selama ini nggak ada mengalami dan ketemu yang begitu. Aman selalu. Jangan sampai terjadi. Tapi tetap harus waspada juga, kan? Gimana pun penjahat bisa ada di mana-mana. 

Bus Trans Lampung di Bandara Radin Inten II

Saya kurang tahu kapan tepatnya bus Trans Lampung mulai beroperasi di bandara Radin Inten II. Sepertinya sejak pertengahan tahun 2016. Saya baru-baru ini saja mencoba. Ternyata banyak juga enaknya. Bisa bareng penumpang lain, jadi nggak takut sendirian. Dan pastinya lebih murah, cuma Rp25.000 ke Kota Bandar Lampung


Kalau mau dibandingkan dengan taksi biasa (mobil Avanza/Xenia) Rp130.000 sekali jalan. Tentunya bus jauh lebih murah. Kalau sedang tidak buru-buru, enak naik bus.
Ngetemnya nggak lama kok. Terakhir saya hanya menunggu sekitar 15 menit saja, bus langsung jalan.

Baca juga: Yang Tanpanya, Trip Pulau Sebesi Terasa Hambarnya

Nyaman

Bus Trans Lampung melewati Kota Kalianda dan Unila-Itera. Di dalam kota Bandar Lampung, bus Trans melewati beberapa titik lokasi yang berada di beberapa jalan utama kota seperti Tugu Gajah, Mall Bumi Kedaton, Tugu Juang, stasiun Kereta Api Tanjung Karang, dan beberapa tempat lainnya yang saya nggak hafal.

Di mana ujung perjalanan bus? Di pool-nya tentunya. Letaknya persis di depan Hotel Batiqa Lampung. Kebetulan sekali waktu naik bus Trans Lampung pertama kali, saya nginapnya di Hotel Batiqa. Jadi enak deh, sekali naik turunnya langsung depan hotel.  


Video naik Bus Trans Lampung bisa ditonton di Channel Youtube saya di sini: 30 Jam di Lampung

Tugu Juang Bandar Lampung, lokasi yang dilewati bus Trans Lampung

Di mana beli tiket bus?

Saya belum pernah diarahkan oleh petugas bandara ke loket penjualan tiket bus. Kalau keluar terminal biasanya langsung saja naik bus. Nanti kalau sudah mulai berangkat, tiket baru diberikan. Saat itulah baru bayar. Begitu juga kalau dari Bandar Lampung ke bandara, bayar tiketnya di bus, saat kita sudah duduk manis. Beda ya dengan bus bandara di Soekarno Hatta. Kalau di Soeta, kita mesti beli tiket dulu di loket, baru naik bus. Hal tersebut berlaku di semua terminal bandara Soeta. Samalah kayak kita mau naik pesawat, beli tiket dulu baru naik. Kayaknya belum pernah kejadian ada yang udah duduk dalam pesawat baru bayar tiket haha.

Oh ya, ngomong-ngomong soal tempat beli tiket perjalanan, kamu biasanya beli di mana? Kalau tiket pesawat sih saya biasanya belanja di situs online booking tiket yang satu itu. Eh tapi, 2 kali belanja tiket yang terakhir, saya belinya ke tempat lain karena pas dapat harga lebih murah. Ga jauh-jauh banget si murahnya, selisih Rp8000-10.000 doang. Tapi kan lumayan. Apalagi pas beli tiketnya banyak (sampai jumlah minimum syarat diskon) bisa dapat diskon sampai lebih dari 100ribu 😍

Bus Trans Lampung lewat Stasiun Tanjung Karang

Nah, kalau tiket kereta antar kota antar propinsi (misal ke Surabaya/Semarang/Jogja dll) saya sangat jarang beli. Dulu pernah tapi hanya sekali, pas mau ke Jakarta dari Semarang. Setelah itu nggak pernah lagi. Selama ini seringnya naik kereta KRL saja, buat bolak-balik dari BSD ke Jakarta. Bayarnya pakai kartu e-money dengan sistem pendebetan langsung di stasiun.

