Alief Ikhwan "Onedox" |
Allah SWT Maha Berkehendak Atas Segala Sesuatu
Kecelakaan tunggal dialami oleh Alief Onedox anakku pada hari Minggu tgl. 21 Juni 2020. Kejadian sekitar pukul 6 pagi ketika berkendara motor YAMAHA R15 di jalan Rawa Buntu menuju perempatan German Center, tepatnya di depan gerbang Cluster The Green BSD.
Pamit Isi Bensin
Kecelakaan tunggal dialami oleh Alief Onedox anakku pada hari Minggu tgl. 21 Juni 2020. Kejadian sekitar pukul 6 pagi ketika berkendara motor YAMAHA R15 di jalan Rawa Buntu menuju perempatan German Center, tepatnya di depan gerbang Cluster The Green BSD.
Pamit Isi Bensin
Alief pamit ke saya untuk isi BBM di SPBU yang ada Pertamax Turbo. SPBU yang menyediakan Pertamax Turbo paling dekat dari rumah kami berada di SPBU dekat Stasiun Rawa Buntu dan SPBU dekat German Center. Alief menuju salah satunya. Dalam perjalanan ke lokasi SPBU yang berjarak +/- 3 KM dari rumah inilah Alief celaka.
Alief: "Ma, aku isi bensin bentar ya."
Saya: "Pagi sekali, belum jam 6 ini. Abis itu mau kemana?"
Alief: "Mumpung jalan masih sepi. Jalan bentar, sekitaran sini aja, trus pulang."
Suami: "Papa buatin nasi goreng ya, Alief, buat sarapan."
Alief: "Iya, pa. Assalamu'alaikum."
Itu komunikasi langsung kami pagi itu, seusai subuh. Saya sedang di dapur ketika dia berangkat. Sempat lihat dia pasang helm, pakai jaket, ambil kunci, dan tak lama suara motornya menderu kencang, lalu hilang.
Alief: "Ma, aku isi bensin bentar ya."
Saya: "Pagi sekali, belum jam 6 ini. Abis itu mau kemana?"
Alief: "Mumpung jalan masih sepi. Jalan bentar, sekitaran sini aja, trus pulang."
Suami: "Papa buatin nasi goreng ya, Alief, buat sarapan."
Alief: "Iya, pa. Assalamu'alaikum."
Itu komunikasi langsung kami pagi itu, seusai subuh. Saya sedang di dapur ketika dia berangkat. Sempat lihat dia pasang helm, pakai jaket, ambil kunci, dan tak lama suara motornya menderu kencang, lalu hilang.
Lubang di Tengah Jalan
Berdasarkan keterangan polisi di TKP, security The Green, dan beberapa pria di lokasi, penyebab kecelakaan karena motor masuk lubang dan kehilangan kendali.
Hanya karena masuk lubang, oleng, lalu jatuh, tapi bisa celaka parah, kenapa?
Minggu pagi jam 6 suasana jalan biasanya masih sepi. Mungkin juga belum terlalu terang jadi nggak lihat lubang. Padahal tiap berangkat sekolah lewat jalan yang sama dan selama ini aman-aman saja, lalu kok bisa? Karena kehendak Allah, Bu! Atau, apakah Alief agak ngebut? Saat saya tanya apa dia ngebut, dia tak bisa jawab karena tak ingat apa-apa atas semua kejadian.
Dari mulut beberapa orang yang mengomentari kejadian kecelakaan Alief, lubang di jalan tersebut, dan sekitarnya, sudah sangat sering makan korban.
Wahai Pemkot Tangsel...tolong perhatikan itu!
Telpon Darurat dari HP Alief yang Terkunci
Kabar kecelakaan hanya sekian belas menit sejak ia pamit. Seorang pria menelpon suami , katanya dia security The Green. "Anak bapak kecelakaan di depan The Green." Kalimat itu saja yang saya dengar dari suami, persis seperti yang dikatakan bapak penelpon.
Pak Security The Green menelpon ke hp suami pakai HP Alief. Kok bisa?
Hanya karena masuk lubang, oleng, lalu jatuh, tapi bisa celaka parah, kenapa?
Minggu pagi jam 6 suasana jalan biasanya masih sepi. Mungkin juga belum terlalu terang jadi nggak lihat lubang. Padahal tiap berangkat sekolah lewat jalan yang sama dan selama ini aman-aman saja, lalu kok bisa? Karena kehendak Allah, Bu! Atau, apakah Alief agak ngebut? Saat saya tanya apa dia ngebut, dia tak bisa jawab karena tak ingat apa-apa atas semua kejadian.
