Meramu Tanaman Obat Resep Herbal Reza Palaton Rangkasbitung |
Tulisan ini lanjutan cerita Pengalaman Keluargaku Berobat Herbal di Rangkasbitung. Untuk mengetahui latar belakang mengapa aku membahas soal tanaman obat, silakan klik dan baca dulu tulisan tersebut.
Selama pandemi blog ini memang akan sepi dari cerita tentang kegiatan jalan-jalan. Tak ada perjalanan yang sifatnya untuk liburan yang aku lakukan selama wabah. Namun, cerita perjalanan tidak selalu tentang berlibur, bukan? Ada juga tentang bekerja, beribadah, berobat, berniaga, dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya hidup adalah perjalanan mengalami berbagai peristiwa. Dan, peristiwa yang kualami tahun ini berisi tentang kematian, kesakitan, dan kecelakaan. Apakah tentang itu saja? Tentu tidak, ribuan kebahagiaan juga hadir mengisi catatan perjalanan hidup di masa pandemi.
Dua hari lalu, Kamis tgl. 13/8/2020 aku menemani suami dan anakku ke Rangkasbitung untuk kontrol ke Pak H Reza, melanjutkan pengobatan yang sedang dijalani dalam 3 bulan terakhir. Kunjungan kami ke klinik herbal Pak H. Reza merupakan yang ketiga sejak Juni 2020 sampai sekarang. Suami kontrol yang ke-3, anak kontrol yang ke-2.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, metode pengobatan herbal ini kami tempuh setelah lebih dulu melakukan pengobatan kedokteran. Suamiku menderita sakit batu empedu, dan anakku mengalami kesakitan akibat kecelakaan. Cerita lebih detail mengenai keadaan suami dan anakku bisa dibaca pada tulisanku berikut ini (silakan klik untuk membaca):
- Operasi Batu Empedu Ditunda Melulu, Ini Penyebabnya
- Operasi Batu Empedu Ditunda Melulu, Ini Penyebabnya
Tanaman Obat Untuk Batu Empedu
Pada saat kontrol pertama tgl. 16 Juni 2020, kondisi suamiku belum sehat, baru 5 hari sejak keluar dari RS. 20 hari merasakan dirawat di RS selama pandemi, tentu bukan hal yang menyenangkan. Kondisi tak kunjung membaik, operasi pun tak kunjung aman untuk dilakukan. Batu masih ada, menyumbat saluran. Badan masih kekuningan karena bilirubin tinggi. Perut belum pulih, nilai lipase dan amilase juga masih tinggi. Badan lesu, tidak bergairah, sakit di beberapa tempat selain perut seperti di punggung dan bahu.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Pak Reza, suamiku diberi 2 resep obat yang harus diminum pada waktu yang berbeda.
Resep pertama untuk di minum pagi hari, berupa:
- Daun salam
- Gula Merah
Resep kedua untuk diminum siang dan malam hari, terdiri dari:
- Daun Meniran
- Daun Ki Urat / Daun Sendok
- Daun Tempuyung
- Mahkota Dewa
- Sambiloto
- Tapak Liman
- Temulawak
Dosis dan Aturan Minum Obat Herbal
Ramuan tanaman obat tidak boleh diminum sembarangan. Ada dosis dan aturannya.
Contoh, resep obat pagi suamiku menggunakan daun salam dan gula aren. Pada kasus suamiku, daun salam yang diresepkan berjumlah 9 lembar dan 1 gula merah sebesar ibu jari dicampur dengan 2 gelas air, direbus, disisakan menjadi 1 gelas. Ramuan ini hanya untuk diminum di waktu pagi, setiap hari tanpa jeda, selama satu bulan sampai waktu kontrol berikutnya.
Jadi, aku benar-benar harus menuruti resep. Tidak boleh menambah ataupun mengurangi.
Panci yang digunakan untuk merebus harus stainless steel supaya tidak mempengaruhi kandungan obat yang direbus.
