Snorkeling di Gili Ketapang, Probolinggo. Momen pertama kali anak cewek nyebur di laut untuk snorkeling. Usai snorkeling telinganya radang selama seminggu sampai harus dapat perawatan dokter spesialis THT. Keseruan berwisata di tengah road trip ini jadi istimewa karena berbarengan dengan hari ultah. Sudah 9 bulan berlalu, dan baru sekarang ditulis di blog. Buat saya nggak basi, karena kebahagiaan dalam kenangan tak luntur dimakan waktu, meski 1000 tahun lamanya.
Snorkeling Gili Ketapang Probolinggo |
Paket Snorkeling Gili Ketapang
Rencana untuk main air di laut sudah ada sebelum berangkat road trip. Hanya tempatnya saja yang belum pasti. Saya menghubungi Rifqy, rekan travel blogger yang berdomisili di Jatim. Dari Rifqy dapat info wisata Gili Ketapang. Katanya, di sana selain main air di pantai, juga seru buat snorkeling. Spot-nya aman, cocok buat anak-anak maupun dewasa.
Selanjutnya, oleh Rifqy saya dihubungkan ke Mas Sandro, dan dari Mas Sandro inilah saya dapat info mengenai paket snorkeling di Gili Ketapang.
Paket Snorkeling Gili Ketapang Rp 90.000 / orang
Harga tersebut sudah termasuk:
Harga tersebut sudah termasuk:
- Perahu + crew
- Makan siang prasmanan
- Peralatan snorkeling (pelampung, fin, snorkel)
- Guide profesional
- Dokumentasi underwater
- Asuransi
Suami dan adik-adik setuju, dan akhirnya kami putuskan untuk memasukkan snorkeling di Gili Ketapang ke dalam itinerary. Hanya saja, soal waktunya yang belum pasti sebab yang namanya road trip, kami tidak bisa memastikan kapan tiba di mana. Jadi, kepada Mas Sandro saya hanya bilang akan mengabari H-1. Syukurlah Mas Sandro paham dan gak masalah soal itu.
Baca juga: Liburan di Bangka, Negeri Pencinta Seaafod
Sekilas Tentang Road Trip Jawa
Libur lebaran 2019 tahun lalu saya sekeluarga mengikuti perjalanan mudik adik ipar ke Jember. Adik ipar saya perempuan (adiknya suami saya), suaminya asal Jember. Tiap tahun mereka rutin mudik karena masih ada orang tua dan banyak saudaranya tinggal di sana.
Meski disebut mudik ke Jember, sesungguhnya perjalanan kami punya banyak tujuan. Jadi, tidak hanya di Jatim, tetapi juga ke Jateng, di sana ada tante (adik ibu mertua) yang akan kami kunjungi, tepatnya di Kota Pati. Selain itu, ada agenda ke Surabaya juga untuk urusan pendidikan, terkait keponakan yang akan lanjut kuliah di Unair.
Mumpung libur lama, agenda silaturahmi sekalian diisi dengan berwisata. Sejumlah tempat sudah kami masukkan dalam itinerary. Mulai dari kegiatan kulineran, menginap, hingga berwisata di tempat-tempat yang jadi favoritnya anak-anak.
Road trip dimulai sejak tgl 7 Juni s/d 14 Juni 2019. Mulai dari Jawa Barat, Jawa tengah, hingga Jawa Timur. Kami membawa 2 kendaraan dengan jumlah rombongan sebanyak 11 orang terdiri dari 3 anak-anak, 3 remaja, dan 5 dewasa. Sejak dari Depok kami berkendara di jalan tol, namun keluar di Purwakarta akibat ada penutupan jalan tol yang cukup panjang. Kami melintasi Brebes lewat jalan biasa, lalu lanjut tol lagi saat di KM 379 dan seterusnya tetap lewat tol hingga memasuki Jawa Timur.
Tentu saja kami sangat sering singgah, kebanyakan di rest area untuk makan & minum, salat, membeli bekal perjalanan, juga urusan ke toilet. Perjalanan kami santai karena memang tidak ada yang harus dikejar. Jadi, kami menikmati perjalanan dengan kulineran di Sate Maranggi Purwakarta, Soto Boyolali di Boyolali, dan tempat-tempat lainnya.
Hari Minggu tgl. 9 Juni kami sampai di Jember, di rumah adik ipar. Nah, di sini kami tinggal selama 2 hari. Selama di Jember, kegiatan kami berkunjung ke rumah saudara, berwisata ke Selo Bonang, dan berziarah ke makam orang tua (mertua) adik ipar.
Tepat tgl. 11 Juni, kami meninggalkan Jember dan memulai perjalanan ke Probolinggo untuk snorkeling di Gili Ketapang.
Baca juga: Liburan di Lembang Bandung, Menginap di Sandalwood Hotel
Ultah ke-41!
Kepastian jadwal untuk snorkeling saya informasikan ke Mas Sandro di tgl. 10 Juni. Karena sudah pasti, selanjutnya kami di-handle oleh Mas Rohman yang stand by di lokasi meeting point, yakni di Pelabuhan Baru Tanjung Tembaga.
Menurut rayuan pulau kelapa ala Mas Rohman, kami sebaiknya menyeberang ke Gili Ketapang pukul 4 pagi. Kenapa? Biar bisa lihat sunrise. Yak, maunya sih gitu. Tapi itu artinya, kami harus berangkat dari Jember jam 2 pagi!
