Keberadaan Tarsius di Belitung membuktikan betapa kaya biodiversitas yang dimiliki Indonesia. Ketidaktahuan saya sebelum ini tentang adanya primata terkecil di dunia bermata besar nan lucu, menandakan betapa terbatasnya pengetahuan saya akan keunikan planet yang saya tempati. Padahal, hewan purba endemik Indonesia ini sudah ditemukan sejak 1993 di Sulawesi, diteliti selama 25 tahun oleh ilmuwan Amerika, telah ditulis dalam banyak artikel, dan dinyatakan sebagai satwa langka yang harus dilindungi.
Tarsius Primata Terkecil di Dunia |
Video Tarsius Lomba Vlog Belitung
Pertama kali saya melihat Tarsius lewat video peserta lomba Vlog Pesona Pelangi Belitung yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Belitung dalam rangka menyemarakkan Festival Tanjung Kelayang 2 tahun 2019 yang digelar tgl. 15-19 November 2019. Dalam lomba tersebut, saya bertugas sebagai juri.
Sebagai juri, saya menerima banyak video untuk ditonton dan dinilai, kurang lebih ada 70 an video yang menampilkan berbagai objek wisata yang ada di Belitung, salah satunya video Tarsius milik Budi Setiawan yang bisa Anda tonton di sini --> Melihat Tarsius di Habitat Aslinya (klik).
Saya merasa surprise dengan video Tarsius tersebut. Ternyata, ada hewan yang tak pernah saya tahu dan lihat, ada dan hidup di Belitung, dan dijadikan objek wisata. Wujudnya yang menurut saya agak aneh membuat saya diselimuti rasa penasaran. Begitu juga Mirwan, Travel Vlogger asal Pekanbaru yang menjadi rekan saya menjadi juri lomba, diliputi rasa ingin tahu yang besar terhadap Tarsius.
"Jadi penasaran, ya, Mbak Kate. Lihat yuk, mumpung kita sedang di Belitung," ajak Mirwan.
Baca juga: Festival Tanjung Kelayang 2019 Belitung
"Jadi penasaran, ya, Mbak Kate. Lihat yuk, mumpung kita sedang di Belitung," ajak Mirwan.
Baca juga: Festival Tanjung Kelayang 2019 Belitung
Tarsius Bertubuh Monyet Bermata Burung Hantu |
Tarsius Safari Night Tour
Sewaktu kami di Belitung, Jeffry dari Picniq Tour Belitung menghubungi saya pada suatu sore (18/11/2019), ia mengajak saya, Mirwan, dan Afit untuk melihat Tarsius di Bukit Peramun, kalau kami mau.
Menurut Jeffry, melihat Tarsius di Belitung pada waktu malam bakal jadi pengalaman wisata seru yang lain dari biasanya.
"Nanti malam dijemput ama Anit ya," ucap Jeffry melalui pesan Whatsapp.
Ajakan menarik itu tentu saja sayang untuk ditolak. Apalagi, Jeffry sudah siapkan mobil dan guide untuk mengantar kami, siapa yang tak mau? Tapi, malam itu saya dkk harus menghadiri undangan Dispar Belitung untuk acara Malam Puncak Festival Tanjung Kelayang. Tawaran melihat Tarsius terpaksa dilewatkan. Saya minta Jeffry tunda untuk esok hari.
Kenapa melihat Tarsius lebih seru di malam hari?
Seperti diketahui, Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu makanan pada malam hari. Bagi yang ingin berjumpa Tarsius di habitatnya, waktu malam merupakan kesempatan paling baik.
Jika Jeffry menyebut Bukit Peramun sebagai tempat untuk mengajak kami melihat Tarsius, maka Budi Setiawan melalui video yang saya sebutkan di atas melakukan Tarsius Safari Night Tours di Batu Mentas.
