Pantai Panjang Bengkulu hari itu panas bukan kepalang. Saya datangi di waktu pagi, kulit bagai ditusuk-tusuk jarum. Saya kunjungi siang apalagi, terik matahari seakan hendak membakar tubuh. Meskipun gerah luar biasa saya mencoba untuk tetap kuat keliling kota, menuntaskan jalan-jalan singkat sebelum kembali ke Jakarta.
Pantai Panjang Bengkulu |
Ke Bengkulu Untuk Acara ASUS Blogger Gathering
Saya hanya punya waktu 2 hari di Bengkulu. Berangkat Sabtu pagi (16/4/2019) pulang Minggu sore (17/4/2019). Jadi ini bukan acara khusus jalan-jalan, tapi acara Asus dulu, setelah itu baru jalan-jalan.
Seperti yang pernah saya ceritakan pada tulisan terdahulu, silakan baca di sini: ASUS ZenBook Blogger Gathering Bengkulu, saya berangkat bersama Anjas Maradita. Dari pergi sampai pulang, kami barengan. Jadi, semua kegiatan berwisata yang akan saya ceritakan di sini saya lakukan bersama Anjas, termasuk foto-foto, beberapa diambil oleh Anjas.
Saya tidak berdua saja dengan Anjas karena ada Liem Dan, driver mobil yang kami sewa. Liem Dan ini masih muda, dia antar dan jemput kami pakai Honda HRV, sejak hari pertama sampai kami pulang. Orangnya baik dan nyenengin, kami jadi mudah akrab. Saya kenal Liem dari Dewi, salah satu blogger Bengkulu yang merekomendasikan mobil sewaan kepada saya.
Hari Sabtu kegiatan saya full untuk acara Asus. Tak ada waktu sedikitpun untuk acara lain. Kelar acara sudah malam, saya sudah lelah, sampai hotel langsung tidur. Sisa buat jalan-jalan hanya hari Minggu, sebelum kami balik ke Jakarta. Pergi ke mana saja di sedikit waktu yang ada? Sekarang saya ceritakan.
Seperti yang pernah saya ceritakan pada tulisan terdahulu, silakan baca di sini: ASUS ZenBook Blogger Gathering Bengkulu, saya berangkat bersama Anjas Maradita. Dari pergi sampai pulang, kami barengan. Jadi, semua kegiatan berwisata yang akan saya ceritakan di sini saya lakukan bersama Anjas, termasuk foto-foto, beberapa diambil oleh Anjas.
Saya tidak berdua saja dengan Anjas karena ada Liem Dan, driver mobil yang kami sewa. Liem Dan ini masih muda, dia antar dan jemput kami pakai Honda HRV, sejak hari pertama sampai kami pulang. Orangnya baik dan nyenengin, kami jadi mudah akrab. Saya kenal Liem dari Dewi, salah satu blogger Bengkulu yang merekomendasikan mobil sewaan kepada saya.
Hari Sabtu kegiatan saya full untuk acara Asus. Tak ada waktu sedikitpun untuk acara lain. Kelar acara sudah malam, saya sudah lelah, sampai hotel langsung tidur. Sisa buat jalan-jalan hanya hari Minggu, sebelum kami balik ke Jakarta. Pergi ke mana saja di sedikit waktu yang ada? Sekarang saya ceritakan.
Benteng Marlborough |
Benteng Marlborough
Benteng tua peninggalan Inggris ini merupakan ikon wisata Bengkulu yang terkenal. Didirikan pada tahun 1714-1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet, sebagai benteng pertahanan. Bangunan benteng menghadap ke Kota Bengkulu, dan memunggungi Samudera Hindia. Saya sangat tertarik pada fisik benteng yang masih lestari, serta nilai sejarah yang tersimpan di dalamnya. Karena itu, Benteng Marlborough saya pilih sebagai lokasi kegiatan ASUS Blogger Gathering Bengkulu.
Kami bukan menggelar acara di benteng, melainkan sekadar berkunjung sebagai bagian dari kegiatan. Acara blogger gathering dilakukan di Grage Hotel terlebih dahulu. Setelah pembukaan, perkenalan, dan presentasi, baru ke benteng rame-rame pakai kendaraan pribadi, sewa, dan beberapa taksi online.
