Ekspedisi Wallacea (Aris Prasetyo/Blog) |
Menurut World Food Travel Association, wisata kuliner adalah kegiatan bepergian untuk mencicipi rasa di suatu tempat sehingga dapat memahami berbagai hal tentang tempat tersebut.
Wisata Kuliner memiliki peran penting dalam melestarikan warisan lokal sambil membangun aset pariwisata yang ada dan mendorong inovasi. Dengan meningkatkan permintaan pengunjung akan makanan dan minuman lokal, wisata kuliner dapat berkontribusi pada keberlanjutan jangka panjang pertanian lokal, sistem pangan, komunitas, dan budaya.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa wisata kuliner menambah manfaat ekonomi sebesar 25% untuk suatu destinasi, 53% pelancong rekreasi adalah pelancong gastronomi, dan 63% Generasi Y mencari restoran yang bertanggung jawab secara sosial.
WFTA melakukan kajian terhadap wisata kuliner di era pandemi. Di antara kesimpulannya, kecintaan pelancong pada makanan dan minuman yang enak tidak akan berubah dan perhatian pada budaya serta keberlanjutan kuliner lokal akan meningkat. Selain itu, kesehatan dan keselamatan akan menjadi perhatian utama, sehingga dapat menciptakan peluang baru seperti “contactless products.”
Adapun industri wisata kuliner, menurut organisasi tersebut, meliputi ragam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, yaitu:
1. Travel & Hospitality – kegiatan kuliner, organisasi manajemen tujuan (destination management organization), operator wisata, pemandu wisata, makanan, penginapan, transportasi
2. Food & Beverage – pertanian dan peternakan, pasar, produsen dan pembuat, kelas dan sekolah memasak, acara makanan dan minuman, retail & grosir, restoran/bar/ kafe, distributor/importer/eksportir
3. Lain-lain – pemerintah, akademisi, media, platform teknologi, kelompok dagang, LSM, pemasok, kosumen.
WFTA juga menggagas World Food Travel Day yang diperingati setiap 18 April untuk mengangkat berbagai aspek perjalanan dan pengalaman budaya kuliner di dunia.
Ragam Kuliner Wallacea (Mei Batubara/File) |
Keanekaragaman Hayati dan Pangan Wallacea
Salah satu area di Indonesia yang dapat menjadi tujuan utawa wisata kuliner dengan mengangkat pangan lokal berkelanjutan adalah daerah Wallacea.
Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris yang berkelana di Kepulauan Nusantara dari 1854 sampai 1862 mengamati flora dan fauna di sejumlah daerah itu selama beberapa tahun. Ia menyimpulkan adanya satu garis imajiner yaitu Garis Wallace yang membentang antara Australia dan Asia. Di sebelah barat garis, terlihat spesies (jenis) yang ditemukan di daratan Asia seperti gajah, badak dan harimau. Di sebelah timur garis, banyak spesies asal Australia seperti marsupial, dan monyet berwajah unik. Sedangkan di sepanjang garis imajiner itu terdapat campuran dari spesies Asia yang khas dengan spesies Australia yang lebih terisolasi.
Area sekitar Garis Wallace kemudian disebut sebagai Wallacea, zona transisi antara Asia dan Australia yang meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, pulau-pulau Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
Alfred Russel Wallace "Melacak Harta Karun Wallace" - Aris Prasetyo |
Dokumen Wallacea Biodiversity Hotspot dari Critical Ecosystem Partnership Fund mencatat bahwa ribuan pulau di Wallacea mendukung komunitas biologis yang sangat beragam. Lebih dari separuh mamalia, 40 persen burung dan 65 persen amfibi di Wallacea hanya ada di daerah itu, tidak di tempat lain.
Laporan itu juga menyimpulkan bahwa masyarakat adat di seluruh Wallacea telah lama menggunakan produk hewan dan tumbuhan sebagai makanan, obat-obatan dan untuk berbagai keperluan rumah tangga dan budaya. Berbagai keperluan itu dapat diperoleh di hutan, sungai, danau, daerah pesisir dan laut sekitar.