Akhirnya, saya dan Mirwan, serta Afit, bukan melihat Tarsius di Bukit Peramun maupun di Batu Mentas, melainkan di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Belitung Timur (Beltim) pada Rabu 19/11/2019. Kenapa di sana? Karena kami sudah tak punya waktu lagi untuk melihat di malam hari.
Melihat Tarsius di Disbudpar Belitung Timur
Melihat Tarsius langsung di habitatnya tentu punya sensasi sendiri yang berbeda dengan melihatnya di dalam kandang di kantor Disbudpar Belitung Timur. Saya sendiri sebetulnya tidak mengira ada Tarsius yang dikandang dan bisa dilihat dengan mudah tanpa perlu masuk hutan dan gelap-gelapan di malam hari.
Sebelum saya lanjut cerita tentang pengalaman pertama saya bertemu langsung dengan Tarsius, terlebih dahulu saya ingin katakan bahwa saya persilakan siapa saja yang ingin berpendapat mengenai pengandangan Tarsius di Belitung Timur ini ya :)
- Harusnya dilepas bebaskan di alamnya kan?
- Apa nggak tersiksa tuh dijauhkan dari kelompoknya?
Jika ada yang bertanya hal demikian berarti sama seperti saya. Rasa penasaran membuat saya tetap masuk menuju kandang yang terletak di tempat terbuka. Ya, kandangnya bukan di dalam ruangan tertutup. Ini agak melegakan, meski tetap saja tidak tega karena Tarsius ini dikurung.
Sewaktu saya memposting foto Tarsius di Instagram, ada yang komen dan mengaku bahwa Tarsius yang saya lihat di Disbudpar Beltim itu miliknya. Beliau Pak Dr. Helly Tjandra, DK, mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Parisiwata Belitung Timur. Tak saya sangka Tarsius tersebut peliharaan beliau. Saya dan Pak @hellytjandra sudah lama saling follow di IG, tapi baru kali berinteraksi berkat Tarsius.
Tarsius Dalam Kandang
Kantor Disbudpar Belitung Timur merupakan pusat informasi pariwisata Belitung Timur. Di sini terdapat koleksi benda-benda yang berkaitan dengan sejarah, wisata budaya, wisata kuliner, wisata alam, dan bahkan beberapa hewan khas yang hidup di Belitung Timur bisa dijumpai di sini. Tarsius adalah salah satunya.
Tidak ada tiket masuk yang harus kami bayar, namun di akhir tour kami sampai di ruang informasi, di sana ada kotak sumbangan sukarela yang bisa diisi dengan uang sebagai tip untuk guide yang menemani selama berkeliling.
Nah, guide kami hari itu Mas Sumirza Oktopiandi @sumirzaoktopiandi. Mas Mirza ini salah satu mantan Bujang Belitung Timur (gelar kontes pemuda Belitung Timur) dan merupakan Duta Pemuda Indonesia 2018 (seperti yang tertulis di bio IG).
Setelah diawali dengan melihat-lihat koleksi kopi di ruangan Museum Kopi Mini dan beberapa contoh serbuk timah hasil tambang, kami diajak ke bagian belakang yang terbuka. Di sana ada penangkaran hewan buaya, kura-kura, dan Tarsius. Ketiga hewan peliharaan tersebut berada dalam kandangnya masing-masing. Mana yang paling ingin saya lihat dari ketiganya? Tentu saja Tarsius.
Kandang Tarsius agak ke belakang setelah kandang buaya. Kandangnya terbuat dari kawat dengan kerapatan yang tidak memungkinkan Tarsius bisa lolos namun tetap mudah dilihat dari luar.
Tarsius Lucu dan Menggemaskan
Ada perasaan senang bercampur takjub ketika kaki terus melangkah mendekati kandang Tarsius. Perasaan itu seperti ketika pertama kali akan melihat Komodo liar di Pulau Rinca, Flores. Bedanya, komodo bikin saya agak tegang dan takut, sedangkan Tarsius malah ada gemas-gemasnya.