Jadi, selain menjaga agar tidak salah takaran, aku juga menjaga agar panci yang dipakai bener. Tempat penyimpanan obat yang sudah jadi juga harus pakai termos stainless steel. Tidak didiamkan dalam gelas yang membuatnya "tercemar". Obat yang sudah jadi minuman tidak boleh dipanaskan.
Resep obat kedua untuk siang dan malam direbus setelah resep pertama selesai. Nah, jumlahnya kan banyak tuh. Masing-masing herbal berjumlah 5, kecuali mahkota dewa jumlahnya 21 iris. Direbus pakai 5 gelas air jadi 2 gelas. Karena ada buat malam, obat yang satu ini aku simpan di termos.
Pernah lho rebusan obatnya gosong akibat aku tinggal mengerjakan hal lain, tahu-tahu airnya sudah kering. Akhirnya rebus ulang 😃 Jadi perawat pribadi merangkap peramu obat, emang harus serba bisa ya. Bisa fokus salah satunya. Bukan cuma perkasa 😛
1 resep 7 macam jenis herbal |
Dalam sendok kayu: Sambiloto |
Dalam mangkuk putih: Mahkota Dewa |
Daun Meniran Segar, Daun Tempuyung Kering, Temulawak Iris Kering |
Tempat Belanja Tanaman Obat
Semua herbal yang diresepkan aku beli di Warung Herbal Wildan yang berlokasi tak jauh dari rumah Pak H Reza. Ada yang masih segar, ada yang kering. Jika masih segar, sampai rumah biasanya langsung kucuci, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur supaya awet selama disimpan. Di Warung Wildan ini harga obat per kantong 200-500 gram rata-rata Rp 10.000 saja.
Jika stock di Warung Wildan habis, aku beli di Warung Jamu Bu Neneng. Warungnya masih di Rangkasbitung juga, sekitar 3 - 4 km dari rumah Pak Reza. Di sini harganya agak berbeda, sedikit lebih mahal.
Seingatku, awal-awal belanja obat herbal ini aku menghabiskan biaya kurang lebih Rp 250 ribuan. Mungkin karena awal-awal aku belanja agak banyak buat stock selama sebulan lebih.
Nomor HP Warung Wildan Herbal dan Warung Jamu Bu Neneng bisa dilihat pada gambar berikut:
Warung Wildan Herbal 0895348201254 |
Warung Jamu Bu Neneng 087871378788 |
Temulawak jualan di warung bu Neneng |
Sambiloto, daun tempuyung, daun sendok, semua beli di Warung Bu Neneng |
Herbal kering di Warung Wildan |
Herbal kering di Warung Wildan |
Mahkota dewa di Warung Wildan |
Tanaman Obat Tumbuh di Sekitar Rumah
Kebutuhan obat tidak sedikit. Sudah beli banyak ternyata baru di minggu kedua sejak pembelian aku kehabisan Daun Meniran dan Daun Tapak Liman. Sebetulnya bisa sih pesan ke Warung Wildan dan Warung Bu Neneng lagi. Tinggal kirim pesanan lewat WA lalu bayar, nanti dikirim pakai JNE atau Tiki dari Rangkasbitung. Tapi ternyata tanaman itu tumbuh banyak di sekitar tempat tinggalku. Ya udah aku nggak jadi pesan.
Meniran. Aku tidak asing dengan herbal satu ini. Dulu banget Pak Reza pernah meresepkan meniran dalam obatku. Nah, tanaman liar ini ternyata tumbuh di sela-sela pagar tetanggaku. Bahkan, tumbuh banyak di halaman belakang rumah tetanggaku yang lainnya. Ya udah deh, langsung minta dan boleh cabut sendiri, aku dapat banyak. Di rumah ibu mertuaku meniran tumbuh subur dalam pot-pot tanaman hias, nyempil di antara tanaman utama.
