KEB Ngobrol with Katerina
Tema: “Jalani Hobi Traveling Tanpa Mengabaikan Keluarga"
Kamis, 24 Desember 2020 Pukul 16:00 - 17:00 WIB
Host: Chichie @akuchichie
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
Hi, Mba Katerina. Boleh diceritain nggak saat ini kesibukannya apa saja nih?
Hi Mbak Chichie. Saat ini sibuknya aku tuh cuma 3. Sibuk ngurus keluarga, ngurus rumah, dan ngurus kanal-kanal digitalku kayak blog, IG, FB, Twitter, dan Youtube Channel.
Sibuk ngurus keluarga
Seperti biasa ngurus anak-anak dan suami. Ngurus kebutuhan mereka sehari-hari, dari keperluan makan, pakaian, belajar, bekerja, istirahat, dan kesehatan. Apalagi di masa pandemi begini, kesehatan keluarga jadi prioritas paling tinggi. Jadi, aku menjaga mereka dari segala hal yang tak diinginkan. Mengolah makanan sehat, membuat ramuan herbal buat obat dan daya tahan tubuh, dan itu tiap hari kulakukan.
Sibuk ngurus rumah
Kelar ngurus anak dan suami, aku ngurus rumah. Bersih-bersih tiap hari, ngurus tanaman, nyuci baju dan piring. Soalnya nggak pakai pembantu, apalagi pandemi gini, aku nggak masukin orang ke rumah. Semua serba sendiri.
Sibuk ngurus kanal-kanal digital
Nah, kelar ngurus keluarga dan rumah, baru deh ngurus kanal-kanal digital aku. Dari blog, medsos, youtube. Bikin konten tiap hari jika ada waktu.
Nah, bicara soal traveling, nulis, dan fotografi. Awalnya gimana kok bisa memutuskan jadi seorang travel blogger?
Sebenarnya ini semua memang berangkat dari hobi aku. Aku tuh sangat menggemari aktivitas menulis, Jalan-jalan, dan Fotografi.
Nah, ketiga kegemaran inilah yang menginspirasi aku untuk membuat travel blog. Ketika aku menulis hal-hal yang aku sukai, aku merasa aku lebih menjiwai, dan aku bisa menulis dengan hati.
Kata orang, Kalau menulis dengan hati, tulisan jadi lebih hidup dan ada rohnya. Makanya bisa sampai ke hati yang baca.
Aku sih berharap, dari setiap pengalaman yang aku tulis, bermanfaat buat orang lain, entah sebagai informasi maupun jadi inspirasi.
Alhamdulillah aku merasa puas dan bahagia dengan menjadi travel blogger. Karena dari menulis di blog jalanku menjadi travel writer terbentang lebar, sehingga aku juga menjadi penulis perjalanan di koran-koran, majalah, majalah pesawat dan buku.
Alhamdulillah di blog sudah ada 870 artikel (per Desember 2020) dan di media cetak tepat 80 artikel yang pernah dimuat.
Aku nggak nyangka dengan menjadi travel blogger bakal banyak rejeki menghampiri, alhamdulillah nggak putus-putus sampai sekarang.
Mungkin inilah yang disebut orang dengan hobi yang menghasilkan. Tapi yang lebih penting buat aku adalah dengan menjadi travel blogger aku mendapat banyak pengalaman berharga yang membuatku tak sama lagi ketika belum menjadi seorang blogger.
Sudah pernah mengunjungi kota mana saja di Indonesia? Destinasi yang paling berkesan kemana?
Ada banyak kota dari Sabang sampai Tidore. Belum ke Merauke karena belum ada kesempatan menginjak Papua. Pernah ada 3 kali ditawari tapi selalu belum bisa karena waktunya tak tepat.
Terakhir bulan Agustus 2020 kemarin ada tawaran untukku mengikuti kegiatan di Papua, namun sayangnya aku belum berani pergi karena sedang pandemi dan suami juga baru abis sakit, aku belum bisa meninggalkan dia karena tiap hari aku mesti membuat ramuan herbal untuk kesehatannya.
Kalau ditanya ada berapa banyak yang sudah didatangi, jawabku banyak, tapi tentu saja lebih banyak lagi yang belum karena Indonesia itu sangat luas. Ada begitu banyak kota dan destinasi wisata yang tak abis-abis untuk didatangi
Tentang Destinasi yang Paling Berkesan
Semua perjalanan wisata yang pernah kulakukan berkesan dan punya cerita menarik masing-masing. Namun jika harus sebutkan satu saja, maka Sailing Komodo paling berkesan karena kental dengan petualangan.