Kami orang dewasa tak soal berangkat pagi. Bagaimana dengan anak-anak? Sejak sore mereka sudah diberitahu supaya tidur cepat. Tapi malamnya kami malah keluar, kelayapan di Kota Jember untuk makan dan belanja. Sampai rumah sudah malam. Anak-anak langsung tidur, tapi gak semua bisa langsung tidur. Saya dan adik-adik menyibukkan diri dengan packing.
Nah, ketika sedang packing inilah tahu-tahu ada kue ultah! Huaaaa!
Tanpa sepengetahuan saya, suami dan adik-adik ternyata menyiapkan kue ultah. Saya baru nyadar, rupanya pas keluar makan dan belanja-belanja di malam hari itu pada beli kue.
Jadilah, di jam 12 malam dapat kejutan kue. Pakai tiup lilin segala astaga haha. Ya, saya memang nggak punya kebiasaan mengadakan kue dan lilin saat ultah. Ke anak-anak juga nggak, kalaupun beli, ya beli kue aja, bukan wajib. Bukan anti sih ya, memang nggak mau aja. Tapi kalau dikasih begini ya merasa senang. Senang karena suami dan adik-adik menyiapkannya, dan memberikannya sebagai kejutan di tengah malam saat sibuk packing 😁
Abis packing dan tiup lilin langsung berangkat? Enggak! Malah tidur haha. Gagal berangkat jam 2. Saya sih berharapnya jam 4 berangkat, jadi bisa ikut penyeberangan jam 6 pagi. Biar masih adem jika mau renang dan snorkeling.
Menuju Probolinggo
Rencana berangkat ke Probolinggo jam 2 pagi, berubah jadi jam 4 pagi, tapi ternyata belum siap juga. Anak-anak masih ngantuk. Sarapan pun belum. Oke jam 6 saja, tapi gagal lagi. Jam segitu anak-anak masih antri mandi. Akhirnya jam 8 pagi baru benar-benar cussss meninggalkan Jember! haha.
Ya begitulah kalau trip sama anak. Jadwal yang harus mengikuti mereka. Bukan mereka yang harus ikut jadwal. Berhubung ini trip pribadi, ya tidak masalah. Kecuali ikut trip orang, sudah pasti bakal ditinggal-tinggal karena mengacaukan itinerary.
Seperti di awal saya bilang, trip ini santai. Memang ada target, tapi soal waktu kami fleksibel. Santai dan sesampainya saja. Kondisi anak-enak memang harus baik. Karena durasi trip lama dan jauh. Mereka harus cukup makan dan tidur supaya selalu sehat selama perjalanan. Kalau dipaksa-paksa nanti ganggu mood, akibatnya jalan-jalan jadi nggak happy.
Kami meninggalkan rumah setelah mandi. Semua berangkat dalam keadaan segar. Suami dan adik ipar juga dalam kondisi fit setelah cukup tidur. Dan, akhirnya kami berpamitan dengan keluarga adik ipar. Alhamdulillah senang 2 malam bermalam di rumahnya yang besar itu.
Perjalanan diawali dengan mencari sarapan. Demi menghemat waktu, makanan yang dibeli hanya dibungkus, kami makan di dalam mobil. Kami mengejar waktu, jam 10 harus sudah sampai di pelabuhan.
Sesuai informasi dari Mas Rohman, jam 10 adalah jadwal terakhir penyeberangan. Sebab, jatah waktu untuk beraktivitas hanya 2 jam. Dan di atas jam 1 semua wisatawan harus sudah kembali ke pelabuhan. Jika lewat dari waktu tersebut, dikhawatirkan kurang aman. Sore sering hujan dan berangin kencang, laut pun bergelombang. Karena itu kami ngebut ke pelabuhan.
Sementara itu, matahari kian meninggi. Akan kah kami kuat bermain air di tengah cuaca yang terasa panas menyengat?
Naik Perahu Kayu Tanpa Jaket Pelampung!
Lokasi meeting point ada di pelabuhan baru yang berlokasi di Jalan Pattimura Gang 10, Kavling KTI, Tanjung Tembaga Barat, Mayangan, Kec. Mayangan, Probolinggo.
Kami sempat bingung sesampainya di sana. Mas Rohman bilang ada tempat parkiran yang sudah ramai oleh mobil. Kami harus parkir di sana. Tapi, tempat parkir yang kami temui sepi. Tak satu pun ada kendaraan. Ternyata salah paham, tempat parkir yang dimaksud masih 100 meter lagi. Nah, di sana ada lapangan kosong. Ada pondok-pondok jajan. Di balik pondok itulah ada dermaga yang dipenuhi oleh perahu-perahu yang akan mengangkut wisatawan ke Gili Ketapang.
Kami tidak langsung diajak berangkat karena masih harus menunggu wisatawan lain yang satu kapal dengan kami. Paket snorkeling yang kami beli memang tidak dengan kapal private. Jika mau private, kami mesti tambah Rp 500.000.
Saya kaget lihat perahunya. Tempat duduknya rata, tanpa dinding/pagar pengaman. Jadi, kalau duduk terlalu pinggir bisa saja jatuh tanpa sengaja. Apalagi kalau kapal bergoyang dan miring-miring, saya yakin itu berbahaya. Atap perahu pun tampak seadanya, berupa terpal.