Akhirnya, kami bertiga melihat Tarsius dari jarak dekat. Meski dari luar kandang, Tarsius terlihat sangat jelas. Rasa gemas yang sudah menjalari perasaan sejak sebelum bertemu langsung, akhirnya meledak dalam wujud ceracau.
"Ya ampun lucu bangeeet...!"
"Manis dan gemesin bangeeeet...!"
"Boleh dipegang gak sih? Boleh kasih makan gak?"
"Pingin pegang, pingin gendong, pingin ciuuuum..."
Entah kata apa lagi yang saya ucapkan saat itu. Yang jelas, ekspresi senang campur kagum bagai memancar dari seluruh bagian tubuh saya. Ekspresi ini amat berbeda ketika saya bertemu komodo pertama kali, penuh rasa takut. Wajah tegang, badan agak gemetar, jantung kayak mau copot, dan tidak mau jauh-jauh dari ranger. Ya iyalah ya, yang satu hewan besar buas dan liar, yang satunya kecil dalam kandang! 😂
Mas Mirza memberikan sekilas informasi tentang Tarsius. Di antaranya, tentang telapak tangan dan kaki Tarsius yang bisa menempel kuat dan lama pada apapun yang dipegang sehingga tidak gampang jatuh, tentang mata Tarsius yang besar tak pernah berkedip, dan tentang makanan Tarsius berupa jangkrik, serangga, burung, dan lainnya.
Bagian paling menariknya, urusan cinta seekor Tarsius. Hah?
Tarsius Hewan Monogami
Menurut keterangan Mas Mirza, Tarsius adalah hewan yang tidak bisa dijodohkan. Tarsius akan kawin hanya dengan pasangan yang ia cari sendiri dan tidak akan berganti pasangan sampai mati. Di hutan tempat ia tinggal, Tarsius biasanya menempati satu pohon dan hanya tinggal dengan keluarganya.
Dengan sifat monogami tersebut, maka ketika ada yang bermaksud membawakan pasangan pada Tarsius, usahanya akan sia-sia. Itu kenapa Tarsius dalam kandang ini sendirian. Meski dibawakan pasangan agar beranak pinak, hal itu tak akan terjadi jika bukan dengan pasangan pilihannya sendiri.
Nah, bagaimana caranya menemukan Tarsius yang berpasangan? Bukan pekerjaan mudah, Ferguso!
Melihat Tarsius dalam kandang ini hidup sendiri tanpa pasangan, saya jadi kasihan. Jika terus dikandang sampai akhir usianya, kelak ia akan mati sia-sia tanpa memiliki keturunan😭
Fakta Tarsius Belitung
Di Belitung, Tarsius bisa dijumpai di Taman Wisata Alam Batu Mentas. Lokasinya berdekatan dengan sungai. Jika beruntung aneka binatang liar lainnya juga bisa dijumpai di sini, seperti burung, ular, tikus hutan, ikan, monyet, dan lainnya.
Selain di Batu Mentas, Tarsius juga bisa ditemukan di Bukit Peramun. Jika mau ke sana, bisa diguide oleh operator tour Belitung seperti Picniq Tour Belitung (IG @picniqtour).
Nama lokal Tarsius Belitung adalah "Pelilean" dan nama ilmiahnya Chephalopacus Bancanus Saltator.
Tarsius merupakan ikonnya Geopark Belitung.
Mangsa paling utama Tarsius (khususnya di Belitung) adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, belalang, dan kadang-kadang reptil kecil seperti kadal. Jadi, jangan karena Tarsius mirip monyet maka makanannya buah ataupun daun. Bukan itu. Di daerah manapun Tarsius berada, makanannya sama.
Jika belum ada kesempatan buat berjumpa Tarsius di alam bebas, silakan pergi ke Disbudpar Belitung Timur dulu untuk dapat melihat Tarsius dalam kandang.
