Tampilkan postingan dengan label Bali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bali. Tampilkan semua postingan

Yuk Icip-Icip Kuliner Khas Bali di Ibukota

Kuliner Khas Bali di Ibukota - Nusantara sejak dulu terkenal dengan kulinernya yang beragam. Salah satu kuliner Indonesia yang memiliki cita rasa yang khas dan mulai menjadi primadona di tanah air adalah kuliner khas Bali. Bumbu yang didominasi oleh bawang merah, bawang putih, lengkuas, sereh, kunyit, jahe, kencur, dan cabai yang begitu pedas membuat kuliner Bali sangat disukai oleh sejumlah  kalangan. 

Kuliner Bali (sumber: www.putumade.id)

Bagi Anda yang belum berkesempatan untuk merasakan kuliner khas Bali asli di tanah Bali karena kesibukan yang mendera, sebetulnya tidak perlu khawatir. Kini di Jakarta sudah banyak kuliner dari pulau Dewata terbaik yang bisa dicicipi dan juga dengan venue yang menyuguhkan aura khas Bali yang cocok untuk update status maupun insta story. 😀

By the way, untuk ponselnya tetap bisa berinternetan lancar termasuk update status dan selfie di mana pun, saat ini sudah bisa pulsa mudah dan murah di Traveloka. Silahkan saja mengecek harga pulsa all operator untuk mendapatkan harga terjangkau untuk kebutuhan dengan layanan 24 jam. Beli online bayar mudah. Harga jujur & transparan. Diskon langsung tiap hari. Tanpa biaya tambahan 😊

So, Berikut ini setidaknya ada enam restoran yang menyajikan kuliner khas Bali terbaik di Jakarta. 

Ayam Betutu Gilimanuk

Bicara kuliner khas Bali tidak akan lepas dari menu Ayam Betutu. Salah satu restoran yang menyajikan menu betutu terbaik di Jakarta adalah Ayam Betutu Gilimanuk yang memiliki dua outlet di Jakarta. Pertama ada di Jalan Balai Pustaka Timur No. 25, Rawamangun, Jakarta Timur. Kedua berada di Jalan Wolter Monginsidi No. 63A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.  

Menu betutu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu ayam dan bebek. Masing-masing dapat dimasak dengan kuah, goreng, atau bakar, sesuai dengan selera Anda. Berbeda dengan restoran khas Bali lainnya, Ayam Betutu Gilimanuk buka lebih awal. Ayam Betutu Gilimanuk buka setiap hari sejak pukul 08:30 – 21:00 dengan kepadatan tertinggi saat jam 11:00 -13:00.  

Ayam Betutu Gilimanuk (sumber: magazine.job-like.com)

Putu Made

Terletak di Senayan City Lantai 5, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta, Putu Made menyajikan berbagai hidangan khas Bali yang menggugah selera. Sajian khas Bali yang ditawarkan antara lain Cumi Sambal Sereh, Kepiting Soka, Lumpia Goreng Betutu, Sop Kepala Ikan, Sup Ikan Tenggiri, Sate Lilit Ayam dan Bebek. 

Bagi Anda yang menginginkan menu untuk sharing dapat memilih Putu Made Seafood Platter yang berisi segala kenikmatan hidangan laut. Ada juga Putu Made Bebek Betutu dengan daging bebek yang lembut dan gurih. Apabila Anda menginginkan menu personal dapat memilih aneka nasi campur Bali yang sudah terkenal nikmat. 

Harga yang ditawarkan memang terbilang cukup tinggi, namun para pemburu kuliner khas merekomendasikan tempat yang memiliki great value. Artinya harga yang ditawarkan tentu saja sebanding dengan pengalaman kuliner baru yang akan Anda dapatkan. 

Bagi Anda yang ingin merasakan salah satu restoran khas Bali terbaik di Jakarta, Putu Made buka setiap hari pada pukul 10:00 – 22:00.  

(sumber foto: www.putumade.id)

Little Ubud

Bagi Anda yang sedang berada di kawasan Kelapa Gading, Anda dapat mengunjungi Little Ubud yang berlokasi di Ruko Cordoba Blok G No. 2, Jalan Marina Indah, Jakarta Utara. Little Ubud menyediakan dua jenis hidangan yaitu, prasmanan dan made-to-order. Namun keduanya tetap memiliki cita rasa Bali yang khas.  

Salah satu yang direkomendasikan untuk Anda adalah Nasi Pedas yang dilengkapi dengan kulit ayam yang crispy. Sehingga membuat Anda merasa menikmati sepiring nasi campur di Pantai Sanur. 

Namun apabila Anda menginginkan hidangan lain, Anda dapat memesan menu Rice Bowl yang terdiri dari Salted Egg Shrimp, Salted Egg Squid, Rica-Rica Beef, Rica-Rica Chicken atau Roasted Pork. Harga yang ditawarkan pun cukup murah yaitu berkisar antara Rp30.000 hingga Rp125.000.  

Little Ubud buka setiap hari sejak pukul 11:00 – 22:00. 