Tak cuma itu, tak satupun ada jaket pelampung yang dibagikan kepada kami. Padahal, sesuai aturan keselamatan dalam penyeberangan sudah jelas setiap orang yang naik perahu harus dibekali pelampung. Ini kok malah tidak ada sama sekali.
Saya khawatir sekali saat itu. Meski guide bilang aman, jarak menyeberang dekat, gak ada gelombang kalau pagi, dan kapal nggak pernah oleng, tetap saja bagi saya ini tidak benar.
Mau jarak dekat dan cuaca bagus, jaket pelampung itu wajib!
Snorkeling Gili Ketapang
Lama penyeberangan ke Gili Ketapang kurang lebih 40 menit. Hampir jam 11 saat itu. Sinar matahari sedang bersinar sangat tajam. Udara terasa sangat panas. Sewaktu masih di perahu, angin laut yang bertiup membuat rasa panas cukup tersamarkan. Namun, setelah turun dan mulai menjejak pantai baru terasa, kulit bagaikan ditusuk-tusuk jarum. Kami berlarian menuju rest area yang sudah ditentukan.
Kami diberi waktu untuk istirahat sebentar sebelum mulai snorkeling, ganti baju dan menyimpan barang-barang. Anak-anak tampak sudah tak sabar untuk main air. Snorkeling di sini jadi yang pertama untuk Aisyah. Dulu saya bercita-cita mengajaknya snorkeling pertama di Belitung, eh belum terwujud malah sudah duluan di Gili Ketapang.
Waktu kami 2 jam untuk snorkeling, makan, istirahat dan berganti baju kering. Jadi, waktu untuk snorkeling-nya sendiri hanya 1 jam. Sesuai info pertama dari Mas Sandro, ada 2 spot snorkeling yang akan kami tuju. Spot pertama masih di perairan sekitar pantai tempat rest area. Spot ke-2 agak jauh, di sisi lain pulau.
Sebelum berangkat, kami dibekali jaket pelampung, snorkel, dan fin. Nah, syukurlah ada pelampung. Awas saja kalau seperti sebelumnya, masa menyeberang laut tanpa perlengkapan keselamatan. Perlu ditegur tuh pengelola angkutan wisata dan para tour operator-nya.
Snorkeling Ringan
Snorkeling di Gili Ketapang ini cocok untuk pemula, juga untuk anak-anak. Lautnya cukup tenang, dangkal, namun airnya tidak sejernih yang saya bayangkan. Terumbu karangnya juga biasa saja, tapi sudah cukup jika sekadar untuk menghibur anak-anak.
Saya sendiri sengaja tidak ikut snorkeling. Lebih memilih duduk di perahu karena ingin memotret anak-anak berenang. Saya ingin punya dokumentasi saat mereka liburan bersama di laut. Kalau semua turun, tidak ada yang motret. Guide sibuk menjaga anak-anak, adik juga sibuk berenang sambil mengawasi anak-anak.
Di spot pertama guide sepertinya fokus pada pengambilan gambar di tugu Gili Ketapang yang berada di dasar laut. Nah, satu persatu anak-anak dibawa menyelam. Diajari satu persatu sampai bisa dan dapat gambar berenang dalam air.
Berhubung untuk anak, ya tak apa lah. Kalau saya sendiri, ya buat apa foto bareng tugu. Tujuan snorkeling kan buat liat ikan dan terumbu karang. Saya malah berpandangan lain soal membuat tugu dalam air. Bukankah pengerjaannya dengan merusak terumbu karang? Ya walaupun cuma sedikit saja, tetap saja ada yang dikorbankan, bukan? Tugu atau apa pun itu untuk menunjukkan keberadaan Gili Ketapang, masih bisa kok dibuat di tempat lain, di darat pastinya, yang nggak merusak.
Bicara soal ikan, ternyata lumayan nih di dekat tugu Gili Ketapang itu banyak ikan lewat. Buktinya pas Alief berfoto, rombongan ikan seliweran di hadapannya.
Aisyah sukses belajar menyelam dengan menahan nafas (tanpa snorkel)! Keren deh 😍
Asyiknya Berenang, Telinga Sampai Radang
Saya tanya guide soal spot ke-2. Ternyata nggak jadi ke sana. Katanya angin sedang kencang, gelombang mulai tinggi, jadi batal. Saya awalnya kecewa mendengar itu, tapi mungkin ada benarnya. Waktu memang sudah siang, dan bila diteruskan bakal makan waktu lebih lama.
Batal ke spot ke-2, anak-anak lanjut berenang di spot 1. Namanya anak-anak, main air nggak ada bosannya. Meski di cuaca terik pun asyik saja. Saya nya nih yang nggak betah. Berasa kepanggang, padahal di bawah atap perahu hehe.
Untunglah anak-anak tidak hendak bertahan lama, mereka balik ke perahu, dan akhirnya kami kembali ke daratan.
Ada cerita nih soal berenang. Setelah snorkeling di Gili Ketapang, kami lanjut berwisata ke Malang, menginap di Hotel Ubud Malang. Nah di sana anak-anak berenang lagi. Main airnya lama. Mungkin karena berturut-turut main air, akhirnya jadi pilek. Apalagi cuaca berubah. Abis panas-panasan di Probolinggo, lalu dingin-dinginan di Malang.
Pileknya Aisyah tidak seberapa tapi sakit di telinganya yang bikin kasihan, dia sampai susah mendengar dan merasa nyeri sambil pegang-pegang telinga. Setelah diperiksa ke dokter spesialis THT ternyata telinganya mengalami radang.
