LAMPOH BSD [Katerina 23 April 2022] |
Spanduk itu terbentang lebar di depan restoran, persis di bawah tulisan nama LAMPOH, di atas jalan menuju pintu masuk resto, bertuliskan "Lampoh Lt. 2 dengan atmosphere baru".
Terlihat seperti sebuah pesan penting, sekaligus sebagai upaya jitu untuk menarik pelanggan lama maupun baru agar datang dan mencoba suasana baru yang ditawarkan.
Berukuran besar, tapi keberadaannya tidak saya sadari, padahal sering melintas. Tampaknya, perlu ada niat dulu untuk mampir makan supaya saya tergerak untuk menoleh, maka pesan itu terbaca.
Lewat pesan di spanduk, Lampoh berharap pengunjung tahu bahwa kini mereka bisa merasakan suasana baru yang lebih baik, lebih nyaman, dan lebih menyenangkan. Meski hal itu tidak dijanjikan secara tertulis, tapi tersirat demikian. Akan kah ada sesuatu yang lebih dari suasana baru itu?
Selama pernah beberapa kali makan di Lampoh, baik berdua saja dengan suami tercinta, maupun berlima dengan anak-anak dan orang tua tersayang, kami belum pernah makan bersama di lantai 2. Lain halnya dengan Alief, dia pernah beberapa kali bersama teman-temannya.
Dulu waktu pertama kali ke Lampoh, saya pernah intip lantai 2, ternyata semi outdoor, ada bidang terbuka lebar yang menghadap ke jalan raya. Jelas cocok buat pengunjung yang gak bisa lepas dari aktivitas merokok, dan memang diperuntukan bagi perokok.
Makan di area untuk perokok, bukanlah kenyamanan bagi saya. Asap rokok membuat kepala pening, dada sesak, perut mual, bikin kegiatan makan jadi tidak nyaman. Meskipun tidak setiap pengunjung yang memilih lantai 2 itu adalah perokok, tetap saja saya hindari.
Selain itu, faktor naik dan turun tangga juga jadi alasan kenapa saya suka makan di bawah, terutama saat bawa orang tua. Selain demi kenyamanan orang tua, juga demi diri sendiri. Semisal datang dengan rasa lapar yang sudah menggigit, butuh tenaga buat naik tangga, rasa malas pun menyertai. Pengennya sih pas masuk itu langsung duduk.
Seluruh area makan di lantai 1 itu indah dipandang. Di mana pun duduk, semua menarik untuk jadi latar berfoto, tanpa harus pindah-pindah tempat.
Hari Minggu tgl. 23 April lalu, saya datang ke Lampoh untuk berbuka puasa bersama keluarga. Ini adalah satu-satunya kunjungan saya ke Lampoh di bulan Ramadan tahun 2022.
Apakah saya mengajak keluarga makan di Lampoh karena tertarik dengan promosi suasana baru lantai 2? Tentu saja bukan karena itu. Saya hanya punya dua alasan; dekat dari rumah dan bisa reservasi.
Sependek pengalaman saya buka puasa di luar rumah di bulan Ramadan, seringkali mendapati situasi yang tidak saya harapkan, terutama bila hendak buka puasa di mall. Hampir seluruh restoran di mall penuh -kecuali resto non halal- dipadati oleh orang-orang yang hendak buka puasa.
Menerapkan trik datang lebih awal hanya membuat diri bosan menunggu terlalu lama di resto. Jam buka masih lama, ngapain juga nongkrongin meja kosong? Sedangkan bila datang dadakan jelang waktu berbuka, risikonya tidak kebagian tempat. Tidak semua restoran, baik di mall maupun di luar mall menerapkan sistem reservasi. Kebanyakan lebih suka menerima tamu datang dadakan. Demi kenyamanan berbuka inilah maka perlu persiapan matang, dan di situlah tugas saya sebagai ibu dan istri, berjuang mencari tempat berbuka yang nyaman untuk keluarga.