Fakta Tarsius Dunia
Setelah melihat Tarsius di Belitung Timur, saya mencari tahu lebih jauh mengenai Tarsius melalui video dan artikel online, dan menemukan banyak sumber yang semoga saja bisa dipercaya. Jadi, informasi berikut saya dapatkan dari berbagai sumber. Saya kutip untuk saya bagikan kembali supaya tulisan ini menjadi lebih banyak informasi. Di akhir tulisan, akan saya sebutkan link sumber bacaan.
Tarsius adalah primata terkecil di dunia, sekaligus satu-satunya primata karnivora murni di Bumi.
Tarsius merupakan genus monotipe dari famili Tarsiidae, primata endemik yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina. (dikutip dari tn-babul.org).
Tarsius merupakan binatang nokturnal (aktif pada malam hari) dan Indonesia menduduki peringkat pertama dengan jumlah spesies Tarsius terbanyak di dunia. (dikutip dari ksdae.menlhk.go.id).
Dan yang paling penting untuk diketahui adalah :
Tarsius merupakan salah satu dari 25 spesies primata yang paling terancam punah di dunia.
Jadi, sebelum Anda berhasrat ingin melihat Tarsius, memujanya sebagai hewan menggemaskan, lalu mencari cara untuk memiliki dan memeliharanya, ingatkan diri Anda untuk peduli akan kelestarian satwa unik satu ini. Yuk sama-sama!
Satwa Endemik Indonesia
Disebutkan bahwa Tarsius tersebar di Indonesia, salah satunya di Sumatera. Tak disebut di hutan Sumatera bagian mana, faktanya saya berjumpa Tarsius pertama kali di Belitung. Saya belum mencari tahu lagi, di daerah mana lagi di Sumatera Tarsius bisa dijumpai.
Tarsius merupakan satwa endemik di sejumlah pulau yang ada di Indonesia, yaitu Sulawesi, Pulau Peleng, dan Pulau Selajar. Akan tetapi, jumlah spesies tarsius terbesar ditemukan di semenanjung utara Pulau Sulawesi.
Habitat tarsius adalah di hutan hujan primer dan sekunder, namun mereka lebih suka tinggal di hutan sekunder. Hal ini kemungkinan disebabkan lantaran banyaknya bahan makanan di hutan pertumbuhan sekunder.
Habitat mereka berkisar dari hutan hujan dataran rendah dekat permukaan laut hingga hutan hujan pegunungan rendah hingga 1500 m. Terkadang tarsius juga dapat ditemukan di hutan bakau dan semak belukar.
Jenis Tarsius Siau atau Tarsius asli Pulau Siau, Sulawesi, adalah yang paling terancam kepunahan. Bukan sekadar diberikan status Critically Endangered oleh IUCN Red List, bahkan Tarsius Tumpara atau Siau Island Tarsier pun termasuk salah satu dari 25 primata paling terancam punah di dunia.
Jurnal Primate Conservation
Sewaktu kami di Belitung, Jeffry dari Picniq Tour Belitung menghubungi saya pada suatu sore (18/11/2019), ia mengajak saya, Mirwan, dan Afit untuk melihat Tarsius di Bukit Peramun, kalau kami mau.
Menurut Jeffry, melihat Tarsius di Belitung pada waktu malam bakal jadi pengalaman wisata seru yang lain dari biasanya.
"Nanti malam dijemput ama Anit ya," ucap Jeffry melalui pesan Whatsapp.
Ajakan menarik itu tentu saja sayang untuk ditolak. Apalagi, Jeffry sudah siapkan mobil dan guide untuk mengantar kami, siapa yang tak mau? Tapi, malam itu saya dkk harus menghadiri undangan Dispar Belitung untuk acara Malam Puncak Festival Tanjung Kelayang. Tawaran melihat Tarsius terpaksa dilewatkan. Saya minta Jeffry tunda untuk esok hari.