Saya jadi sadar, sakit telinga Aisyah selama ini selalu muncul setelah berenang. Untuk kondisi seperti ini, bila mau berenang lagi, wajib pakai penutup telinga. Selama sakit pun, bila mandi biasa di rumah juga harus pakai penutup telinga.
Telinga anak beda-beda kondisinya. Kalau Aisyah, selain karena berenang, pilek, juga memang mudah bengkak. Kalau saya, pilek atau enggak, telinga ya tetap normal. Berenang tak ada masalah dan telinga bebas saja tanpa penutup. Nah, karena kondisi spesial inilah saya harus pertimbangkan masak-masak bila hendak ajak Aisyah snorkeling atau berenang, termasuk di laut. Boleh saja nyebur, asal sedia penutup telinga yang aman.
Makan Siang ala Gili Ketapang
Di Gili Ketapang ada perkampungan nelayan yang kini sudah menjelma menjadi Kampung Wisata. Itu sebabnya ketika pertama sampai saya dapati pulau ini ramai oleh penduduk lokal. Para nelayan pun tampak lalu-lalang di antara perahu yang berjejer memenuhi pinggir pantai.
Sejumlah warung jajan bisa dijumpai dengan mudah, begitu juga tempat makan.
Untuk wisatawan seperti kami, paket wisata sudah termasuk makan siang. Jadi kami tidak perlu repot lagi cari tempat makan karena sudah disediakan. Nah, yang namanya sudah masuk paket, tentu saja kami tidak bisa memilih lauk sesuka hati.
Makanan disajikan prasmanan, namun nasi dan lauknya diambilkan oleh seorang ibu yang selalu berjaga di depan meja prasmanan. Lauknya sederhana, hanya ikan kembung bakar yang masih panas, dilengkapi sambal pedas dan potongan timun yang sangat irit.
Ya, namanya juga paket murah meriah, makanannya pun kelas hemat. Meski begitu, kami bisa menikmatinya dengan lahap, habis tanpa sisa. Siang sih ya, lapar, apa saja yang ada disantap he he.
Yang bikin sulit duri ikan buat si anak, mesti dilepas dulu satu persatu. Sambal yang ada jelas mubazir, karena tak bisa dimakan. Kalau orang dewasa ya jangan ditanya, ludes.
Menikmati Suasana Gili di Siang Hari
Matahari teramat terik. Mau ngapa-ngapain di pantai rasanya malas. Itu sih saya ya. Kalau anak-anak mah tetap saja berlarian di pantai. Main pasir. Main kejar-kejaran. Main air. Abis itu baru mandi dan ganti baju kering.
Kamar mandi tidak terlalu banyak, tapi airnya banyak dan mengalir lancar. Sabun dan samphoo tidak tersedia. Kalau butuh mesti beli. Di depan kamar mandi ada mbak-mbak yang jual, bisa beli sama dia. Kami bawa perlengkapan mandi sendiri, jadi tidak perlu keluar uang lagi buat belanja.
Di sini juga tersedia kelapa muda. Jika haus bisa beli dengan harga normal, hanya Rp 12.000 / buah. Saya kurang informasi apakah buah kelapa itu hasil tanam di pulau, atau bawa dari seberang. Rasanya, selama di pulau saya tidak lihat ada pohon kelapa. Entahlah.
Sebelum balik ke seberang, sebetulnya saya pingin sih jalan gitu, hunting spot foto, tapi nggak tahan dengan udara panasnya. Benar-benar menyengat. Akhirnya cuma leyeh-leyeh saja di pondok, berteduh sambil nonton anak-anak bermain.
Anak-anak mah super cuek, mau panas kayak apa juga gak peduli. Saya dong, takut gosong dan belang meski sudah pakai sun screen.
Trip Gili Ketapang Selesai
Aktivitas snorkeling di Gili Ketapang akhirnya selesai. Pukul 3 sore kami naik perahu lagi, pergi meninggalkan pulau. Kalau dihitung, kurang lebih 3 jam berada di pulau. Lebih dari waktu yang ditentukan. Kondisi seperti ini biasa terjadi sih ya. Nggak pernah bisa benar-benar tepat waktu.
Sebelum meninggalkan kapal, mas guide menyerahkan foto underwater. Semua foto dikirim secara digital lewat aplikasi share it. Alhamdulillah jadi punya kenangan saat anak-anak berenang di laut.
Saya memang nggak banyak beraktivitas selama di Gili Ketapang tapi saya merasakan keseruan yang dirasakan anak-anak. Mereka gembira, saya sudah pasti jadi gembira. Terlebih, ini adalah peringatan hari lahir saya. Rasanya bahagia bisa merasakan ultah bersama seluruh keluarga tercinta.
Sore itu kami menuju Surabaya, dan malamnya langsung ke Malang. Sampai di Malang, saya mendapat kejutan lagi dari pihak hotel Ubud Malam, sambutan ultah! Ceritanya dapat dibaca pada link berikut: Liburan Keluarga di Ubud Cottage Malang
Snorkeling Adventure "ASA Group"
Gili Ketapang Probolinggo Jawa Timur
Baca juga: Liburan di Bangka, Negeri Pencinta Seaafod
Gili Ketapang Probolinggo |
Sekilas Tentang Road Trip Jawa
Libur lebaran 2019 tahun lalu saya sekeluarga mengikuti perjalanan mudik adik ipar ke Jember. Adik ipar saya perempuan (adiknya suami saya), suaminya asal Jember. Tiap tahun mereka rutin mudik karena masih ada orang tua dan banyak saudaranya tinggal di sana.