Kenapa mesti nyaman? Dalam keadaan berpuasa, apalagi sudah sore, lemahnya tenaga mesti dijaga. Mondar-mandir cari tempat makan itu bikin lelah lho. Pergi ke sana penuh, pergi ke sini penuh. Capek. Pusing. Bisa-bisa kebawa emosi, akhirnya malah mengurangi nilai puasa 😂
Belajar dari pengalaman di masa lalu, saya mengajak keluarga membuat syarat bila hendak berbuka di luar rumah: Pastikan restonya buka, bisa pesan meja untuk dipakai di waktu berbuka, dan perjalanan menuju ke resto lancar.
Caranya gimana biar dapat? Harus rajin cek.
Dulu, kami pernah pergi ke suatu resto, udah datang jauh-jauh ternyata tutup. Pernah pula pergi dari rumah jam 3 sore, sampai waktu berbuka belum juga sampai di tujuan. Padahal jaraknya dekat. Hal itu terjadi karena jalanan lancar yang biasa kami lalui mendadak jadi pasar takjil. Penjual tumpah ruah di jalan.
Lampoh dekat dari rumah. Mudah dicapai karena berada di pinggir jalan Rawa Buntu yang lebar. Badan jalan bisa dilalui 3 mobil, arah sebaliknya pun sama. Dalam keadaan ramai pun, tidak ada macet. Terhenti beberapa saat di lampu merah saja. Jalan menuju Lampoh bisa dari arah Viktor, Taman Tekno BSD, Rawa Buntu (stasiun KRL), maupun dari dalam komplek keluar Golden Vienna.
Bisa reservasi adalah alasan kedua saya memilih Lampoh.
Saya mampir ke Lampoh pukul 2 siang untuk cek perihal reservasi. Ternyata meja bisa dipesan. Saya awalnya mau di lantai 1, tapi saat si mbak Lampoh menawari lantai 2, saya nurut, lalu ikut ke atas untuk melihat-lihat. Area semi terbuka yang saya ceritakan sebelumnya masih ada, sedangkan tempat dengan suasana baru itu ternyata sebuah ruangan tertutup dengan lantai sedikit lebih tinggi, jadi kami naik tangga lagi.
Ternyata, begini suasana baru lantai 2 itu....
Lantai 2 Lampoh: Ada sofa merah panjang untuk pengunjung dengan rombongan |
Lantai 2 Lampoh: Dekorasi di langit-langit ruangan, lampu berbentuk lingkaran dengan hiasan tanaman artifisial. Variasi kayu jati pada dinding, lainnya berupa kaca, menambah keindahan. |
Lantai 2 Lampoh: Material kayu yang disusun untuk melapisi dinding, serta tambahan tanaman artifisial di banyak titik, menghadirkan suasana asri nan hangat |
Berbuka Puasa dengan Menu Kesukaan
Kami tiba di Lampoh 10 menit sebelum waktu berbuka. Setelah parkir, jalan kaki masuk resto, naik tangga, hingga tiba di meja yang saya pesan, waktu berbuka tinggal 5 menit lagi. Mbak Lampoh yang menyambut kami langsung menanyakan nama, dan setelah itu ia bergegas memberi aba-aba ke tim nya. Tidak pakai lama, satu persatu hidangan diantar ke meja, sesaat setelah kami duduk. Secepat itu!😍
Iya lho, saya suka kalau buka puasa pakai sistem reservasi gini. Gak cuma meja yang dijamin ada, makanan yang kita pesan pun sudah disiapkan. Jadi, nggak ada ceritanya nunggu lama. Meski telah disiapkan sebelum kami datang, bukan berarti makanannya sudah terlalu lama dibuat, lantas terhidang dalam keadaan dingin. Enggak. Mereka sudah perkirakan jam masak ke jam hidang, jadi tetap hangat ketika berada di hadapan kami.