Objek wisata yang dikunjungi komplit. Dari daratan hingga lautan. Di darat jelajah pulau, bukit, dan ketemu Komodo. Di laut jelajah bawah laut, snorkeling, diving, sampai ketemu Manta si ikan pari raksasa.
Selama 3D2N jelajah Taman Nasional Komodo aku dan kawan-kawan menginap di kapal semi phinisi, di kamar-kamar ber-AC, di atas ranjang bertingkat. Makan enak 3x sehari dengan menu-menu bervariasi, dimasak oleh chef kapal, semua enak dan mengenyangkan.
Banyak senangnya, tapi ada juga seramnya sewaktu cuaca buruk, hujan deras disertai angin kencang, kapal basah, bahkan air masuk kamar. Berjam-jam dihantam gelombang tinggi, kapal oleng, dan aku mabok sampai muntah-muntah. Aku sudah siap dengan keadaan terburuk, sudah pasang jaket pelampung, siap terjun jika kapal terbalik, dan sudah siapkan HP dalam tas kedap air, siap telpon siapapun jika sudah dapat sinyal hehe
Alhamdulillah selamat dan kami bisa kembali ke Labuan Bajo. Pengalaman ini hampir serupa dengan tour Krakatau 2016, kapal nyasar berjam-jam kami terombang ambing di laut, dan tim SAR kabarnya sudah disiapkan buat mencari kami. Untunglah selamat meski sudah pusing dan kelaparan karena berjam-jam tidak makan dan sudah kehabisan tenaga dan kehilangan kosentrasi.
Lalu bagaimana caranya bisa traveling berkeliling Indonesia? Ada budget khusus nggak yang disiapkan untuk traveling?
Pertama, niatkan dengan komitmen tinggi. Jangan tergoda dengan tujuan lain. Lalu bikin rencana perjalanan. Set prioritas destinasi. Jangan banyak mau. Pilih 1 aja dulu dan wujudkan. Atur Jadwal tapi flexible.
Kedua, peluang keliling Indonesia cukup besar ketika jadi travel blogger. Selama ini yang aku tahu ada banyak lomba Blog/Photo/Video berhadiah jalan-jalan yang bisa diikuti.
Ada pula berbagai undangan trip maupun tawaran kerja sama dari suatu institusi, perusahaan, maupun brand yang membuat kita bisa jalan-jalan ke berbagai kota.
Soal budget, iya itu pasti ada karena traveling itu sudah termasuk kebutuhan. Selalu ada jadwal dan pasti harus ada budget khusus pula. Traveling nggak akan terwujud tanpa budget khusus
Aku bikin budget traveling bersama keluarga, teman/sahabat, komunitas. Kubeda-bedakan.
Saat traveling, lebih suka gaya backpackeran, mewah, atau justru malah ikut kaya travel agent gitu, mbak?
Masing-masing gaya traveling itu ada kelebihan dan kekurangannya. Aku justru penasaran dengan masing-masing kelebihan dan kekurangan itu. Jadi aku pernah mencoba dua gaya itu, dengan begitu aku merasa pengalamanku akan lebih kaya.
Kalau sedang rajin untuk serba mandiri, pilih backpackeran. Kalau nggak mau repot dan sanggup bayar lebih ya pilih paket trip.
Kalaupun harus memilih, aku pilih berdasarkan situasi. Misal, pergi ke India, aku nggak mau backpackeran. Aku mau cari aman dan nyaman, maka aku pakai travel agent, biar ada yang urus dan dampingi. Kalau pergi ke Bali bersama keluarga, bawa anak-anak, aku pinginnya traveling mewah. Kalau pergi ke Bromo bersama teman, aku maunya backpackeran.
Jadi gayaku akan tergantung dengan situasi saat akan melakukan perjalanan, dengan siapa dan sikon seperti apa yang ada di tempat tujuan.
Pernah menemukan sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi saat traveling, mbak? Bagaimana Mbak Katerina menyiasatinya?
Pernah dong. Misalnya ada hotel yang nggak sebersih ulasan orang lain. Makanan khas yang nggak seenak yang diceritakan orang-orang. Pulau yang nggak seindah digambarkan orang lain. Transportasi yang nggak selalu tersedia seperti yang diceritakan.