Kenapa melihat Tarsius lebih seru di malam hari?
Seperti diketahui, Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu makanan pada malam hari. Bagi yang ingin berjumpa Tarsius di habitatnya, waktu malam merupakan kesempatan paling baik.
Jika Jeffry menyebut Bukit Peramun sebagai tempat untuk mengajak kami melihat Tarsius, maka Budi Setiawan melalui video yang saya sebutkan di atas melakukan Tarsius Safari Night Tours di Batu Mentas.
Akhirnya, saya dan Mirwan, serta Afit, bukan melihat Tarsius di Bukit Peramun maupun di Batu Mentas, melainkan di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Belitung Timur (Beltim) pada Rabu 19/11/2019. Kenapa di sana? Karena kami sudah tak punya waktu lagi untuk melihat di malam hari.
Kantor Disbudpar Belitung Timur (difoto oleh Rega) |
Melihat Tarsius di Disbudpar Belitung Timur
Melihat Tarsius langsung di habitatnya tentu punya sensasi sendiri yang berbeda dengan melihatnya di dalam kandang di kantor Disbudpar Belitung Timur. Saya sendiri sebetulnya tidak mengira ada Tarsius yang dikandang dan bisa dilihat dengan mudah tanpa perlu masuk hutan dan gelap-gelapan di malam hari.
Sebelum saya lanjut cerita tentang pengalaman pertama saya bertemu langsung dengan Tarsius, terlebih dahulu saya ingin katakan bahwa saya persilakan siapa saja yang ingin berpendapat mengenai pengandangan Tarsius di Belitung Timur ini ya :)
- Harusnya dilepas bebaskan di alamnya kan?
- Apa nggak tersiksa tuh dijauhkan dari kelompoknya?
Jika ada yang bertanya hal demikian berarti sama seperti saya. Rasa penasaran membuat saya tetap masuk menuju kandang yang terletak di tempat terbuka. Ya, kandangnya bukan di dalam ruangan tertutup. Ini agak melegakan, meski tetap saja tidak tega karena Tarsius ini dikurung.
Sewaktu saya memposting foto Tarsius di Instagram, ada yang komen dan mengaku bahwa Tarsius yang saya lihat di Disbudpar Beltim itu miliknya. Beliau Pak Dr. Helly Tjandra, DK, mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Parisiwata Belitung Timur. Tak saya sangka Tarsius tersebut peliharaan beliau. Saya dan Pak @hellytjandra sudah lama saling follow di IG, tapi baru kali berinteraksi berkat Tarsius.
Dipelihara dalam kandang |
Kantor Disbudpar Belitung Timur merupakan pusat informasi pariwisata Belitung Timur. Di sini terdapat koleksi benda-benda yang berkaitan dengan sejarah, wisata budaya, wisata kuliner, wisata alam, dan bahkan beberapa hewan khas yang hidup di Belitung Timur bisa dijumpai di sini. Tarsius adalah salah satunya.
Tidak ada tiket masuk yang harus kami bayar, namun di akhir tour kami sampai di ruang informasi, di sana ada kotak sumbangan sukarela yang bisa diisi dengan uang sebagai tip untuk guide yang menemani selama berkeliling.
Nah, guide kami hari itu Mas Sumirza Oktopiandi @sumirzaoktopiandi. Mas Mirza ini salah satu mantan Bujang Belitung Timur (gelar kontes pemuda Belitung Timur) dan merupakan Duta Pemuda Indonesia 2018 (seperti yang tertulis di bio IG).
Setelah diawali dengan melihat-lihat koleksi kopi di ruangan Museum Kopi Mini dan beberapa contoh serbuk timah hasil tambang, kami diajak ke bagian belakang yang terbuka. Di sana ada penangkaran hewan buaya, kura-kura, dan Tarsius. Ketiga hewan peliharaan tersebut berada dalam kandangnya masing-masing. Mana yang paling ingin saya lihat dari ketiganya? Tentu saja Tarsius.
