Aturan tersebut sudah lama ada, dan telah berlaku umum di masyarakat. Penyelenggara sering menuliskannya dalam pengumuman lomba yang disebarkan secara umum, kadang hanya diinfokan saja ke internal penyelenggara untuk diketahui bersama.
Untuk meyakinkan kembali apa yang saya ketahui tersebut, saya membuat jajak pendapat melalui Google Form untuk mengetahui pendapat orang lain. Meskipun norma tersebut bukan rahasia lagi, mungkin saja ada yang belum mengetahuinya.
Hasilnya: 85,5% mengatakan TIDAK boleh ikut, dan 14,5% mengatakan BOLEH dengan tapi.
Jajak pendapat dilakukan pada tgl. 30 September 2022, diikuti oleh 56 orang yang seluruhnya merupakan blogger, terdiri dari:
Askar Juara, Vicky Laurentina, Yahya Kurniawan, Said Rahman, Yudhistira Eko, Kakak Made, Lidya Fitrian, Anisa AE, Desi Murniati, Bang Aswi, Tanti Amelia, Freddy Hernawan, Sugianto, Rina susanti, Dewi Ratnasari, Lia Lathifaturrahmah, Bai Ruindra, Didno, Annisa Rizki Sakih, Mochammad Kurniawan, Arif Budi Hartoyo, Nurul Sufitri, sutoro, Dewi Rieka, Ade Nurshanty, Naqiyyah, Aisyah Dian, Imawan Anshari, Dian Safitri, D. Athri Kasih, Bowo Susilo, Yesi Intasari, Febri Tri Harmoko, Evrina Budiastuti, Ditya Pandu, Elvina Yanti, Moh Suharsono,Erny, Dwi Wahyudi, Muhammad Firman, Eni, Haryadi, April Hamsa, Rahmi, Priangga, Nining aidil, Ali Muakhir, Hidayah Qudus, Bambang Pamungkas, Dian Radiata, Uniek, Retno K, Nurul Rahma, Rudi G. Aswan, Rizka Edmanda, Sapti Nurul Hidayati.
- Rawan terjadi konflik kepentingan
- Nggak sopan kalau pengurus komunitas ikutan 😅🙏
- Sebagai pengelola komunitas, sangat rentan ada konflik kepentingan.
- Ibaratnya pengurus adalah tuan rumah yang sedang menjamu. Kalau pengurus ikutan alangkah kurang eloknya. Apalagi kalau sampai menang, ini akan mempengaruhi penilaian publik tentang kredibilitas penyelenggara lomba
- Supaya tidak terjadi drama/konflik of interest
- Kalau menurut saya sih sebaiknya panitia tidak ikut karena kalau menang akan dicurigai dan bisa bikin kegaduhan :))
- Jangan sampai kemenangan dicurigai karena 'orang dalam' dan nanti kalau mengadakan event lagi, sulit mencari peserta.
- Sebagai pemberi hadiah atau sponsor ada keiklasan untuk tidak mengikuti lomba & memberikan kesempatan pada yang lain
- Karena nantinya akan menimbulkan kecemburuan sosial. Mungkin bisa ikut lomba hanya untuk memeriahkan, tapi tidak untuk dimenangkan.
- Menjaga kredibilitas komunitas, biar nggak ada suara miring kalau pas kebetulan pemenangnya pengurus. Ntar dikira main orang dalam.
- Menjaga kredibilitas
- Konflik kepentingan. Panitia atau pengurus komunitas boleh ikut menuliskan/posting sebagai contoh atau referensi untuk para peserta, tetapi tulisan atau postingnya tidak untuk diikutsertakan dalam lomba dan tidak boleh dimenangkan
- Agar nanti tidak ada pikiran negatif dari peserta kepada panitia. Apalagi eventnya dijalankan oleh pengurus ya ☺ Bisa jadi nanti peserta mengira kalau ada kerjasama antar pengurus sebagai panitia.
- Jikapun penilaian dilakukan fair, namun jika ada anggota komunitas yang menang maka sedikit banyak akan muncul anggapan, "lha iyalah menang wong jurinya temen sendiri." Jadi kalau hal kayak gitu bisa dihindari maka lebih baik. Kecuali, jurinya pihak independen. Kalau bisa lagi blind scoring. Maksudku jurinya gak tahu itu tulisan siapa dan baru diketahui nanti saat panitia mengumumkan pemenangnya. Jujur aja alasanku malas ikut satu lomba yang diadakan oleh satu brand/komunitas di saat anggota komunitasnya dibolehin ikutan hehe. Apalagi kalo jurinya ya pihak brand/komunitas itu sendiri bukan pihak luar. Kalau sejak awal udah diumumkan jurinya pihak luar, maka kemungkinan aku ikutan akan jauh lebih besar.