Dari mulut beberapa orang yang mengomentari kejadian kecelakaan Alief, lubang di jalan tersebut, dan sekitarnya, sudah sangat sering makan korban.
Wahai Pemkot Tangsel...tolong perhatikan itu!
Telpon Darurat dari HP Alief yang Terkunci
Kabar kecelakaan hanya sekian belas menit sejak ia pamit. Seorang pria menelpon suami , katanya dia security The Green. "Anak bapak kecelakaan di depan The Green." Kalimat itu saja yang saya dengar dari suami, persis seperti yang dikatakan bapak penelpon.
Pak Security The Green menelpon ke hp suami pakai HP Alief. Kok bisa?
Setahu saya, sistem kunci layar ROG Phone 2 Alief pakai kunci Layar Pola (pattern) dan Face Unlock. Lantas bagaimana si bapak membuka HP Alief? Saat tiba di lokasi saya tidak terpikir untuk menanyakan hal tersebut. Saya hanya berpikir bagaimana secepatnya menyelamatkan Alief dengan membawanya ke RS terdekat.
Saat saya tanya Alief, sejak kejadian sampai hari ini dia tidak ingat bagaimana cara si Bapak Security bisa membuka hp nya.
Yang memungkinkan, bisa jadi begini:
- Saat kecelakaan Alief sadar, mungkin sempat memberitahu letak HP (tersimpan dalam Sling Bag ROG)
- Lalu security tanggap bahwa Alief minta bantu menelpon kami. Nah, bisa jadi Alief sempat melakukan ini: Minta tolong dibukakan helm, minta tolong HP didekatkan ke wajah supaya layar terbuka, lalu minta tolong telpon dengan nama kontak "Papa".
- Bisa jadi juga dibuka pakai kunci pola (pattern) pakai tangan kiri. Tangan kanan nggak mungkin, karena kondisinya patah.
Alhamdulillah saat kecelakaan sampai saya dan suami tiba di lokasi Alief masih sadar. Sehingga orang-orang di lokasi kejadian bisa menghubungi kami dan kami pun bisa cepat tiba di lokasi. Alief jadi cepat tertolong.
HELM Erat Tidak Lepas dan Sadar
Ibu mana yang tidak terguncang mendapat kabar anaknya kecelakaan di jalan. Saya menangis sepanjang perjalanan menuju TKP. Di tengah rasa khawatir sangat luar biasa itu, saya terus berdoa semoga Alief masih bisa diselamatkan. Tak ada nama lain yang saya sebut selain Allah SWT, Sang Maha Penyelamat.
Tidak ada hijab doa seorang ibu untuk anaknya, bukan? Saya memohon kepada Allah, selamatkan Alief dari kemungkinan terburuk. Saya ingin menjumpainya dalam keadaan masih bisa tertolong.
Beruntung masih di kawasan BSD, lokasi kecelakaan sekitar 2-3 kilometer saja dari rumah, saya cepat sampai di TKP.
Alief terbaring telentang di atas rumput di pinggir jalan, dikelilingi security, polisi, dan para pria dewasa yang diam saja hanya melihat prihatin. Kecemasan saya membubung tinggi, saya tadinya sempat membayangkan berjumpa kondisi sangat buruk, ternyata Alhamdulillah Alief sadar dengan luka-luka sekujur kaki. Wajah dan kepalanya selamat.
Menurut pak security bernama Usman (beliau yang menelpon suami): "Saat celaka, helm tetap erat di kepala. Tidak lepas."
Polisi juga menambahkan bahwa Alief tidak ditabrak dan tidak menabrak, dalam artian bukan korban, dan tidak mengakibatkan korban lain. Hanya itu keterangan sementara yang saya dapat di lokasi. Sisanya saya hanya fokus ke Alief, minta tolong orang-orang membantu saya dan suami memasukannya ke dalam mobil. Sebelum melaju cepat ke IGD Eka Hospital (RS terdekat dari lokasi kejadiaan saat itu), saya lihat motor masih berdiri tegak. Saya titipkan pada security beserta kuncinya. Saya minta tolong ke pak polisi bantu urus motornya, karena yang paling penting saat itu Alief harus segera dapat penanganan medis.