Tapi ada juga yang sebaliknya, misal kata orang-orang sailing komodo itu kapalnya nggak ada yang nyaman ternyata pas aku ke sana dapat kapal yang bagus dengan fasilitas yang baik. Aku pernah mengira kalau melancong di pantai-pantai di Jatim itu nggak ada bagus-bagusnya, ternyata pas ke Gili Ketapang, Jember, dan Banyuwangi, bagus-bagus aja kok.
Hal lainnya yang nggak sesuai ekspektasi terkait diri pribadi misalnya saat aku mengira bakal sukses dan lancar aja selama liburan, ternyata baru hari pertama di tempat tujuan aku jatuh sakit, kelelahan dan merepotkan orang. Padahal sudah siapkan stamina dengan daya tahan tubuh yang oke sejak sebelum berangkat. Ternyata tumbang juga akibat memforsir tenaga dan makan nggak tepat waktu.
Pernah pula merasa suatu kota yang aku datangi aman dan orangnya baik-baik, ternyata aku harus kehilangan dompet beserta isinya he he
Bahas soal fotografi nih, foto-foto mbak Katerina itu kan keren-keren ya. Berapa lama sih belajar fotografi sampai bisa menghasil kan foto perjalanan yang luar biasa? Pasti kaya gini kan harus selalu praktek.
Berapa lama? Tergantung berapa lama dna berapa banyak pegang kamera buat dipakai motret.
Punya kamera udah 10 tahun. Tapi kalau dihitung dengan jari pegangnya hanya 10 kali, itu pun jarang-jarang cuma pas lebaran doang, gimana bisa menghasilkan foto bagus?
Aku sudah beberapa kali belajar sama ahlinya secara langsung, private, maupun lewat workshop, berbayar maupun gratis, trus baca buku kayak bukunya Jerry Aurum suami Denada, belajar dari youtube, udah semua. Tapi semua itu sia-sia ketika aku ga banyak pegang kamera, dan nggak praktek. Ilmunya sebatas teori.
Jadi, selama ini aku sebetulnya banyak belajar otodidak aja.
Kunci suksesnya banyak-banyak pegang kamera, biar makin kawin dengan kamera di tangan. Banyak-banyak praktek, biar makin peka dengan objek yang hendak dijepret.
Biasanya ada waktu khusus nggak, mbak, untuk melakukan hobi ini? Dan sekali melakukan perjalanan, apakah dibatasi waktunya misal maksimal seminggu gitu.
Oh iya, ada waktu khusus. Khusus di sini adalah khusus nggak ganggu urusan keluarga, nggak ganggu pekerjaan suami, gak ganggu jadwal anak di sekolah.
Waktu khusus adalah waktu yang aman buat keluarga. Jadi waktunya bisa kapan saja. Jika bulan depan waktunya aman, ya aku jalan.
Kalau bepergian, 1 minggu bagiku udah kelamaan. Lain halnya bagi mereka yang masih single, maksudku yang belum punya anak ya, mungkin bebas aja pergi dalam waktu lama nggak ada yang dipikirin di rumah.
Kalau aku enggak. 4 hari aja udah ga betah, keingat rumah. Bahkan jika sudah ada keluarga yang bantu urus di rumah pun tetap kepikiran. Pernah sampai 9 hari pas ke Maluku Utara, wah bukan main kepikiran haha
Ga tega sama keluarga kalau pergi kelamaan. Beda dengan dulu pas masih gadis, caw ke sana kemari enak tanpa beban.
Nah, berbicara soal membagi waktu antara hobi dan keluarga. Traveling, menulis, dan fotografi itu kan hobi yang cukup menyita waktu, bagaimana caranya membagi waktu dengan kewajiban sebagai ibu di rumah, mbak?
Aku dahulukan keperluan keluarga dulu baru hobi.
Mau nulis nih misalnya, aku gak bisa nulis saat masih banyak urusan rumah yang belum kelar. Aku kalau nulis butuh tenang. Nah tenangnya aku itu saat anak-anak sudah makan, sudah mandi, sudah duduk manis di kamarnya atau di meja belajarnya, dan suami sudah berangkat kerja. Baru deh aku pergi ke kamarku, semedi, bikin tulisan. Biasanya sore dan malam. Tapi nggak malam banget ya, karena aku tipe orang yang tidur sebelum jam 9 malam.
Kalau misal bepergian, aku sesuaikan dengan situasi di rumah. Jadi bukan urusan rumah yang menyesuaikan waktuku bepergian. Misalnya nih, minggu ini anak-anak ujian, ya aku nggak akan berangkat, tunggu sampai mereka selesai. Atau minggu ini suamiku tugas keluar kota, aku tunggu sampai suamiku balik, baru aku pergi.