Selama di benteng, kami melakukan sesi foto. Foto-foto itu untuk diikutkan kompetisi dengan cara diposting di media sosial masing-masing peserta. Kenapa harus di Benteng Marlborough? Idenya untuk mengenalkan laptop yang sedang kami promosikan dengan latar objek wisata Bengkulu. Sehingga, ketika media sosial Instagram ramai oleh hestek laptop #ZenBook, maka ramai pula oleh penampakan Benteng Marlborough. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Sekali tampil di medsos, laptop dan benteng serentak terangkat.
Cuaca di Bengkulu saat itu sangat panas. Kami datang ke benteng siang jelang sore. Matahari seperti tak kenal ampun, bersinar setajam-tajamnya, menyengat siapa pun yang melintas di bawahnya.
Saya sangat tidak betah, tetapi kegiatan harus terus berjalan sampai selesai. Badan mandi keringat, mata memicing menahan silau, saya sungguh tidak bisa menikmati kunjungan. Jangankan santai menilik sejarah yang ada, untuk berfoto pun susah payah.
Meski tidak mendapatkan satu pun cerita dari guide, atau pun petugas jaga museum, saya masih bisa menikmati kebersamaan dengan rekan-rekan blogger. Perkara sejarah, saya lanjutkan dengan membaca artikel-artikel yang bertebaran di internet. Nah, kamu pun bisa membacanya, salah satu sumber yang bisa dibaca ada di Wikipedia Benteng Marloborough.
Di antara banyak hal yang saya sukai dari benteng ini adalah kebersihannya yang sangat terjaga. Membuat mata begitu nyaman untuk melihat-lihat. Meskipun terik, namun angin rajin bertiup. Hembusannya lembut menyapu wajah, seakan hendak menahan agar saya tak lari buru-buru meninggalkan benteng.
Jika tak terik, bangku-bangku yang tersusun rapi di atas hamparan rumput hijau taman, akan terasa menyenangkan sekali diduduki. Saya membayangkan berada di sana saat teduh, menatap barisan meriam yang masih terpancang di tempatnya, lalu terlempar ke masa lalu, dan melihat apa yang terjadi 3 abad silam.
Benteng tua peninggalan Inggris ini merupakan ikon wisata Bengkulu yang terkenal. Didirikan pada tahun 1714-1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet, sebagai benteng pertahanan. Bangunan benteng menghadap ke Kota Bengkulu, dan memunggungi Samudera Hindia. Saya sangat tertarik pada fisik benteng yang masih lestari, serta nilai sejarah yang tersimpan di dalamnya. Karena itu, Benteng Marlborough saya pilih sebagai lokasi kegiatan ASUS Blogger Gathering Bengkulu.
Kami bukan menggelar acara di benteng, melainkan sekadar berkunjung sebagai bagian dari kegiatan. Acara blogger gathering dilakukan di Grage Hotel terlebih dahulu. Setelah pembukaan, perkenalan, dan presentasi, baru ke benteng rame-rame pakai kendaraan pribadi, sewa, dan beberapa taksi online.
Selama di benteng, kami melakukan sesi foto. Foto-foto itu untuk diikutkan kompetisi dengan cara diposting di media sosial masing-masing peserta. Kenapa harus di Benteng Marlborough? Idenya untuk mengenalkan laptop yang sedang kami promosikan dengan latar objek wisata Bengkulu. Sehingga, ketika media sosial Instagram ramai oleh hestek laptop #ZenBook, maka ramai pula oleh penampakan Benteng Marlborough. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Sekali tampil di medsos, laptop dan benteng serentak terangkat.
Di benteng tua 3 abad |
Cuaca di Bengkulu saat itu sangat panas. Kami datang ke benteng siang jelang sore. Matahari seperti tak kenal ampun, bersinar setajam-tajamnya, menyengat siapa pun yang melintas di bawahnya.
Saya sangat tidak betah, tetapi kegiatan harus terus berjalan sampai selesai. Badan mandi keringat, mata memicing menahan silau, saya sungguh tidak bisa menikmati kunjungan. Jangankan santai menilik sejarah yang ada, untuk berfoto pun susah payah.
Meski tidak mendapatkan satu pun cerita dari guide, atau pun petugas jaga museum, saya masih bisa menikmati kebersamaan dengan rekan-rekan blogger. Perkara sejarah, saya lanjutkan dengan membaca artikel-artikel yang bertebaran di internet. Nah, kamu pun bisa membacanya, salah satu sumber yang bisa dibaca ada di Wikipedia Benteng Marloborough.