Teriakan Sakit dan Minta Maaf
Saya berhenti menangis ketika Alief sudah berada di mobil. Saya berulangkali berkata begini: "Sabar ya sayang, kita sedang menuju RS, sebentar lagi sampai, nanti diobati semuanya di sana."
Lalu....
"Maaaaamaaaa MAAAF.....MAAF Mamaaaaa..."
Pilu. Piluuuuu sekali saya mendengar teriakan itu. Saya tahu Alief menyesal atas kejadian yang menimpanya. Suaranya, tangisannya, permintaan maafnya...adalah sebuah penyesalan yang disampaikan secara sadar. Anak ini tidak ingin menyakiti hati mamanya, tidak ingin membuat mamanya sedih, tidak ingin mamanya jadi marah... Ah, Nak. Mama sama sekali tidak seperti yang kamu pikirkan.
Sepanjang perjalanan hingga tiba di depan pintu IGD, kata-kata itu terus keluar dari mulut Alief.
Dan saya, berulang-ulang mengatakan: "Iya mama maafkan. Mama tidak marah sama Alief. Sudah ya, jangan nangis. Mama sayang Alief. Ini mama bawa Alief ke RS biar Alief diobati dulu semua lukanya. " Itu saja yang terus saya ulang.
Kata-kata maaf masih terus diulang Alief sampai dia sudah diletakkan di atas bed. Air mata saya? Sudah tak ada. Saya menangis, tapi dalam hati. Saya tidak ingin Alief semakin merasa bersalah jika melihat air mata saya. Saya ingin dia tahu bahwa saya menerima musibah ini dengan lapang dada, dan bersyukur nyawanya masih ada. Alhamdulillah.
IGD Eka Hospital BSD
Penanganan cepat dilakukan oleh petugas medis di IGD sejak Alief tiba sampai masuk kamar IGD. Ada 2 security yang menjemput di pintu mobil dan 4 orang perawat yang datang dengan sebuah bed canggih untuk pasien kecelakaan yang serba tidak memungkinkan untuk berjalan dan duduk. Semua bergerak cepat memindahkan Alief dari mobil ke atas bed.
Tadinya, kalau lambat dan bertele-tele, saya akan lakukan sesuatu supaya mereka bekerja cepat sesuai prioritas dan kondisi kritis pasien. Ternyata tidak perlu. Alief langsung dapat penanganan yang baik.
Dokter melakukan banyak pemeriksaan, terutama pada tangan kanan yang saat itu terlihat kaku, telapak tidak bisa dibuka, serta jari-jari yang diam saja tak bergerak. Setelah di rontgen, ternyata tulang tangan kanan (antara pergelangan dan siku) patah. Sebelum dirontgen, semua luka Alief dibersihkan, diobati, dan dibalut. Sampai di sini, rasa khawatir level 100 mulai turun jadi 80.
Kehilangan Memori Jangka Pendek
Saya dan suami tidak pernah pergi dari kamar tempat Alief ditangani. Saya ingin terus melihat dan berkomunikasi dengan Alief karena dengan cara itu saya bisa menjadi tenang dan semakin tenang.
Ada 4 pertanyaan yang terus diulang oleh Alief:
- Aku ga nabrak orang kan, Ma?
- Jam berapa aku jatoh?
- Aku jatoh di mana?
- Emang aku mau kemana tadi?
Sebanyak apapun dia bertanya, sebanyak itu pula saya menjawab. Kata suami, total ada 38 kali pertanyaan yang sama diulang. Selain itu, Alief tidak ingat apa saja yang terjadi di IGD sejak masuk, seperti saat disuntik, dipasang infus, diperban, dibersihkan luka, di rontgen, sama sekali tidak ada yang diingat.
"Kapan aku dipasangin infus? Kapan disuntiknya? Kapan diperbannya? Kapan dirontgennya?"
Apakah sesuatu telah terjadi di kepalanya? Dokter di IGD lalu mengkonsultasikan hal tersebut ke dokter spesialis bedah syaraf Dr. dr. Budi Mangaittua Silitonga, Sp. BS. Selanjutnya Alief menjalani CT Scan kepala. Saya kembali tak tenang, khawatir terjadi gegar otak.
Alhamdulillah hasil CT Scan bagus. Tidak ada perdarahan di kepala, insha Allah kepala aman. Demikian penjelasan dokter Budi yang disampaikan oleh dokter IGD kepada saya. Hari itu dokter spesialis bedah saraf tidak masuk karena Minggu poli libur. Informasi dan semua hasil pemeriksaan di radiology dan dokter IGD ia terima melalui pesan digital. Minggu malam baru ke RS dan langsung menemui Alief di kamar rawat. Kepada kami beliau meyakinkan bahwa memang tidak terjadi apa-apa dengan kepala Alief. Alhamdulillah.