- "1. Karena pengurus komunitas adalah panitia penyelenggara, seperti aneh aja gitu kalau panitia ikutan jadi peserta. Fokus aja jadi panitia 🤭.
- 2. Karena pengurus yang dalam hal ini merangkap jadi panitia biasanya sudah tahu kisi2 ((KISi-KISI)) konten yang akan jadi pemenang.
- 3. Kalau dari panitia ada yang jadi pemenang nanti malah menimbulkan protes dari peserta di luar komunitas, seperti yang terjadi di beberapa lomba yang sudah-sudah "wah orang dalem nih, pantes menang". Walau sebenarnya mingkin enggak gitu, tapi netijen kan suka berasumsi. #imho🤞😁"
- Disamping akan menimbulkan kecurigaan, pengurus kalau mau ikut lomba lebih pas ikut level kompetisi yg lebih tinggi.
- boleh aja biar tambah ramai
- Utk menjaga fair dalam kompetisi dan nama baik komunitas
- Karena akan menimbulkan banyak kemadharatan
- Besar kemungkinan akan ada penilaian pribadi apabila pengurus komunitas tersebut juga ikut di event, apalagi kalau sampai menang, walaupun mungkin memang memenuhi persyaratan. Namun sebaiknya sih pihak internal tidak ikut apalagi ngga ada pihak sponsor juga yang berarti penilaian murni dari pihak pengurus komunitas.
- Kalo giveaway gpp, toh sistemnya obyektif a.k.a random alias hoki2an. Tapi kalo lomba dan yang jadi jurinya panitia, tentu tidak etis dong ah.
- Kalo pengurus komunitas ikut lombanya, trus menang, ujung-ujungnya pasti rame. Meskipun misalnya kualitas konten si pengurus lebih baik dari yg lainnya, tapi yaaa demi menghindari konflik sebaiknya pengurus ikut mensukseskan lomba dengan cara lain aja.
- Menghindari kecurigaan peserta lain terjadinya penilaian yang tidak objektif karena adanya kedekatan masing-masing personel. Meramaikan saja tidak apa-apa, tapi tidak masuk penilaian.
- Biar orang dari luar komunitas juga melihat kalau eventnya fair.
- Supaya menjaga fairness kak.
- Meskipun karya pengurus bagus, tapi jadi kurang etis bagi peserta sebab berpotensi menimbulkan prasangka tentang fairness dalam penjurian yg mungkin diintervensi atau rekayasa.
- Demi memberikan rasa sportivitas kepada peserta lain di luar komunitas dan menghindari omongan-omongan di belakang sebaiknya pengurus komunitas yang mana berarti juga adalah panitia lomba, sebaiknya tidak mengikuti lomba karena sekalipun penilaian dilakukan secara fair tetap saja akan menimbulkan berbagai kecurigaan sehingga akan berpengaruh terhadap nama baik komunitas tsb.
- Jika pengurus yang mengadakan, tentunya beberapa pengurus ikut menilai dan menjadi jurinya ya. Jadi untuk menjaga objektivitas sebaiknya pengurus tidak ikut, meskipun pengurus itu bukan juri, namun dikhawatirkan kedekatan dengan pengurus lain yang menjadi juri akan mengganggu objektivitas dalam memberi penilaian.
- Nanti bisa mengurangi kepercayaan peserta lomba atau giveaway
- Lebih ke etika dan membahagiakan anggota komunitas, sesuai tagline dari pengurus untuk komunitas
- 1. Karena pengurus sudah pasti tahu s dan k yang berlaku.
- 2. Pengurus sudah pasti tahu karakter judges
- 3. Jika orang awam di luar komunitas tahu pasti dinilai tidak fair "
- Sebaiknya PANPEL (panitia penyelenggara) lomba yang sudah ditunjuk; like juri, korlap, ketua panpel, nggak dibolehin ikut. Kecuali kalau model penjurian dgn metode lain. Misal semua boleh ikut. Lalu jurinya adalah semua yang ikut. Dengan melakukan vote utk masing-masing peserta satu vote. Vote terbanyak juaranya.
- Bisa dipikirkan cara lain supaya lebih fair.