Sebelum kami tiba di meja, takjil gratis berupa es buah segar dari Lampoh, telah lebih dulu tersaji. Makanan dan minuman lain menyusul setelah kami berada di meja. Alhamdulillah.
Ada banyak pilihan makanan dan minuman yang bisa dipesan di Lampoh. Dari sekian banyak menu yang tersedia, kami memesan Mie Aceh Seafood Tumis (saya), Nasi Goreng Daging (Aisyah), Nasi Gurih Ikan Tongkol (suami), Tenderloin Steak (Alief). Berhubung nasi goreng dagingnya pedas -oleh rempah-, Aisyah pesan lagi yang lain yaitu Tenderloin Steak. Nasi goreng dagingnya dimakan oleh suami, ludes tanpa sisa. Melihat itu, ada dua alasan kuat yang terjadi: suamiku memang sedang lapar dan takut mubazir😂
Untuk cemilan saat berbuka, saya memesan Pisang Goreng Lampoh lengkap dengan Ginger Caramel Sauce sebagai cocolan. Pisang goreng gurih ini buat menemani es buah yang diminum saat berbuka. Kalau sedang ke Lampoh, jangan lewatkan mencoba pisang goreng enak yang nagih banget ini, 1 porsi pun bagi saya tak cukup, mesti nambah!
Untuk minuman, kami memesan Ice Lychee Tea (Alief), Ice Timun (saya), Jus Jambu (suami), Yoghurt Lychee (Aisyah), 1 air mineral botol. Jelang akhir bersantap, Alief juga memesan Green Tea Latte.
Sebagai gambaran kisaran biaya yang bisa dihabiskan di Lampoh untuk makanan dan minuman yang kami pesan itu, total Rp 639.105 sudah termasuk PPN 11% dan SC 3%. Kata Lampoh, total segitu buat berempat mah biasa.
Takjil gratis dari Lampoh |
Tenderloin steak |
Nasi Gurih Ikan Tongkol. Versi suwir-suwirnya dinamakan Cakalang. |
Nasi Goreng Daging. Selain daging ada telor dadar. Bagi Aisyah nasi ini pedas. Pedas oleh rempah, bukan cabe. |
Mie Aceh Seafood Tumis. Ini menu kesukaan saya di Lampoh. Sebagai restoran Aceh, hidangan Aceh Lampoh memang juara, dan Mie Aceh di Lampoh adalah mie Aceh terenak di BSD. |
Green Tea Latte. Minuman penutup seusai berbuka, makan, dan salat. |
Kesan Positif dari Rasa Puas yang Mengundang Untuk Balik Lagi ke Lampoh
Saat mendatangi sebuah restoran, saya sama seperti para pengunjung lainnya, biasanya tidak hanya sekedar menikmati lezatnya menu yang disajikan, tetapi juga mencari kepuasan tersendiri dari desain dan interior dari restoran tersebut.
Keberadaan desain interior yang sesuai akan menambah suasana dari restoran. Ditambah dengan baiknya pelayanan, serta bersihnya lingkungan restoran, maka pengunjung akan semakin senang dan betah untuk berlama-lama.
Saya suka ke Lampoh karena pilihan menu yang ditawarkan lumayan variatif. Kelezatan yang diberikan, sesuai dengan harga yang dibandrol, sudah cukup membuat puas. Bagi yang sudah pernah atau biasa makan di restoran atau hotel bintang 5, maka kata "istimewa" akan beda standarnya.
Beragam pilihan menu pada kategori Coffee, Tea, Kids Fried Rice ala Lampoh, Roti Bakar Crazy Combo, Beverage |
Lantai 2 Lampoh didesain dengan konsep mewah, nyaman dan instagrammable. Dekorasi tanaman artifisial pada dinding dan lampu-lampu yang tergantung, menghadirkan kesan asri, namun terasa hangat berkat pencahayaan yang berwarna kekuningan. Nuansanya seperti suasana pagi di pegunungan saat matahari terbenam. Itu sebabnya foto-foto yang saya hasilkan nuansanya serba hangat, efek cahaya orange dari lampu resto.