Di antara banyak hal yang saya sukai dari benteng ini adalah kebersihannya yang sangat terjaga. Membuat mata begitu nyaman untuk melihat-lihat. Meskipun terik, namun angin rajin bertiup. Hembusannya lembut menyapu wajah, seakan hendak menahan agar saya tak lari buru-buru meninggalkan benteng.
Jika tak terik, bangku-bangku yang tersusun rapi di atas hamparan rumput hijau taman, akan terasa menyenangkan sekali diduduki. Saya membayangkan berada di sana saat teduh, menatap barisan meriam yang masih terpancang di tempatnya, lalu terlempar ke masa lalu, dan melihat apa yang terjadi 3 abad silam.
Menyimpan banyak sejarah |
Wajib dilestarikan |
Rumah Fatmawati di Bengkulu
Saksi Sejarah Merah Putih
Nama Bengkulu terukir indah dalam kisah-kisah bersejarah bangsa Indonesia. Selain memiliki benteng peninggalan kolonial Inggris, juga terdapat peninggalan Soekarno semasa diasingkan di Kota Bengkulu yaitu Rumah Fatmawati dan Rumah Pengasingan Bung Karno. Saya akan mulai dari Rumah Fatmawati.
Liem Dam menanyai saya akan kemana dulu, saya bilang mampiri yang paling dekat, atau yang bakal dilewati jika akan menuju ke tempat paling jauh. Nah, Rumah Fatmawati adalah jarak terdekat setelah kami meninggalkan Grage Hotel. Enaknya sewa mobil begitu ya, kita bebas minta diajak kemana dulu. Jika dengan kendaraan umum, kita yang harus menyesuaikan rute. Oh ya, harga sewa mobil di Bengkulu Rp 350 ribu per 12 jam. Kalau hanya 2-3 jam saja, tentu bisa dapat harga lebih murah.
Terus terang selama di Kota Bengkulu saya tidak melihat ada angkot atau bis melintas. Boleh jadi saya tidak memperhatikan, tapi keberadaan trasportasi umum memang tidak mudah saya jumpai di kota ini. Ojek online dan taxi online jelas sangat berguna, meski saya dengar saat itu antara ojol maupun taxi online dengan angkutan umum dan ojek biasa tidak akur. Bahkan, mereka ribut.
Saya pun, saat dijemput di bandara diminta untuk tidak berlagak seperti pelanggan taksi online, tapi bersikap seolah dijemput oleh keluarga sendiri. Anjas sampai harus duduk di depan, supaya terlihat seperti berkerabat. Kenapa? Biar tidak dicurigai oleh taksi-taksi konvensional. Situasi begini terjadi tahun lalu, April 2019. Entah kalau sekarang, mungkin sudah berbeda.
Rumah Panggung Unik dan Artistik |
Rumah Fatmawati terletak di Jalan Fatmawati, Penurunan, Kec. Ratu Samban, Kota Bengkulu.
Rumah mungil namun kokoh, berbentuk panggung dengan tiang semen berukuran pendek. Tangga semen lebar di bagian depan buat naik rumah, berlapis keramik warna putih terang. Kontras dengan lantai dan dinding rumah yang materialnya full kayu, termasuk pagar teras dan tiang-tiang penyangga.
Dari segi ukuran, rumah yang menjadi saksi sejarah merah putih ini terbilang kecil. Tapi tentu saja punya sejarah besar bagi bangsa.
Rumah mungil namun kokoh, berbentuk panggung dengan tiang semen berukuran pendek. Tangga semen lebar di bagian depan buat naik rumah, berlapis keramik warna putih terang. Kontras dengan lantai dan dinding rumah yang materialnya full kayu, termasuk pagar teras dan tiang-tiang penyangga.
Dari segi ukuran, rumah yang menjadi saksi sejarah merah putih ini terbilang kecil. Tapi tentu saja punya sejarah besar bagi bangsa.
Saat masuk, seorang bapak tua meminta pembayaran, semacam tarif masuk mungkin ya. Saya bayar saja, per orang Rp 10,000. Sebenarnya, menurut keterangan teman-teman blogger Bengkulu, masuk rumah ini gratis. Kalau diminta bayaran, ya seikhlasnya saja. Karena memang tidak ada tarif tertentu.