Meniran mudah dicari. Bagaimana dengan Tapak Liman? Untunglah pada saat beli di Rangkasbitung aku sempat amati semua daun-daun obat yang masih segar dan aku hafalkan bentuknya. Bahkan aku foto dan buat videonya biar nggak lupa. Nah, berdasarkan ingatan dan foto yang ada inilah aku mencari Tapak Liman. Wuaaah ternyata banyak kutemukan di pinggir-pinggir taman komplek. Bahkan, juga tumbuh liar di halaman tetanggaku yang memberiku meniran itu.
Nggak nyangka, tanaman-tanaman liar yang selama ini kuanggap bukan apa-apa ternyata berkhasiat untuk pengobatan.
Tahu nggak meniran? Itu lho, bahan utama pembuat Stimuno. Tahu STIMUNO kan? Berikut penampakan meniran dan tapak liman segar:
Meniran |
Tapak Liman |
Daun Sendok (Ki Urat) |
Yak! Obat batu empedu suamiku belum tentu sama dengan batu empedu yang dialami oleh orang lain. Jadi, jangan coba-coba meminum ramuan yang aku tulis di atas ya. Harus periksa dan konsultasi dulu ke ahlinya. Jika di RS ke dokter, di klinik herbal ya ke herbalisnya.
Boleh jadi herbal yang digunakan sama, tapi dosis dan aturan minum berbeda. Tergantung kondisi tubuh masing-masing. Resep yang diminum seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Malah bisa bahaya jika ternyata berlawanan dengan tujuan pengobatan.
Obat diramu pakai ilmu, bukan pakai kira-kira, tebak-tebakan, atau "ah, kan sama aja penyakitnya".
Tiap obat kuberi nama supaya tidak salah ramu 😂 |
Hasil Pengobatan Herbal
Kali pertama suamiku periksa ke Pak Reza pada tgl. 16 Juni 2020, nilai bilirubin, lipase, amilase, dan beberapa item lainnya sangat tinggi. Jauh dari normal. Batu empedu masih berukuran 1 cm. Badan masih lemas, tidak bergairah, agak kekuningan, dan tidak punya stamina.
Setelah satu bulan minum ramuan herbal, suami kontrol ke-2 di bulan Juli dan Alhamdulillah sudah ada perubahan. Tidak pucat lagi, mulai gagah lagi, keliatan lebih segar. Nilai lipase dan amilase turun jauh meski belum normal. Rasa nyeri yang biasa timbul di perut sudah tak lagi ada. Tidak ada sumbatan lagi akibat batu empedu.
Ramuan dilanjutkan sampai bulan berikutnya. Tepat tgl. 13 Agustus kemarin kontrol yang ke-3. Alhamdulillah kondisi suami sudah sangat sehat. Nilai bilirubin, lipase, amilase, sudah normal semua. Sudah tak lagi pucat, benar-benar segar berseri. Badan sehat dan fit. Sangat bertenaga, dan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Batu empedu dalam saluran sudah tidak ada. Tersisa di kantong saja, tapi sudah berupa serpihan berukuran 0,2cm saja, bukan lagi sebesar 1 cm seperti awalnya.
Suami sudah diperbolehkan makan makanan yang menggunakan santan dengan batas kewajaran. Begitu juga daging berlemak, sudah boleh. Namun, boleh di sini sifatnya bukan silakan makan secara bar bar, ga gitu juga lah haha. Tetap jaga, tidak berlebihan.
Untuk Alief, bekas operasi patah tulang tangan sudah membaik. Sambungan bagus, bekas operasi bagus, dan tidak ada yang mengkhawatirkan lagi. Sebelum ke Pak Reza, kami sudah kontrol ke dokter ortopedi anakku di RS Pamulang. Hasil rontgen bagus. Tinggal nunggu lepas pen bulan Januari 2021. Soal masalah otot dan syaraf di tangan, tak ada masalah.
Alhamdulillah
"Nggak ada penyakit yang nggak ada obatnya. Perkara hasilnya, Allah yang berkehendak."