Meski disebut mudik ke Jember, sesungguhnya perjalanan kami punya banyak tujuan. Jadi, tidak hanya di Jatim, tetapi juga ke Jateng, di sana ada tante (adik ibu mertua) yang akan kami kunjungi, tepatnya di Kota Pati. Selain itu, ada agenda ke Surabaya juga untuk urusan pendidikan, terkait keponakan yang akan lanjut kuliah di Unair.
Mumpung libur lama, agenda silaturahmi sekalian diisi dengan berwisata. Sejumlah tempat sudah kami masukkan dalam itinerary. Mulai dari kegiatan kulineran, menginap, hingga berwisata di tempat-tempat yang jadi favoritnya anak-anak.
Road trip dimulai sejak tgl 7 Juni s/d 14 Juni 2019. Mulai dari Jawa Barat, Jawa tengah, hingga Jawa Timur. Kami membawa 2 kendaraan dengan jumlah rombongan sebanyak 11 orang terdiri dari 3 anak-anak, 3 remaja, dan 5 dewasa. Sejak dari Depok kami berkendara di jalan tol, namun keluar di Purwakarta akibat ada penutupan jalan tol yang cukup panjang. Kami melintasi Brebes lewat jalan biasa, lalu lanjut tol lagi saat di KM 379 dan seterusnya tetap lewat tol hingga memasuki Jawa Timur.
Tentu saja kami sangat sering singgah, kebanyakan di rest area untuk makan & minum, salat, membeli bekal perjalanan, juga urusan ke toilet. Perjalanan kami santai karena memang tidak ada yang harus dikejar. Jadi, kami menikmati perjalanan dengan kulineran di Sate Maranggi Purwakarta, Soto Boyolali di Boyolali, dan tempat-tempat lainnya.
Hari Minggu tgl. 9 Juni kami sampai di Jember, di rumah adik ipar. Nah, di sini kami tinggal selama 2 hari. Selama di Jember, kegiatan kami berkunjung ke rumah saudara, berwisata ke Selo Bonang, dan berziarah ke makam orang tua (mertua) adik ipar.
Tepat tgl. 11 Juni, kami meninggalkan Jember dan memulai perjalanan ke Probolinggo untuk snorkeling di Gili Ketapang.
Baca juga: Liburan di Lembang Bandung, Menginap di Sandalwood Hotel
Senangnya jalan sama adik-adikku ini |
Ultah ke-41!
Kepastian jadwal untuk snorkeling saya informasikan ke Mas Sandro di tgl. 10 Juni. Karena sudah pasti, selanjutnya kami di-handle oleh Mas Rohman yang stand by di lokasi meeting point, yakni di Pelabuhan Baru Tanjung Tembaga.
Menurut rayuan pulau kelapa ala Mas Rohman, kami sebaiknya menyeberang ke Gili Ketapang pukul 4 pagi. Kenapa? Biar bisa lihat sunrise. Yak, maunya sih gitu. Tapi itu artinya, kami harus berangkat dari Jember jam 2 pagi!
Kami orang dewasa tak soal berangkat pagi. Bagaimana dengan anak-anak? Sejak sore mereka sudah diberitahu supaya tidur cepat. Tapi malamnya kami malah keluar, kelayapan di Kota Jember untuk makan dan belanja. Sampai rumah sudah malam. Anak-anak langsung tidur, tapi gak semua bisa langsung tidur. Saya dan adik-adik menyibukkan diri dengan packing.
Nah, ketika sedang packing inilah tahu-tahu ada kue ultah! Huaaaa!
Tanpa sepengetahuan saya, suami dan adik-adik ternyata menyiapkan kue ultah. Saya baru nyadar, rupanya pas keluar makan dan belanja-belanja di malam hari itu pada beli kue.
Jadilah, di jam 12 malam dapat kejutan kue. Pakai tiup lilin segala astaga haha. Ya, saya memang nggak punya kebiasaan mengadakan kue dan lilin saat ultah. Ke anak-anak juga nggak, kalaupun beli, ya beli kue aja, bukan wajib. Bukan anti sih ya, memang nggak mau aja. Tapi kalau dikasih begini ya merasa senang. Senang karena suami dan adik-adik menyiapkannya, dan memberikannya sebagai kejutan di tengah malam saat sibuk packing 😁
Abis packing dan tiup lilin langsung berangkat? Enggak! Malah tidur haha. Gagal berangkat jam 2. Saya sih berharapnya jam 4 berangkat, jadi bisa ikut penyeberangan jam 6 pagi. Biar masih adem jika mau renang dan snorkeling.
Kue ultah dari suami dan adik-adik (Jember, 11 Juni 2019) |
41 y.o. Semoga Allah memanjangkan umurku, memberiku kesehatan yang baik, serta hidup yang berkah. Aamiin YRA. |
Menuju Probolinggo
Rencana berangkat ke Probolinggo jam 2 pagi, berubah jadi jam 4 pagi, tapi ternyata belum siap juga. Anak-anak masih ngantuk. Sarapan pun belum. Oke jam 6 saja, tapi gagal lagi. Jam segitu anak-anak masih antri mandi. Akhirnya jam 8 pagi baru benar-benar cussss meninggalkan Jember! haha.