Mengetahui fakta sejarah Rumah Fatmawati Soekarno telah menambah khazanah pengetahuan saya tentang sejarah bendera merah putih yang berawal dari Kota Bengkulu. Tanpa jasa seorang Fatmawati, bendera merah putih tidak akan berkibar dengan gagah sampai saat ini.
Foto dan lukisan Fatmawati terpampang di ruang tamu, beserta mesin jahit dan selembar bendera sebagai pelengkap |
Foto Soekarno yang kharismatik terpajang di ruang tamu. Lantai dan dinding kayu rumah tampak mengkilap, berhiaskan ornamen cantik, suasana rumah yang tenang, membawa kita ke masa lampau. |
Kamar Fatmawati dengan ranjang besi serta kelambu dan sarat kesan vintage |
Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah bersejarah ini sudah lama ingin saya kunjungi. Maka, ketika kesempatan ke Bengkulu ada, saya langsung memasukkannya ke dalam daftar wajib kunjung.
Saya suka mengenal sejarah yang berkaitan dengan kemerdekaan bangsa. Di antaranya sejarah Presiden pertama RI Soekarno sebagai sosok paling berjasa bagi negara ini karena membawa Indonesia merdeka seperti sekarang.
Karena itu, setelah Rumah Fatmawati, mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno yang terletak di Anggut Atas, Kec. Ratu Samban, Kota Bengkulu membuat kegiatan saya berwisata sejarah di Kota Bengkulu jadi lebih afdol.
Berbeda dengan Rumah Fatmawati yang berhalaman sempit dan tak punya area parkir yang aman, di Rumah Pengasingan Bung Karno justru sebaliknya. Bila datang dengan kendaraan pribadi, bisa parkir dengan leluasa di bagian depan.
Rumah Pengasingan Bung Karno |
1938-1942 |
Di tengah cuaca sangat panas, rumah itu jadi terasa jauh untuk dicapai. Sebab, tak ada satupun pohon tinggi dan rindang yang dapat membuat teduh jalan setapak. Berjalan menuju rumah, bagai hendak melewati lautan api. Saya sampai berlari-lari kecil kepanasan. Coba ada pohon besar dan rindang, bukan hanya jadi asri, tapi juga jadi teduh dan bikin nyaman ya kan? 😃
Ada tiket masuk yang harus dibayar, per orang Rp 3.000. Saat masuk kami harus lepas sepatu. Berbeda dengan Rumah Fatmawati, rumah satu ini bukan panggung. Arsitektur rumah memiliki sentuhan gaya Eropa di bagian depan. Warna cat putih mendominasi keseluruhan bidang bangunan. Lantainya ubin mengkilap. Material dinding rumah bagian dalam berupa semacam pelat baja yang dilapisi tembok yang keras.
Meskipun tidak besar, namun rumah memiliki ruangan inti yang lengkap, terdiri atas lima ruangan, yaitu 1 ruang kerja di bagian depan, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur tamu, dan 2 kamar tidur keluarga.
Di rumah inilah, sang proklamator untuk pertama kali bertemu dengan Fatmawati |
Kami datang ke rumah ini hari Minggu. Penjaga rumah yang biasanya bertugas memberi penjelasan ke pengunjung sedang pergi, katanya tak lama. Kami ditemani oleh yang lain, namun ybs minim informasi. Jadi saya tak mendapatkan banyak informasi penting yang bisa saya bawa pulang. Karena itu, untuk melengkapi tulisan ini saya mengutip dari artikel yang saya baca di travel Kompas.
Dikatakan bahwa, Bung Karno menjejakkan kaki di Bengkulu pada 14 Februari 1938. Sebelumnya, ia bersama istrinya, Inggit Garnasih, anak angkatnya, Ratna Djuami, Bung Karno berlayar dari tempat pembuangannya di Flores ke Pulau Jawa. Ketika tiba di Bengkulu, Bung Karno hanya seorang diri. Keluarganya baru menyusul beberapa minggu kemudian. Sementara waktu sambil menunggu rumah pengasingannya diperbaiki, Bung Karno ditempatkan di Hotel Centrum. Hotel itu kini sudah tidak ada lagi. Posisi hotel itu diketahui berada tepat di seberang kantor Bank Indonesia Bengkulu.