(sumber: www.anakjajan.com)

Holyduck

Suasana restoran bertemakan Bali dengan aksen kayu ini membuat suasana terasa nyaman dan homey. Menu yang menjadi signature dish adalah Signature Crispy Duck. Bebek goreng renyah dengan bumbu Bali yang juicy ini disajikan dengan tiga jenis sambal khas Bali. Selain itu juga ada Bebek Palalah Bali, yaitu bebek suir bumbu khas Bali dan Bebek Mentega, bebek goreng dengan saus mentega spesial yang penuh rasa.   

Bagi Anda yang kurang suka dengan bebek, dapat memilih menu lainnya seperti Ayam Goreng Kremesan Rempah, Ayam Bakar Bumbu Rujak, Sate Bebek Gilimanuk, Sate Ayam Tabanan, atau Sate Lilit. 

Bagi anda yang ingin mencoba, Holyduck buka setiap hari pukul 10:00 – 22:00, dan terletak di Bukit Gold Mediterania, Ruko Crown Golf Blok B No. 52-56, Jalan Marina Indah Raya, Jakarta Utara.
Bebek Bengil. 

Bebek Bengil (sumber: www.zomato.com)

Bebek Bengil menjadi salah satu restoran yang menyajikan menu khas Bali dengan spesialisasi daging bebek. Restoran ini memilki banyak outlet di Jakarta antara lain di Mall Gandaria City, Mall Epicentrum Walk Kuningan, Mall Senayan City.

Bebek Bengil buka setiap hari pada pukul 10:00 – 22:00.  Sejumlah para foodie  di berbagai blog pun merekomendasikan Bebek Betutu dan sambal matahnya yang segar sekaligus pedas. 


Melihat Keindahan Klasik Bali Tempo Dulu di Desa Wisata Penglipuran

Penglipuran Bali - Berkunjung ke Desa Adat Penglipuran adalah menyaksikan kemolekan lain yang tersimpan di Pulau Dewata. Desa tradisional yang sejuk ini memiliki cerita sejarah yang menarik. Dikenal sebagai wajah kehidupan masyarakat Bali pada zaman dahulu. Tak hanya menerbitkan rasa kagum atas keteguhan masyarakatnya dalam memegang tradisi, tapi juga rasa bangga karena dinobatkan sebagai desa terbersih ketiga di dunia selain Desa Giethoorn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India. 

Desa tradisional penglipuran
Pesona Desa Adat Penglipuran Bali

Bali di Bulan November 2017

Minggu (26/11/2017) hari terakhir kami (saya dan suami) liburan di Bali. Saat itu, erupsi Gunung Agung sedang menghantui suasana berlibur. Kondisi pariwisata di Bali memang masih aman, masih banjir wisatawan. Hanya saja jadwal penerbangan masuk dan keluar Bali beberapa kali sempat ditunda bahkan ditutup. Rasa khawatir tentu ada, karena malam itu kami mesti kembali ke Jakarta sebab Senin pagi suami ada meeting di kantor yang tidak bisa ditinggalkan. Untuk menenangkan suasana hati, kami fokus pada kegiatan hari itu yakni jalan-jalan ke beberapa tempat di Bali.

Kami tak berdua saja. Ada Celly, Bayu dan Ci Verren juga. Sengaja hari itu jalan sama mereka, biar seru main ayunan ekstrem bareng di Bali Swing. Kami dijemput di Villa Selasar / Mayaloka Villa (tempat saya dan suami menginap). Kemudian langsung meluncur bersama mereka ke Kab. Badung. Dimulai dengan seru-seruan bermain ayunan di Bali Swing, baru lanjut ke Desa Adat Penglipuran. Sorenya akan sunsetan di Tanah Lot. Sayangnya rencana ke Tanah Lot gagal karena perjalanan menuju ke sana dihadang macet panjang dan kami akhirnya sibuk mengejar waktu ke bandara.

Cerita tentang berayun di ketinggian Bali Swing dapat di baca di: Uji Nyali Berayun di Ketinggian di Bali Swing
 
Desa Tradisional Penglipuran Bali
Desa Tradisional Penglipuran Bali

Hujan Sepanjang Jalan Menuju Bangli
 

Usai makan siang di restoran Bali Swing, kami menempuh perjalanan berkendara mobil sekitar 2 jam dari Bongkasa Pertiwi, Kabupaten Badung, menuju Bangli. Hujan deras sejak separuh perjalanan hingga sampai di Bangli membuat perjalanan jadi lama. Kami pun terkantuk-kantuk. 

Waktu Zhuhur nyaris terlewat jika suami tak segera minta diantar ke masjid. Karena sudah di Bangli, Mas Sastra (driver) langsung membawa kami ke Masjid Agung Bangli. Hujan masih deras, tak ada tanda-tanda akan berhenti. Dengan satu payung dan satu mantel hujan, kami berlari-lari menuju pintu masuk masjid, segera salat. Hati jadi tenang setelah tunai segala kewajiban. Baru setelah itu mobil kembali melaju menuju Desa Penglipuran.

Desa Penglipuran berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar. Menurut Mas Sastra, desa ini sudah dekat dengan perbatasan desa-desa yang berada di sekitar Gunung Agung. Jarak dengan perbatasannya saja yang dekat. Kalau dengan gunungnya masih jauh. Jadi tak ada kondisi mengkhawatirkan. Semua masih kondusif.  