The map of Indonesia. The imaginary Wallace Line is the faunal divide that is drawn between Borneo and Sulawesi as well as Bali and Lombok. (Shutterstock/File) |
Harian Kompas bersama The British Council pernah melaksanakan Ekspedisi Wallacea, yaitu perjalanan jurnalistik untuk memaknai kembali ”The Malay Archipelago” buku Wallace yang terbit lebih dari 150 tahun lalu.
Mencoba menguraikan Kuliner Wallacea cukup menantang, khususnya mencari ciri khas yang dapat menggambarkan makanan di daerah ini.
Biogeografi Wallacea membuat makanan dan minuman di daerah dengan luas lahan 33,8 juta hektar ini sangat beragam.
Meskipun makanan di Wallacea beraneka macam, ada juga persamaan karena bagaimanapun kuliner satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang.
Buku The Malay Archipelago karya Alfred Russel Wallacea |
Webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea
Mengamati uniknya ekosistem Wallacea serta potensi wisata kuliner yang dapat dikembangkan di daerah Sulawesi maka Climate Reality Indonesia bersama Omar Niode Foundation dan para mitranya menyelenggarakan webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea yang telah diselenggarakan pada hari Minggu tgl. 18 April 2021.
Webinar digelar melalui Zoom, dihadiri oleh para undangan yang terdiri dari masyarakat umum (netizen), media, dan blogger. Acara disiarkan secara langsung melalui channel Youtube Climate Reality Indonesia dan bisa disaksikan ulang pada link berikut ini: Webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea (klik).
Tujuan Webinar dan Agenda
Acara webinar berlangsung mulai pukul 15.00 WIB, dibuka oleh Ibu Amanda Katili Niode sebagai Host yang juga merupakan Ambassador World Food Travel Association – Wallacea. Dalam keterangannya Ibu Amanda menyebutkan tujuan dari acara webinar hari itu, yaitu sbb:
- Mengenal ekosistem alami Wallacea
- Mengangkat potensi wisata kuliner Wallacea
- Mengenal pelaku wisata kuliner ramah Bumi
- Merayakan World Food Travel Day dan budaya kuliner dunia
Webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea menghadirkan para pembicara di antaranya :
- Mas Aris Prasetyo dari Harian Kompas dengan topik Ekspedisi Wallacea.
- Mbak Fitria Chaerani Campa Tour selaku Anggota Triptrus.com menyampaikan informasi mengenai Bepergian Hemat ke Wallacea.
- Pak Mohammad Firdaus dari ASPUKK/ Pangan Bijak Nusantara yang memaparkan tentang Sistem Pangan Berkelanjutan.
- Terakhir ada Mbak Meilati Batubara dari Nusa Indonesian Gastronomy yang hadir dengan informasi menarik mengenai Ragam Kuliner Wallacea.
Amanda Katili Niode - Ambassador World Food Travel Association – Wallacea |
Omar Niode Foundation Angkat Kuliner Wallacea
Dalam rangka merayakan World Food Travel Day, yang jatuh tiap tanggal 18 April, Omar Niode Foundation mencoba mengangkat keunikan ekosistem alam, budaya dan potensi wisata kuliner dari kawasan Wallacea.
“Kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil sekitarnya, selain kaya akan ekosistem biologis juga punya daya tarik dari sisi kuliner. Hal itu membuat Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk mengekspose kembali kawasan ini bertepatan dengan World Food Travel Day,” ujar Amanda Katili Niode.
Amanda menambahkan, meskipun makanan di Kawasan Wallacea beraneka macam, tetap ada persamaan karena kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang. Amanda mencontohkan, beberapa daerah di Sulawesi mempunyai Sup Hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah.