Rumah pengasingan yang ditempati Bung Karno sekeluarga adalah milik pedagang keturunan Tionghoa, Tjang Tjeng Kwat. Pada tahun 1940-an, rumah dengan dua kamar tidur itu berada agak di pinggir kota. Dahulu, Bengkulu dipilih sebagai lokasi pengasingan Bung Karno karena aksesnya yang sulit dan terpencil. Namun, kini seiring perkembangan kota, rumah pengasingan itu persis berada di jantung Kota Bengkulu.
Suatu saat, di rumah pengasingan itu, Bung Karno bersama Inggit Garnasih menjamu keluarga Hassan Din, tokoh Muhammadiyah asal Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Ketika itulah, untuk pertama kali Bung Karno melihat gadis belia putri Hassan Din, Fatmawati, yang sengaja dibawa.
Di rumah itu juga pada akhirnya Fatmawati ikut menumpang. Tak perlu waktu lama, Fat, begitu ia dipanggil, menjadi sahabat Ratna Djuami. Tak hanya tidur di kamar yang sama, mereka juga sama-sama sekolah di RK Vakschool Maria Purrisima yang merupakan sekolah tertinggi di Kota Bengkulu milik sebuah yayasan Katolik.
Singkat cerita, Bung Karno pun menaruh hati pada Fatmawati dan akhirnya menikahi Fatmawati. Dari pernikahan itu Bung Karno dikaruniai 2 putra dan 3 putri, yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Waktu terus berjalan dan sejarah pun terus terukir. Megawati menjadi Presiden Ke-5 RI. Sementara rumah pengasingan yang pernah ditempati kedua orangtua Megawati masih begitu-begitu saja.
Silakan baca penjelasan lengkapnya di link berikut ya: Rumah pengasingan, Saksi Bisu Cinta Soekarno.
Foto bersejarah yang terpajang di ruang kerja Soekarno |
Ruang Kerja sebelah kanan, Ruang Tamu sebelah kiri |
Kursi dan meja tamu sejak Soekarno masih ada |
Di papan berkaca ini ada penjelasan tentang Rumah Pengasingan Bung Karno yang bisa dibaca sebagai bahan informasi |
Sepeda Bung Karno |
Kuda di Pantai Panjang Bengkulu
Saya kembali mendatangi Pantai Panjang. Kali ini di tempat yang ada tulisan "PANTAI PANJANG". Kata teman-teman di Bengkulu, baru sah ke Pantai Panjang kalau singgah di tempat ini. Di sini banyak tempat jajan, jualan souvenir, dan orang-orang yang piknik.
Namanya juga pantai, keadaan di siang hari umumnya panas. Kalau mau teduh sepanajng hari, pergi saja ke gunung. Ya nggak? Tapi Pantai Panjang hari itu benar-benar kelewatan panasnya. Sewaktu masih di hotel, saya dan Anjas datang di waktu pagi. Itu saja matahari sudah menggila. Nah, apalagi siang. Rasanya seperti dipanggang. Kalau ke sini mesti banget pakai sunblock, payung atau topi, dan kaca mata. Kalau enggak, astaga kebayang efeknya pada kulit.
Di sini saya melihat banyak sekali penjual, dari makanan dan minuman, topi, hingga aneka souvenir. Jika saya masih sempat larak-lirik tajam pada deretan topi pantai warna-warni, maka Anjas ngebut ke tenda penjual buah kelapa muda he he
Saya bertiga bersama Anjas dan Liem akhirnya dapat tempat yang langsung menghadap ke laut. Meski di bawah tenda saya gak bisa melihat dengan benar karena silaunya matahari kebangetan. Duduk saja jadi tidak betah. Sambil menunggu kelapa muda disajikan, kerjaan saya cuma memandangi pantai yang sepi dari orang-orang. Di pantai hanya ada kuda delman dan kusirnya. Saya agak kaget melihat ada wisata kuda di pantai. Di bawah terik matahari yang amat tidak bersahabat itu, apa si kuda tidak kepanasan menginjak pasir? Saya pakai alas kaki saja masih merasa kepanasan.
Jujur, saya pribadi tidak setuju ada wisata kuda di pantai. Mempekerjakan hewan selalu melahirkan rasa tidak tega di hati. Bukan hal menarik untuk digunakan di kegiatan pariwisata.