Baca juga : Nusa Penida, Kilau Indah Permata Bali 

Masjid Agung Bangli yang kami singgahi sebelum sampai di Desa Penglipuran

Tiket Masuk Penglipuran dan Sewa Payung
 

Jarak dari Masjid Agung Bangli ke Desa Penglipuran kami tempuh dalam waktu  15 menit. Pukul 15.14 WITA kami sampai di Balai Banjar yang berjarak sekitar 20 meter dari mulut desa. 

Di depan Balai Banjar terpancang papan nama bertuliskan Sapta Pesona, lengkap dengan rinciannya: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan. Nanti setelah berkeliling Desa Penglipuran, Sapta Pesona ini memang gambaran paling cocok buat dilekatkan pada Penglipuran.  

Balai Banjar Desa Penglipuran

Area parkir kendaraan berada di sebelah balai. Tidak terlalu luas. Berkapasitas kurang lebih 10-15 mobil saja. Kalau tak salah ingat, ada 5 mobil yang sedang parkir saat itu. Hujan masih deras, kami ragu untuk turun, apalagi masing-masing pada bawa kamera. Khawatir basah dan jadi rusak.

Mas Sastra keluar mobil lebih dulu, ia berlari ke loket untuk membayar tiket masuk. Untuk masuk Desa Penglipuran ini wisatawan dikenakan biaya Rp15.000,-/orang dan Rp8.000,- untuk parkir kendaraan.  

Sewa payung di desa Penglipuran

Sesaat kemudian seorang wanita (sudah nenek-nenek) mendekati mobil kami. Dia datang dari arah tenda tunggu dekat jalan masuk desa. Di tangannya tergenggam beberapa payung. Diacungkannya payung-payung itu untuk kami sewa. Kebetulan sekali. Meski punya mantel hujan sendiri, payung itu tetap saya sewa. Suami, Bayu, dan Ci Verren juga ikut menyewa. Motif payungnya seragam dan warnanya cantik-cantik. Sepertinya bagus saat dipakai berfoto di desa.

Kalau ke sini sedang hujan, jadi tak khawatir. Tinggal sewa payung buat keliling desa. Biaya sewa hanya Rp10.000,-/payung. Bisa pakai sepuasnya sampai kelar keliling desa. Asal dijaga jangan sampai rusak. Pembayarannya kalau sudah kelar, saat mau pulang.

Jalan masuk Desa Penglipuran

Keindahan Tanah Leluhur

Terletak di 700 meter di atas permukaan laut membuat Desa Penglipuran senantiasa dilingkupi udara sejuk dan segar. Kesejukan dan kesegarannya langsung terasa ketika menapaki desa. Desa ini bahkan sering basah karena hujan. Selama di sini, hujan tak jua reda sampai kami meninggalkannya.

Ada sebuah angkul (gerbang) yang berada tepat di pusat jalan desa. Sirapnya (atap) terbuat dari bambu. Sangat tradisional. Di dekat angkul saya berhenti, memandang sekeliling. Saya menjumpai kontur tanah desa yang miring sehingga jalan desa ada yang menurun dan menanjak. 

Penunjuk arah buat wisatawan yang ingin mengeksplore potensi yang ada di Desa Penglipuran

Tak jauh dari angkul terdapat petunjuk arah yang membuat saya jadi tahu kalau desa ini memiliki tempat-tempat wisata potensial yang bisa dikunjungi seperti candi, Bamboo Forest (250 m), Monument, dan Karang Memadu (150m). Jarak ke tempat-tempat tersebut tak sampai 1 kilometer. Saya jadi penasaran untuk melihatnya.

Namun, keterbatasan waktu membuat kami tidak banyak ke mana-mana. Hanya di desa, melihat-lihat suasana. Itu pun tidak mengelilingi seluruh desa. Sekitaran angkul saja. Lagipula sedang hujan. Meski hujan, saya tetap bisa maksimal mengamati salah satu rumah adat, menyapa penduduk yang lewat, dan berbincang hangat dengan salah satu penghuni rumah. 


Di samping itu tentu saja saya mengambil foto. Terlalu sayang tidak mengabadikan keindahan desa lewat lensa. Karena sedang hujan, saya dan suami bekerja sama. Saya memotret, suami memegang payung. Kalau suami yang motret, gantian saya yang memayunginya. Memang jadi agak repot. Tapi itu menyenangkan 😊

Angkul di pusat jalan desa (gerbang tinggi disebelah kanan)

Di bawah gerimis, dari tempat yang agak tinggi, pemandangan desa terlihat jelita. Rumah-rumah adat berjajar dalam pagar yang rapi. Di luar pagar maupun di dalam pagar, aneka tanaman bunga warna-warni tumbuh cantik menambah keasrian. Jalannya yang sedang basah oleh air hujan,
berukuran cukup lebar (+/- 3 meter), terlihat sangat bersih.   