Oh ya, sekilas info nih. Buat kalian yang kerap menggunakan kereta untuk bepergian jauh, kini tiket kereta tersedia di Tokopedia. Tahu kan Tokopedia. Situs marketplace ini nggak cuma jual fashion dan barang-barang elektronik seperti yang biasa kita tahu. Tapi juga bisa bayar tagihan listrik dan tagihan-tagihan lainnya. Bahkan, kalau kamu hobi nonton konser, kamu juga bisa dapatkan di Tokopedia. Nggak percaya? Coba deh cek promo tiket konser di Tokopedia.

Upps…kembali ke cerita tentang Lampung yok 😂

Di dalam Bus Trans Lampung yang sedang melaju menuju bandara

Hotel Amalia Bandar Lampung

Hotel Amalia jadi hotel ke sekian yang pernah saya inapi saat di Lampung. Salah satu hotel bintang empat yang ada di Kota Bandar Lampung ini cukup dekat dari Tugu Gajah, sekitar 200 meter saja. Mencoba menginap di hotel yang berbeda tiap ke Lampung, membuat saya jadi punya pengalaman yang berbeda pula untuk dirasakan dan diceritakan.

Beberapa hotel yang pernah saya inapi antara lain Batiqa Hotel, Pop Hotel, Inna Eight, Airy Room Tugu Adipura, Airy Room Gatot Subroto, Wisma D’green, Whiz Prime, Omah Akas, dan yang terbaru Amelia Hotel ini. Dari semua hotel itu, Batiqa Hotel paling saya suka. View Kota Bandar Lampung berlatar laut yang terlihat dari kamar-kamar yang terletak ketinggian sangat menyenangkan untuk dinikmati kala bersantai di kamar. Hotelnya juga nyaman, sarapannya enak. Pokoknya Batiqa paling sreg di hati. Yang kedua Whiz Hotel. Kamarnya juga bagus. Sarapannya enak. Saya suka restonya yang terletak di lantai 17. Dari balik dinding kacanya yang jernih bisa menyaksikan indahnya Kota Bandar Lampung dari ketinggian.

Hotel Amalia Bandar Lampung

Hotel Amalia terletak di Jalan Radin Intan No. 55, Enggal, Kota Bandar Lampung. Hotelnya besar, kamarnya juga besar. Kemarin saya dapat harga sekitar Rp400 ribuan lewat situs online booking hotel langganan. Di hotel ini, spa dan gym gratis. Jika dibandingkan dengan hotel bintang 4 lain yang pernah saya tempati, menu sarapan di hotel ini tidak tergolong mewah.
Bervariasi, tapi kurang istimewa.

Fasilitas di kamarnya sih ok, standarlah ya. Tapi entah kenapa buat saya suasananya ‘tua’. Saya nggak 100% merasa nyaman berada di kamar. Satu hal yang jadi catatan saya saat baru masuk ada noda kekuningan di spreinya. Bukan hanya itu, noda juga ada di sarung bantalnya yang putih. Itu bikin ilfil. Kamarnya tidak kedap suara. Bunyi-bunyian dari luar kamar seperti
langkah kaki, anak kecil yang berlari, juga suara dari kamar sebelah terdengar jelas. Berisik dan mengganggu ketenangan. 

Baca juga: Tiada Resah di Pulau Sebesi

Hotel Amalia Bandar Lampung

Di lantai dasar hotel ada kafe. Buat nongkrong malam atau jadi tempat ketemu teman sih oke juga. Yang bikin senang, hotel ini berada di pusat kota. Dekat dari Tugu Gajah. Staffnya ramah. Tengah malam saat saya sakit, staffnya mau bantu saya menghubungi dokter. Staff di FO juga informatif. Saat saya tanya tentang tempat kuliner, saya direkomendasikan ke Bakso Sony yang berjarak beberapa puluh meter saja dari hotel. Info sederhana seperti itu sangat berguna buat saya.

Nah, kalau kalian mencari hotel di Bandar Lampung, Hotel Amalia ini bisa jadi pilihan. Soal kekurangan yang saya sebutkan tadi, itu adalah pengalaman saya pada satu waktu, belum tentu akan sama pada waktu lain.  Bisa jadi sekarang sudah ada perubahan dan perbaikan, atau pun sudah ada hal-hal baru lainnya yang bikin senang untuk tinggal dan merasa nyaman. 