- Event komunitas tujuannya adalah untuk mengenalkan komunitas kepada khalayak umum. Sebaiknya pengurus fokus pada pengawalan lomba hingga selesai serta mempersiapkan follow up dari kegiatan agar peserta lomba bisa bergabung dengan komunitas tersebut. Akan tetapi, jika memang pengurus boleh ikut sebaiknya adalah hasil dari kesepakatan antar pengurus. Kekurangannya, jika ternyata pemenang adalah pengurus, bisa jadi timbul persepsi negatif terhadap komunitas dari peserta, terlebih jika ada peserta umum yang tahu jika si pemenang adalah pengurus.
- Biasanya ikut lomba untuk meramaikan saja karena kalau diikutsertakan ke penilaian juara khawatir ada penilaian yang subjektif (karena teman dan udah urus komunitas dsb)
- Untuk meramaikan karena ada potensi peserta sedikit, tapi kebijaksanaannya untuk pengurus biasanya tidak akan dimenangkan. Sifatnya cuma meramaikan
- Sebagus apa pun hasilnya dia, tetap tidak fair di pandangan peserta lain. Biasanya jadi catatan khusus ke depannya, males ikutan, soalnya yang menang temennya juri, orang dalam, dsb..
- Komunitas adalah penyelenggara jadi termasuk ke dalam panitia
- Dianggap tidak fair
- Bisa mempengaruhi objektivitas juri saat menilai, meskipun juri berasal dari pihak luar/profesional. Begitupula dengan pandangan peserta lain yang merasa kurang adil apabila salah satu panitia menjadi pemenang
- Untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan peserta lomba selain pengurus.
- Netralitas panitia dipertanyakan nanti kalo bisa juara.
- Yang menilai/ menjadi juri apakah para pengurus komunitas tsb? Sebenarnya sih mungkin boleh saja pengurus ikut lomba dan jika memang dapat meraih juara/ hadiah juga. Hanya saja nanti bisa jadi pertanyaan dari anggota komunitasnya. Akan lebih fair rasanya kalau pengurus tidak ikut serta lomba. Atau bisa juga pengurus berhak ikut lomba tetapi pihak luar komunitas yang menjadi jurinya.
- takut kong kalikong
- Menurutku ngga apa-apa, biar lombanya semakin ramai dan meriah ya, dan pengurus bisa ikutan bersenang-senang, saranku nanti jurinya diumumkan jadi pesertanya tahu biar lebih afdol Mbak, jadi pada tahu jurinya siapa dan tentu saja bukan dari pengurus
- Pada dasarnya yg namanya lomba pengurus ya ga boleh ikut dalam lomba. Kalau pun ikut ya cukup untuk meramaikan. Tidak diikutsertakan dalam penilaian. Kecuali kalau kerjasama dari luar dan juri dr brand bukan komunitas
- Kalau pengurus itu sebagai panitia sebaiknya tidak, terutama panitia bagian juri. Tapi, kalau cuma panitia bagian registrasi atau bagian mencari juri tak apa. Soalnya aku pernah membolehkan anggota ikut lomba itu.
- Boleh banget mbak, masak pangurus hanya jadi penonton? justru menurutku pengurus lebih berhak ikutan Karena sudah capek 2 Kali lipat mengurus ini itu nya
- Seharusnya pengurus tidak boleh ikut dalam event lomba tersebut karena takutnya penilaian akan subjektif nantinya, selain itu akan menimbulkan kecurigaan dari peserta di luar komunitas dengan asumsi lomba tersebut hanya formalitas tapi yang menang nanti tetap orang komunikasinya.
- Aku percaya pasti saat penilaian juri akan adil dalam memberikan penilaian
- tergantung kesepakatan member atau pengurus menilainya seperti apa
- Kalau saya pribadi, pengurus boleh ikut event tapi berupa giveaway kalau hadiahnya urunan dari seluruh member. Disini kan ga ada yang dirugikan.
- Pengurus ga perlu dapat hadiah jika hadiahnya urunan sesama pengurus. Ikut seseruan gpp tapi asa gimana gitu hadiah yg didedikasikan untuk bareng-bareng yang menang yang nyumbang
- Kalau soal lomba atau kompetisi, semisal penilaian bisa adil, saya rasa gpp pengurus ikut serta dan ada kesempatan menang
- Cuma tergantung hadiahnya urunan sesama pengurus aja, atau urunan semua peserta.
- Aku mikirnya kalau urunan sesama pengurus aja kan itu konteksnya kaya bagi bagi rejeki ke temen-temen buat seru seruan.