Suasana jalan terasa sangat tenang tanpa gangguan hilir mudik kendaraan jenis apapun. Tanpa bising suara klakson yang memekakkan telinga. Tanpa asap knalpot yang mengotori pernafasan. Hanya ada orang-orang, baik penduduk asli maupun wisatawan yang sedang berkunjung. Saya pun tak melihat ada hewan peliharaan lalu laang di jalan.

jalan desa penglipuran
Jalan desa Penglipuran. Lebar, bersih, rapi. Tak dilewati oleh kendaraan apa pun.

Permukaan jalan desa bukanlah aspal hitam mulus yang licin mengkilat, melainkan aspal berbatu. Tekstur batunya menutupi seluruh permukaan jalan. Seperti paving stone di taman-taman, tapi rapat dan padat tanpa celah. Di sisi kiri dan kanan jalan ada got. Di antara badan jalan dan got ada space kosong (semacam trotoar) dibalut rumput hijau yang tebal. 

Oh ya, di sini tentunya tidak perlu trotoar. Seluruh badan jalan bisa dilalui dengan aman oleh orang-orang. Tidak perlu minggir-minggir karena tidak ada kendaraan apapun yang lewat. Nah, penataan ini seragam, terlihat sepanjang jalan. Sangat rapi, enak dilihat, nyaman dirasa. 

Warga menanam bunga di depan rumah dan di pekarangan
Desa Penglipuran Bali

Rumah Adat dan Keunikan Desa

Nuansa tradisional Desa Penglipuran sangat kuat. Memiliki keunikan baik dari segi fisik maupun non fisik. Salah satu keunikan fisik yang langsung terlihat adalah bentuk arsitektur rumah warga yang kental bergaya tradisional Bali seperti gerbang yang disebut angkul-angkul, atap dari bambu, dan dinding penyeker.

Empat tahun lalu saya pernah menyambangi Kintamani bersama suami. Saya masih ingat bentuk rumah-rumah di sana. Nah, jika dicermati arsitektur rumah di Penglipuran ini memiliki kemiripan dengan rumah-rumah di Kintamani. 


Mengenai arsitektur rumah ternyata ada kaitannya dengan kisah di masa lalu, saat masih zaman kerajaan. Dulu, yang tinggal di desa ini adalah Raja Bangli dan para penghuni kerajaan lainnya. Namun, Raja Bangli menginginkan rakyatnya juga tinggal bersama-sama dengan raja. Salah satu alasannya adalah untuk berperang. Sebelum dipindahkan ke Penglipuran, dulu masyarakatnya tinggal di desa Bayung Gede Kintamani. Dari sinilah cerita arsitektur rumah itu bermula.  

Kebersihan desa selalu terjaga

Masing-masing rumah memiliki gapura kecil (gerbang) dengan bentuk, ukuran dan atap dari bambu yang seragam. Ukuran gapuranya hanya bisa dilalui oleh satu orang. Harus bergantian ketika melewatinya. Ada makna filosofis yang terkandung dari ukuran tersebut. 


Halaman rumah dihiasi bale sakenam, sementara tempat ibadah keluarga diletakan di sudut timur.  

Gerbang kecil di tiap rumah, bentuknya seragam

Setiap rumah memiliki pekarangan. Di masing-masing pekarangan terdapat dua rumah adat. Rumah bagian depan merupakan rumah utama, berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan tempat tidur. Sesuai adat dan tradisi desa, hanya anak laki-laki yang berhak mewarisi rumah utama. 

Sedangkan dapur ada di bagian belakang, bangunannya terpisah. Di dalam dapur terdapat tungku (tempat memasak) dan juga tempat tidur. Di langit-langit dapur ada lumbung kecil tempat menyimpan hasil panen. Dari yang pernah saya baca, berdasarkan penelitian para ahli, meski musim berubah-ubah (panas/kemarau, dingin/hujan), suhu dapur di rumah-rumah adat ini tetap konstan. 

Dapur tradisional di bagian belakang, terpisah dari rumah utama

Mata pencarian masyarakat Penglipuran adalah bertani, buruh pertanian, perajin, dan peternak. Seperti diketahui, desa ini memiliki potensi hutan bambu. Bambu inilah yang dijadikan beragam kerajinan tangan yang kemudian disajikan sebagai souvenir dengan harga yang super menarik.

Beberapa warga juga ada yang berdagang di rumah. Kebanyakan mereka menjual keperluan sehari-hari. Ada pula yang berjualan souvenir yang bisa dijadikan buah tangan oleh wisatawan seperti kain bali, aneka snack Bali, baju kaos Bali, kerajinan bambu, dan lain-lain. 


Di salah satu penjual, Celly membeli kain Bali seharga Rp 50.000,-. Sedangkan Bayu membeli ikat kepala dengan harga Rp10.000,- Kain dan ikat kepala itu kami anyari untuk berfoto dengan latar desa. 

Warga desa menjual barang kerajinan di rumah

Di sini, beberapa warga menjadikan rumahnya sebagai homestay. Bisa jadi tempat bermalam bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung suasana kehidupan sehari-hari masyarakat Bali di Penglipuran. 

Berinteraksi dengan warga, bersantap dengan masakan desa, tentu akan menjadi pengalaman unik yang sangat berbeda dari kebiasaan sehari-hari di daerah tempat kita tinggal. 