Kamar Hotel tipe Superior yang saya tempati

Menu sarapan Hotel Amalia

Kuliner Bakso Sony

Makanan bakso sangatlah umum. Hampir di seluruh daerah di Indonesia ada makanan ini dan mudah sekali dijumpai. Di tiap daerah pasti ada saja warung bakso yang terkenal dan jadi favorit pelanggannya. Nah kalau di Lampung, bakso Sony ini yang namanya kondang. Kalau sedang pingin kulineran tipis-tipis, menyambangi warung bakso Sony bisa jadi pilihan menarik. Katanya belum ke Bandar Lampung kalau belum mencicipi Bakso Sony.

Saya sedang tidak pingin banyak keliling kota untuk kulineran. Pingin yang mudah dan dekat, kalau bisa sambil ketemu teman dan teman juga gak perlu jauh-jauh nyusul saya. Maka, saya pilih Bakso Sony di jalan Radin Intan. Selain dekat dari hotel, Cuma jalan kaki sekitar 50 meter saja dari Amelia Hotel, juga dekat dari Tugu Gajah tempat saya akan menunggu bus Trans Lampung buat balik ke bandara. 

Bakso Sony dan Es Campur Sony

Siang itu, alhamdulillah senang bukan main bisa menikmati bakso Sony bareng Mbak Alya dan Yeni. Keduanya teman baik, asli orang Lampung. Saya sudah kenal agak lama, sudah beberapa kali jumpa dalam beberapa kesempatan saat ke Lampung. 

Kenal mbak Alya sejak tahun 2015 (event FK 2015). Kalau dengan Yeni kenal  tahun 2016. Dulu kenal Yeni di RM. Encim Gendut, tempatnya bekerja. Karena beberapa kali mampir, kami jadi sering ketemu dan kemudian berteman sampai sekarang. Senang rasanya punya teman baik di daerah tempat berkunjung, bisa saling berbagi cerita dan kisah tentang apa saja, terutama sharing tentang pariwisata Lampung.  

Teman Lampungku 😍



Lihat-lihat Pasar Pasir Gintung

Katanya, kalau ingin mengenal budaya dan kehidupan masyarakat setempat, datanglah ke pasar tradisionalnya. Nah, selama beberapa kali main ke Lampung, kayaknya saya belum pernah main ke pasar tradisional.

Tahun lalu pernah sih diajakin ke pasar bareng Tini dan Aji. Waktu itu abis dari Way Kanan, kami mampir ke tempat belanja yang ada di Jalan Kartini sebelum ke bandara. Di situ Tini nyari bahan kain. Gede sih pasarnya, tapi bukan pasar tradisional deh kayaknya. Hmm….apa itu mall ya? Saya lupa. 

Masuk Pasar Gintung bisa lewat Jalan Durian di samping BNI

Saya main ke Pasar Pasir Gintung karena lokasinya dekat dengan Hotel Amalia yang saya inapi. Naik GoCar nggak sampai 10 menit udah sampai. Tapi astaga mobil nggak bisa lewat. Pasarnya luber sampai ke jalan, mana hujan, jalannya becek lagi. Motor parkir sampai ke jalan, bikin sempit, susah lewat. Saat itu suasananya amburadul banget. Entah kalau di lain waktu ya.  

Pasar Pasir Gintung

Saya akhirnya nggak jadi turun buat keliling pasar. Cuma lewat dengan banyak drama. Di depan ada mobil bak sedang nurunin karung berisi buah labu dan sayur-sayuran. Di belakang ada gerobak nggak mau minggir. Driver ngoceh nggak abis-abis, marahin orang-orang yang menghalangi jalan haha. Karena nggak enak, saya bilang ke dia nanti dibayar lebih deh. Eh abis dibilang begitu, drivernya malah mau nganterin kemana aja. Diajak muterin pasar sampai dua kali pun dia mau 😂


Ya udah, akhirnya saya muter dua kali, jalan pelan-pelan. Masuk dari Jalan Durian, keluar di Jalan Pisang, lanjut ke jalan Teuku Umar lagi. Pusing masuk pasar, akhirnya balik ke hotel hehe. 