Pantollo'Pamarasan dari Toraja dengan 13 jenis bahan, daging pilihan, bumbu rempah dan kluwak. Pallu Kaloa dari Makassar menggunakan 16 jenis bahan, termasuk ikan, kelapa sangrai dan kluwak. Serta Sop Konro juga dari makassar yang terdiri dari 23 jenis bahan, termasuk bumbu rempah dan kluwak, masih punya kemiripan dengan Tabu Moltomo dari Gorontalo yang menggunakan 30 jenis bahan termasuk bumbu dan rempah. Bedanya dengan sup hitam daerah lain, warna hitam Tabu Moitomo diperoleh dari kelapa sangrai.
Erik Wolf - Direktur Eksekutif World Food Travel Association |
Remarks by Erik Wolf on Wallacea – Nature & Food Travel Executive Director, World Food Travel Association
Erik Wolf Direktur Eksekutif World Food Travel Association dalam video sambutannya menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia. “Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga,” ungkap Erik
Erik menjelaskan, World Food Travel Association, yang didirikannya pada tahun 2003. Kini merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini. Sedangkan World Food Travel Day yang dirayakan setiap tanggal 18 April, adalah hari yang dirancang untuk merayakan budaya kuliner dunia dan kegembiraan kita bepergian untuk menikmati makanan dan minuman.
“Kami memulai hari peringatan ini beberapa tahun yang lalu, yang kini menjadi sangat populer. Setiap tahun ada puluhan ribu posting yang diberi tagar, untuk merayakan hari itu di seluruh dunia."
Erik juga mengajak pelaku usaha maupun pelancong wisata kuliner dari seluruh dunia berpartisipasi dan berbagi cerita dan pengalaman mereka tentang kuliner. “Kami berharap dapat melihat kiriman Anda yang di tag ke @worldfoodtravelassn di instagram dan @worldfoodtravelassociation di facebook, dengan tagar #worldfoodtravelday. Kami akan dengan senang hati menyukai (like) dan membalas pesan Anda,” ajaknya
Mengakhiri sambutannya, Erik menyampaikan harapannya untuk dapat segera berkunjung kembali ke Indonesia untuk mencoba lagi makanan dan kopi Indonesia, selepas pandemi berakhir.
Jelajah Kompas.id - Ekspedisi Wallacea |
Pengalaman ekspedisi Wallacea dari jurnalis kompas Aris Prasetyo
Setelah dua hari perjalanan dari Ambon dengan kapal uap Belanda, Alfred Russel Wallace, naturalis berkebangsaan Inggris, tiba di Ternate, Maluku Utara, 8 Januari 1858 pagi. Wallace tidak menduga dirinya akan mendapat momen ”eureka” dari ide awal teori seleksi alam ketika sedang dilanda demam tinggi di Desa Dodinga, Halmahera, yang berada di seberang Ternate.
Selama delapan tahun menjelajahi Nusantara (kini Indonesia), Ternate menjadi tempat tinggal dan transit yang terlama Wallace. Awal Februari 2019 pagi, 161 tahun kemudian, tim Ekspedisi Wallacea Harian Kompas juga tiba di Ternate. Pemandangan yang dilihat Wallace juga masih sama dengan yang kami lihat, Gunung Gamalama yang masih tertutup kabut dan Tidore, di seberang Ternate. Hanya saja, sekarang lebih banyak terlihat bangunan. Untuk bisa mendapat pemandangan indah nan luas, harus lebih mendekat ke kaki Gunung Gamalama.
Setibanya di Ternate, kami pun mencari tempat penginapan. Wallace juga waktu itu menemui Duivenboden, saudagar kaya Ternate keturunan Belanda yang menguasai separuh kota dan ratusan budak. Dari Duivenboden, Wallace menyewa rumah selama tiga tahun sejak Januari 1858 hingga Januari 1861. Rumah itu tak hanya menjadi tempatnya beristirahat dan transit, tetapi juga tempat menulis, menyempurnakan, dan mengirim makalah berjudul ”On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type” berisi ide teori seleksi alam kepada Charles Darwin di London, Inggris, dengan bantuan kapal uap Belanda, pada Maret 1858.
Selengkapnya baca di Menelusuri Jejak Warisan Wallace (klik).