Ya begitulah kalau trip sama anak. Jadwal yang harus mengikuti mereka. Bukan mereka yang harus ikut jadwal. Berhubung ini trip pribadi, ya tidak masalah. Kecuali ikut trip orang, sudah pasti bakal ditinggal-tinggal karena mengacaukan itinerary.
Seperti di awal saya bilang, trip ini santai. Memang ada target, tapi soal waktu kami fleksibel. Santai dan sesampainya saja. Kondisi anak-enak memang harus baik. Karena durasi trip lama dan jauh. Mereka harus cukup makan dan tidur supaya selalu sehat selama perjalanan. Kalau dipaksa-paksa nanti ganggu mood, akibatnya jalan-jalan jadi nggak happy.
Sarapan nasi rames ala Jember, dimakan di mobil demi kejar waktu ke Gili Ketapang |
Kami meninggalkan rumah setelah mandi. Semua berangkat dalam keadaan segar. Suami dan adik ipar juga dalam kondisi fit setelah cukup tidur. Dan, akhirnya kami berpamitan dengan keluarga adik ipar. Alhamdulillah senang 2 malam bermalam di rumahnya yang besar itu.
Perjalanan diawali dengan mencari sarapan. Demi menghemat waktu, makanan yang dibeli hanya dibungkus, kami makan di dalam mobil. Kami mengejar waktu, jam 10 harus sudah sampai di pelabuhan.
Sesuai informasi dari Mas Rohman, jam 10 adalah jadwal terakhir penyeberangan. Sebab, jatah waktu untuk beraktivitas hanya 2 jam. Dan di atas jam 1 semua wisatawan harus sudah kembali ke pelabuhan. Jika lewat dari waktu tersebut, dikhawatirkan kurang aman. Sore sering hujan dan berangin kencang, laut pun bergelombang. Karena itu kami ngebut ke pelabuhan.
Sementara itu, matahari kian meninggi. Akan kah kami kuat bermain air di tengah cuaca yang terasa panas menyengat?
Lokasi meeting point sebelum menyeberang ke Gili Ketapang |
Gili Ketapang |
Titik kumpul di Pelabuhan Baru di Tanjung Tembaga Barat |
Naik Perahu Kayu Tanpa Jaket Pelampung!
Lokasi meeting point ada di pelabuhan baru yang berlokasi di Jalan Pattimura Gang 10, Kavling KTI, Tanjung Tembaga Barat, Mayangan, Kec. Mayangan, Probolinggo.
Kami sempat bingung sesampainya di sana. Mas Rohman bilang ada tempat parkiran yang sudah ramai oleh mobil. Kami harus parkir di sana. Tapi, tempat parkir yang kami temui sepi. Tak satu pun ada kendaraan. Ternyata salah paham, tempat parkir yang dimaksud masih 100 meter lagi. Nah, di sana ada lapangan kosong. Ada pondok-pondok jajan. Di balik pondok itulah ada dermaga yang dipenuhi oleh perahu-perahu yang akan mengangkut wisatawan ke Gili Ketapang.
Kami tidak langsung diajak berangkat karena masih harus menunggu wisatawan lain yang satu kapal dengan kami. Paket snorkeling yang kami beli memang tidak dengan kapal private. Jika mau private, kami mesti tambah Rp 500.000.
Ini perahu kami, beratap seadanya |
Saya kaget lihat perahunya. Tempat duduknya rata, tanpa dinding/pagar pengaman. Jadi, kalau duduk terlalu pinggir bisa saja jatuh tanpa sengaja. Apalagi kalau kapal bergoyang dan miring-miring, saya yakin itu berbahaya. Atap perahu pun tampak seadanya, berupa terpal.
Tak cuma itu, tak satupun ada jaket pelampung yang dibagikan kepada kami. Padahal, sesuai aturan keselamatan dalam penyeberangan sudah jelas setiap orang yang naik perahu harus dibekali pelampung. Ini kok malah tidak ada sama sekali.
Saya khawatir sekali saat itu. Meski guide bilang aman, jarak menyeberang dekat, gak ada gelombang kalau pagi, dan kapal nggak pernah oleng, tetap saja bagi saya ini tidak benar.
Mau jarak dekat dan cuaca bagus, jaket pelampung itu wajib!
Kepanasan di atas perahu |
Tanpa jaket pelampung, dan perahu tanpa dinding pengaman. Sangat tidak aman! |
Snorkeling Gili Ketapang
Lama penyeberangan ke Gili Ketapang kurang lebih 40 menit. Hampir jam 11 saat itu. Sinar matahari sedang bersinar sangat tajam. Udara terasa sangat panas. Sewaktu masih di perahu, angin laut yang bertiup membuat rasa panas cukup tersamarkan. Namun, setelah turun dan mulai menjejak pantai baru terasa, kulit bagaikan ditusuk-tusuk jarum. Kami berlarian menuju rest area yang sudah ditentukan.
Kami diberi waktu untuk istirahat sebentar sebelum mulai snorkeling, ganti baju dan menyimpan barang-barang. Anak-anak tampak sudah tak sabar untuk main air. Snorkeling di sini jadi yang pertama untuk Aisyah. Dulu saya bercita-cita mengajaknya snorkeling pertama di Belitung, eh belum terwujud malah sudah duluan di Gili Ketapang.