Pasar Pasir Gintung

Pasar Pasir Gintung di Jalan Pisang

Tugu Gajah


Kenangan saya dari tempat ini adalah saat menyaksikan parade budaya Festival Krakatau 2016. Saat itu, acara budaya dipusatkan di Tugu Gajah. Ribuan warga menyemut di lokasi. Saya dan beberapa rekan blogger turut menyaksikan dan menikmati berbagai persembahan budaya khas Lampung dari masing-masing kabupaten dan kota yang ada di Lampung. Menuliskan kembali kenangan itu, saya jadi kangen jalan bareng Mbak Dian, Mbak Lina, Riant, Arie, Hari, Maman, dan Yayan 😢


Seusai menikmati Bakso Sony, saya dan Yeni berjalan kaki ke arah Tugu Gajah. Tujuan kami minimarket Alfamart yang jadi titik tunggu Bus Trans Lampung. Kami tak terburu-buru, hanya berjalan santai dan pelan di trotoar sambil berbincang banyak hal. Sesekali kami berhenti untuk saling memotret atau pun berfoto bareng. Suasana kampanye pilkada mulai terlihat dari spanduk-spanduk lebar dan besar di beberapa titik strategis. Di bundaran Tugu Gajah bahkan ukurannya lebih besar. Foto pasangan cagub dan cawagub terpampang dalam iklan-iklan kampanye. 

Siapa pilihanmu nanti wahai Warga Lampung?





  

Icip-Icip Dimsum Moresto di Transmart Lampung

Saat itu Transmart masih baru-barunya di Lampung. Seorang teman bilang ke saya kalau mau nyari makan ke sana saja, banyak pilihan di satu tempat. Jangan lupa ke Dimsum Moresto katanya. Aih kenapa dia menyebut satu macam resto saja? Oke lah saya ke sana pakai taksi online. Meluncur gak cepat, banyak macetnya di siang jelang sore yang mulai padat. Hujan pula. Untung pakai mobil. Masih trauma naik ojek di Lampung, pernah jatoh soalnya. Waktu itu pinggang dan pinggul ngilu-ngilu karenanya. Sampai hotel langsung pijit-pijit pakai ilmu badai pengusir keseleo hehe.  




Dimsum Moresto terletak di lantai dasar, satu deretan dengan resto-resto lainnya. Dimsum Moresto ini ada di mana-mana. Yang di Transmart ini hanya salah satunya dan baru buka. Ada juga di MBK. Kata teman, dimsumnya enak. Teman saya itu tukang makan dan tukang jalan-jalan. Kalau dia bilang enak, saya percaya.

Ada banyak menu dimsum yang bisa dipesan. Tinggal pilih mana yang jadi kesukaan. Kalau saya sukanya siomay ayam dan dumpling. Dua itu saja yang saya pesan. Saat sedang makan, tiba-tiba si teman memberitahu lewat pesan WA, katanya saya kudu mencoba Mie Tek Tek. Dia bilang enak dan wajib coba. Huuu….sayangnya saya sudah terlanjur kenyang, perut udah penuh kalau mesti nampung mie tek tek lagi huhu. 

Dimsum Moresto Transmart Lampung
Siomay Ayam dan Dumpling - Dimsum Moresto Transmart Lampung

Dimsum Moresto nggak hanya punya menu dimsum, ada juga menu lainnya seperti nasi goreng, mie goreng, kwetiau, dan makanan-makanan mengenyangkan lainnya yang sudah familiar banget di lidah kita tapi tentu dengan olahan rasa ala Moresto. Kamu sudah coba ke sini? 

Video saya saat makan di Dimsum Moresto dapat ditonton di sini: Icip-Icip Dimsum Moresto di Transmart Lampung

Dimsum Moresto Transmart Lampung

Ngopi di Dr Coffee

Buat kamu yang hobi ngopi, salah satu kedai kopi yang bisa disambangi di Bandar Lampung adalah Dr. Coffee. Terakhir saya ke sini karena ingin silaturahmi dengan owner kafenya, Mas Ali. Yup, saya kenal Mas Ali sejak tahun 2015, saat event Festival Krakatau. Dulu kafenya dekat Unila, trus pindah di  gang PU sampai sekarang.  