Aku seneng banget tiap dengar kata-kata itu dari Pak Reza. Seakan hendak menguatkan sekaligus meyakinkan bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah, bukan dari mahlukNya.
Iya benar, sebagai manusia kita wajib berusaha. Sembuh atau nggaknya, Allah yang tentukan. Ada yang disembuhkan dengan cepat, ada yang lamaaaa butuh waktu berbulan-bulan bahkan tahun.
Berobat herbal itu bukan cuma harus konsisten, tapi kesabaran menjadi hal yang utama.
Berobat herbal itu bukan cuma harus konsisten, tapi kesabaran menjadi hal yang utama.
Jangan pernah menyerah, terus saja berusaha dan berdoa, baik untuk kesembuhan diri sendiri, maupun untuk orang-orang yang sangat disayangi 💜💛
Keluarga sehat dambaan setiap orang :) |
Saat ini, suamiku masih lanjut menjalani pengobatan herbal. Resep masih sama, jumlah waktu minumnya saja yang berkurang. Jika sebelumnya selalu untuk satu bulan penuh sebelum jadwal kontrol berikutnya, kali ini untuk 21 hari ke depan saja.
3 minggu lagi kontrol. Jika nanti hasilnya semakin baik, mungkin herbalnya stop, tinggal jaga pola makan, dan jaga kesehatan dari apa saja yang memungkinkan tubuh jadi sakit lagi.
Semoga suamiku makin sehat dan tidak ada lagi sakit setelahnya, sehat dan panjang umur, serta bahagia.
Untuk anakku juga, semoga tak ada lagi musibah dan celaka menimpa. Sehat dan panjang umur, serta bahagia selalu.
Aamiin YRA.
===========================
Pengobatan herbal Reza Palaton
BTN Palaton Blok A3 No. 18, RT.19, Muara Ciujung Timur,
Rangkasbitung, Lebak, Banten 42314
HP: 0877-7272-3339
Senin-Jumat
Praktek: 07.00 - 15.30 WIB
Pendaftaran: 17.00 s/d 23.59 WIB / Sampai Penuh
Link tempat pendaftaran: https://rezapalaton.com/
Baca resepnya dahiku mengerenyit. Sebagian besar nama bahan-bahannya baru aku ketahui dari postingan mbak Rien ini. Untungnya ada orang-orang yang berbaik hati menanam dan menjualnya ya mbak. Gak kebayang kalau mesti cari satu-satu di banyak tempat. Bakalan menguras energi sekali.
BalasHapusSemoga semua semakin sehat yaaa. Burgo Palembang menunggu hwhwhw
Dulu sebelum ada warung herbal itu aku cari sendiri kemana-mana Yan, dari Bogor sampai Bekasi. Dari BSD sampai Pamulang. Dapat sih, tapi ya itu capek keliling. Kadang udah datang eh ga ada obatnya. Sekarang sudah ada karena orang2 di Rangkasbitung tahu pasien Pak Reza itu banyak dan yang perlu obat banyak, makanya pada jualan. Dari pihak Pak Reza juga menyarankan beli di sana biar ga repot nyari katanya. Bagus ya gini, jadi membuka peluang usaha tetangganya.
HapusHahaha siaaap burgo tunggu kami yaaa
Semoga suami dan anak Mbak Katerina cepat pulih seperti sedia kala. Minum seduhan obat herbal memang harus dengan takaran yang tepat ya, Mbak. Dan aku baru tahu beberapa dari tanaman yang disebut di sini hehehe.
BalasHapusAamiin YRA.
HapusIya mbak, ada dosisnya, dan itu sebabnya mesti patuh sama resep herbalisnya.
Kayak meniran, kalau ga sesuai saran / kelebihan dosis, bisa bahaya juga buat tubuh, bukan menguatkan, malah berefek melemahkan. Kira-kira seperti itu.