Perihal banyak bertanya dan banyak lupa yang dialami Alief di hari kejadian merupakan kondisi shock yang biasa dialami oleh pasien korban kecelakaan. Kondisi ini kembali normal di hari ke-2. Semua ingatan kembali berfungsi normal.
Saat saya tanya Alief, sejak kejadian sampai hari ini dia tidak ingat bagaimana cara si Bapak Security bisa membuka hp nya.
Yang memungkinkan, bisa jadi begini:
- Saat kecelakaan Alief sadar, mungkin sempat memberitahu letak HP (tersimpan dalam Sling Bag ROG)
- Lalu security tanggap bahwa Alief minta bantu menelpon kami. Nah, bisa jadi Alief sempat melakukan ini: Minta tolong dibukakan helm, minta tolong HP didekatkan ke wajah supaya layar terbuka, lalu minta tolong telpon dengan nama kontak "Papa".
- Bisa jadi juga dibuka pakai kunci pola (pattern) pakai tangan kiri. Tangan kanan nggak mungkin, karena kondisinya patah.
Alhamdulillah saat kecelakaan sampai saya dan suami tiba di lokasi Alief masih sadar. Sehingga orang-orang di lokasi kejadian bisa menghubungi kami dan kami pun bisa cepat tiba di lokasi. Alief jadi cepat tertolong.
HP, kunci motor, dan Jam yang dipakai saat kejadian. Dari HP yang terkunci inilah pak security The Green menghubungi kami untuk melaporkan kondisi Alief |
HELM Erat Tidak Lepas dan Sadar
Ibu mana yang tidak terguncang mendapat kabar anaknya kecelakaan di jalan. Saya menangis sepanjang perjalanan menuju TKP. Di tengah rasa khawatir sangat luar biasa itu, saya terus berdoa semoga Alief masih bisa diselamatkan. Tak ada nama lain yang saya sebut selain Allah SWT, Sang Maha Penyelamat.
Tidak ada hijab doa seorang ibu untuk anaknya, bukan? Saya memohon kepada Allah, selamatkan Alief dari kemungkinan terburuk. Saya ingin menjumpainya dalam keadaan masih bisa tertolong.
Beruntung masih di kawasan BSD, lokasi kecelakaan sekitar 2-3 kilometer saja dari rumah, saya cepat sampai di TKP.
Alief terbaring telentang di atas rumput di pinggir jalan, dikelilingi security, polisi, dan para pria dewasa yang diam saja hanya melihat prihatin. Kecemasan saya membubung tinggi, saya tadinya sempat membayangkan berjumpa kondisi sangat buruk, ternyata Alhamdulillah Alief sadar dengan luka-luka sekujur kaki. Wajah dan kepalanya selamat.
Helm, Jaket, dan Tas yang dipakai saat kejadian |
Menurut pak security bernama Usman (beliau yang menelpon suami): "Saat celaka, helm tetap erat di kepala. Tidak lepas."
Polisi juga menambahkan bahwa Alief tidak ditabrak dan tidak menabrak, dalam artian bukan korban, dan tidak mengakibatkan korban lain. Hanya itu keterangan sementara yang saya dapat di lokasi. Sisanya saya hanya fokus ke Alief, minta tolong orang-orang membantu saya dan suami memasukannya ke dalam mobil. Sebelum melaju cepat ke IGD Eka Hospital (RS terdekat dari lokasi kejadiaan saat itu), saya lihat motor masih berdiri tegak. Saya titipkan pada security beserta kuncinya. Saya minta tolong ke pak polisi bantu urus motornya, karena yang paling penting saat itu Alief harus segera dapat penanganan medis.
Teriakan Sakit dan Minta Maaf
Saya berhenti menangis ketika Alief sudah berada di mobil. Saya berulangkali berkata begini: "Sabar ya sayang, kita sedang menuju RS, sebentar lagi sampai, nanti diobati semuanya di sana."
Lalu....
"Maaaaamaaaa MAAAF.....MAAF Mamaaaaa..."