Waktu kami 2 jam untuk snorkeling, makan, istirahat dan berganti baju kering. Jadi, waktu untuk snorkeling-nya sendiri hanya 1 jam. Sesuai info pertama dari Mas Sandro, ada 2 spot snorkeling yang akan kami tuju. Spot pertama masih di perairan sekitar pantai tempat rest area. Spot ke-2 agak jauh, di sisi lain pulau.
Sebelum berangkat, kami dibekali jaket pelampung, snorkel, dan fin. Nah, syukurlah ada pelampung. Awas saja kalau seperti sebelumnya, masa menyeberang laut tanpa perlengkapan keselamatan. Perlu ditegur tuh pengelola angkutan wisata dan para tour operator-nya.
Pilah pilih jaket pelampung dan snorkel |
Perahu snorkeling |
Snorkeling Ringan
Snorkeling di Gili Ketapang ini cocok untuk pemula, juga untuk anak-anak. Lautnya cukup tenang, dangkal, namun airnya tidak sejernih yang saya bayangkan. Terumbu karangnya juga biasa saja, tapi sudah cukup jika sekadar untuk menghibur anak-anak.
Saya sendiri sengaja tidak ikut snorkeling. Lebih memilih duduk di perahu karena ingin memotret anak-anak berenang. Saya ingin punya dokumentasi saat mereka liburan bersama di laut. Kalau semua turun, tidak ada yang motret. Guide sibuk menjaga anak-anak, adik juga sibuk berenang sambil mengawasi anak-anak.
Di spot pertama guide sepertinya fokus pada pengambilan gambar di tugu Gili Ketapang yang berada di dasar laut. Nah, satu persatu anak-anak dibawa menyelam. Diajari satu persatu sampai bisa dan dapat gambar berenang dalam air.
Berhubung untuk anak, ya tak apa lah. Kalau saya sendiri, ya buat apa foto bareng tugu. Tujuan snorkeling kan buat liat ikan dan terumbu karang. Saya malah berpandangan lain soal membuat tugu dalam air. Bukankah pengerjaannya dengan merusak terumbu karang? Ya walaupun cuma sedikit saja, tetap saja ada yang dikorbankan, bukan? Tugu atau apa pun itu untuk menunjukkan keberadaan Gili Ketapang, masih bisa kok dibuat di tempat lain, di darat pastinya, yang nggak merusak.
Bicara soal ikan, ternyata lumayan nih di dekat tugu Gili Ketapang itu banyak ikan lewat. Buktinya pas Alief berfoto, rombongan ikan seliweran di hadapannya.
Aisyah sukses belajar menyelam dengan menahan nafas (tanpa snorkel)! Keren deh 😍
Ai sukses fun dive |
Banyak juga ikan yang seliweran dekat Alief |
Asyiknya Berenang, Telinga Sampai Radang
Saya tanya guide soal spot ke-2. Ternyata nggak jadi ke sana. Katanya angin sedang kencang, gelombang mulai tinggi, jadi batal. Saya awalnya kecewa mendengar itu, tapi mungkin ada benarnya. Waktu memang sudah siang, dan bila diteruskan bakal makan waktu lebih lama.
Batal ke spot ke-2, anak-anak lanjut berenang di spot 1. Namanya anak-anak, main air nggak ada bosannya. Meski di cuaca terik pun asyik saja. Saya nya nih yang nggak betah. Berasa kepanggang, padahal di bawah atap perahu hehe.
Untunglah anak-anak tidak hendak bertahan lama, mereka balik ke perahu, dan akhirnya kami kembali ke daratan.
Ada cerita nih soal berenang. Setelah snorkeling di Gili Ketapang, kami lanjut berwisata ke Malang, menginap di Hotel Ubud Malang. Nah di sana anak-anak berenang lagi. Main airnya lama. Mungkin karena berturut-turut main air, akhirnya jadi pilek. Apalagi cuaca berubah. Abis panas-panasan di Probolinggo, lalu dingin-dinginan di Malang.
Pileknya Aisyah tidak seberapa tapi sakit di telinganya yang bikin kasihan, dia sampai susah mendengar dan merasa nyeri sambil pegang-pegang telinga. Setelah diperiksa ke dokter spesialis THT ternyata telinganya mengalami radang.
Saya jadi sadar, sakit telinga Aisyah selama ini selalu muncul setelah berenang. Untuk kondisi seperti ini, bila mau berenang lagi, wajib pakai penutup telinga. Selama sakit pun, bila mandi biasa di rumah juga harus pakai penutup telinga.
Telinga anak beda-beda kondisinya. Kalau Aisyah, selain karena berenang, pilek, juga memang mudah bengkak. Kalau saya, pilek atau enggak, telinga ya tetap normal. Berenang tak ada masalah dan telinga bebas saja tanpa penutup. Nah, karena kondisi spesial inilah saya harus pertimbangkan masak-masak bila hendak ajak Aisyah snorkeling atau berenang, termasuk di laut. Boleh saja nyebur, asal sedia penutup telinga yang aman.
Abang dan adiknya, sama-sama snorkeling untuk pertama kali |
Makan Siang ala Gili Ketapang
Di Gili Ketapang ada perkampungan nelayan yang kini sudah menjelma menjadi Kampung Wisata. Itu sebabnya ketika pertama sampai saya dapati pulau ini ramai oleh penduduk lokal. Para nelayan pun tampak lalu-lalang di antara perahu yang berjejer memenuhi pinggir pantai.
Sejumlah warung jajan bisa dijumpai dengan mudah, begitu juga tempat makan.