- Terus lagi kan biasanya skill pengurus udah lebih pro dalam lomba lombaan ketimbang member
- Karena yang menyelenggarakan adalah komunitas, maka otomatis pengurus seharusnya tidak bisa mengikuti kompetisinya. Karena takutnya jika menang akan timbul persepsi yang berbeda-beda dari peserta lain.
- Boleh saja, karena pengurus komunitas juga merupakan anggota komunitas, dan hasil penilaiannya harus fair sesuai dengan ketentuan event yang diadakan tersebut.
- Tidak, Karena kalau enggak diumumin nanti kesannya bikin giveaway cuma buat naikin rating komunitas aja soalnya pengurus yang menang, Karena bisa jadi ada yang mikir pemenang sudah diatur terus peserta lain jadi cuma bantu naikin rating aja
- Takut timbul konflik kepentingan, rawan tuduhan tidak fair dan sebagainya dari peserta yang mungkin tidak puas dengan hasil undian giveaway.
- Menghindari konflik, dan kasihan nanti walaupun mungkin kontennya bagus, tapi netizen ga seikhlas itu melihat orang dalem yang menang. Nanti yang menang pasti bakalan ga enak juga.
- Selama Juri dari eksternal komunitas itu sendiri.
Secara normatif, ketika sebuah komunitas menjadi penyelenggara sebuah event lomba/kompetisi maka normalnya pengurus tidak perlu ikut lomba. Tetapi menjadi pelaksana dari kegiatan tersebut.
Norma tersebut sudah menjadi pengetahuan umum yang mestinya tidak perlu dijelaskan lagi kepada para pengurus / panitia yang menjadi pelaksana kegiatan.
Di mana norma kesopanan? 😅
NORMA DIPERLUKAN MASYARAKAT
Norma atau peraturan merupakan sesuatu hal yang keberadaannya dinilai sangat dibutuhkan dalam berbagai lapisan kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan, apabila norma tersebut tidak ada, maka setiap individu dapat berbuat sesuka hati dan tidak mempertimbangkan orang lain yang berada di sekitarnya. Sehingga, karena alasan tersebutlah, maka norma dibutuhkan hadir dalam masyarakat. Norma dapat membuat perilaku setiap individu menjadi lebih teratur dan tetap menjalankan hak maupun kewajiban yang dimiliki oleh tiap individu.
Sumber: Gramedia --> Norma Diperlukan Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), norma didefinisikan sebagai peraturan maupun ketentuan yang mengikat warga sebagai kelompok dalam masyarakat. Di mana norma tersebut berlaku sebagai tatanan, panduan sekaligus pengedali dari tingkah laku yang sesuai serta berterima di masyarakat.
Pengertian menurut Ensiklopedia Britannica tahun 2015, norma atau disebut pula sebagai norma sosial ialah peraturan yang standar mengenai perilaku yang dimiliki secara bersama oleh anggota kelompok sosial.
John J. Macionis yaitu seorang profesor di bidang Sosiologi mendefinisikan norma sebagai segala jenis peraturan serta harapan yang ada di masyarakat dan akan memandu segala bentuk perilaku yang akan dilakukan oleh anggota masyarakat.
Craig Calhoun, sosiologis asal Amerika pun mengemukakan pendapat, bahwa norma ialah suatu pedoman atau peraturan yang menyatakan mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam suatu situasi di tengah-tengah masyarakat.
Norma didefinisikan oleh E Utrecht sebagai segala himpunan atau kumpulan petunjuk hidup yang dapat digunakan untuk mengatur berbagai macam tata tertib yang ada pada masyarakat serta bangsa. Dimana norma tersebut, harus ditaati oleh setiap individu dan apabila melanggar, maka akan ada konsekuensi dari pihak berwenang dalam masyarakat.
Seorang sosiologis dari Jerman bernama Bellebaum mendefinisikan norma sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mengatur individu pada suatu lingkungan masyarakat, agar setiap individu mampu bertindak serta berperilaku sesuai dengan keyakinan serta sikap yang berlaku pada lingkungan tempat ia berada.
Soerjono Soekanto pun mendefinisikan norma sebagai suatu perangkat, di mana norma tersebut dibuat dengan tujuan agar hubungan yang ada pada suatu lingkungan masyarakat, mampu berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan dan diinginkan oleh kelompok masyarakat.