Pilu. Piluuuuu sekali saya mendengar teriakan itu. Saya tahu Alief menyesal atas kejadian yang menimpanya. Suaranya, tangisannya, permintaan maafnya...adalah sebuah penyesalan yang disampaikan secara sadar. Anak ini tidak ingin menyakiti hati mamanya, tidak ingin membuat mamanya sedih, tidak ingin mamanya jadi marah... Ah, Nak. Mama sama sekali tidak seperti yang kamu pikirkan.
Sepanjang perjalanan hingga tiba di depan pintu IGD, kata-kata itu terus keluar dari mulut Alief.
Dan saya, berulang-ulang mengatakan: "Iya mama maafkan. Mama tidak marah sama Alief. Sudah ya, jangan nangis. Mama sayang Alief. Ini mama bawa Alief ke RS biar Alief diobati dulu semua lukanya. " Itu saja yang terus saya ulang.
Kata-kata maaf masih terus diulang Alief sampai dia sudah diletakkan di atas bed. Air mata saya? Sudah tak ada. Saya menangis, tapi dalam hati. Saya tidak ingin Alief semakin merasa bersalah jika melihat air mata saya. Saya ingin dia tahu bahwa saya menerima musibah ini dengan lapang dada, dan bersyukur nyawanya masih ada. Alhamdulillah.
Celana, sepatu, dan jaket yang dipakai saat kejadian |
IGD Eka Hospital BSD
Penanganan cepat dilakukan oleh petugas medis di IGD sejak Alief tiba sampai masuk kamar IGD. Ada 2 security yang menjemput di pintu mobil dan 4 orang perawat yang datang dengan sebuah bed canggih untuk pasien kecelakaan yang serba tidak memungkinkan untuk berjalan dan duduk. Semua bergerak cepat memindahkan Alief dari mobil ke atas bed.
Tadinya, kalau lambat dan bertele-tele, saya akan lakukan sesuatu supaya mereka bekerja cepat sesuai prioritas dan kondisi kritis pasien. Ternyata tidak perlu. Alief langsung dapat penanganan yang baik.
Dokter melakukan banyak pemeriksaan, terutama pada tangan kanan yang saat itu terlihat kaku, telapak tidak bisa dibuka, serta jari-jari yang diam saja tak bergerak. Setelah di rontgen, ternyata tulang tangan kanan (antara pergelangan dan siku) patah. Sebelum dirontgen, semua luka Alief dibersihkan, diobati, dan dibalut. Sampai di sini, rasa khawatir level 100 mulai turun jadi 80.
Kehilangan Memori Jangka Pendek
Saya dan suami tidak pernah pergi dari kamar tempat Alief ditangani. Saya ingin terus melihat dan berkomunikasi dengan Alief karena dengan cara itu saya bisa menjadi tenang dan semakin tenang.
Ada 4 pertanyaan yang terus diulang oleh Alief:
- Aku ga nabrak orang kan, Ma?
- Jam berapa aku jatoh?
- Aku jatoh di mana?
- Emang aku mau kemana tadi?
Sebanyak apapun dia bertanya, sebanyak itu pula saya menjawab. Kata suami, total ada 38 kali pertanyaan yang sama diulang. Selain itu, Alief tidak ingat apa saja yang terjadi di IGD sejak masuk, seperti saat disuntik, dipasang infus, diperban, dibersihkan luka, di rontgen, sama sekali tidak ada yang diingat.
"Kapan aku dipasangin infus? Kapan disuntiknya? Kapan diperbannya? Kapan dirontgennya?"
Apakah sesuatu telah terjadi di kepalanya? Dokter di IGD lalu mengkonsultasikan hal tersebut ke dokter spesialis bedah syaraf Dr. dr. Budi Mangaittua Silitonga, Sp. BS. Selanjutnya Alief menjalani CT Scan kepala. Saya kembali tak tenang, khawatir terjadi gegar otak.
Alhamdulillah hasil CT Scan bagus. Tidak ada perdarahan di kepala, insha Allah kepala aman. Demikian penjelasan dokter Budi yang disampaikan oleh dokter IGD kepada saya. Hari itu dokter spesialis bedah saraf tidak masuk karena Minggu poli libur. Informasi dan semua hasil pemeriksaan di radiology dan dokter IGD ia terima melalui pesan digital. Minggu malam baru ke RS dan langsung menemui Alief di kamar rawat. Kepada kami beliau meyakinkan bahwa memang tidak terjadi apa-apa dengan kepala Alief. Alhamdulillah.