Bersama Mas Ali, owner Dr. Coffee

Silaturahmi saya dan Mas Ali masih terjalin sampai sekarang, kami kadang berinteraksi di media sosial. Setiap ke Lampung nggak pernah lupa dengan Dr Coffee. Tahun 2016 pernah mampir dan ketemu Mas Ali lagi. Tahun 2017 juga ketemu lagi. Tiga tahun ketemu terus, tapi setahun sekali haha. Yang penting pertemanannya tetap jalan dan yang pasti selalu ada doa semoga Dr Coffee semakin sukses dengan kopi-kopi andalannya, baik kopi mentah maupun yang sudah diolah jadi minuman yang memanjakan para pecinta kopi di mana pun berada. 

Kopi Robusta Ulu Belu Honey dan Pisang Goreng

Secangkir Kopi Robusta Ulu Belu Honey saya nikmati bersama sepiring pisang goreng hangat pada suatu petang sebelum ngebut menuju bandara buat kembali ke Jakarta. Entahlah ya, saya ini kan bukan penggemar dan penikmat kopi sejati, tapi sore itu kopi yang saya teguk nikmatnya seakan sampai ke ubun-ubun. Faktor apa yang membuat saya saat itu seperti mabuk kopi? Perasaan seperti berbunga-bunga, jadi pingin tersenyum terus, dan nggak merasakan ada beban pikiran apapun.

Ketika pulang, Mas Ali memberi saya oleh-oleh berupa dua bungkus kopi siap seduh. Huaaaa… Terima kasih Mas Ali!

Tonton video ngopi di Dr Coffee di channel youtube saya di sini: Dr. Coffee Make Me Happy. 


Bandara Radin Inten II Lampung Selatan

Keberadaan saya di Lampung tak lebih dari 30 jam. Tapi lumayan, sudah sempat ke beberapa tempat untuk kulineran, liat pasar, ketemu teman, bahkan sempat ngopi. 

Tampilan Bandara Radin Inten II kini kece dan enak dilihat. Ruang check in dan ruang tunggu sudah jauh lebih nyaman. Toiletnya nggak sekucel dulu, kini lebih besar dan kinclong. Bangku di ruang tunggu warna-warni. Ada tempat bermain anak. Resto banyak. Nggak susah kalau butuh makan dan minum. El’s Coffee pun ada. Mau cari oleh-oleh gampang, ada toko yang menjual aneka makanan oleh-oleh khas Lampung seperti keripik pisang dan dodol. 

Tempat bermain anak di ruang tunggu bandara

Ruang tunggu keberangkatan bandara Radin Inten II

Sekali waktu saya nongkrong di El’s Coffee. Di lain waktu di kafe lainnya. Terakhir di Kedai Pempek Selamet. Selain memang pingin makan pempek, juga mau numpang ngecas HP. Ternyata enak juga pempeknya. Nggak rugi juga mampir. Kamu pernah masuk kedai ini? Bisa jadi pilihan tempat nongkrong saat sedang nunggu jadwal keberangkatan. 


Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang

Pempek Selamet

Flight saya balik ke Jakarta jam 6 sore. Jelang matahari terbenam. Entah kenapa tiap ke Lampung saya selalu pilih jam balik ke Jakarta di sore hari. Padahal itu adalah jam-jam rawan. Rawan mellow. 

Saya memang mudah mellow. Melihat matahari turun ke peraduan itu selalu bikin hati jadi sendu. Padahal datangnya malam adalah momen hati bergelimang harapan. Harapan bertemu pagi dengan matahari terbitnya yang tak pernah ingkar janji.

Sampai jumpa lagi Lampung. 


Senja di udara....

Informasi Bus Trans Lampung

Harga Tiket Trayek:
Bandara Radin Inten II - Bandar Lampung Rp25.000,-
Kota Bandar Lampung-Kota Kalianda Rp12.500,-
Unila-Itera Rp2.000,- (mahasiswa) Rp4.000,- (umum

Fasilitas:
Full AC, Asuransi Jasa Raharja, Tepat Waktu

Jadwal keberangkatan rute bus:

Bandara-Kota Bandar Lampung
Bandara: Tiap jam mulai Pukul 07.00WIB-21.00WIB
Shelter LJU Pahoman: Tiap jam mulai Pukul 05.00WIB-19.00WIB

Kota Kalianda-Kota Bandar Lampung
Bandar Lampung: Pukul 06.00WIB, 07.00WIB, dan 12.00WIB
Kalianda: Pukul 09.00WIB, 15.00WIB, dan 16.00WIB

Itera -Unila: Start Pukul 06.00WIB s/d 18.00WIB

Pemesanan hubungi: 0822-37588567 dan 0812-73530261

**** 


Video 30 Jam di Lampung :
 

Makan Enak di Kafe Cantik The Magnolia Floral Café

Travelerien.com

The Magnolia Floral Café tempat makan recommended di Kota Bandar Lampung. Saya makan enak di kafe cantik ini bareng teman-teman blogger dari Batam, Palembang dan Jakarta seusai pelesiran di Krui, Pesisir Barat, pada hari Minggu 19/3/2017.