Jika terbiasa liburan di Bali menikmati suasana pantai yang berlimpah cahaya matahari, jalan-jalan dan belanja di kawasanan Kuta yang padat, makan-makan di gemerlap kafe-kafe dan resto di  tengah Kota Denpasar, maka di sini bisa menikmati sisi lain Bali yang penuh ketenangan, kedamaian, serta kesederhanaan. 

Antar rumah warga tanpa pagar pembatas. Pagar hanya ada di bagian depan rumah.

Teguh Memegang Tradisi

Desa Penglipuran sudah ada sejak abad 13 dengan luasan desa 112 hektar. Desa tua ini disebut sebagai desa tradisional karena masih memegang kuat tradisi dan ritual-ritual adat istiadat yang dipercaya, seperti tradisi atau ritual upacara keagamaan, pernikahan, kelahiran, bahkan kematian. Dalam ritual atau upacara yang diadakan masyarakat setempat, setiap pengunjung bisa masuk dan melihat langsung setiap hal yang berlangsung dalam upacara tersebut. 


Desa Penglipuran memiliki sistem kekeluargaan yang cukup kuat. Tradisi yang kuat tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakatnya yang saling peduli, saling perhatian dalam segala hal, termasuk dalam mengadakan upacara pernikahan, adat, dan keagamaan. Sistem kekeluargaan yang kuat ini selanjutnya diperkuat dengan tidak adanya pintu penghalang atau gerbang antara pekarangan yang satu dengan yang lain. Jadi, kalau ada persoalan yang cukup penting dan genting, setiap masyarakat dapat dengan mudah serta bebas hambatan. 

Ukuran gerbang di rumah adat Desa Penglipuran seragam

Biasanya penduduk setempat melakukan upacara adat di pura, seperti upacara Piodalan. Upacara ini dihitung berdasarkan kalender Bali. Upacara ini digelar setahun sekali. Dalam upacara tersebut dapat dijumpai semacam musabe bantal atau sesajen yang berupa buah-buahan, jajanan, hasil bumi, dan berbagai jenis sesajen lainnya.

Di Desa Penglipuran juga dikenal adanya musim kawin. Pada saat yang bersamaan, dihelat banyak upacara pernikahan. Biasanya setiap bulan Oktober, di desa ini banyak dijumpai upacara pernikahan. Hal itu dilakukan karena masyarakat setempat mengakui bahwa bulan tersebut adalah bulan yang baik atau waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan. 

Bale di rumah adat Bali

Keindahan Klasik Bali Tempo Dulu

Saya dan suami senang sekali dapat berkunjung ke Penglipuran. Kami menikmati eksotisnya panorama dan lingkungan desa, serta mengagumi keteguhan masyarakat Penglipuran dalam memegang adat budayanya. Orang-orangnya yang ramah, memiliki nilai spiritual yang sangat kental. Mereka menghormati sesama manusia, alam, dan Tuhan.

Datang ke sini seakan diajak flash back menikmati kehidupan masyarakat Bali zaman dulu. Jadi, bila ingin lihat wajah Bali tempo dulu maka datanglah ke Desa Penglipuran. Suasana desanya tenang, begitu damai dalam kesederhanaan. Kesejukan, kebersihan, dan keasrian yang dimilikinya menjadi penyempurna keindahan desa. Tak heran jika Penglipuran jadi salah satu desa terbersih di dunia bersama Desa Giethoorn (Belanda) dan Mawlynnong (India). 

Desa Penglipuran, desa pengeling pura.

Mengenai nama desa, Penglipuran diambil dari kata pengeling pura yang berarti “ingat pada leluhur”. Selanjutnya desa ini berubah nama menjadi Penglipuran. Sesuai dengan namanya, desa ini dapat menjadi tempat pelipur atau penghibur dikala duka.

Saya percaya, ketenangan dan kedamaian itu letaknya di hati sendiri, bukan pada tempat atau orang lain. Saya juga percaya, ketenangan yang terdapat pada suatu tempat atau pada seseorang yang lain juga dapat menular ke dalam diri. Ia menjalar ke dalam hati dan perasaan, masuk ke dalam batin, menghalau perasaan lain yang bertentangan, sehingga terciptalah kekompakan. Kompak dengan ketenangan dan kedamaian yang melingkupi dari luar.


Karena itu, sedang berduka atau tidak, ketenangan dan kedamaian yang murni dari desa ini bila benar-benar dihayati dengan hati akan memberi pengaruh pada suasana hati. Jadi senang dan kian bahagia. 