Kalau misal perginya karena undangan yang sudah terjadwal oleh orang lain, selama jadwalnya gak ganggu urusanku dengan keluarga, ya aku datang. Kalau bentrok, ya bye!
Trus misal ada tawaran traveling nih, gratis, dikasih duit pula, gede. Masa aku nggak mau ya kan? Tapi jika jadwalnya ganggu urusan di keluarga, ya aku lepas, aku tolak. Ngapain pergi atas nama kesenangan dan duit tapi ada anak yang sedih karena pentas seninya ga dihadiri?
Jadi, secinta-cintanya aku sama hobiku, keluarga jadi pembatasnya.
Apalagi Mbak Katerina ini sepertinya dekat sekali dengan keluarga, beberapa kali juga menuliskan soal keluarga, pernah nggak diprotes karena mungkin banyak jalan-jalannya nih dari pada di rumah? Atau di rumah tapi justru sibuk menulis dan motret misalnya?
Enggak pernah!
Sesungguhnya aku tuh yang banyak itu bukan jalan-jalannya tapi postingannya. 1 kali jalan bisa jadi puluhan bahkan ratusan konten jalan-jalan, jadi kayak banyak banget ya 😂
Jadi gini seperti yang aku bilang tadi, aku jalan-jalan itu hanya di waktu-waktu aman bagi keluarga.
Jadi, aku nggak membuat jadwal berlebihan. Setidaknya 1 kali saja dalam sebulan, itu cukup. Kalau mau lebih, aku pergi bersama keluarga.
Nggak ada protes dalam keluarga karena jadwalku memang ga berlebihan, malah suami kadang nanya, me time nya kapan dan kemana lagi ma? Jadi, dianggapnya kalau aku traveling dan foto-foto itu memang buat aku me time, malah disarankan. Karena kata suamiku, jika aku bahagia melakukan hobiku, maka kebahagiaannya akan terbawa ke keluarga, ke anak-anak jadi penuh kasih sayang, ke suami jadi penuh cinta.
Anakku yang gede dan suamiku sama-sama hobi pegang kamera. Suami hobi motret, anak hobi videoan. Jadi ketika dirumah pada pegang kamera, ya nggak heran. Nggak saling protes kecuali lupa waktu ya, misal sampai nunda-nunda makan atau waktu salat, ya protes keras.
Seperti aku bilang tadi, aku tuh ngonten kalau urusan keluarga udah selesai. Jadi nggak pernah ganggu waktuku buat keluarga. Lagipula anak-anak sudah pada besar, udah pada mandiri. Waktu khusus untuk mereka selalu ada, jadi nggak kekurangan waktu bersamaku.
Awalnya bagaimana memberi pengertian ke suami dan anak-anak kalau Mbak Katerina punya hobi traveling dan harus sering bepergian? Apalagi traveling itu pasti butuh budget yang nggak sedikit.
Aku nggak harus berjuang keras untuk memberikan pengertian ke keluarga soal hobiku, karena sebetulnya anak-anak dan suamiku juga punya hobi yang sama. Hanya saja waktuku lebih banyak daripada mereka. Meski begitu, kami sering pergi bersama, dan sisanya baru aku sendiri bersama teman atau komunitasku.
Dulu semasa SMA hingga kuliah, suamiku merupakan pencinta alam yang tiap minggu traveling untuk mendaki gunung, kemping, arung jeram, dan kegiatan-kegiatan ekstrem di alam bebas. Jadi, soal hobi, udah pada sama-sama tahu.
Keluargaku tahu aku bahagia dengan hobiku, jadi mereka mendukung. Kalau aku bahagia, mereka juga bahagia. Mereka juga nyaman karena ibu yang bahagia akan mengurus mereka dengan baik, sehingga keluarga bisa semangat dan gembira dalam menjalani hari-hari,
Aku juga menyimpan dan memajang hasil karyaku di rumah, seperti majalah, koran, dan buku yang memuat tulisanku. Keluarga membacanya, dan sering melihatnya, jadi mereka tahu kalau ibunya ini bukan cuma keluar untuk bersenang-senang, tapi membuat karya yang bermanfaat. Hal ini juga jadi semacam caraku menjelaskan seperti apa hobiku.