Dari pengertian mengenai norma tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa norma ialah aturan yang telah dibentuk sedemikian rupa sebab ada kebutuhan dari masyarakat akan ketertiban yang sama-sama ingin dicapai dalam kehidupan sehari-hari, apabila seorang individu melanggar norma yang telah disepakati dan berlaku tersebut, maka akan ada hukuman atau konsekuensi yang diberikan oleh pihak berwenang.
Komunitas dan Norma yang Berlaku
"Setiap organisasi/komunitas apapun pasti punya tujuan," ujar Vicky.
Komunitas
ibu PKK bertujuan supaya ibu-ibu di daerah itu akur dan saling menyayangi. Komunitas
anak geng punk bertujuan supaya anak geng tidak saling berkelahi. Komunitas
penjual brownies bertujuan supaya tiap anggota itu maju jualannya, bukan saling
menyikut jualan.
ADA TUJUANNYA
DURASI KERJA FOUNDER
Sangat lumrah di tiap komunitas itu ada founder, dan ada
(beberapa) admin. Salah satu aturan yang berlaku umum adalah founder itu
pemilik komunitas selamanya. Sedangkan Admin, harus ditetapkan kapan periode
kerjanya. Setahun doang? 2 tahun? 5 tahun?
Karena ini untuk memberi pengertian (komunikasi) pada Admin
dan Founder, bahwa Admin tidak membantu Founder untuk seumur hidup.
FOUNDER BUKAN FUHRER
Tidak selamanya Founder itu bijaksana. Maka anggota perlu
kritis kepada Founder. Apalagi Admin, berhak banget kritis kepada Founder. Jika
Founder ambil kebijakan yang menyimpang dari tujuan komunitas, gimana?
Pilihan Admin dan Anggota cuman dua: 1) patuh, atau 2)
mengurangi intensitas keanggotaan (entah itu mengurangi keterlibatan, sampai
keluar dari komunitas)
PERAN ADMIN
Admin punya peran menjalankan tujuan komunitas yang sudah
ditetapkan Founder. Tapi kalau Founder dan Admin tidak bisa mufakat (misalnya
karena perbedaan cara berpikir, perbedaan cara kerja), maka Admin perlu
mitigasi untuk keluar dari tugasnya sebagai Admin.
Dan mitigasi itu harusnya sudah direncanakan sejak seseorang
itu ditetapkan sebagai Admin.
Contoh: Nanti kalo ternyata Founder minta belok kiri padahal
selama ini tujuan kita adalah belok kanan, maka Admin harus mundur. Karena
sejak awal kan Admin masuk ke komunitas ini sebab komunitas ini selalu belok
kanan.
Karena Admin bukan menteri yang dibayar pakai pajak dari anggota komunitas.
Admin bukan boneka yang jadi simbol komunitas. Admin itu
pekerja sukarela, dan sukarela itu tidak boleh sampai mengacaukan kesehatan
mental Admin.
Bukankah tadi saya bilang Admin tidak membantu Founder untuk
seumur hidup? Karena kita hidup dengan waktu, kita bertambah usia, usia akan
membuat kita tidak "capable" untuk menangani komunitas, maka
incapability itu membatasi orang untuk bekerja sebagai Admin.
Incapability karena waktu itu sangat alamiah.
KETERIKATAN dengan KAWAN
Berpisah dengan tugas sebagai Admin mungkin mudah.
Tapi bagian yang mungkin lebih sulit sebetulnya berpisah
dengan teman-teman, kalau-kalau sampai harus keluar.
Sebetulnya komunitas itu bukan organisasi resmi, jadi
sebetulnya keluar dari komunitas bukan berarti tidak berkawan lagi.
Banyak sekali jalur untuk tetap bersilaturahmi, ini hanya
problem apakah kita mau memperbanyak channel-nya atau tidak (makanya,
berinteraksi secara genuine di SEGALA socmed itu sangat perlu).
✅✅✅✅✅
Saya juga menerima pandangan-pandangan positif lainnya dari Mbak Uniek, Ketua Komunitas Blogger Gandjel Rel dan Mbak Widyanti Yuliandari, Ketua Komunitas IIDN yang juga seorang blogger dan trainer.
Banyak hal mencerahkan dari pendapat mereka sebagai orang yang lebih berpengalaman dalam membangun komunitas, menjalankan komunitas dengan profesional, sehingga menjadi besar, kondang se-Indonesia.
"Ada profesionalisme yang dijalankan."
"Ada hierarki, meskipun semua sukarela."