🌷 Indahnya Pesona Penglipuran 🌷

Penglipuran itu buat saya seperti ketika berada di sisi seorang kekasih yang memiliki ketenangan, kesabaran, ketulusan, dan kebersihan hati tanpa batas. Jiwa merasa damai dan tentram bersamanya. Merasa selalu dicintai, dihormati, tak pernah dikhianati sehingga selalu mendambanya jadi tempat menua menghabiskan sisa usia. Rasa bahagia yang terasa ketika bersamanya bagai dicurahi penghiburan dan penglipuran sepanjang waktu. Itulah Penglipuran. 💕



Bali, November 2017

Catatan: 
Semua foto oleh Katerina dan Arif.
Jalan-jalan Bali bersama Picniq Tour & Travel. 
Paket tour Bali dan lainnya www.yourpicniq.com  Jeffry HP: 081949555588
 

Nusa Penida Kilau Indah Permata Bali

Nusa Penida merupakan salah satu destinasi utama di Bali. Pulau ini terkenal dengan pantai-pantainya yang masih alami, tebing-tebing spektakuler, dan panorama perbukitan. Nusa Penida tidak hanya jadi favorit bagi wisatawan lokal, tetapi juga primadona bagi wisatawan mancanegara. 
Nusa Penida BALI

Berangkat dari Sanur Naik Angel Bilabong Fast Cruise

Pantai Sanur adalah pantai paling terkenal di Bali sebelum Pantai Kuta menjadi buah bibir dunia. Dari pantai inilah kapal cepat yang akan mengantar kami ke Nusa Penida berangkat. Selain dari Sanur, Pulau Nusa Penida juga bisa ditempuh dari Benoa dengan menumpang Quicksilver/Bali Hai, dari Kusamba menumpang Jukung, dan dari Padang Bai menumpang Kapal Boat yang berjarak tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan.

Kapal cepat bernama Angel Billabong Fast Cruise memberangkatkan kami pada pukul 09.00 WITA. Ketiadaan dermaga membuat kami harus berjalan ke pantai hingga beberapa meter ke laut untuk menaiki kapal. Kaki basah, terendam air hingga paha. Kami memanjat buritan kapal dengan sedikit usaha, dibantu oleh kru kapal. Barisan bangku jok hadap depan dalam kapal jadi tempat duduk yang nyaman walau agak sempit. Beberapa bule lebih memilih berdiri daripada duduk.

Kapal cepat ke Pulau Nusa Penida berangkat hampir tiap jam dengan 9 kali jadwal keberangkatan. Mulai dari pukul 7 pagi sampai 16.30 WITA. Waktu tempuh sekitar 35 menit, terbilang singkat. Jika berangkat secara mandiri tanpa menggunakan jasa tour, harus mengurus tiket terlebih dahulu. Tarif kapal Rp 200.000,- / orang 


Baca juga: Menyesap Damai di Danau Beratan Bedugul

Berangkat dari Sanur

Naik speedboat ke Nusa Penida

Surga Tersembunyi di Ujung Tenggara Pulau Bali

Cuaca bagus, laut tenang, kapal berlayar dengan lancar. Terdapat dermaga apung dekat Pelabuhan Toyapakeh yang mempermudah kami naik ke daratan. Tidak harus berbasah-basah seperti ketika berangkat. Beberapa pria mendekat sambil menawarkan jasa sewa motor dan mobil. Jika datang dengan rombongan cocok sewa mobil. Kalau berdua saja, naik motor tampaknya lebih seru. Apabila menyewa mobil, disarankan sekaligus dengan supir yang sudah menguasai medan. Supir di Nusa Penida biasanya merangkap guide yang bisa diandalkan.

Sebelum memulai perjalanan keliling Nusa Penida, ada baiknya tahu lebih dulu apa saja yang bisa dikunjungi. Buat yang baru pertama ke Nusa Penida, brosur wisata yang dibagikan oleh para pria penjual jasa sewa mobil bisa diminta gratis. Marine activities di Nusa Penida di antaranya Bukit Teletubies, Kelingking Beach, Angel Billabong, Broken Beach, Crystal Bay, Atuh Beach, Manta Point, Mola Mola. 

Selain destinasi wajib tersebut, objek wisata lainnya juga menarik untuk dikunjungi seperti Gua Giri Putri, Pura Paluang, Tembeling Water Spring, Guyangan (mata air), Pantai Suwehan, Pantai Banah, Jembatan Kuning Lembongan, Gala Gala Underground House, Seganing Waterfall, Pulau Seribu Nusa Penida. Tak cukup sehari untuk mengunjungi semuanya. Perlu menginap beberapa hari di Nusa Penida. Untuk one day tour hanya tiga tempat yang dikunjungi. Perlu berangkat pagi ikut kapal pertama yang jam 7  supaya tidak terburu-buru menyelesaikan kunjungan.  

Baca juga: Liburan Romantis di Mayaloka Villas Seminyak Bali

Pantai Billabong - Nusa Penida

Pohon Cinta Mati Spot Foto Unik di Pantai Kelingking

Topografi Nusa Penida berbukit dan bergelombang. Naik turun dan berkelok-kelok. Kadang melewati jalur di pinggir jurang. Kalau bukan supir handal yang sudah terbiasa melewati medan tersebut, jantung bisa berdebar terus sepanjang jalan. Meski kadang tak nyaman, tapi pemandangan yang menemani selama perjalanan menyenangkan untuk dinikmati. Hutan kelapa, ladang jagung, suasana alami pedesaan, dan bukit-bukit hijau yang menyejukkan mata, membuat rasa lelah jadi tak terasa. Apalagi jika sudah melihat pesona pantai-pantainya, semua terbayar lebih dari lunas.