Perihal banyak bertanya dan banyak lupa yang dialami Alief di hari kejadian merupakan kondisi shock yang biasa dialami oleh pasien korban kecelakaan. Kondisi ini kembali normal di hari ke-2. Semua ingatan kembali berfungsi normal.
Alhamdulillah bisa cepat di bawa ke IGD di RS terdekat |
Operasi Patah Tulang
Ada banyak luka di badan Alief di antaranya kedua lutut, pergelangan kaki kiri, pinggul, punggung, dagu, tangan kanan, dan bahu kanan. Alhamdulillah luka-luka itu tidak terlalu dalam, terdiri dari lecet ringan, lecet sedang, dan lecet berat. Luka di kaki kanan yang dirasa Alief paling sakit dan perih, menyebabkan dia tak bisa berjalan tegap untuk sementara.
Cedera paling berat ada pada lengan kanan, tulangnya sampai patah. Dokter ortopedi hari itu juga tak masuk karena Minggu, kondisi Alief dikonsultasikan dari jarak jauh (via pesan digital) oleh dokter IGD ke dr. Widyastuti Srie Utami, Sp. OT (K). Dari hasil rontgen yang ada, tindakan yang diperlukan adalah operasi.
Hari itu Minggu, untuk operasi yang sifatnya emergency (SITO), biayanya lumayan mahal. Dari estimasi yang saya terima dari pihak admision totalnya 63 jutaan. Tindakan operasi bisa digeser ke Senin jika mau, dan biayanya jadi 55 jutaan. Namun ternyata biaya RS Alief sama sekali tidak dicover oleh asuransi kami (asuransi swasta). Wah berarti harus keluar duit pribadi.
Sampai di situ saya mulai mencari cara lain supaya Alief tetap operasi namun dengan biaya yang tidak terlalu berat. Pasalnya, suami kan baru-baru ini habis sakit, dirawat lama di Eka Hospital hampir 20 hari. Jangan tanya soal biaya rumah sakit, kalau saya sebut totalnya abis 100 juta (sakit sejak Ramadan sampai abis lebaran), mungkin Anda tidak percaya. Tapi itulah yang terjadi...
Biaya RS tidak dijamin asuransi
Biaya RS tidak dicover oleh asuransi karena alasan kecelakaan tunggal. Ok, berarti jalan di sana buntu.
Saya cari jalan lain pakai BPJS. Hari kedua saya bawa Alief keluar dari Eka. Kondisi Alief sewaktu keluar dari Eka cukup baik, dalam artian dia sadar, bisa makan seperti biasa (tidak mual dan muntah), luka-luka sudah diperban, tangan sudah dipasang spalk agar aman sebelum operasi. Tadinya mau saya bawa pakai ambulance, tapi Alief bisa duduk, asalkan bersandar dan kaki diluruskan.
Akhirnya saya bawa Alief pakai mobil sendiri, pergi ke RS lain rujukan BPJS (namanya rumah sakit anu, gitu aja ya). Ternyata, pasien sakit karena kecelakaan harus membuat surat keterangan kecelakaan di kepolisian untuk kemudian diajukan ke Jasa Raharja. Urusan surat ini tak cepat, kami hanya dapat surat sementara tanpa nomor. Dibantu oleh pihak RS, surat sementara itu dikirim ke Jasa Raharja. Hasilnya? GAGAL alias penjaminan ditolak.
Kenapa Jasa Raharja?
Karena biaya RS pasien kecelakaan ditanggung oleh Jasa Raharja. Biayanya dijamin hingga 20 juta dengan syarat kecelakaan bukan tunggal. Sedangkan Alief? Bukan ditabrak/diserempet oleh pengendara lain. Saya garis bawahi ya, kecelakaan tunggal tidak dijamin.
Nah setelah ditolak oleh Jasa Raharja, baru dijamin oleh penjamin kedua yaitu BPJS. Tetapiiiiiii....setelah saya konsul ke dokter ortopedi yang hari itu praktek di RS anu itu, katanya pasien BPJS punya jadwal sendiri. Tidak bisa pas masuk langsung operasi. Misal, saya daftarkan Alief di hari Selasa, maka dapat jawal tindakannya Selasa depan. Itu juga tidak langsung operasi. Ada stepnya. Selasa pemeriksaan lab dan rontgen dulu. Rabu diperiksa dokter anestesi dulu. Kamis mungkin tes covid dulu dan persiapan lain-lain. Kemungkinan Jumat baru tindakan. Kenapa tes dan pemeriksaan per hari 1 saja bukannya sekaligus? Karena BPJS menanggung biaya maksimal sekian perhari, jadi nggak bisa sekaligus semua pemeriksaan bisa dilakukan dalam sehari karena biayanya melebih jatah. Hah! Apa cuma saya yang baru tahu soal ini?