Suara ombak menderu, sederas suara angin. Laut di tempat ini bukan tempat yang aman untuk berenang-renang senang, sebab airnya tak tenang, pun tak nyaman untuk duduk berlama-lama di siang hari yang panas. Usai menghabiskan 1 buah kelapa muda, kami bergegas pergi. Bau kotoran kuda sepertinya sukses mengusir kami 😃
Kuda kepanasan |
Anjas kepanasan |
Topi buat bantu usir panas di kepala |
Kuliner Pindang 77
Citarasa istimewa membuat aneka menu pindang di Rumah Makan Pindang 77 begitu nikmat untuk dicecap. Saya dan Anjas Maradita memuaskan selera dengan makan siang menu Pindang Patin, Pindang Tulang, dan Tempoyak Patin. Sedapnya juara!
Sebetulnya saya hampir kehilangan semangat untuk kulineran. Badan terasa sangat lelah paska acara ASUS di hari Sabtu yang digelar sejak siang sampai malam. Iya, lelah sekali hari itu. Begitu masuk kamar royal suite di Grage Hotel sudah tak ingin kemana-mana lagi selain tidur. Tapi ternyata, keesokan pagi di hari Minggu, semangat kulineran itu membara lagi. Pasalnya, Anjas menyebut ulang soal Pindang 77 di jam-jam rawan lapar. Auto semangat dong. Begitu GRAB yang dipesan Anjas datang, kami langsung meluncur ke Rumah Makan Pindang 77.
Bila melihat namanya, mungkin kita berpikir menu rumah makan Pindang 77 didominasi oleh pindang. Nyatanya tidak, ada 2 menu pindang saja yaitu Pindang Tulang dan Pindang Patin, lainnya selain pindang. Meski sedikit, saya yakin Pindang adalah menu primadona di rumah makan ini.
Citarasa istimewa membuat aneka menu pindang di Rumah Makan Pindang 77 begitu nikmat untuk dicecap. Saya dan Anjas Maradita memuaskan selera dengan makan siang menu Pindang Patin, Pindang Tulang, dan Tempoyak Patin. Sedapnya juara!
Sebetulnya saya hampir kehilangan semangat untuk kulineran. Badan terasa sangat lelah paska acara ASUS di hari Sabtu yang digelar sejak siang sampai malam. Iya, lelah sekali hari itu. Begitu masuk kamar royal suite di Grage Hotel sudah tak ingin kemana-mana lagi selain tidur. Tapi ternyata, keesokan pagi di hari Minggu, semangat kulineran itu membara lagi. Pasalnya, Anjas menyebut ulang soal Pindang 77 di jam-jam rawan lapar. Auto semangat dong. Begitu GRAB yang dipesan Anjas datang, kami langsung meluncur ke Rumah Makan Pindang 77.
Bila melihat namanya, mungkin kita berpikir menu rumah makan Pindang 77 didominasi oleh pindang. Nyatanya tidak, ada 2 menu pindang saja yaitu Pindang Tulang dan Pindang Patin, lainnya selain pindang. Meski sedikit, saya yakin Pindang adalah menu primadona di rumah makan ini.
Pindang 77 Bengkulu |
Buku menu di rumah makan ini unik. Terbuat dari papan kayu berukuran sekitar 40 cm x 20 cm. Ketebalannya kira-kira 2 cm. Nama menu tertulis besar-besar di papan. Nah, ini dia menu khas Pindang 77: Pindang Patin, Pindang Tulang, dan Tempoyak Patin. Buat yang nggak suka patin (karena berlemak), ada Sop Buntut/Iga, Ayam/Nila Rica, Ayam/Nila Goreng, Nila Bakar, Ayam Bakar Madu, Tahu Ikan, dan Tempe Mendoan. Untuk sayurnya ada Cah Kangkung. Sedangkan untuk minumannya ada Es Teh/Jeruk dan aneka jus.
Ini nih yang penting banget buat diinformasikan. Rumah makan Pindang 77 halal. Jadi aman ya buat yang muslim. Insha Allah.
Ini nih yang penting banget buat diinformasikan. Rumah makan Pindang 77 halal. Jadi aman ya buat yang muslim. Insha Allah.
Kami makan enak di sini dengan harga yang cukup terjangkau. Oh ya, harga tidak tercantum dalam buku menu ya. Jadi kalau mau tahu harus tanya pelayannya. Nah, kemarin saya sempat cemas lho, jangan-jangan pas ditagih jumlahnya juta-jutaan he he. Jadi ingat makan di Anyer, makan 2 orang menu sederhana banget, bayarnya hampir sejuta. Anjas sempat minta saya buat cek dulu sih. Si mbaknya lalu ke kasir, cek harga. Pas disebut, ah legaaa tak ternyata tak seberapa.