Mengutip kata-kata Mbak Widyanti Yuliandari:
Ada sistem yang dibangun bersama. Rules yang disepakati bersama. Founder juga berhak memastikan bahwa sistem tersebut sesuai dengan cita-cita awal dibentuknya komunitas tersebut. Pengurus punya keleluasaan menyusun aturan, tentunya yang sekiranya juga dapat diterima member. Intinya, komunitas itu milik bersama, bukan hanya milik founder.
"Para profesional dalam bidang apapun akan berusaha mengetahui norma yang berlaku dan menggunakannya dalam kehidupan, untuk bekerja, bergaul, dan sebagainya," ujarnya.
Dalam lingkup komunitas pun, norma harus diterapkan. Bukan dipertentangkan, apalagi diperdebatkan yang berujung pertengkaran. Di mana letak norma kesopanan ketika seseorang menjalankan norma yang berlaku malah dijadikan bahan bully-an dan dicari-cari kesalahannya?
"Tidak peduli sepanjang apapun titel pendidikan, setinggi apapun jabatan, sebanyak apapun harta, selama SOMBONG terhadap norma positif yang berlaku, kamu minus banyak, levelmu rendah," ujar seorang mbak-mbak di sebuah WAG.
sadis 😮 |
NORMA Kesopanan Dalam Norma Sosial
Literasi mengenai norma sosial dapat dibaca di sini
Norma sosial adalah seperangkat aturan atau panduan hidup yang biasanya tidak tertulis, tetapi tetap akan terus berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Tanpa adanya norma sosial, tentunya kehidupan dalam masyarakat akan menjadi kacau bahkan tak terkendalikan. Keberadaan norma sosial juga biasanya disertai dengan berbagai macam sanksi tertulis.
Secara sederhana, norma sosial adalah satu hal yang membuat suatu tindakan sosial yang dilakukan oleh anggota masyarakat dapat disebut sebagai hal normal. Sebagai aturan, norma sosial memiliki sifat memandu, memengaruhi hingga menentukan serta mengatur tindakan seseorang. Dalam sosiologi, norma merupakan bagian yang ada di dalam struktur sosial.
Ketika kita mempelajari norma, itu berarti sama seperti kita sedang memahami cara struktur sosial yang membuat suatu tindakan masyarakat agar bisa seperti pola hidup yang teratur. Ketika suatu norma dilanggar, maka akan ada sistem sosial yang terganggu. Sedangkan, jika norma selalu ditaati, maka sistem sosial juga bisa berjalan sebagaimana mestinya.
✅✅✅✅✅
Dalam beraktivitas sebagai anggota, penggerak, atau pengurus komunitas, ada seperangkat nilai tata perilaku untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Prinsipnya adalah integritas, memanusiakan hubungan, kolaborasi yang menumbuhkan, standar kinerja optimal, dan sikap adaptif terhadap perubahan.
Tidak sembarang berkata, berperilaku, dan bertindak tanpa memegang teguh prinsip moral dan etika. Hubungan yang harmonis dan sinergis antara anggota, penggerak dan pengurus akan runtuh tanpa integritas.
Kolaborasi itu untuk menumbuhkan. Kalau salah satu lepas tangan lepas badan gak punya komitmen, gak punya hierarki, hubungan kerjasama internal maupun eksternal boro-boro tumbuh, yang ada roboh sebelum bertunas.
Meskipun jika semuanya sukarela dalam bekerja, tetap ada standar kinerja optimal. Berusaha melakukan upaya terbaik dalam menjalankan setiap peran dan fungsi yang diemban. Tugas ketua membagi-bagi tugas. Membuat rencana, program, dan aturan untuk dijalankan bersama dan didukung.
"Jangan ragu untuk berhenti ketika berhadapan dengan ketidakprofesionalan, apalagi tidak menerima dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan positif yang berlaku di masyarakat."
Sumber: Chat di sebuah WAG |
✅✅✅✅✅
Sudah tahu jadi semakin tahu :)
Banyak komunitas yang diikuti khususnya blogger. Tujuan ikut komunitas biar update aja sama ilmu di dunia digital, siapa tau bisa mengembangkan diri. Setuju juga sih kalau ada komunitas yang ngadain lomba, pengurus dilarang ikut, agar lebih clean aja, nggak ada praduga kongkalingkong antar pengurus dan juri
BalasHapusAku setuju dengan pendapat yang 85.5% itu. Bukan hanya tentang KEPERCAYAAN tapi juga berbicara tentang KREDIBILITAS publik terhadap komunitas. Jika benar-benar serius ingin mengadakan lomba yang berkelas, pastikan bahwa publik percaya bahwa kita mampu melaksanakan lomba yang FAIR, professional, dan mengutamakan umum yang sudah berjuang untuk menang dalam lomba tersebut.