The Magnolia Floral Cafe


Bermula dari Encim Gendut 

Hati, jika sudah nyangkut, biasanya jadi betah dan kangen. Bikin ingin ketemu lagi dan lagi. Seperti Encim Gendut, rumah makan ini sudah bikin saya jatuh hati sejak tahun lalu, bikin ingin mampir dan mampir lagi. Selain memang sudah berkawan baik dengan pemiliknya, berteman akrab dengan salah satu pegawainya, juga karena suka dengan menu otentik yang disediakannya. 

Tahun lalu saya pernah sendiri ke Encim Gendut, pernah juga bersama teman. Kali ini bersama mbak Dian dan Yuk Annie, serta mas Arif.

Nah, dari Encim Gendut inilah kunjungan saya ke The Magnolia Floral Cafe bermula.

Baca juga: Sepiring Cerita dari Encim Gendut.
 
Makan siang di Encim Gendut

Saya baru saja menyelesaikan makan siang ketika Koh Willy (pemilik Encim Gendut) muncul. Saat saya datang ia tak ada. Biasanya ia terlihat di antara pengunjung dan pegawainya, ikut sibuk melayani pengunjung yang hendak makan. Menurut pegawainya, Koh Willy sedang di lantai atas, mengerjakan sesuatu. Saya makan sambil menunggu barangkali ia turun dan bisa bertemu. Dan benar, akhirnya Koh Willy keluar dari persembunyiannya. Kami pun bersua.

Kali ini tak banyak obrolan antara saya dan Koh Willy karena saya dan teman-teman seperjalanan buru-buru hendak berangkat ke Krui. Waktunya sempit, bicara pun jadi sedikit. Tapi ada hal menarik yang sempat Koh Willy sampaikan ke saya. 

Senang bisa ajak Mbak Dian, Yuk Annie, dan Pak Ardi mencicipi makan di Encim Gendut

“Saya punya teman, pemilik resto. Restonya bagus banget, cakep lho kalau difoto-foto. Makanannya juga ‘lucu-lucu’ dan enak. Ayo saya kenalkan pada orangnya,” ajak Koh Willy.

Koh Willy punya rumah makan, tapi merekomendasikan rumah makan lain untuk dikunjungi oleh pelanggannya. Saya menatap wajahnya. Ada ketulusan di sana. Jauh dari rasa takut tersaingi. Saya mengikutinya, melangkah ke salah satu meja.

“Ini Ci Fenny, dia yang punya The Magnolia Floral Café.”

Maka, saat itulah awal perkenalan saya dengan Ci Fenny, pemilik The Magnolia Floral Café.

Tawaran baik Ci Fenny untuk mampir ke The Magnolia Floral Café saya terima dengan senang hati. Saya katakan padanya, mungkin kami bisa singgah pada hari Minggu, seusai trip Krui.

Ketemu Koh Willy lagi yang ke-3 kalinya

Setelah tiga hari di Krui sejak Kamis (16/3) sampai Sabtu (18/3), bersama Yuk Annie, Yayan, Dian, dan Deddy mengeksplor keindahan Pesisir Barat, akhirnya hari Minggu kami kembali ke Bandar Lampung untuk seterusnya kembali ke daerah masing-masing.

Tawaran untuk mampir mencicipi menu-menu di Magnolia Café tentu tidak saya lupakan. Saya sudah berkomunikasi dengan Ci Fenny dan memastikan bisa mampir. Jadwal pesawat Mbak Dian jam 12.30, Yuk Annie 14.10, dan saya 16.10. Masih ada waktu untuk icip-icip menu Magnolia Cafe.

The Magnolia Floral Café berlokasi di Jl. Jend. Sudirman No.108, Rw. Laut, Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung. Belum ada seorang pun di antara kami ada yang pernah ke Magnolia. Termasuk Pak Ardi yang menjadi supir kami sejak dari Krui.