Aku juga baru tahu sejak mulai rajin herbalan :))
Alhamdulillah jika semakin membaik kondisi suami dan putranya Mbak Rien..semoga sembuh total dan enggak ada datang sakit lagi ya. Dan senangnya kalau di sekitar rumah kita ternyata tanaman obat itu ada ya...Memang alam memberi banyak termasuk obat untuk kita. Dan bener adanya, ga ada penyakit yang ga ada obatnya. Terus berusaha mencari, Allah yang menentukan hasilnya.
BalasHapusNggak putus asa dan nggak menyerah itu sendiri udah merupakan obat ya mbak. Alhamdulillah :)
HapusMelihat foto warung herbalnya tuh kelihatan sederhana dan bersih. Sepertinya lengkap ada di sana ya, diplastikin rapi gitu. Bener, tiapnorang sakit dan kondisinya berbeda2, jangan main meniru resep sembarangan ya Kudu konsultasi dulu tentunya. Di kebun rumah orangtuaku juga cukup banyak tanaman herbal, buat kesembuhan sehari2 ya alhamdulillaah. Semoga suami dan anak tercinta lekas sembuh seperti sedia kala ya mbak Rien, aamiin.
BalasHapusIya mbak, sederhana banget. Tanaman obat yang dijual banyak yang masih segar, saya lihat baru dipetik. Jika beli segar, kita bisa cuci lagi di rumah, dijemur, disimpan. Nggak yang sampe kayak pembuatan obat kimia mesti steril tingkat tinggi tempat bikinnya hehe. Yang penting nanti pas proses merebus, semua udah bersih termasuk panci buat rebus, trus di simpan di tempat yang bersih juga. Gitu aja kayak biasa kita bikin minuman. Sesederhana itu bikinnya.
HapusKalau buat sehari2 aku ga berani minum mbak, karena harus sesuai resep dan kadaan tubuh. Obat2 herbal ini kalau ga diperlukan oleh tubuh malah bisa berefek ga baik.
Memang obat herbal itu alternatif yang bagus dibanding kimiawi sih menurutku. Saya juga kalau sakit lebih prefer cari obat2 alami dulu
BalasHapusSaya menggunakan keduanya mbak, obat kedokteran dan herbal. Biasanya ke dokter dulu, kalau sudah mentok ga ada jalan sembuh, saya ke herbal. Kayak kasus ini, suamiku melakukan pengobatan kedokteran dulu, sudah bolak balik dirawat sampe lama, konsul ke beberapa dokter spesialis beda keilmuan, dan serangkaian tes macem2. Ternyata belum diijinkan sembuh sama Allah, baru herbal, dan alhamdulillah sembuh. Semuanya baik, karena sering juga sembuh hanya dengan pengobatan kedokteran. Nah kalau teori dari obat herbal aman buat tubuh dalam jangka waktu lama, memang betul, selama pemakaian sesuai saran, ga asal2nya. Kalau sembarang, ya ga aman juga. Itu kenapa perlu konsul dan periksa secermat mungkin sebelum berobat.
HapusAku tertarik dengan obat herbal. Dirumah juga dah coba bertanam obat2 an sebagai bahan makanan. Ada pegagan, mint, kelor, telang dll. Makasih infonya ya
BalasHapusSemoga makin sehat semuanya
Wah asyik itu mas di rumahnya ada tanaman berkhasiat gitu. Pegagan biasa jadi urap kalau di tempatku. Daun kelor buat sayur disantan. Telang buat minuman :D
HapusNamun herbal Untuk pengobatan, harus ada resep dan dosis, supaya tepat.
Aamiin. Terima kasih doanya :)
Tanaman nya mirip yang tumbuh liar di pekarangan rumahku
BalasHapusJadi pingin berobat juga, mbak Rien
Udah lama lutut saya sakit sehingga sakit banget untuk sujud waktu salat.
Tapi bolak baliknya lumayan ya?
Ayo bu silakan dicoba ke sana untuk berobat. Insha Allah dimudahkan. Karena ibu dari Bandung, jelas lumayan buat bolak balik. Sebaiknya menginap di Rangkasbitung, ada hotel dekat sana kalau mau. Biasanya jadwal kontrol tergantung seberapa berat/ringan penyakitnya. Konsul dulu aja ke sana bu, sekalian periksa, nanti dikasih resepnya.