Dulu sebelum punya penghasilan dari blog, suamiku malah kasih aku uang buat jalan. Sejak aku punya penghasilan dari blog, suami tetap kasih haha. Duit dari suami aku simpan, perginya pakai duit sendiri.
Kami punya budget khusus buat jalan-jalan, baik bersama keluarga, maupun untuk aku sendiri.
Pernah melakukan perjalanan wisata bareng keluarga nggak, mbak? Kemana saja?
Wah bukan pernah, tapi sering. Seringnya ke Bandung, nginep di Lembang sering banget. Bandung paling ideal karena dekat, destinasinya banyak dan cocok buat keluarga.
Beberapa kali keluar pulau pernah ke Bangka, pernah juga ke Belitung dan Palembang. Pernah offroad juga ke Jatim dan Jateng. Kalau yang dekat-dekat ke Anyer dan Bogor. Anyer paling sering, sejak anak-anak masih kecil sampai mereka udah besar kami beberapa kali berlibur di Anyer.
Pernah nggak ketika sedang traveling tiba-tiba dihubungi keluarga karena ada sesuatu yang urgent lalu bagaimana menyiasati hal seperti itu?
Pernah, tapi soal duit, suami minta aku tolong transfer sesuatu kemana gitu karena ATM yang duitnya banyakan (banyakan yaaa haha) kebawa ama aku. Dan suamiku nggak lihai pakai internet banking, jadinya minta tolong aku.
Kalau misal ada yang darurat ya, menyangkut nyawa misalnya, aku pasti langsung pulang, ga pake nunggu.
Kalau soal anak sakit, seingatku pernah 1 kali. Nggak tenang sih waktu itu, tapi bisa kutangani dari jauh karena sakitnya cuma demam. Aku minta suami rawat dengan kasih obat, awasi makan, kasih vitamin, dan suruh istirahat. Kalau demam gak turun, segera bawa dokter. Alhamdulillah demam turun dan aku tenang lagi, sampai 2 hari kemudian aku balik, anakku udah nggak sakit lagi.
Pernah sampai harus membatalkan perjalanan karena keluarga tidak mengijinkan nggak?
Pernah, dan biasanya karena ada kejadian berkaitan dengan situasi di destinasi.
Misalnya aku udah beli tiket ke Bromo, taunya di sana lagi ditutup karena sedang erupsi. Suami khawatir, ya udah nggak jadi pergi. Aku pun nggak masalah, karena lebih aman jika nggak pergi. Pernah juga aku sudah pesan paket trip ke Kepulauan Seribu, tiba-tiba ada kejadian tsunami di Banten, otomatis trip ke Kepulauan Seribu jadi ikut diwaspadai, aku pun batal pergi karena suami khawatir.
Pesan untuk emak-emak dan teman-teman yang juga hobi traveling dong, mbak. Biar bisa melakukan banyak hobi tapi tetap keluarga yang utama.
Memiliki keluarga dan memiliki hobi baik yang bisa dilakukan adalah anugerah. Anugerah yang keduanya sama-sama merebut perhatian setiap saat, setiap waktu.
Pinginnya sih semuanya sukses, tapi memang sulit kalau harus dilakukan secara bersamaan, jadi kuncinya harus cerdas mengatur waktu.
Caraku mengatur waktu biasanya membiasakan diri dengan skala prioritas. Mana yang penting, urgent, tidak urgent, tidak penting.
- Penting dan urgent: harus dikerjakan sekarang, jangan ditunda. Harus selesai secepat mungkin.
- Penting tapi tidak urgent: bikin jadwal, misal meeting sama klien, pelatihan
- Urgent tapi tidak penting: minta tolong orang utk kerjakan, delegasikan.
- Tidak urgent & tidak penting: ngapain dipikirin/hindari, jangan buang waktu.
Sebab waktu tak bisa diulang maka harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Untuk keluarga, lakukan saja yang terbaik dengan ikhlas dan penuh cinta. Untuk hobi, lakukan dengan gembira supaya hasilnya bahagia. Jangan lupa, dukungan keluarga adalah yang terbaik, dan gunakan support itu untuk mendapatkan hal terbaik dari yang baik-baik.
TERIMA KASIH KEB
Video IG Live dapat ditonton di IGTV Instagram @emak2blogger
Link: https://www.instagram.com/p/CJLSsviIddc/
Atribut saat ngobrol, biar ada suasana liburan gitu, meskipun halu dulu 😂 |
Hostnya juga pakai atribut kaca mata hitam biar kek sedang liburan 😂 |