10 hari sejak daftar operasi via BPJS baru bisa dioperasi???? Wow lama sekali. Alief keburu sakit-sakitan dong kalau harus menunggu selama itu! Apa iya prosedurnya serumit itu? Bagaimana jika si pasien kritis??
Fix saya tidak akan ambil operasi dengan BPJS di rumah sakit itu. Saya pergi ke Medika BSD, daftar ke poli tanpa bawa Alief, hanya bawa semua data medis (lab, rontgen, resume medis, CT Scan, dan dokumen penunjang lainnya). Alhamdulillah dipertemukan dengan dr. A. Arya Abikara, SP. OT. Nah, baru bertemu sekali saya langsung sreg.
RS Permata Pamulang |
Operasi Biaya Sendiri di RS Permata Pamulang
Setelah bertemu dokter Abi (nama panggilan dr A. Arya Abikara, SP. OT), saya mendapatkan estimasi biaya operasi yang bervariasi, mulai 40 juta hingga 45 jutaan. Beda 10 jutaan dengan Eka Hospital.
Untuk kondisi patah tulang Alief, operasi bisa ditunda, yang artinya bila tidak saat itu juga dilakukan tidak terlalu bahaya. Sewaktu di Eka sempat dapat pesan dari dokter Uut bahwa operasi paling lambat 14 hari setelah kecelakaan masih aman. Tetapi, lebih cepat lebih baik.
Itu kenapa saya punya waktu buat cari dokter bagus tapi di rumah sakit yang cocok dari segi biaya. Ya, di kondisi seperti sekarang, suami abis sakit menghabiskan banyak biaya, tiba-tiba Alief kecelakaan dan butuh biaya besar, tentu saja saya mencari cara agar anak tetap sehat selamat tapi biaya nggak sampai habis-habisan banget.
Setelah cek ke beberapa RS di Tangsel dan Tangerang (via telpon dan online), saya menemukan informasi dokter Abi praktek di RS Permata Pamulang. Saya cek biaya operasi di sana lebih ekonomis dari biaya di RS lain. Untuk memastikan, saya datang langsung ke RS Permata Pamulang, lihat-lihat dan tanya-tanya. Alhamdulillah banget saya langsung sreg.
Rumah sakitnya luas, fasilitas lengkap dan memadai. Dari luar sampai dalam, terlihat bersih dan nyaman. Ruang tunggu, ruang pendaftaran, lorong, lift, bahkan kamar rawat pasien (saya diijinkan lihat-lihat sebelum memutuskan untuk check-in), semua bersih, enak dilihat. Para staf sangat ramah, informatif, dan sangat komunikatif. Seorang perawat, yang katanya perawat di poli dr Abi, memberi saya nomor HP untuk dihubungi kapan saja terkait pelaksanaan operasi. Baik banget kan? Dengannya saya jadi leluasa menanyakan apa saja soal kondisi Alief dan persiapan operasi. Di RS ini dokter spesialisnya juga banyak.
Mungkin memang jodoh ya, masuk RS Permata Pamulang itu saya merasa tenang, adem, dan insha Allah percaya Alief bisa ditangani dengan baik. Padahal, sudah cek RS lain dengan tipe RS yang sama, saya merasakan hal sebaliknya, gak cocok!
Biaya operasi tulang (kondisi seperti Alief) di RS Permata Pamulang mulai 25 juta - 35 juta. Berhubung biaya RS tak dijamin oleh asuransi, semua biaya di RS kami tanggung sendiri. Next time, saya mau lebih teliti lagi membaca polis :)
Tulang tangan kanan yang patah sebelum dioperasi |
5 jam di kamar operasi
Operasi berlangsung pada hari Kamis 25 Juni 2020 pukul 14.00. Menurut keterangan perawat, pelaksanaan operasi sekitar 2 jam saja. Kenyataannya Alief berada di ruang operasi 5 jam. Masuk pukul 14 kurang, keluar pukul 19 lewat.