Kandang Tarsius agak ke belakang setelah kandang buaya. Kandangnya terbuat dari kawat dengan kerapatan yang tidak memungkinkan Tarsius bisa lolos namun tetap mudah dilihat dari luar.
Kandang Tarsius |
Tarsius Lucu dan Menggemaskan
Ada perasaan senang bercampur takjub ketika kaki terus melangkah mendekati kandang Tarsius. Perasaan itu seperti ketika pertama kali akan melihat Komodo liar di Pulau Rinca, Flores. Bedanya, komodo bikin saya agak tegang dan takut, sedangkan Tarsius malah ada gemas-gemasnya.
Akhirnya, kami bertiga melihat Tarsius dari jarak dekat. Meski dari luar kandang, Tarsius terlihat sangat jelas. Rasa gemas yang sudah menjalari perasaan sejak sebelum bertemu langsung, akhirnya meledak dalam wujud ceracau.
"Ya ampun lucu bangeeet...!"
"Manis dan gemesin bangeeeet...!"
"Boleh dipegang gak sih? Boleh kasih makan gak?"
"Pingin pegang, pingin gendong, pingin ciuuuum..."
Entah kata apa lagi yang saya ucapkan saat itu. Yang jelas, ekspresi senang campur kagum bagai memancar dari seluruh bagian tubuh saya. Ekspresi ini amat berbeda ketika saya bertemu komodo pertama kali, penuh rasa takut. Wajah tegang, badan agak gemetar, jantung kayak mau copot, dan tidak mau jauh-jauh dari ranger. Ya iyalah ya, yang satu hewan besar buas dan liar, yang satunya kecil dalam kandang! 😂
Mas Mirza memberikan sekilas informasi tentang Tarsius. Di antaranya, tentang telapak tangan dan kaki Tarsius yang bisa menempel kuat dan lama pada apapun yang dipegang sehingga tidak gampang jatuh, tentang mata Tarsius yang besar tak pernah berkedip, dan tentang makanan Tarsius berupa jangkrik, serangga, burung, dan lainnya.
Bagian paling menariknya, urusan cinta seekor Tarsius. Hah?
Tarsius Hewan Monogami
Menurut keterangan Mas Mirza, Tarsius adalah hewan yang tidak bisa dijodohkan. Tarsius akan kawin hanya dengan pasangan yang ia cari sendiri dan tidak akan berganti pasangan sampai mati. Di hutan tempat ia tinggal, Tarsius biasanya menempati satu pohon dan hanya tinggal dengan keluarganya.
Dengan sifat monogami tersebut, maka ketika ada yang bermaksud membawakan pasangan pada Tarsius, usahanya akan sia-sia. Itu kenapa Tarsius dalam kandang ini sendirian. Meski dibawakan pasangan agar beranak pinak, hal itu tak akan terjadi jika bukan dengan pasangan pilihannya sendiri.
Nah, bagaimana caranya menemukan Tarsius yang berpasangan? Bukan pekerjaan mudah, Ferguso!
Melihat Tarsius dalam kandang ini hidup sendiri tanpa pasangan, saya jadi kasihan. Jika terus dikandang sampai akhir usianya, kelak ia akan mati sia-sia tanpa memiliki keturunan😭
Dari foto ini bisa terlihat ukuran Tarsius sangat kecil, tak ada separuh luas wajah saya 😂 |
Di Belitung, Tarsius bisa dijumpai di Taman Wisata Alam Batu Mentas. Lokasinya berdekatan dengan sungai. Jika beruntung aneka binatang liar lainnya juga bisa dijumpai di sini, seperti burung, ular, tikus hutan, ikan, monyet, dan lainnya.
Selain di Batu Mentas, Tarsius juga bisa ditemukan di Bukit Peramun. Jika mau ke sana, bisa diguide oleh operator tour Belitung seperti Picniq Tour Belitung (IG @picniqtour).