Kami menghabiskan waktu 1 jam perjalanan bermobil dari Pelabuhan Toyapakeh untuk mencapai Pantai Kelingking, primadonanya Nusa Penida yang terletak di Dusun Karang Dawa, Desa Bunga Mekar, Nusa Penida bagian Barat. Mobil berhenti di Bukit Karang Dawa yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Di sinilah lokasi Pantai Kelingking berada.

Sebelum turun tebing untuk melihat Pantai Kelingking, kami berfoto di Pohon Cinta Mati atau biasa disebut Kayu Cinta Mati Nusa Penida. Letaknya beberapa langkah saja dari tempat parkir. Pohon yang berdiri di atas bukit Karang Dawa ini hanyalah sebatang pohon yang mati dimakan usia, berupa kayu yang terlihat rapuh. Meskipun terlihat rapuh tapi mampu menopang orang yang naik ke atasnya. Kami naik satu-satu, bergantian, pakai tangga kayu. Ada sensasi berbeda ketika melihat pemandangan dari atas pohon. Memotret di sini bukan hanya menghasilkan foto unik, tapi juga berbeda dengan latar belakang panorama alam yang menakjubkan. 


Baca juga: Uji Nyali Berayun di Ketinggian Bali Swing

Pohon Cinta Mati

Pantai Kelingking Primadona Nusa Penida

Highlight utama penanda Pantai Kelingking adalah tebing menyambung yang bentuknya mirip kepala hewan purba Tyranosaurus. Tebing menjorok ke laut yang terbentuk secara alami ini dinamakan Tebing Karang Dawa atau Tebing Paluang. Dengan latar tebing inilah biasanya para wisatawan berfoto. Foto yang kemudian banyak tersebar di dunia maya dan menjadi viral, sehingga banyak yang ingin melihatnya langsung.

Tebing Karang Dawa memiliki keunikan tersendiri dan tidak mudah dicari di tempat lainnya di Indonesia. Ada yang mengatakan mirip Navagio Beach di Yunani, tapi pantai Navagio lebih sempit, karangnya pun agak terbelah rata. Tebing ini menjadi pembatas antara dua pantai yaitu  Pantai Kelingking di sebelah kanan dan Pantai Paluang di sebelah kiri. Pengunjung tidak bisa berjalan di atas Tebing Karang Dewa, tapi bisa melihat keindahannya dari atas Bukit Karang Dewa. Juga bisa berfoto dengan latar tebing dan pantai yang ada di bawahnya dari puncak tebing di sisi Pura Paluang. Berfoto dengan background tebing Karang Dawa yang menjadi ciri khas pantai Kelingking tentu sebuah keharusan. Tapi, jangan lupa untuk tetap jaga keselamatan.

Pantai Kelingking sering juga disebut Kelingking Secret Point, spot yang terkenal untuk diving yakni Manta Point. Jika tergoda ingin menikmati pantai Kelingking, bisa dengan naik speedboat dari Toyapakeh atau Crystal Bay. Pantainya elok berpasir putih, tak henti dibelai ombak dengan buih-buih putih di antara gradasi air laut hijau turkois dan biru gelap.

Di tebing Pantai Paluang terdapat Pura Paluang atau yang lebih dikenal Pura Mobil. Dinamakan demikian karena pelinggih di pura ini berbentuk mobil. Menurut cerita, pelinggih mobil ini dibangun karena dulunya masyarakat sekitar sering mendengar deru suara mobil dan klakson mobil. Padahal saat itu belum terdapat mobil disana.  


Baca juga: Pulau Leebong Permata Belitung nan Memesona

Di atas tebing Pantai Kelingking

Angel’s Billabong | Kolam Tersembunyi nan Eksotis

Angel’s Billabong terletak di Banjar Sumpang, Desa Bunga Mekar, pesisir Barat Nusa Penida.  Kurang lebih 30 menit perjalanan bermobil dari Pantai Kelingking. Untuk sampai ke titik lokasi, kami masih harus jalan kaki menuruni tebing sekitar 10 menit dari tempat parkir yang terletak di atas bukit. Bagusnya di sini sudah dibangun jalan turun berupa anak tangga semen. Turun jadi mudah meskipun cukup curam.

Surga tersembunyi Nusa Penida ini berupa kolam alami yang berciri khas artistik dan eksotis. Bentuknya mirip seperti kolam pemandian karena antara kolam dan pantai terpisah. Angel’s berarti bidadarinya Nusa Penida. Billabong dalam bahasa Inggris berarti ujung dari sebuah sungai yang buntu. Tapi celah panjang di antara dua tebing batu karang ini bukanlah muara sungai. 

Angel's Billabong
  
Angel’s Billabong terbentuk secara alami karena air laut yang mengalir masuk terperangkap dan membentuk sungai buntu. Aliran air yang berada di antara dua tebing karang langsung bertemu dengan lautan lepas. Air kolamnya sejernih cermin, memperlihatkan kontur-kontur batu karang berwarna hijau dan kuning di dasar kolam. Lumut berwarna hijau yang tumbuh di sekitar karang menambah kesan alami. Sulit menahan diri untuk tidak berenang dan berendam merasakan kesejukan airnya yang tenang.

