18 tahun bersama dalam suka dan duka |
Setiap bertemu Juni, hati selalu gembira. Sebab Juni bagiku adalah bulan Cinta. Ada peristiwa kelahiran dan pernikahan dalam hidupku. Bulan di mana dari cinta kasih kedua orang tuaku maka lahirlah aku. Bulan di mana terikatnya cinta kasihku dengan suamiku, maka lahirlah anak-anakku.
Aku dan suami sangat suka mengenang peristiwa indah dalam hidup kami, lalu memperingatinya dengan cara sederhana. Saat HUT perkawinan ke-16 dua tahun lalu misalnya, pagi-pagi sekali aku dan suami membawa anak-anak mengunjungi Masjid Ramli Musofa, beribadah sekaligus berwisata religi. Masjid Ramli itu tempat wisata religi murah meriah karena gratis, letaknya pun dekat, masih di Jakarta. Setelah dari masjid, kami makan siang di KFC, lalu pulang.
HUT ke-17 aku pergi berdua dengan suami, naik kereta dan bus, makan di restoran tempat dulu acara pernikahan kami digelar. Di restoran yang terletak di Matraman Jakarta itu, kami hanya memesan 3 menu sederhana, salah satunya gado-gado kesukaan suami.
Begitu saja cara kami memperingati hari penikahan. Nggak pakai acara liburan ke luar negeri, atau memesan tempat di restoran mahal untuk makan bersama dengan banyak orang. Nggak ada.
Nggak pula ada acara tukar-tukaran kado atau beli sesuatu yang mahal luar biasa menurut ukuran kami. Paling, Mas Arif membelikanku bunga mawar merah satu tangkai, tanpa puisi, tanpa kata-kata cinta lebay yang bikin terharu hingga nangis bombay.
Mas Arif bukanlah laki-laki romantis, mulutnya tidak bertabur kata cinta, bikin puisi saja tak bisa, tapi aku tahu, dia punya cinta yang suci dan sangat setia dengan orang yang dicintainya.
Buatku, anugerah terindah dalam perkawinanku, selain anak-anakku tentunya, adalah Mas Arif itu sendiri. Tak mudah mencari lelaki sepertinya. Selain sangat taat beribadah, ia sosok yang sangat setia dan senantiasa sabar dalam setiap hal. Sebagai orang yang telah 18 tahun mendampinginya, aku sangat mengenalnya, luar dan dalam. Tentu saja aku akan rugi, jika tak bersyukur memiliki suami sepertinya 💗
Alhamdulillah |
Bagaimana dengan HUT perkawinan k-18 yang jatuh di tahun 2020?
Sejak bulan Mei sampai Juni aku banyak berada di rumah sakit. Pertama, menemani suami dalam perawatan karena sakit Batu Empedu. Kondisi pankreas dengan amilase dan lipase yang tak kunjung berada dalam nilai normal, membuat operasi Mas Arif terus ditunda.
Belum pulih suami dari sakitnya, musibah itu datang lagi. Kali ini Alief, anak kesayangan mengalami kecelakaan tunggal. Luka-luka dan patah tulang tangan kanan sehingga harus dioperasi.
Baca juga: Kecelakaan Motor, Ujian di Tengah Ujian
Baca juga: Suami Sakit Batu Empedu, Operasi Ditunda Melulu
Baca juga: Kecelakaan Motor, Ujian di Tengah Ujian
Baca juga: Suami Sakit Batu Empedu, Operasi Ditunda Melulu
Tepat di hari ulang tahun pernikahan itu...
Aku menemani suami kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam di Eka Hospital BSD. Siangnya, mengantar anak ke sebuah klinik buat ganti perban luka. Sorenya, mengurus motor di kantor polisi. Inilah kegiatanku di HUT pernikahan.
Sedih? Kecewa?
Begini....
Dulu pernah suatu hari tasku disilet di bus jurusan Tanah Abang ke Lebak Bulus, hilang dompet beserta isinya. Pernah menghilangkan buku orang sampai harus ganti seharga buku baru. Pernah lalai makan dan kecapekan parah lalu kena tipes sampai dirawat keluar biaya sekian. Pernah ditipu dan dikerjai seorang teman dan teman-temannya, lalu dipermalukan dengan sengaja. Pernah ini itu yang aku sebut hari sial, momen sial, kejadian sial, dan sial-sial lainnya.
Lalu pada suatu titik, aku berhenti menyebutnya kesialan.
Hilang duit sedikit atau banyak: "oh aku kurang sedekah".
Hilang kawan satu atau sekelompok orang: "oh aku kurang baik sama orang".
Abis duit banyak karena sakit dan berobat: "oh aku kurang berbagi."
Dan oh oh oh yang lainnya.
Sebanyak apapun aku kehilangan sesuatu, atau sedih karena sesuatu, sebanyak itu juga aku menyadari bahwa aku belum/kurang/tidak banyak melakukan kebaikan.
Aku belum lama banget berhenti menyebut sial atau menyalahkan orang lain atas setiap kejadian tak enak, mungkin sekitar 7-8 tahun terakhir sejak ada suatu kejadian. Tapi kata suami; Yang penting kamu belum terlambat untuk menjadi tunas baru yang baik 🌿 yang fokus saja pada air yang sejuk, matahari yang hangat, udara yang bersih, dan pada tangan terampil yang merawat dengan hati sehingga bisa membesar dan menua dengan bahagia.
💗💗💗💗 |
Tahun perkawinan bisa dihitung dengan angka-angka, tapi rasa untuk terus bersama laki-laki yang mencintaiku dengan baik, tak terbilang angka-angka....
Cinta bukan soal tebal atau tipis, tapi sejauh mana ia bisa tetap hangat meski pada kondisi sangat dingin sekalipun. Cinta bukan soal siapa yang paling kuat atau rapuh, tapi sejauh mana ia tetap ada dan bertahan meski badai paling dahsyat sekalipun menerpa.
Aku sungguh ingin menjadi seperti suami yang bisa mencintaiku sebanyak yang ia mau...
Aku sungguh ingin menjadi seperti suami yang bisa mencintaiku sebanyak yang ia mau...
Semoga Allah memberikan kami umur panjang, senantiasa sehat di sepanjang sisa usia, dan menua bersama dengan bahagia. 💗💗
semoga langgeng terus sampai maut memisahkan. selalu takjub sama hubungan seperti ini, saya jadi pengen nikah... hahah
BalasHapusmasya Allah, indahnyaaaaa merasakan saling sayang hingga maut memisahkan (aamiiin)
BalasHapussetuju sama mas Arief, "Yang penting kamu belum terlambat untuk menjadi tunas baru yang baik 🌿 yang fokus saja pada air yang sejuk, matahari yang hangat, udara yang bersih, dan pada tangan terampil yang merawat dengan hati sehingga bisa membesar dan menua dengan bahagia."
uwuwuwuwuu....meleleh!