Untuk wisatawan seperti kami, paket wisata sudah termasuk makan siang. Jadi kami tidak perlu repot lagi cari tempat makan karena sudah disediakan. Nah, yang namanya sudah masuk paket, tentu saja kami tidak bisa memilih lauk sesuka hati.
Makanan disajikan prasmanan, namun nasi dan lauknya diambilkan oleh seorang ibu yang selalu berjaga di depan meja prasmanan. Lauknya sederhana, hanya ikan kembung bakar yang masih panas, dilengkapi sambal pedas dan potongan timun yang sangat irit.
Ya, namanya juga paket murah meriah, makanannya pun kelas hemat. Meski begitu, kami bisa menikmatinya dengan lahap, habis tanpa sisa. Siang sih ya, lapar, apa saja yang ada disantap he he.
Yang bikin sulit duri ikan buat si anak, mesti dilepas dulu satu persatu. Sambal yang ada jelas mubazir, karena tak bisa dimakan. Kalau orang dewasa ya jangan ditanya, ludes.
Rest area tempat kami makan dan berteduh |
Menu sederhana untuk paket murah meriah |
Makan seadanya yang penting happy 😍😃 |
Menikmati Suasana Gili di Siang Hari
Matahari teramat terik. Mau ngapa-ngapain di pantai rasanya malas. Itu sih saya ya. Kalau anak-anak mah tetap saja berlarian di pantai. Main pasir. Main kejar-kejaran. Main air. Abis itu baru mandi dan ganti baju kering.
Kamar mandi tidak terlalu banyak, tapi airnya banyak dan mengalir lancar. Sabun dan samphoo tidak tersedia. Kalau butuh mesti beli. Di depan kamar mandi ada mbak-mbak yang jual, bisa beli sama dia. Kami bawa perlengkapan mandi sendiri, jadi tidak perlu keluar uang lagi buat belanja.
Di sini juga tersedia kelapa muda. Jika haus bisa beli dengan harga normal, hanya Rp 12.000 / buah. Saya kurang informasi apakah buah kelapa itu hasil tanam di pulau, atau bawa dari seberang. Rasanya, selama di pulau saya tidak lihat ada pohon kelapa. Entahlah.
Sebelum balik ke seberang, sebetulnya saya pingin sih jalan gitu, hunting spot foto, tapi nggak tahan dengan udara panasnya. Benar-benar menyengat. Akhirnya cuma leyeh-leyeh saja di pondok, berteduh sambil nonton anak-anak bermain.
Anak-anak mah super cuek, mau panas kayak apa juga gak peduli. Saya dong, takut gosong dan belang meski sudah pakai sun screen.
Trip Gili Ketapang Selesai
Aktivitas snorkeling di Gili Ketapang akhirnya selesai. Pukul 3 sore kami naik perahu lagi, pergi meninggalkan pulau. Kalau dihitung, kurang lebih 3 jam berada di pulau. Lebih dari waktu yang ditentukan. Kondisi seperti ini biasa terjadi sih ya. Nggak pernah bisa benar-benar tepat waktu.
Sebelum meninggalkan kapal, mas guide menyerahkan foto underwater. Semua foto dikirim secara digital lewat aplikasi share it. Alhamdulillah jadi punya kenangan saat anak-anak berenang di laut.
Saya memang nggak banyak beraktivitas selama di Gili Ketapang tapi saya merasakan keseruan yang dirasakan anak-anak. Mereka gembira, saya sudah pasti jadi gembira. Terlebih, ini adalah peringatan hari lahir saya. Rasanya bahagia bisa merasakan ultah bersama seluruh keluarga tercinta.
Sore itu kami menuju Surabaya, dan malamnya langsung ke Malang. Sampai di Malang, saya mendapat kejutan lagi dari pihak hotel Ubud Malam, sambutan ultah! Ceritanya dapat dibaca pada link berikut: Liburan Keluarga di Ubud Cottage Malang
Snorkeling Adventure "ASA Group"
Gili Ketapang Probolinggo Jawa Timur
HP: 085211211347
Sandro Yuan +62 823-3104-3995
Tim di Gili Ketapang Rohman +62 823-3152-7884
Tim di Gili Ketapang Rohman +62 823-3152-7884
Kapasitas perahu 25-30 orang.
Waktu snorkeling 2 jam, 2 spot.
1 kapal 3-4 guide snorkeling
Meeting point di Pelabuhan Basecamp:
Jln Pattimura Gang 10, KAVLING KTI,
Jln Pattimura Gang 10, KAVLING KTI,
Tanjung Tembaga Barat, Mayangan, Kec. Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur 67218
Snorkeling dewasa Rp 90.000
Snorkeling anak-anak <12 tahun Rp 60.000
Snorkeling anak-anak <12 tahun Rp 60.000
Salam kenal dari Blogger Makassar. :) Wah seru juga ya main snorkeling di Gili Ketapang. Tahun lalu aku sempet ke Gili Trawangan, jadi pas baca ini jadi keinget kenangan waktu di Gili Trawangan. Next bisa nih Gili Ketapang jadi destinasi wisataku berikutnya. :)
BalasHapusSalam, nampaknya memang perlu sedikit falsafa (istilah kedokteran) atau kami di penyelam menyebutnya dengan istilah equalize (penyesuaian) biar telinga tidak sakit. Semoga si adek baik-baik saja. Amin.
BalasHapusAku bolak-balik lewat Probolinggo, malah gak pernah main ke Gili Ketapang hahahha
BalasHapus