Nama lokal Tarsius Belitung adalah "Pelilean" dan nama ilmiahnya Chephalopacus Bancanus Saltator.
Tarsius merupakan ikonnya Geopark Belitung.
Mangsa paling utama Tarsius (khususnya di Belitung) adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, belalang, dan kadang-kadang reptil kecil seperti kadal. Jadi, jangan karena Tarsius mirip monyet maka makanannya buah ataupun daun. Bukan itu. Di daerah manapun Tarsius berada, makanannya sama.
Jika belum ada kesempatan buat berjumpa Tarsius di alam bebas, silakan pergi ke Disbudpar Belitung Timur dulu untuk dapat melihat Tarsius dalam kandang.
Tarsius dalam logo pariwisata Lets Go Belitung |
Fakta Tarsius Dunia
Setelah melihat Tarsius di Belitung Timur, saya mencari tahu lebih jauh mengenai Tarsius melalui video dan artikel online, dan menemukan banyak sumber yang semoga saja bisa dipercaya. Jadi, informasi berikut saya dapatkan dari berbagai sumber. Saya kutip untuk saya bagikan kembali supaya tulisan ini menjadi lebih banyak informasi. Di akhir tulisan, akan saya sebutkan link sumber bacaan.
Tarsius adalah primata terkecil di dunia, sekaligus satu-satunya primata karnivora murni di Bumi.
Tarsius merupakan genus monotipe dari famili Tarsiidae, primata endemik yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina. (dikutip dari tn-babul.org).
Tarsius merupakan binatang nokturnal (aktif pada malam hari) dan Indonesia menduduki peringkat pertama dengan jumlah spesies Tarsius terbanyak di dunia. (dikutip dari ksdae.menlhk.go.id).
Dan yang paling penting untuk diketahui adalah :
Tarsius merupakan salah satu dari 25 spesies primata yang paling terancam punah di dunia.
Jadi, sebelum Anda berhasrat ingin melihat Tarsius, memujanya sebagai hewan menggemaskan, lalu mencari cara untuk memiliki dan memeliharanya, ingatkan diri Anda untuk peduli akan kelestarian satwa unik satu ini. Yuk sama-sama!
Satwa Endemik Indonesia
Disebutkan bahwa Tarsius tersebar di Indonesia, salah satunya di Sumatera. Tak disebut di hutan Sumatera bagian mana, faktanya saya berjumpa Tarsius pertama kali di Belitung. Saya belum mencari tahu lagi, di daerah mana lagi di Sumatera Tarsius bisa dijumpai.
Tarsius merupakan satwa endemik di sejumlah pulau yang ada di Indonesia, yaitu Sulawesi, Pulau Peleng, dan Pulau Selajar. Akan tetapi, jumlah spesies tarsius terbesar ditemukan di semenanjung utara Pulau Sulawesi.
Habitat tarsius adalah di hutan hujan primer dan sekunder, namun mereka lebih suka tinggal di hutan sekunder. Hal ini kemungkinan disebabkan lantaran banyaknya bahan makanan di hutan pertumbuhan sekunder.
Habitat mereka berkisar dari hutan hujan dataran rendah dekat permukaan laut hingga hutan hujan pegunungan rendah hingga 1500 m. Terkadang tarsius juga dapat ditemukan di hutan bakau dan semak belukar.
Jenis Tarsius Siau atau Tarsius asli Pulau Siau, Sulawesi, adalah yang paling terancam kepunahan. Bukan sekadar diberikan status Critically Endangered oleh IUCN Red List, bahkan Tarsius Tumpara atau Siau Island Tarsier pun termasuk salah satu dari 25 primata paling terancam punah di dunia.