Suasana hutan Gunung Sibela di Pulau Bacan, Maluku Utara, 24 April 2019. Di tempat itu, tim Ekspedisi Wallacea harian Kompas yang dibantu pemandu lokal, menginap selama semalam. (KOMPAS/Aris Praseyo) |
Senang sekali saya hadir di webinar ini, jadi kenal Mas Aris Prasetyo, jurnalis Kompas yang menulis dan membagikan foto-foto dari ekspedisi Wallacea yang dilakukannya pada tahun 2019. Saya membuka banyak artikel, dan membacanya satu persatu. Terkagum-kagum saya dibuatnya.
Artikel-artikel Mas Aris sangat menarik untuk dibaca, sarat informasi dan pengalaman, menambah wawasan dan pengetahuan bagi saya pribadi, yang jujur saja baru pertama kali tahu tentang sebutan Wallacea. Tahu tempat-tempatnya, tapi baru tahu disebut kawasan Wallacea.
Membaca tulisan Mas Aris, membuat saya semakin merasa sebagai seorang travel blogger yang miskin pengalaman menjelajah Indonesia bagian timur.
Sewaktu webinar ini akan digelar, saya membuka blog saya sendiri, dan mencari tulisan yang pernah saya buat, terkait alam dan kuliner Tidore. Sengaja saya baca lagi, biar nanti nyambung saat pembicara sebut-sebut kuliner Wallacea. Tulisan yang saya maksud berjudul "Mengenal Kuliner Tidore Lewat Festival Gurabunga" (klik).
Tips bepergian hemat ke Wallacea oleh Fitria Chaerani dari Campa Tour
Siapa yang tak tertarik jalan-jalan ke Wallacea, menjelajah alam dan kuliner dari Sulawesi, Maluku, hingga NTT. Sependek pernah keliling Indonesia, baru Maluku Utara (Tidore & Ternate) serta NTT saja yang pernah saya sambangi. Di NTT pun baru seujung kuku, di Labuan Bajo dan pulau-pulau sekitarnya saja seperti Padar, Rinca, Komodo, Kalong, Kanawa. Saya belum melihat Sumba yang terkenal dengan padang rumput dan bukit-bukitnya yang indah, Wakatobi dan tempat-tempat menakjubkan lainnya.
Jujur, kalau dilihat dari segi biaya, sewaktu pernah 2 kali ke Maluku Utara, biayanya memang tidak sedikit. Untuk tiket pesawat PP saja dari Jakarta ke Ternate sudah 3 jutaan (termurah) di tahun 2017 dan 2018. Entah sekarang jadi berapa. Itu baru pesawat, belum makan, tempat tinggal dan biaya kegiatan. Sungguh harus berhitung.
Nah, kebetulan sekali dalam webinar ini ada tips bepergian hemat ke Wallacea dari Mbak Fitria Chaerani dari Campa Tour. Wajib banget disimak!
Tips bepergian hemat ke Wallacea oleh Fitria Chaerani dari Campa Tour |
Menurut Mbak Fitria, sebelum bepergian, ini yang seharusnya dilakukan oleh traveler:
- Buat Skala Prioritas, Kesukaanmu yang mana: Alam, Budaya/Sejarah
- Pilih vendor/guide local untuk menemanimu. Cari Referensi di forum forum travel
- Buat perkiraan budget: Do some research
- Prepare for unexpected things!
Banyak destinasi di Kawasan Wallacea yang harus ditempuh dengan beragam moda transportasi, dari pesawat besar, pesawat kecil (baling-baling), kapal, perahu, angkot, hingga ojek motor, maka harus siapkan beberapa hal berikut:
- Siapkan waktu yang tidak ketat
- Obat Mual/Mabuk/Masuk Angin
- Bawa/Siapkan Cemilan
- Alat pengusir kebosanan (mp3 player, buku, dll).
Dan, inilah beberapa tempat wisata di kawasan Wallacea yang bisa dikunjungi oleh traveler:
Total biaya perjalanan wisata Wallacea +/- Rp 6,6 juta perorang |
Sistem Pangan Berkelanjutan
- ADIL - Adil untuk lingkungan, dapat diakses konsumen, produsen sejahtera, harga pasar adil bagi pasar dan konsumen.
- LESTARI - Varietas lokal, alami (termasuk organik), ramah lingkungan, berkelanjutan (memperhatikan keanekaragaman hayati, ketahanan ekosistem, dan kesejahteraan produsen, serta menghormati hak asasi manusia)
- LOKAL - Bukan impor, diproduksi di daerah dan sekitarnya, mencantumkan identitas daerahnya termasuk identitas komunitas, bagian dari budaya dan kearifan masyarakat lokal.
- SEHAT - Dari pangan alami, tidak mengandung pengawet buatan, bersih, bernutrisi.
Garam Grosok untuk Kesehatan, Kecantikan, dan Makanan |
Olahan Gula Aren untuk Makanan, Minuman, dan Kecantikan |
Ragam kuliner Wallacea oleh Meillati Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy
On the spiritual theory, man consists essentially of a spiritual nature or mind intimately associated with a spiritual body or soul, both of which are developed in and by means of a material organism. [ALFRED RUSSEL WALLACE]
MAP Kawasan Wallacea |
Bahan-bahan yang terkandung dalam kuliner Wallacea umumnya terdiri dari bahan-bahan khas yang ada di wilayah tersebut, di antaranya:
Mbak Mei juga menampilkan beberapa kuliner khas Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Berikut ragam kuliner Wallacea tersebut:
Bepergian ke suatu daerah, melakukan kegiatan wisata kuliner, tentu ada hal pokok yang kita cari yakni sesuatu yang khas dan hanya bisa dijumpai di tempat tersebut, tentunya disertai unsur-unsur baik lainnya. Karena bukan cuma mulut dan perut yang hendak dimanjakan, kesehatan diri dan lingkungan juga harus diperhatikan.
1. BAHAN LOKAL. Menggunakan berbagai bahan-bahan lokal yang tersedia di masing-masing daerah.
2. PRODUK ARTISAN. Daripada menyajikan aneka minuman dari sachet, lebih baik menyajikan aneka minuman tradisional lokal. --- mengurangi pemakaian plastik dan sachet.
3. RESEP LOKAL. Mengangkat resep-resep lokal sehingga setiap daerah menyajikan kuliner yang khas dan menjadi daya tarik wisata.
4. STANDAR HIGIENIS. Menggunakan standar-standar protokol kesehatan dan higienis sehingga menjamin kesehatan bagi turis yang datang.
Nama-nama kuliner dari ragam kuliner Wallacea yang dibagikan oleh Mbak Mei di atas, belum satupun pernah saya lihat dan coba, walaupun sudah pernah menjejakkan kaki di Maluku Utara, tepatnya di Tidore dan Ternate. Dalam pengalaman saya pernah ke Tidore, pada suatu acara festival, pernah ditampilkan belasan kuliner lokal yang sudah tergolong langka. Dilihat dari bahannya, ada kesamaan bahan dengan kuliner dari daerah lain di Wallacea, seperti singkong, ikan, sagu, rempah, kenari, dan lainnya. Hanya pengolahannya saja yang berbeda.
Berikut adalah ragam kuliner asli Tidore yang pernah saya foto saat berkunjung ke Tidore pada tahun 2017. Semoga sedikit informasi ini bisa menambah daftar kuliner yang bisa dicoba di Wallacea. Nama-namanya bisa dibaca pada artikel saya di sini : Mengenal Kuliner Tidore (klik)
Ragam kuliner Tidore berbahan dasar singkong, jagung, ikan, sagu. (Katerina/Travelerien.com) |
Kuliner Tidore: Kasbi (roti sagu singkong), Gohu Ikan, Kakap Dabu-Dabu. (Katerina/Travelerien.com) |
Saya dan rekan-rekan blogger saat kegiatan Jelajah Kuliner Tidore (Maluku Utara) di Festival Gurabunga. (tutup plastiknya ganggu banget ya!) 😅 |
Kunjungan saya dkk blogger ke tempat pembuatan Kue Lapis Tidore (kuliner berbahan buah kenari) |
Setelah sekian lama, saya baru tahu kalau selain jadi penyedap rasa dan mempercantik warna kolak, gula aren juga berfungsi sebagai masker wajah. Ini menarik sekali! Sebagai tambahan, tips menikmati penganan khas Maluku Utara seperti roti sagu, bagea, atau biskuit kenari panggang adalah dengan cara dicelupkan ke dalam teh panas atau kopi.
BalasHapusCoba Ai maskeran pakai gula aren. Nanti hasilnya ceritakan ke saya, baru saya coba kalau bagus :D
HapusOh iya, Kasbi ya, kalau dimakan gitu aja ya keras. Memang mesti dicelupkan ke air hangat seperti teh manis. Dulu waktu ke Tidore diajarin begitu.
Mba Rieen, ya ampuuun, aku kayak menyimak National Geographic nih. lengkaaapp banget ulasannya
BalasHapusTernyata Indonesia tuh luaar biasa banget bangeettt ya.
Gastronomi, kekayaan alam, budaya, semua bikin INDONESIA makin KAYA!
Terima kasih Mbak Nurul. Iyaaaah, sangat kaya! Bangga kan kita?
HapusNusantara memang lengkap dan kaya baik hayati maupun ragam hewani, serta kebudayaan. Wallace mengingatkan konon dahulu ketika sekolah pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
BalasHapusNusantara terbaik, alam dan kulinernya memang sangat kaya ya mas.
Hapushuhuhu saya serasa katak dalam tempurung, Mbak Rien
BalasHapusmasa hidup puluhan tahun sebagai Warga Indonesia, tapi nggak tau kekayaan kawasan Wallacea yang sangat mengangumkan
Saya harus kesini (janji saya dalam hati) dimulai dengan nabung ya?
Gak tau kenapa, tulisan tentang kekayaan alam Indonesia bikin saya meleleh dan ingin kesana, berbeda dgn tulisan jalan jalan ke LN
Disebut katrok juga gapapa :D :D
Itu namanya bukan katrok, ambu. hahaha. Justru hebat berpikiran demikian. Saya pun berpikir sama, semua hal tentang Indonesia selalu bikin meleleh.
HapusKawasan Wallace ini kaya banget yah. Jadi mupeng lihatnya.
BalasHapusdan ternyata banyak sekali plasma nutfah dari keanekaragaman hayati kita yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Terimakasih atas sharingnya yang super lengkap
Terima kasih kembali Mbak Syamsiah :)
HapusTopiknya menarik, dan kayaknya banyak yang pengen dikomentari jadinya ^_^
BalasHapusYang jelas saya teringatkan kembali bahwa kita punya daerah eksotis "tertinggalkan" yaitu Wallacea.
Wallacea yang terkenal sebagai sepotong surga di bumi, laboratorium alam dunia, dan kekayaan tradisi dan kuliner yang sungguh beragam. Saya sih hanya pernah ke daerah Sulawesi dan sekitarnya, itu pun sudah lama.
Yang lucu, pas baca flyer, eh ada Om Idos (Mh Firdaus) which is... adik ipar saya hihihi.. sungguh sempit dunia ini ya
Wuaaah ternyata adik iparnya Mbak Tanti haha
HapusMestinya kemarin mbak Tanti ikut acara ini ya, biar bisa ber hai hai pas acara :)))
Baru ngeh aku nih tentang Wallacea. Kalo travellingnya, aku milih yang sejarah sih. Kalo kulinernya hm..apa ya? Nanh ini yang perlu lebih didalami, supaya ada wawasan ttg kuliner di daerah-daerah lingkup Wallacea.
BalasHapusAyo mbak trip ke Wallacea, biar kenalan langsung sama kuliner-kulinernya :D
HapusSaya baru ngeh kalau ada juga kuliner Wallace, selama ini mengira hanya tentang Flora dan Fauna aja. Duh, kudet banget. Membaca ini jadi semakin sadar, betapa alam Indonesia begitu kaya, ya keindahan alam, ya hasil bumi darat, air tawar dan laut. Ini baru Sulawesi dan sekitarnya, yg membuat dunia terkagum-kagum. Semoga generasi sekarang membaca informasi seperti ini dan terus bertekad menjaganya di masa mendatang.
BalasHapusAamiin
HapusMbak Fitria menyarankan bawa obat mual kalau mau menjelajah kawasan Wallacea, hihi ini aku banget, Kalau ada tugas ke luar pulau Jawa pasti sedia obat anti mabuk. mengantisipasi perjalanan darat menuju lokasi yang kadang jalannya berliku-liku.
BalasHapusSayur jantung pisang nih saya suka mbak, kalau di Sulawesi sebutannya sayur putungo ya, kalau disini menyebutnya ontong pisang. Di masak bareng sama ikan teri, kuah pedas. Bisa ngabisin nasi banyak tuh
wahh keren banget yaa. Sebagai orang sulawesi, melihat jenis-jenis makanan yang ditulis di atas, saya jadi merasa malu ternyata pengetahuan tentang makanan sulawesi masih nol banget yang saya tahu
BalasHapusMenarik sekali dengan adanya kegiatan WFTA ini. Makin mengenal aneka kuliner dan tempat wisata suatu daerah nih. Tips dari Mbak Fitria ini sering juga diterapkan untuk pertimbangan ketika mau lakukan perjalanan,emang harus tau lebih suka ke wisata budaya,sejarah atau alam. Makin pengen deh ke Wallacea ini,banyak yang bisa dilakukan disana pastinya.
BalasHapusSaya harus ingat tiap tanggal 18 April juga merayakannya dengan postingan!
BalasHapusWallacea ternyata seindah itu ya Mbak. Merinding, sungguh. Luar biasa. Makanannya juga aduh bikin saya pengen mencoba rasanya.
Kalau pergi ke daerah-daerah, saya memang lebih suka mencari kuliner khas daerah tersebut. Gak apa-apa deh di rumah makan kecil juga. Tetapi, yang penting merasakan makanan khasnya. Karena kalau resto kekinian dengan menu modern di sini banyak banget.
BalasHapusIndonesia memang banyak keindaham alam begitu kaya-nya dengan hasil bumi darat, air tawar dan laut, semoga dengan tulisan ini banyak pembaca yang kagum atas keindahan alam semesta
BalasHapusWaktu belajar di sekolah hanya tahu garis Wallacea, belum pernah juga menikmati kuliner Wallacea. Semoga bisa berkesempatan menyicipi. Dan yang penting semoga terus dilestarikan agar generasi selanjutnya juga mengetahui bahwa nusantara kita kaya akan Kuliner nikmatnya
BalasHapusAku terkesan banget dengan webinar ini. Banyak banget dapat ilmu pengetahuan baru. Khususnya seluruh informasi yang menyangkut kawasan Wallacea, sang ilmuwan AR Wallace, kekayaan hayati dan kuliner yang tereksplorasi dari Ekspedisi Wallacea.
BalasHapusYang masih mengganjal adalah keberadaan Tidore dari rangkaian jelajah pengetahuan yang dilakukan oleh Wallace ratusan tahun yang lalu. Semoga nanti ketemu jawabannya saat ngobrol lebih lanjut dengan Mas Aris dari Kompas.
seru sekali kegiatan dari WTFA ini, penuh dengan pengetahuan yang sangat menakjubkan. traveling ke daerah garis wallacea dream banget buat saya, semoga aja dimudahkan bisa kesana. Karena wallace bagi saya alamnya bagai surga dan Saya sangat menyukai berbagai kuliner dari wilayah garis wallacea. Dengan membaca artikel ini jadi lebih tau tentang wallacea dan sedikit mengobati rasa ingin pergi kesana.
BalasHapusWallacea memang mempesona baik keindahan alam dan juga kuliner wow banget bisa menikmati kue khas terutama kue lapis tidore yang ada kacang kenari
BalasHapus