Berikut adalah harga yang saya bayar untuk menu yang kami pesan:
Pindang Patin Rp25.000,-
Pindang Tulang Rp35.000,-
Tempoyak Patin Rp25.000,-
Cah Kangkung Rp15.000,-
Nasi putih Rp 7.000,-
Es Jeruk Rp12.000,-
Cerita kulineran di rumah makan Pindang 77 ini dapat dibaca pada tulisan berikut, klik di : Pindang 77 Kuliner Sedap di Bengkulu yang Wajib Dicoba
Sentra Oleh-Oleh Bengkulu
Aneka oleh-oleh khas Bengkulu bisa didapatkan di Jalan Soekarno Hata, Kota Bengkulu. Liem Dan yang mengajak saya ke tempat ini. Di sini ada berbagai macam oleh-oleh buatan UMKM yang tersebar di Kota Bengkulu. Di antaranya makanan/minuman, barang kerajinan, hingga produk fashion seperti baju dan perhiasan etnik.
Ada sejumlah toko yang bisa dikunjungi, rata-rata menjual produk yang sama dengan harga yang tak berbeda. Jadi, kita bisa masuk ke toko mana saja untuk berbelanja. Saya membeli kue bolu, lempok, dan beberapa makanan kering seperti keripik, kerupuk, dan snack-snack tradisional yang memiliki rasa asin, manis, dan rempah.
Senang sih bisa ke sini, pilihan oleh-olehnya lumayan banyak.
oleh-oleh Bengkulu |
oleh-oleh Bengkulu |
oleh-oleh Bengkulu |
Grage Hotel Bengkulu
Grage Hotel Bengkulu dulunya bernama Grage Horizon Hotel. Didirikan pertama kali pada tgl. 7 Agustus 1991. Hotel yang luasnya mencapai 27,567m2 ini disebut-sebut sebagai hotel tua. Kesan tua itu ada mungkin karena kamar-kamarnya masih menggunakan gedung lama. Dari luar pun, tampilan bagian depan tampak jadul.
Sebenarnya, sejak tahun 2017 Grage Hotel sudah mempunyai gedung baru dan modern setinggi 5 lantai. Letaknya di bagian belakang dan menghadap ke Samudera Hindia. Gedung baru tersebut akan terlihat saat kita melintasi jalan raya yang berada di pinggir Pantai Panjang. Dari sana Grage Hotel terlihat megah dan modern. Nggak ada kesan tuanya.
Gedung baru Grage Hotel Bengkulu terdiri dari 30 kamar, termasuk di dalamnya ada Royal Suite Room yang saya tempati. Total ada 89 kamar yang dimiliki Grage Hotel. Dengan jumlah tersebut, Grage Hotel disebut sebagai hotel terbesar di Bengkulu.
Terdapat 4 ada tipe kamar yang bisa dipilih sesuai kebutuhan yaitu Superior, Deluxe, Junior, Ocean View, dan Grage Royal Suite.
Semua tipe kamar masih menempati gedung lama kecuali Ocean View dan Royal Suite. Grage Royal Suite merupakan kamar paling top di Grage Hotel. Seperti apa rasanya menginap di kamar Royal Suite? Sebagaimana yang saya rasakan, kesan tenang dari hotel ini memang juara, padahal hotel berada di kota dan dikelilingi oleh rumah warga. Jalan umum yang ada di bagian depan maupun belakang hotel bukan jalan yang terlalu ramai dilintasi kendaraan. Sungguh suasana kota yang berbeda dari kota pada umumnya.
Yang tak kalah menyenangkan adalah bagian belakang hotel menghadap langsung ke pantai. Sehingga kapan pun bisa menikmati pemandangan ke laut. Meski dekat pantai, letak hotel berada di ketinggian, membuat jangkauan penglihatan jadi lebih luas. Kalau sejajar pantai, mungkin pemandangan ke laut akan terhalang oleh rimbunnya pohon-pohon pinus. Kecuali, dapat kamar di lantai atas ya.
Pengalaman saya menginap di Grage Hotel Bengkulu dapat dibaca selengkapnya di link berikut, klik : Mencicipi Royal Suite Room Grage Hotel Bengkulu.