Hiasan kayu ukiran pada satu bidang dinding, menghadirkan nuansa tradisional yang khas. Sofa tebal berwarna merah, terlihat cocok untuk rombongan gadis yang saat itu berbuka puasa bersama. Lainnya bangku besi dengan dudukan empuk, dan sofa pendek untuk kelompok kecil, seperti kami berempat.
Meski di bio Instagram Lampoh menamakan diri sebagai restoran Aceh, tapi daftar menu menunjukkan ada menu Nusantara dan selain Indonesia.
Ruang makan ber-AC di lantai 2 yang kami tempati, bersebelahan dengan musola. Kecil saja, tapi bersih. Pria dan wanita bisa salat tanpa pembatas, semoga kelak bisa dibuat terpisah. Toilet bersih. Dan secara keseluruhan, Lampoh ini bersih.
Waktu pertama masuk lantai 2 -siang hari saat reservasi- mata saya pedih. Mungkin karena masih baru cat-nya ya. Tapi sorenya, sudah tidak lagi. Mungkin karena AC sudah dinyalakan dan karena hal lainnya juga.
Nyaman dan aman selama kami makan, itu yang saya rasakan.
Lantai 2 Lampoh [Foto Lampoh IG @lampoh_coffee] |
Semisal datang ke Lampoh di hari Jumat siang, pengunjung muslim bisa salat Jumat dulu di masjid seberang jalan.
Untuk parkir mobil, hendaknya jadi catatan pengunjung bahwa di sini tidak tersedia parkir khusus mobil. Jika beruntung, bisa parkir di depan warung di sebelahnya, ada lahan kecil menjorok ke dalam. Atau, ke sisi lainnya yang ada ruko-ruko, di situ sering kosong, bisa juga buat numpang parkir. Jika di mana-mana sudah penuh, mau tak mau parkir depan Lampoh, di pinggir jalan raya. Untungnya jalan depan Lampoh itu lebar, bisa dilalui 3 mobil sekaligus (satu arah). Sudah tentu "makan" satu jalur badan jalan kalau parkir di jalan umum.
Restoran Lampoh terletak di Jalan Raya Viktor BSD. Tak jauh dari Cluster Latinos dan Golden Vienna BSD. Kalau dari arah stasiun Rawa Buntu, tidak sampai 2 kilometer. Letaknya 500 meter saja dari Taman Kota 2 BSD (Jaletreng River Park). Dekat Lampoh itu ada Holland Bakery, Pom Bensin, Restoran Surganarasa bernuansa Bali, dan restoran seafood Saung Rempah.
Kalau sedang cari tempat makan di BSD yang suasananya nyaman, bersih, pilihan menu beragam, kece buat foto-foto, Lampoh bisa jadi pilihan yang tidak mengecewakan.
Coba deh :)
Foto lainnya, saya bersama keluarga:
Terima kasih telah membaca 💚
Ya ampuuuuun tempatnya cakeeeep bangeeet mbaaaa 😍😍😍😍. Suka deh Ama hiasan2nya, lampu dengan tunbuhan menjuntai... Kayaknya memang harus aku datangin 😄.
BalasHapusWalo bukan orang Aceh, tapi aku 20 tahun di Lhokseumawe, Aceh Utara, jadi lidahku terbiasa banget Ama menu2 Aceh. Sayangnya di Jakarta, blm Nemu yg 100% mirip Ama kuliner Aceh di kota asalnya, makanya msih penasaran. Langganan ku kalo kangen Aceh, palingan rumah makan Seulawah di Benhil, itupun sebnernya ga mirip2 amat juga 😅, mendekati 😄.