HapusDalam membuat ramuan memang harus sangat memperhatikan komposisi, cara membuat bahkan alatnya ya, mbak. Semoga sehat selalu.
BalasHapusBetul mbak. Ga sembarangan. Bukan seperti minuman wedang yang campur2 aja bisa diminum bebas kapan aja :D
HapusKonsep KEMBALI KE ALAM itu selalu aku ingat. Meskipun mungkin bagi sebagian orang berobat dengan herbal makan waktu lebih banyak, tapi menurutku mengkonsumsi herbal jauh lebih aman untuk tubuh.
BalasHapusAku forward tulisan ini ke suami yang kebetulan sudah bertahun-tahun mengalami gula darah tinggi. InshaAllah akan kesana dalam waktu dekat. Makasih info dan tulisannya Rien. Semoga jadi berkah untuk keluarga karena sudah berbagi.
Sehat-sehat terus untuk Arief, Rien, Alief, dan Aisyah
Aamiin YRA.
HapusSetuju yuk, proses pengobatan herbal lama tapi aman buat jangka panjang kesehatan tubuh kita.
Semoga nanti dimudahkan dalam proses pengobatan ke Pak Reza. Untuk kakak semoga cepat sembuh dan gak sakit lagi. Prosesnya sering ga cepat tapi insha Allah sembuh, yang penting sabar dan konsisten.
Sehat2 buat ayuk, kakak, Fauzi, dan Fiona ya yuk. Aamiin
Mba cek usg ulang dan hasil 0.2mm itu setelah pengobatan brp lama ?
BalasHapusSaya sdh berobat ke pak reza dan sdh minum herbal 10 hr ini.
BalasHapusDari pak reza program 21 hari lalu kontrol lagi.
Cara daftarnya gmn mb. G bisa mulu😭
HapusMba...cara daftar'y gimana ya q ga bisa Mulu ..padahal dah nunggu 30 menit sebelum jam 17..tapi tetep warna kotak buat daftarnya merah Mulu...
BalasHapusMbak katerina.. Saya dapat diagnosis dokter sama seperti suami mbak dan sekarang saya lagi cari pengobatan alternatif. Mbak bisa tidak saya minta ko tak mbak untuk sekedar bertanya"🙏
BalasHapusTerima kasih bun sharingnya sangat membantu sekali.Barakallahu buat sekeluarga
BalasHapusSy bc shring ibu dan mencoba daftar sdh sbln lbih tp ttp g bisa. Mohon bantuannya bu spy gmn cr ny spy bisa berobt ksna. Istri sy kna kanker payudara dan da kista
BalasHapusAssalamualaikum bu, saya 2 minggu lalu di diagnosis penyakit yg sama spt suami ibu, yaitu ada batu empedu sebesar 1,5cm kurang lebih, dan boleh ditanya itu sakitnya luar biasa saat kambuh, bener rasanya spt mau ketemu ajal. Lalu saya di sarankan utk operasi. Krn pakai bpjs, rs rujukan saya hanya bisa operasi bedah konvensional yg penyembuhannya relatif lama, itu yg bikin saya ragu utk operasi. Jd saya coba2 cari alternatif utk pengobatan lain. Ikhtiar mau coba herbal spt suami ibu. Semoga dimudahkan jalannya utk berobat ke pak reza.
BalasHapusJauh ya mbak. Kl dari jawa tengah repot juga kalau mau kesana, apalagi musim pembatasan pandemi begini. Kl nginep di hotel rawan Covid, belum berani. Sementara penyakit gak bisa menunggu
BalasHapusInnalillahi wa'innaillaihi roji'un, tanggal 11 Juni 2022 Pak Reza Supriadi telah meninggalkan kita. Semoga diampuni segala dosanya.
BalasHapus