Berenang dan bersantai di kolam renang alam sebening cermin sambil memandangi laut lepas tentu sebuah pengalaman yang istimewa. Ada sensasi berbeda yang tak mudah ditemukan di tempat lain. Tetapi, sangat dianjurkan untuk selalu memperhatikan pasang surut air laut. Jika sedang pasang biasanya air laut yang dibawa ombak akan masuk menembus bebatuan. Saat air surut dan ombak bersahabat aman buat berenang, tapi tidak dianjurkan berenang terlalu jauh ke tepian perbatasan kolam dan lautan. 

Jangan pernah turun apalagi berenang disaat ombak sedang menggelora menjilat-jilat tebing. Jika sedang gelombang besar bisa tersapu oleh air laut. Sangat bahaya. Cukup nikmati dari bibir tebing.  

Angel Billabong

Broken Beach Kolam Raksasa di Tengah Tebing

Broken Beach punya keunikan tersendiri dan belum tentu bisa dijumpai di tempat lain. Lokasinya sangat dekat dengan Angel’s Billabong. Cukup jalan kaki 3 menit menanjak bukit sudah sampai. Sesuai kondisinya, dinamakan Broken Beach atau Pasih Uug. Dalam Bahasa Bali Pasih Uug berarti pantai rusak atau patah. Pantai ini memiliki dua keistimewaan. 

Pertama, bagian tebing yang melingkar membentuk kolam alami yang sangat luas. Kedua, salah satu sisi tebing yang menghadap laut, bolong membentuk terowongan raksasa. Dari terowongan inilah air laut masuk ke kolam raksasa. Airnya sangat jernih, bergradasi hijau toska-biru.

Kami datang di musim hujan. Rumput-rumput di sekitar tebing, pohon jarak, dan tumbuhan khas pesisir lainnya sedang subur-suburnya. Pohon kaktus pun banyak tumbuh di sini. Pemandangan alam sekitar nampak hijau dan asri. Broken Beach bukan pantai landai, melainkan pantai bertebing. Wisatawan biasanya berfoto selfie dengan latar tebing bolong yang bentuknya menyerupai sebuah jembatan dengan terowongan. 

Broken Beach - Nusa Penida
 
Pemandangan lain yang tak kalah spektakuler yaitu deretan tebing di sepanjang pantai. Jika beruntung bisa melihat serombongan ikan pari manta berenang-renang di laut. Sedangkan pantai dalam kolam di tengah tebing lain lagi. Saat ombak tenang dan sedikit surut, speedboat kecil bisa masuk melalui terowongan, dan pengunjung bisa dibawa ke pantainya.

Pemandangan indah, suasana nyaman, dan ketenangan yang tidak didapat dari pantai-pantai lain di Bali yang ramai pengunjung adalah alasan utama mengapa Nusa Penida begitu disukai oleh wisatawan asing ataupun lokal. 

Tebing-tebing spektakuler, air laut sejernih cermin, pantai-pantai alami sangat bersih, dan ombak-ombak yang menggelora, adalah keindahan tiada tara yang mampu membuat para pejalan kembali bergairah melanjutkan langkah dan cerita hidupnya. 

Broken Beach dikepung tebing

HOW TO GO

Untuk menuju Nusa Penida sangatlah mudah. Apabila telah sampai di Bali, bisa langsung menuju Pantai Sanur. Perjalanan naik kapal dari Pantai Sanur ke Nusa Penida selama lebih kurang 35 menit. Biaya naik kapal cepat dikenakan biaya Rp 200.000,- per orang. Sewa mobil di Nusa Penida tarifnya Rp 600.000,- / hari sudah termasuk supir dan bahan bakar.

WHERE TO EAT

Banyak pilihan tempat makan di Nusa Penida. Warung Angel’s Billabong salah satunya. Rumah makan ini berada di jalur rute tur Pantai Kelingking, Angel’s Billabong, dan Broken Beach sehingga mudah untuk disinggahi. Tersedia menu-menu cepat saji seperti Chicken Satay, Club Sandwich, Japle, Mie Goreng, Pancake, Nasi Goreng Ayam, Nasi Goreng Seafood, Spaghetti Carbonara, Spaghetti Bolognese, Burger. Untuk menu minumannya tersedia Cold Drink, Milk Shake, Fresh Juice.

WHERE TO STAY

Wisatawan yang membeli paket one day tour Nusa Penida tidak perlu menginap karena kapal yang kembali ke Sanur tersedia tiap hari dengan keberangkatan paling sore pukul 16.00 WITA. Jika ingin mengesklore semua destinasi wajib di Nusa Penida, 4-7 hari waktu yang layak untuk menginap. Ada banyak pilihan penginapan yang dapat disesuaikan dengan kantong. Salah satu penginapan dengan harga terjangkau yang bisa Anda coba adalah Full Moon Bungalows. Penginapan unik yang memiliki rasa mewah. Tersedia fasilitas antar jemput tamu di pelabuhan. Rate per malam saat ini Rp 250.000,- 

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Tulisan Nusa Penida pernah dimuat Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018