“Tidak jauh dari Tugu Adipura, lurus aja ada deretan ruko-ruko, di situ kafenya.”

The Magnolia Floral Cafe

Petunjuk dari Ci Fenny yang dikirim via Whatsapp jadi acuan dalam mencari lokasi. Tugu Adipura dengan patung gajahnya tentu tidak asing bagi saya, termasuk mbak Dian dan Yayan, sebab pada Agustus 2016 lalu kami pernah berjam-jam ada di sana menyaksikan parade budaya Festival Krakatau 2016.

Ruko dengan warna dominan biru dan bertuliskan The Magnolia itu mudah dikenali. Kami sampai di depan kafe tepat jam 10. Saya kira bakal datang kepagian, karena café baru buka jam 10. Ternyata waktunya pas.

Lelah, lapar, dan haus jadi satu. Setelah 5 jam perjalanan tanpa singgah untuk sarapan, yang terpikir begitu sampai di Magnolia adalah istirahat dan makan. Tanpa berlama-lama di luar kami segera masuk. Pintu dibukakan, suasana bak taman bunga pun terpampang. 



Sesuai namanya, The Magnolia Floral Café adalah kafe sekaligus toko bunga artificial. Karena itu ruang dalam kafe dipenuhi oleh bermacam bunga. Seperti memasuki ruang resepsi pernikahan, dekorasi bunga di mana-mana. Sebuah kafe yang cantik, segar dan berseri-seri. Sangat menyenangkan untuk dipandang lama-lama.

Perempuan mana yang tidak suka bunga? Apalagi jadi dekorasi ruangan kafe yang ditata dengan begitu apik jadi hiasan meja, dinding, kursi, lemari, dan sudut-sudut ruangan. Bikin terlena memandangnya.




The Magnolia Floral Café menempati dua bangunan ruko yang dijadikan satu sehingga memiliki ruang makan yang luas dan lapang. Di bagian belakang ada ruang makan outdoor buat yang merokok.

Menurut keterangan Ci Fenny, awalnya ia dan adik iparnya berencana membuka florist saja, tapi kemudian muncul ide menyatukannya dengan kafe. Bagi Ci Fenny dan adiknya, kafe dengan nuansa bunga-bunga akan jadi sesuatu yang unik. Ide itu kemudian direalisasikan. Maka pada bulan April 2016, kafe sekaligus florist The Magnolia Floral Café resmi dibuka.



Tata ruang yang apik, dengan meja dan bangku makan bervarisi, baik dalam bentuk, warna, dan ukuran, menampilkan suasana ruang makan yang tidak monoton. Bikin nyaman dan betah berlama-lama.

Tiap sudut kafe bisa jadi spot foto yang IG-able banget. Bunga-bunga telah membuat ruang kafe jadi tampak menarik. Mood pun jadi baik. Kalau sudah begini, selera makan saya biasanya jadi naik.

Bagaimana dengan makanannya? 

Shot by +Omnduut 


Jadwal pesawat mbak Dian ke Batam jam 12.30. Jam 11 sudah harus berangkat ke bandara. Karena itu kami pun menyegerakan makan. Kebetulan makanan sudah terhidang sejak kami masih asik memotret bunga-bunga.

The Magnolia Floral Café menyediakan menu Western dan Asian. Selain makanan Nusantara, tersedia menu Japanese dan Korean. Menu-menu internasional maupun lokal yang disediakan adalah menu-menu kekinian yang cocok untuk semua kalangan usia.

Kami mencicipi beberapa menu andalan yang jadi favorit pengunjung. Untuk main course, kami mencoba Cobia Fish with Sambal Matah, Fetucini Cabe Hijau, Tongseng Wagyu, Korean Beef Galbi, Lemongrass Chicken dan Chicken Wing.  


Menikmati makanan lezat dalam suasana nyaman

Sebagai penggemar ikan, mencoba olahan Cobia fish wajib. Rasa gurih daging ikan yang bentuknya mirip hiu berukuran kecil ini membuat lidah seperti tak ingin berhenti mengunyah. Kalau terbiasa menikmatinya dengan aneka pilihan saus, di sini cobia fish disajikan dengan sambal matah. Sensasional! Cobia fish disajikan bersama nasi yang porsinya pas untuk ukuran saya yang makannya tidak banyak.