BalasHapusKomunitas sekecil apapun itu, tetaplah wajib berpatokan pada azas kepatutan yang berlaku pada masyarakat. Dan ini dibuktikan dengan 85.5% jajak pendapat yang sudah dilakukan.
Doing great things are not easy, but we it's possible to do!!
Waktu isi jajak pendapat itu, aku masih meraba² ini konteksnya apa yhaaaa😂 biyasalaaah mba, DRAMAAAA komunitas kyknya akan selalu ada di dunia yg fana ini
BalasHapusArtikel mb Rien beneran jadi friendly reminder buat semua. Makasiiii mbaaaa
Menarik baca ulasannya. Ya benar, komunitas yang professional harus ada aturan. Tanpa aturan ndak ada pedoman atau haluan yg bisa dijadikan patokan oleh seluruh anggota. Umumnya menggunakan AD ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga). Boleh diatur semua disitu. Dibahas semua disitu. Kalau dah jadi, harus disepakati dan dijalankan bersama-sama. Supaya komunitasnya tetap jalan dengan baik.
BalasHapusAku baca sampai berulang, terutama pendapat dari teman-teman blogger. Aku pun setuju kalau komunitas itu memiliki aturan masing-masing, tapi kalau namanya sebuah kompetisi memang lebih elok yang menang bukan dari admin komunitas itu sendiri. Ikutan meramaikan boleh banget menurutku, apalagi kalau ada KPI dan brand tersebut yang belum tercapai nih kalau mengandalkan peserta saja. Ya tapi gak jadi pemenang juga sih, heheheee... Ini sih pendapatku saja ya, karena berada dibeberapa komunitas yang memiliki latar belakang berbeda.
BalasHapusKeren sekali nih kakak pembahasannya. Aku termasuk yang tidak setuju jika pengurus komunitas tidak ikut serta dalam sebuah lomba. He...he...he...kecuali mungkin kurang peserta ya. Itupun tentunya seharusnya sebagai penggembira saja alias tidak menang
BalasHapusMenurutku, jika komunitas atau tim panitia dari suatu lomba, yah gak etis lah kalau ikutan. Gak fair banget karena disana konfilk kepentingannya akan kencang banget. Apa lagi jadi juri terus yang ikut teman-teman satu circle dia semua, yah ngapain ngadain lomba umum ya, adakan antar mereka saja wkwkwkwk..
BalasHapusEh ada apa ini? Sepertinya saya ketinggalan berita. Hahahaha..
BalasHapusSaya setuju sama yang 85 sekian %, di mana mana setahuku panitia atau keluarga perusahaan dilarang mengikuti agar lebih fair saat penilaian.
Saya pun setuju dengan pilihan teman-teman dalam jajak pendapat ini, kalo komunitas udah nggak punya integritas ya udah mending keluar dari grup. Bakal bikin nggak nyaman gitu sih, mbak. Norma sosial di mana pun selalu sama, begitu juga komunitas juga pasti ada ya. Kalo seperti di jajak pendapat, ketika komunitas ngadain giveaway, tentu aja pengurus nggak boleh jadi peserta.
BalasHapusSaya juga ikut setuju kalau pengurus lebih baik tidak ikutan lomba, biarpun hasilnya bener fair tapi khawatirnya di belakang ada yang mikirnya macem-macem. Memang komunitas pasti punya tujuan. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Sebuah peribahasa yang relate menurut saya. Memang Kita perlu menyesuaikan diri Di manapun berada, termasuk dalam rumah lingkup komunitas.
BalasHapusWah, iya mbak Rien bikin survey ini ya beberapa hari lalu
BalasHapusMemang terkadang kalau ada lomba yang diadakan komunitas, pengurus nggak boleh ikutan
Tujuannya ya biar tidak ada konflik kepentingan disitu
Selama ni sih setau aku kalo lomba diadakan komunitas atau organisasi tertentu pengurus ga boleh ikut2 dong. Jelas akan ada konflik kepentingan nantinya nanti sama peserta bisa dianggap ga fair juga ya
BalasHapusMasya Allah penjelasannya runut dan padat, saya jadi baca spt karya ilmiah apalagi pakai riset segala, keren. Kadang saya lihat pengurus atau panitia ikut untuk meramaikan, tapi memang jgn sampai menang hehe.. Ladang memqng aturan spt ini masih abu-abu harus ada yg menyuarakannya.