Ntr aku hrs coba yg lampoh ini. Semoga beneran bisa sesuai Ama rasa makanan Aceh yg aku dulu sering makan 😁. Sayangnya ini jauh aja sih 😂
Kalau bicara soal menu atau kuliner Aceh saya sampai sekarang masih penasaran sama mie Aceh yang terkenal itu. Dulu sempat nyicip, ada yg jual di Cianjur. Rasanya pedas. Tapi ga sempat lagi deh karena kedainya tutup entah pindah kemana.
BalasHapuspingin nasi gurihnya, Mbak Rien
BalasHapuseh mie Acehnya juga, ....nasi gorengnya juga gak nolak
hehehe padahal saya habis nyantap sepiring mie goreng
tapi ngelihat masakan nusantara, langsung lapeerrrr.... :D
Emang menyenangkan sih buka puasa di resto yang bisa reservasi begitu. Jadi kita yakin akan dapat tempat. Plus nunggu makanan tersaji nya nggak lama. Jadi, nggak keburu jengkel duluan karena nungguin makan padahal udah lewat waktu buka. Hehhee
BalasHapusNew enzyplex menemi kebersamaan saat kuliner berbuka maupun persediaan di rumah. Lokasi kuliner berbukanya bagus.
BalasHapusKalau soal menu dan suasananya memang wokeh banget ini.
BalasHapusApalagi karena malam dengan lampu kecenya.
Selain itu, memang asiknya reservasi pasti terjamin, jadi bisa tenang
Tempatnya bagus mbak, nampak luas juga ya.
BalasHapusEnak kalau resto memberikan fasilitas bisa reservasi gini, apalagi buat buka puasa. Bener deh yang mbak tulis, datang awal ngapain bengong nunggu meja. Datang menjelang bedug, udah penuh tempatnya. Jadi kalau bisa reservasi dulu, pasti nyaman buat yang mau berbuka bersama di sana.
Tempatnya kelihatan nyaman banget ya Rien. Dekorasi dalam ruangnya juga estetik dan nyaman. Ornamen pahatan kayu, hiasan langit-langit sampai pencahayaan semuanya apik tertata.
BalasHapusKalau untuk jenis asupan, aku kurang begitu pas dengan menu Aceh yang kaya rempah. Sempat coba beberapa dan cuma AYAM TANGKAP yang bisa tertelan hahaha. Untungnya baik suami maupun anak-anak juga kurang sreg dengan sajian ala Aceh. Jadi aman buat kami.
Lapar, begitu lihat foto makanannya yang terpikir langsung makan hahaha. Mba, itu Lampoh kayaknya di Sumatera Utara belum ada ya, aku suka sama nuansa bangunan yang kayu begitu, rasanya adem dan cantik ya. Makanan Aceh dimana-mana pasti dicari ya mba, dirindukan memang.
BalasHapusAsyik kalau bisa reservasi begini,, jadi datangnya saat jelang waktu berbuka aman saja. Enggak nungguin meja kosong hihi
BalasHapusAwalnya saya mikir makanan Aceh mahal kali 00 ribua..oalah ada steaknya, pantesan. Kalau menu khas Acehnya standar sih harganya.
Pengin coba ke Lampoh secara kami sekeluarga penyuka kuliner Aceh
Baca tulisan ini jadi pengen makam mie aceh, udah sejak lama aku pengen makan ini. Gegara nonton Master Chef nih.. Hihi
BalasHapusRestoran Aceh ada di kota besar ini unik sih menurut saya mbak. Sebab kalau di Surabaya, yang saya temui biasanya tempat makan yang menyediakan hanya mie Aceh saja. Interiornya resto Lampoh kece banget sih menurut saya.pengunjung pasti nyaman berada di sana utk makan
BalasHapusvibesnya nyaman banget, penasaran juga sama menu bihun Aceh .. coba ah
BalasHapusSuasana cozy banget ya kak. Interiornya juga unik banget. Tapi yang paling bikin penasaran adalah nasi gurih ikan tongkolnya .. hemmmm sedap itu sepertinya
BalasHapus