Penyuka pasta bisa coba Fettucini Cabe Hijau. Pedas-pedas enak dan mengenyangkan. Untuk sekedar mencicipi saya berani, tapi kalau menghabiskannya saya mikir dulu. Ga kuat sama cabenya haha. 

Cobia Fish with Sambal Matah Rp 58.000,-

Fettucini Cabe Ijo Rp 38.000,-

Cita rasa rempah yang komplit dalam kuah Tongseng Wagyu yang disajikan, membuat masakan ini terasa segar dan sedap. Satu mangkuk nasi yang menjadi temannya cukup untuk mengenyangkan bagi mereka yang makannya banyak.

Saya termasuk bukan penggemar olahan ayam. Jika disajikan dimakan, jika tak ada, tak akan saya cari. Ada banyak rumah makan menyediakan menu Chicken Wing, tapi sangat jarang yang berhasil membuat saya jadi MAU, apalagi sampai ketagihan. Nah, tanya sama Dian dan Yuk Annie deh, Chicken Wing di Magnolia ini juara banget. Saya jadi doyan dan pingin nambah! Apa rahasia di balik kelezatan chicken wing di kafe Magnolia? Hanya chef-nya yang tahu :D

Lemongrass Chicken Rp 35.000,-

Korean Beef Galbi Rp 62.000,-

Chicken Wing si juara! Rp 35.000,-

Tongseng Wagyu Rp 79.000,-

Sticky Date Pudding, Sweet Potato, dan Banana Pop cocok jadi kudapan ringan di saat belum ingin bersantap dengan makanan berat. Banana Pop jadi favorit. Pisangnya lembut di dalam, garing di luar. Dilengkapi caramel sauce dengan vanila ice cream.

Kalau ke Magnolia Café, jangan lewatkan Sticky Date Pudding. Kue yang terbuat dari korma ini memiliki kelezatan yang tak terbantahkan. Selain enak, pastinya kaya manfaat untuk tubuh. Saus caramel-nya bikin kue ini makin nagih. Recommended! 

Sweet Potato Rp 18.000,-

Banana Pop Rp 25.000,-

Sticky Date Pudding Rp 45.000,-
 
Ada 6 macam minuman yang kami cicipi, di antaranya Tiramisu Cone Shake, Caramel Crème Brulee, Passion Fruit Island, Red & Yellow Slush, Margarita Buzz, dan White Zombi

Banyak pilihan minuman, suka yang mana? Saya suka semuanya karena semuanya enak. Tapi tidak usah bingung jika harus pilih salah satu, langsung fokus saja pada apa yang paling kita suka :) 

Saya menyukai Red & Yellow Slush, karena minuman ini terbuat dari buah naga kesukaan dan mangga. Segera banget di mulut!

Aneka minuman menyegarkan mulai Rp 28.000,- sampai Rp 38.000,-

Red & Yellow Slush (mangga dan buah naga) Rp 28.000,-



The Magnolia Floral Cafe ini bisa jadi pilihan yang menarik untuk tempat bersantap bersama keluarga maupun teman. Tidak perlu khawatir kantong jebol untuk makan enak di The Magnolia Floral Café, karena menu-menu all day breakfast, Entrée, Rice Bowl, Dessert, Light Fares, Cold Drink dan Hot Drink, dibandrol dengan harga yang reasonable.

Kafe cantik nan cozy, bersih, menu-menu istimewa dan enak, layanan prima, harga terjangkau, di pusat kota pula. Semua jadi alasan untuk berkunjung ke The Magnolia Floral Café. Jika ke Lampung lagi, saya akan mampir lagi di kafe ini. Makan dan minum sambil bertemu teman, atau bersantai sebelum/sesudah melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata yang ada di Lampung.

Hati nyangkut di sini. Pertanda bakal balik lagi.

Lihat juga foto lainnya: 

Ci Fenny (tengah), owner The Magnolia Floral Cafe


Tempat makan di belakang, untuk smoking area

Salah satu sudut kafe

Di antara bunga-bunga artifical







The Magnolia Floral Café 
Jl. Jend. Sudirman No.108, Rw. Laut 
Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung