Libur Tahun Baru 2021 |
Berkendara mobil dari BSD Serpong - Lampung - Palembang - Prabumulih hingga ke Muaraenim SUMSEL di ujung tahun 2020 bukanlah sebuah rencana yang kubuat sejak jauh hari. Kami bahkan sudah membayangkan di rumah saja saat pergantian tahun, tetapi Tuhan seperti menunjukkan jalan dan kemudahan sehingga aku dan keluarga bisa berangkat bersama menuju kampung halaman hanya dengan persiapan 3 hari saja sejak kesempatan untuk pergi itu ada.
Tujuan dari roadtrip ini sudah kuceritakan pada tulisan yang aku posting sebelumnya berjudul Naik Kapal Ferry Express Merak - Bakauheni (klik). Aku pulang untuk mengurus surat-surat kebun buah, tanah, dan rumah peninggalan orang tua.
Mengunjungi Kebun Buah Duku dan Durian, Menengok Kebun Karet
Berangkat di musim libur bersiaplah untuk dilabeli bepergian untuk berlibur, meskipun kenyataannya ada urusan keluarga yang mendesak untuk diurus di kampung halaman.
Sebagai anak tunggal dari bapak ibuku, aku pewaris satu-satunya harta dari kakek yang diwariskan ke bapak. Ya, selagi saudara kandung bapak masih hidup, meski telah tua tapi masih bisa bersaksi atas apa-apa yang menjadi hakku.
Berurusan dengan kebun, otomatis kami pergi ke tempat yang jauh dari keramaian. Pergi ke mana lagi kalau bukan ke kebun itu sendiri.
Kebunku berdampingan dengan kebun-kebunnya saudara bapak. Ada kebun duku, durian, dan ada karet. Sayangnya tahun ini duku dan durian tidak berbuah, padahal saat aku tidak pulang, tanaman-tanaman itu berbuat lebat dan berpeti-peti dikirim ke pasar induk di Kramatjati pakai truk besar melintasi Selat Sunda.
Mungkin bakal buah pada sembunyi takut corona? he he. Entahlah.
Aku punya bapak sudah lama tiada, meninggal sejak aku masih berusia 15 bulan. Tak ada yang bisa kuingat dari almarhum.
Kakek, orangtuanya bapak, serta puyang orang tuanya kakek adalah orang dengan banyak harta berupa tanah di mana-mana. Kebun-kebunnya menghasilkan, dari dulu, makanya zaman mereka berangkat haji, biayanya ya dari kebun-kebun itu.
Bagi orang kota apalah enaknya punya tanah di hutan sana, sunyi nggak ada yang bisa dilihat, padahal dari sanalah pendidikan terbiayai, makan tercukupi, rumah besar berdiri tegak, hidup sejahtera tanpa kekurangan.
Tak ada bunyi letusan kembang api, ataupun terompet berisik yang ditiup entah untuk apa. Aku hanya asyik motoran berdua suamiku di sini, menikmati aroma tanah yang diselimuti daun-daun tua yang gugur dan membusuk, suara-suara burung, daun-daun yang bergesekan ditiup angin, rumput-rumput basah, tanah becek, bahkan hewan pacet si penghisap darah.
Sebuah tempat yang telah 5 tahun tak kutengok. Pohon-pohon makin besar dan menua, seperti aku.
01 Januari 2021 - Motoran di kebon |
01 Januari 2021 - Kebun duku tua berusia satu abad |
01 Januari 2021 - Kebun karet di tanah lama |
Pohon Karet |
Getah karet |
Ziarah ke makam bapak bersama suami dan anak-anak
Waktu mudik yang singkat terasa begitu berharga, maka kugunakan untuk berziarah ke makam bapak.
Anak-anak kuajak mengunjungi makam almarhum kakek mereka. Semoga menjadi pengingat bahwa mereka beruntung dianugerahi Tuhan memiliki kedua orang tua yang hidup dalam waktu lama, tidak seperti mamanya ini yang telah yatim sejak bayi. Dengan begitu kuharap mereka banyak bersyukur, menghargai waktu yang ada, dan memanfaatkan kebersamaan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup.
Semoga Allah memanjangkan umurku dan suami, selalu sehat, supaya bisa lebih lama membersamai anak-anak kami, menjadikan mereka anak-anak yang taat dan bertakwa pada Allah SWT, serta kuat dan dewasa dalam mengarungi kehidupan yang keras dan amat singkat ini.
Semakin ke sini aku semakin memikirkan hidup, akan seperti apa pada akhirnya. Harapanku tentu saja, kelak bisa mati dengan baik, husnul khotimah.
Sungguh, awal tahun tidak terpikir olehku untuk hura-hura. Kalaupun terucap ingin jalan-jalan ke sana dan ke situ, tak ada yang lebih dalam dan berarti selain menyepi dengan cara seperti ini, berziarah ke makam bapak dan bersilaturahmi dengan keluarga orang tua yang masih ada.
Di sini, kerinduanku terobati.
Makam Bapak |
01 Januari 2021 |
01 Januari 2021 - Ziarah |
Pergi ke Hutan Karet, Berpapasan dengan Rotan dan Keladi
Ada banyak tempat wisata di Sumsel, tinggal pilih mana yang disukai, lalu pergi dan datangi. Tapi pandemi yang tak jua pergi, masih menjadi ancaman berat bagi kesehatan dan keselamatan hidup.
Objek wisata populer bukanlah tempat aman, apalagi jika orang-orang berkunjung tanpa menerapkan protokol kesehatan. Orang lain santai, kitanya yang cemas. Gimana bisa bahagia kalau liburan dilanda kecemasan?
Tak kan berkurang rasa bahagia walau liburan di isi dengan blusukan ke hutan yang sunyi, tempat di mana kesenangan bisa didapat dengan menikmati udara segar tanpa polusi, sembari memanjakan mata dengan hijaunya hutan yang tak meminta bayaran kunjung.
Cerita tentang perkebunan karetku, adakah yang ingin membacanya bila kutulis di sini? Ah, lain waktu saja ya 😀
Ada hutan rotan di samping hutan karet. Rotan-rotan muda yang batangnya sering kukira bambu kurus, berwarna hijau. Tentu bukan kuning/coklat seperti yang sudah berbentuk kursi/meja di toko-toko mebel.
Kutemukan keladi seperti yang dijual di tempat tanaman hias. Kutemukan anak rotan yang kukira pohon sikas. Jika dipindah ke pot, dia akan naik kelas, kata orang-orang. Kelasnya tumbuhan ini ya di hutan, bukan di pot.
Entahlah, saat menemukannya di hutan, aku malah tak ingin mencabutnya. Tak ingin kujadikan tanaman dalam pot. Sudahlah, mending aku beli yang sudah dijual saja. Yang di sini, biarlah tetap ditempatnya.
Di sini kutemukan banyak buah karet. Saat kuposting fotonya di IG, orang-orang berkomentar tentang masa kecil mereka yang suka memainkan buah karet itu. Aku berusaha mengorek kenangan tentang buah karet, tapi tak kutemukan apa-apa. Apa aku tidak pernah main buah karet?
Kucari kenangan kala SD, yang ada malah ingatan tentang kebahagiaan membaca buku di perpustakaan sekolah. Iya, dulu aku bersekolah di YKPP, sekolahnya anak-anak pegawai Pertamina. Perpus SD ku sangat besar dan penuh buku bermutu. Karya-karya Enid Blyton jadi santapanku sehari-hari, kubaca di waktu istirahat. Perpus itu bagaikan taman yang indah, bunganya adalah buku-buku dan majalah.
Karena masa kecilku banyak bermain dan bergelut dengan buku bacaan, bukan di kebon, maka tak ada kenangan akan buah karet.
02 Januari 2021 - Kebun Karet |
02 Januari 2021 - Kebun Karet |
02 Januari 2021 - Hutan Rotan |
02 Januari 2021 - Anak Rotan |
Keladi |
Buah Karet |
Belanja Oleh-oleh di Pempek Candy
Tgl. 3 Januari 2021 adalah hari terakhirku di Sumsel. Beberapa urusan penting telah selesai tepat waktu, dan kami bisa kembali ke BSD dengan lega.
Tentu tak elok bila tak membawa oleh-oleh untuk keluarga di Jakarta, terutama keluarga ibu mertuaku. Jadi, mereka akan kubelikan makanan khas Palembang, pempek dan kerupuk.
Pergi ke kota tak elok pula rasanya bila tak menyapa kawan-kawan yang kukenal. Jadi, kuhubungi Deddy Huang dan Haryadi Yansyah aka Om Nduut. Kubilang aku ingin jumpa dengan mereka di tempat oleh-oleh yang ada tempat makannya.
Bukan aku tak tahu ada Pempek Candy, Pempek Pak Raden, Pempek Beringin, atau pempek lainnya. Tapi, aku ini sudah lama tak kelayapan di Palembang. Tentu sudah banyak ketinggalan info-info tempat makan yang baru dan sedang hitz.
Deddy membantuku dengan mudah, dikiriminya aku alamat Pempek Candy Ruko di Jalan Kapten A Rivai No.402, 26 Ilir D. I, Kota Palembang. Maka, ke sanalah aku menuju pada Minggu pagi tgl. 3 Januari 2020.
Pagi itu jalanan lengang, Mas Arif seperti menyetir di jalan tol, melesat dengan kecepatan cahaya. Tahu-tahu kami sudah di Palembang. Yayan sudah standby, sedangkan Deddy masih tidur. Halah 😂
Akhirnya, aku pergi mencari toko pakaian mencari sarung buat Alief. Ceritanya, si Alief ketinggalan sarung di rumah neneknya. Nah, karena dia selalu celana pendekan selama roadtrip, salatnya butuh sarung. Pas tahu ketinggalan, dia langsung bersikeras harus beli sarung. Demi salat yang dia jaga, aku pun bertekat harus menemukan sarung. Kami ke Transmart, di sana ga ada. Trus ke mall, ga ada juga. Ya udahlah akhirnya terpaksa bongkar tas yang sudah disusun rapi di bagasi, cari celana panjang yang ada. Biar tetap bisa salat.
Di Pempek Candy, aku gak cuma ketemu Yayan dan Deddy, tapi dengan Yuk Tika juga. Hore. AKu seneng! Dan semakin senang karena Yayan dan Yuk Tika membawakanku oleh-oleh kerupuk dan kemplang. Masing-masing 1 kantong! Wuaaah! Thank you!
Mas Arif janjian dengan kawan-kawan kuliahnya, tapi hanya Kak Kiki yang bisa datang.
Di sana kami makan siang. Aku memesan beberapa menu, mulai dari Pindang Tulang Iga, Ayam Goreng Kampung, Mie Celor, Model, Lenggang, Pempek Panggang, hingga Es Kacang Merah.
Sibuk dan asyik ngobrol sama Yayan, Deddy dan Yuk Tika, aku lupa motret semua makanan-makanan itu haha. Tapi tak apa, ngobrol lebih enak dari pada motret. Jarang ketemu mereka juga kan.
Waktu terasa begitu singkat untuk bertemu. Saat Mas Arif mengingatkanku untuk mulai melanjutkan perjalanan menuju Jakarta, kami pun berpamitan, dan berpisah di sana. Moga bisa jumpa lagi di waktu dan kesempatan yang lebih baik, dan saat itu corona sudah pergi tanpa sisa. Aamiin.
Palembang 3 Januari 2021 - Deddy, Yayan, Yuk Tika |
Mas Arif dan Kak Kiki |
Alief dan papanya |
Mie Celor |
Pempek Panggang |
Es Kacang Merah |
Total hanya 4 hari di Sumsel. 2 hari di perjalanan, 2 hari mengurus kebon sambil silaturahmi ke keluarga, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan.
Tak semua sempat kami kunjungi karena keluarga ada di beberapa tempat berbeda yang tidak semuanya bisa dijangkau dalam 2 hari yang amat padat.
Alhamdulillah. Allah perjalankan kami dengan lancar dan Allah mudahkan urusan kami di sana✨
Tanpa sadar, keinginanku tahun lalu pulang kampung halaman untuk berziarah, bertemu para tetua dan memiliki tambahan penghasilan, tercapai di awal tahun 2021. Semoga keinginan-keinginan baik lainnya juga dimudahkan😇
Allah selalu ada dalam setiap langkah ❤️
Benar benar perjalanan yang menginspirasi menjadi karya...semoga semoga bisa juga bisa berkunjung ke sana
BalasHapusWah kabari mas kalau memang mau berkunjung ke kebon saya :D
HapusTapi itu bukan tempat wisata lho, cuma kebon berisi tanaman duku, karet, durian, pisang, dan rempah2 kayak kunyit, jahe, lengkuas, dan temu putih haha
Benar benar perjalanan yang menginspirasi menjadi karya...semoga semoga bisa juga bisa berkunjung ke sana
BalasHapusKalo pempek Pak Raden udah pernah nyicip, dibawain sama mamahku. Baidewei jadi penasaran dengan pempek panggang, bedanya dari cara masaknya aja kan? Biasanya pempek itu digoreng, belum pernah nyicip nih yang dipanggang.
BalasHapusSeperti namanya, pempek panggang dipanggang, bagian pinggir (sampingnya) dibelah dulu, biasanya diisi dengan rebon, baru dipanggang. Favorit saya justru pempek panggang :D
HapusYa ampun senangnya, serasa ikutan mudik bareng Mbak Rien
BalasHapusPuas jalan jalan, puas bertemu kerabat dan teman teman, puas kulineran
Nikmat Tuhan mana lagi yang kaudustakan
Alhamdulillah bun, pokoknya seneng banget awal tahun 2021 ini bisa mudik sekeluarga dan bisa melakukan hal-hal penting di sana :)
HapusTuan tanah mbak? Baca tulisannya mbak rina lalu lihat gambar-gambarnya, mlongo aku mbak sambil terucap di bibir "ckckckck" Itu tanah luas banget mbak rina, pantesan aja lah mbak rina bisa buat biaya haji, tapi yang saya salutkan tanah ini masih bisa dipertahankan ya mbak sampai sekarang ini.
BalasHapusMungkin puyangku ya yang pantes disebut tuan tanah karena zamannya beliau hidup, tanahnya memang di mana-mana. Tapi ya gitu, karena banyak anak, dibagi-bagi, yang tadinya luas dan dimana-mana lama-lama jadi kecil dan ga luas lagi. Apalagi kalau sudah turun ke cucu, ya makin banyak lagi pembagiannya haha :D
HapusTapi di sana sejak zaman kakekku memang pada punya tanah banyak dan kebon yang luas-luas.
SERU POL_POLAN! :D
BalasHapusapalagiii sempat silaturahim ama blogges Palembang juga ya mbaa
ya ampuunn, ini beyond happy bangeett
btw, aku pernah 1 kali ke Plmbg dan diarahkan sodaraku buat belanja pempek candy juga
super recommended ini ya
Alhamdulillah mbak, pokoknya seneng ketemu keluarga, dan ketemu temen, walau segelintir dan sebentar aja, karena memang lagi belum bisa juga ya kumpul rame-rame dan lama-lama.
HapusIya mbak Pempek Candy andalan lah buat cari oleh-oleh pempek :D
MashaAllah mba Rien, setiap kalimatnya kaya makna dan hikmah. Mungkin karena sejak SD mba Rien mainnya di perpustakaan., bukan di kebon karet hehe. Saya berasa ikut mudik bersama travel blogger yang ternyata yatim sejak bayi. Semoga Allah selalu menjaga mbak dan keluarga ya. Terharu bagaimana seorang Mama yang mengusahakan agar shalat anaknya terjaga. Gpp awal tahun nggak huru hara, ngapain juga. Perjalanan sunyi gini malah lebih mengena. Alhamdulillah bonus ketemu teman2 blogger juga. Ditunggu selalu cerita Kebun Karetnya ya mba :) Aku pasti duduk di depan, membacanya dengan khusuk. Terimakasih sudah bercerita, dan teruslah bercerita.
BalasHapusMasya Allah. Terima kasih sudah membaca cerita sederhana ini, mendoakan, dan memberi dukungan yang baik buatku. Semoga kebaikan dari doa dan dukungan mbak Anggraeni kembali pada mbak lagi. Aamiin.
HapusBacanya tulisan Mba Rien serasa ikutan ke kebun yang luas ituuu
BalasHapusApa lagi ditambah foto-foto yang mendukung, jadi ikutan jalan-jalan deh meski cuma dari laptop, hihihi...
Alhamdulillah. Senang bisa mengajak pembaca serasa ikut dalam cerita. Makasih ya mbak :)
HapusYang namonyo balek kampung itu rasonyo seneng luar biasa. Mbaco ini aku jadi tertarik untuk ngajak suami dan anak-anak ke Palembang dengan mobil. Hitung-hitung nambah pengalaman berlibur via jalan darat. Masalah nyetir kan pacak gantian.
BalasHapusIyo yuk cobalah ke Palembang jalan darat, sekarang ada jalan tol itu rasonyo cepet nian sampe yuk. Idak buang waktu banyak cak dulu, dan seneng nian rasonyo melaju di tol Sumatera.
HapusWah baru kali ini lihat getah karet hihi. Btw seru banget ini nalan-jalannya. Jadi pengen short trip juga nih!
BalasHapusKira-kira mau short trip kemana mbak? :D
HapusWaduhhh aku langsung tergoda sama mpekpek panggang lihat fotonya.
BalasHapusBtw udah lama banget gak makan mpekpek jadi terbayang2 aku nih mba :))
pertanda udah waktunya makan pempek lagi mbak. Coba pesan online, biar kesampean, atau bikin sendiri :D
Hapusseru banget liburannya mba,,, baca tulisan mba aku jadi ingat waktu kecil dikampung main di kebun karet, sambil bantui mengumpulkan karet yang udah ditampung di tempurung kelapa, sampai beberapa ember banyaknya. trus mencari biji buah karet buat dimainin sama temen2 hihii
BalasHapusWah serunya, malah pernah ikut bantuin ngumpulin karet ya :D
HapusAiiih aiiih nikmatnyoo pulang kampung (sok sok bahasa Palembang)
BalasHapusAkutuh kalo ke sini berasa dimanjakan dengan gambar gambar bercerita jadi sibuk aja liat dan lupa bacanya (dikeplak mbak Rien)
hahaha nggak lah masa dikeplak. Makasih Mbak Tanti udah mampir dan liat2 :)
HapusWuih seru banget Mbak Rien. Huhu kangen deh bisa blusukan kayak gini. Lihat pohon-pohon rindang dan tanaman-tanaman liar. Mana bisa ketemu temen-temen juga ya. Asyik bangeeet.
BalasHapuskalau pergi ke tempat terbuka kayak gini, asli nyenengin banget memang mbak :D
Hapusbonusnya mudik ketemu temen, makin seneng
Owhh.. Jejalan sekalian ziarah ya mbak. Btw, aku suka nih hasil jepreten mbak. Terutama yang hijau-hijau itu. Bikin mata jadi segerr🤩
BalasHapusBukan jalan sih ya, memang mudik untuk suatu urusan, sekalian jalan dan ziarah :D
HapusMakasih ya mbaaak....