Saya dan suami duduk lama di ruang tunggu, sampai tertidur. Sejak pukul 16 saya mulai rajin melihat ke pintu ruang operasi, menunggu siapa yang keluar. Ada 3 kali pintu dibuka, tapi yang keluar selalu bukan Alief. Sampai pukul 18 Alief belum juga keluar, saya mulai tak tenang. Setiap ada suster yang keluar saya tanya, dan jawabannya selalu sama: "Tunggu ya ibu, ananda mungkin masih pemulihan, nanti kalau sudah sadar, baru kami bawa keluar".
Pukul 19 lewat, anak yang saya nanti-nanti itu akhirnya dibawa keluar. Matanya melihat ke saya, dan langsung saya tanya: "Gimana sayang?" Tahu dia jawab apa? "Keren, Ma!" Huaaaaa...
Alief tak langsung dibawa ke kamar perawatan tapi ke radiology untuk rontgen tangan lagi. Buat dokumentasi terbaru gambar posisi tulang dan pen kali ya.
Alhamdulillah, operasi lancar, tulang sudah diletakkan pada posisinya, dan pen sudah dipasang.
Alhamdulillah operasi lancar |
Karena Allah Sayang
Tahun 2020 ini Bapak mertua meninggal, kucing kesayangan mati, suami sakit, anak kecelakaan.
Sungguh, Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu,
Dan saat ini saya sedang menghadapi apa yang Allah kehendaki.
Saya manusia, merasa sedih, shock, dan takut kehilangan.
Manusiawi jika merasa seperti itu, termasuk bila ada rasa ingin menyalahkan diri sendiri, sesuatu atau seseorang. Tetapi saya adalah salah satu manusia yang tumbuh dengan pengalaman pernah sedih, kecewa, dan kehilangan. Saya hidup dengan kenangan itu, dan itu yang membuat saya telah lama menjadi lebih kuat, bersemangat, dan bisa menyesuaikan diri atas setiap keadaan yang menimpa.
Saya sudah berhenti mempertanyakan kenapa Tuhan membuat saya mengalami kesedihan-kesedihan, kenapa ujian ini bertubi-tubi... saya sungguh tidak ingin mempertanyakan itu lagi.
Saya hanya ingin semakin meyakini, setiap ada ujian, berarti dimampukan untuk menghadapinya, sesuai kadar ujian yang diberikan. Setiap diberatkan, berarti akan ada yang diringankan. Jika itu dosa, berarti semoga ini jadi jalan penggugur, maka seharusnya saya bersyukur, Allah masih sayang pada saya.
Allah Maha Tahu atas segala sesuatu, bukan saya, kamu, atau kalian. Dan saya berdoa, semoga saja ringannya dosa dikabulkan Allah setelah semua yang berat ini saya lalui.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6).
Alhamdulillah dan Terima kasih
Terima kasih tak terhingga kepada banyak orang yang telah membantu menolong Alief di saat kejadian; Polisi, Pengendara yang lewat, dan security The Green. Semua petugas medis di IGD Eka Hospital, dokter spesialis, dokter IGD, dan semua staf yang bertugas saat itu.
Terima kasih kepada dokter Abi yang melakukan operasi untuk Alief. Seorang dokter yang tegas dan tak bertele-tele, sehingga Alief bisa dioperasi dengan cepat. Bagi saya, dokter ini menyenangkan. Terima kasih buat semua perawat dan security di RS Pamulang. Meski RS tipe C, tapi pelayanan RS ini layak saya beri nilai BAIK.
Terima kasih kepada keluarga saya di manapun berada, adik-adik Mas Arif, ibu, para sahabat dekat, para teman dekat, Yuk Annie, para tetangga, teman-teman Mas Arif alumni FIS62, rekan-rekan blogger di berbagai komunitas (komunitas Blogger Kekinian, KEB, Blogger Tangsel Tangerang, IDFB, Travel Blogger Tidore, teman-teman BLUS, dan semua follower IG) yang telah mendoakan untuk kelancaran operasi dan kesembuhan Alief maupun Mas Arif. Doa dari semuanya telah Allah kabulkan. Subhanallah..
Semoga kebaikan dan kemurahan hati semua orang yang tulus mendoakan dan mendukung, mendapatkan balasan sebaik-baiknya dari Allah SWT. Semoga Allah memberi umur yang panjang, kesehatan, dan rejeki yang berlimpah kepada semuanya. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dari saya. Semoga setelah ini, saya dan kita semua hidup sehat, panjang umur, dan bahagia.
Sungguh, ada kemudahan setelah kesulitan.
Masya Allah.