Grage Hotel Bengkulu |
Tidur di sini, Royal Suite Room |
Ada ruang makan dan nonton |
Kamar terluas di Grage Hotel Bengkulu |
Waktu saya teramat singkat di Kota Bengkulu, jadi masih sangat sedikit yang bisa saya bagikan di tulisan ini. Semoga yang sedikit ini bisa berguna sebagai rekomendasi untuk kegiatan city tour teman-teman ya :)
Saya ingin suatu hari nanti kembali lagi ke Bengkulu untuk melihat lebih banyak tempat menarik, mencicipi lebih banyak kuliner lokal, dan tentunya saya ingin menjelajahi Bengkulu lebih jauh, ke pelosok-pelosok desa dan hutan, ke tempat-tempat yang menawarkan hal-hal baru dari Bengkulu.
Bengkulu yang dulu saya tak tahu apa yang membuatnya menarik untuk didatangi, ternyata setelah sekali datang, saya rindu untuk kembali.
aku pun pengen balik ke Bengkulu lagi, masih ada beberapa tempat belum ke sana. walau kotanya kecil cuma cukup enak suasana, apalagi sore bisa ke pantai.
BalasHapusIya, pantainya dekat dari kota, bisa datang dengan mudah kapan saja. Aku pun pingin balik lagi Ded, belum sempat lihat wisata alamnya, dan tentunya bunga Raflesia nya. AYolah kapan2 kita ke sana barengan.
HapusPantai panjang sekilas mengingatkan pantai parangtritis yaa :)
BalasHapuskulinernya mirip2 jambi dan palembang..
-Traveler Paruh Waktu
Ah iya benar, mirip Parangtritis. Yup betul, dari segi kuliner mirip, bahkan bahasa dan budaya. Sesama suku Melayu sih ya, berdampingan pula provinsinya.
HapusBengkulu punya banyak tempat bersejarah ya Mbak...
BalasHapusMasih sangat terawat dan bersih pula
Iya mbak, buat pencinta sejarah, Bengkulu ini cocok banget jadi tujuan wisata. Spesialnya sejarah yang berkenaan langsung dengan sang proklamator. Wisata bentengnya bikin aku salut, bersih dan nyaman. Terawat banget.
HapusWah lengkap banget inii. Gue belum pernah ke bengkulu langsung tahu banyak. Hehehe. Tapi baru tahu deh kalo Soekarno pernah diasingkan di situ. Kirain selama ini tahunya cuma rengasdengklok aja. Hehehe. :p
BalasHapusDi situ spesialnya Bengkulu, ada kisah mantan presiden pertama RI yang bisa ditemui di rumah pengasingannya kala itu. Sebetulnya ini tidak selengkap seperti yang Mas Kresno katakan hehe. Masih kurang banyak. Kalau saya lebih lama di Bengkulu, setidaknya tambah 2-3 hari lagi, bakal lebih banyak yang bisa saya ceritakan.
HapusWahh ternyata Bengkulu ada juga tempat wisata yang menarik ya. Padahal dekat dengan kampung halaman saya tapi saya belum pernah pergi.
BalasHapusKapan-kapan silakan ke sana, menjumpai banyak tempat menarik yang bisa diceritakan ke orang-orang :)
HapusSalah satu provinsi yang belum pernah saya jelajahi, Bengkulu. Membaca postingan ini, jadi ingin menjejakkan kaki di Bengkulu. Semoga suatu saat bisa mengunjungi Bengkulu, setidaknya dari postingan ini sudah ada wishlist lokasi yang bisa jadi destinasi pilihan. Thanks sudah berbagi
BalasHapuskalau membaca sejarah bung karno ini selalu menarik dan kepo untuk cari tau. berkunjung ke rumah pengasingannya, imajinasi langsung terbawa ke memori masa lalu
BalasHapusDuh kapan ya main ke Bengkulu, pas ada trip blogger ngga daftar ey, semoga nanti bisa piknik lagi, aamiin. Wisatanya komplet yw mbak, sejarah, budaya, alam..takjub terawat banget situsnya dan langitnya biruuu
BalasHapusCus langsung catat. Tempat-tempat di atas itu cukuplah Rien untuk dua harian keliling ye. Mungkin bisa ditambah pilihan tempat kulinernyo. Aku pengen nyari jajanan khas Bengkulu yang beda dengan kota-kota lain di Sumatera
BalasHapus