BalasHapusBener bgt. Setau molly panitia tentu dilarang ikutan lomba. Tapi panitia pun pasti sibuk soalnya harus menghandel lomba jadi emang gak bisa ikutan juga. :')
BalasHapusAturan kadang ada yang tertulis tapi ada pula tidak tertulis, biasanay kesepakatan dari panitia atau pengurus. Taoi kalau untuk lomba sih kebanyakan hampir semua pengurus gak akan ikut penilaian lomba walaupun ikut berpartisipasi
BalasHapusSaya juga termasuk yang setuju kalau pengurus memang tidak ikut lomba yang diadakan komunitasnya. Terlalu rawan kepentingan. Apalagi semakin besar hadiahnya, akan berisiko semakin besarnya dramanya bila sampai pengurus yang menang.
BalasHapusPadahal bisa jadi jurinya fair. Tulisan pengurus memang bagus. Tetapi, tetap sebaiknya jangan ikutan. Kredibilitas komunitas bisa dipertaruhkan
Saya sampai bolak balik baca pendapatnya teman teman. Seru dan semua mengena. Baik yang ya, maupun yang tidak.
BalasHapusTetapi saya pun cenderung kepada yg 85 persen itu. Mengingat lebih baik banyak menghindari kesalahpahaman saja
Betul juga ya mbak, bahkan admin pun punya hak untuk menegur founder jika dia mengambil keputusan yang memrugikan banyak pihak. Dan founder ya harus siap dikritik, jika mmg itu salah
BalasHapusJadii penasaran mbak aku, ada apakah gerangan??
BalasHapusAku ikut yang setuju kalau pengurus jangan ikut lomba, biarlah memberi kesempatan pihak luar.
Suatu komunitas ada aturan, aturan dibuat untuk.kebaikan bersama.
menarik juga baca berbagai norma dan serba - serbi komunitas ini . Kadang saya suka senyum - senyum sendiri mba kalau melihat unnecessary complications yang timbul di komunitas
BalasHapusMenarik sekali ini mbk bahasannya. Selalu ada drama di setiap komunitas ya. Aku cenderung ke yang 85 sekian %. Lebih baiknya admin, founder fokus di acaranya/lombanya. Karena bikin lomba itu nggak semudah yang dibayangkan,harus urus ini itu, cek ini itu. Dan satu lagi, menurutku founder dan jajarannya harus tegas dengan aturan yang sudah dibuat bersama. Kalaupun ada yang salah harus diingatkan.
BalasHapusHmmm.. bahasan berat ini! Tarik ikat kepala, bismillahirrahmanirrahiiim
BalasHapusKehadiran kata "blogger" mengubah mindset penulis dan jurnalis tentang dunia kepenulisan. Bahkan seorang DR. Hera Laxmi Devi, Head Marketing di sebuah perusahaan OTT digital, menyatakan, blogger sudah dianggap influencer paling berpengaruh di dunia digital.
Terjun ke dunia blogging, apalagi dulu yaaa ketika penjajah udah enyah dari negara api, the beauty of blogging itu benar adanya, semua saling support - semua kenal - semua tahu attitude dan yang penting : semua taat etika!
Memang semakin ke sini milenial mendominasi tapi dengan rules ketat yang juga mereka buat sendiri. Jadilah, kita harus lirik lirik dulu SEBELUM BERTINDAK - karena dunia blogging dan penulis itu selebar daun kelor doang. Jika ada kecurangan, netijen yang budiman tak segan memberi masukan (baca : kripik pedes) sehingga kejadian di mana sebuah komunitas memberi peluang dan menyematkan kata PEMENANG pada panitianya tentu saja bikin "yang tahu" gerah.
Salut sama mbak Rien yang mengangkat kasus per kasus dan mengulasnya dengan bahasa santun dan cakep seperti ini, semoga menjadi masukan yang berarti untuk semua. Komunitas itu penting, tapi jangan lantas mentang-mentang komunitas -apalagi didapuk jadi tuan rumah- boleh berbuat semau gue seperti itu, Salaaam!
Baiknya begitu, ketika komunitas atau sebuah institusi membuat lomba pihak pengurus atau panitia jgn ikutan. Kasih kesempatan menang ke yg lain
BalasHapusSeru banget mbak... Panjang dan berbobot... Jadi inget jaman kuliah, soerjono soekanto dll, hehehe...
BalasHapusKalau ada sponsor, saya juga engga setuju panitia ikut dan menang lomba...