Indonesia merupakan negara ketiga di dunia yang memiliki kekayaan primata, setelah Brazil dan Madagaskar. Sulawesi disebut sebagai daerah yang memiliki paling banyak spesies Tarsius. Saat ini spesies Tarsius asli Indonesia sudah berjumlah 11 spesies.
Dari 11 spesies tersebut, 2 spesies paling baru ditemukan pada tahun 2017 di Semenanjung bagian Utara Sulawesi. Penemunya adalah ilmuwan dari Western Washington University, Kebun Raya Bogor - LIPI, Australian National University dan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Dua spesies paling baru tersebut dinamai Tarsius Spectrumgurskyae dan Tarsius Supriatnai. Keduanya dideskripsikan dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam Jurnal Primate Conservation.
Nama Tarsius Spectrumgurskyae dan Tarsius Supriatnai diberikan sebagai penghormatan kepada dua ilmuwan yang berperan penting dalam upaya konservasi di Indonesia yaitu Dr. Sharon Gursky, profesor antropologi di Texas A&M University, AS, yang mendedikasikan 25 tahun hidupnya untuk mempelajari tarsius di Taman Nasional Tangkoko di Sulawesi Utara, yang dikenal sebagai ahli perilaku tarsius. Juga, Dr. Jatna Supriatna, profesor biologi di Universitas Indonesia, yang telah mensponsori berbagai riset konservasi di Indonesia, dan menjabat sebagai Direktur Conservation International di Indonesia selama 15 tahun.
Ciri Fisik Tarsius
Ketika pertama kali melihat Tarsius secara langsung, saya melihat Tarsius mirip beberapa hewan. Dari mata mirip Burung Hantu. Dari badan mirip Monyet. Memiliki telinga mirip telinga kelelawar, dan memiliki ekor mirip ekor tikus.
Secara fisik, Tarsius memang seperti perpaduan antara monyet dan burung hantu. Dalam sebuah tulisan yang saya baca disebutkan struktur tengkorak kepala dan wajah Tarsius hampir serupa dengan burung hantu namun dengan tubuh seperti monyet. Badannya ditutupi bulu-bulu halus dan lembut berwarna abu-abu, membuat tarsius terlihat seperti boneka ketika sedang tidur.
Dengan tubuhnya yang kecil, kita pasti penasaran dengan bobot Tarsius. Berapa sih berat badan Tarsius? Ternyata, bobot Tarsius Betina maksimum 114 gram, sedangkan Tarsius Jantan maksimum 130 gram. Ringan sekali bukan?
Bagaimana dengan jari-jari Tarsius? Jujur, kadang di benak saya Tarsius ini mirip alien di Star Wars lho. Dari muka, juga dari bentuk jari-jari tangan dan kakinya yang menonjolkan tulang-tulang kurus dan kecil, terlihat aneh di mata saya, sampai saya terpikir Tarsius adalah mahluk yang enggak-enggak 😂
Tapi jangan salah, Tarsius memiliki rentang kaki yang panjang sehingga mampu melompat hingga 3 meter. Proporsi panjang kakinya dengan panjang tangannya adalah terpanjang diantara primata lain. Nah, tangan dan kaki yang panjang ini dirancang untuk berpegangan dan mencengkeram.
Tarsius memiliki ekor panjang dengan jumbai bulu di sepertiga ujung ekor. Mirip ekor tikus. Jika diamati lama-lama, ekor inilah yang membuat rasa gemas saya pada Tarsius jadi menghilang. Kenapa? Karena saya jijik pada tikus 😃
Sebagai tambahan informasi, Tarsius betina memiliki masa kehamilan sekitar 6 bulan dan biasanya kelahiran terjadi selama Mei atau November. Tarsius betina melahirkan satu anak yang saat dilahirkan telah memiliki bulu di seluruh tubuhnya dan mata yang terbuka, serta umumnya berbobot 23 gram.
Seperti halnya perilaku bayi komodo, bayi Tarsius juga bisa langsung memanjat ketika masih berusia satu hari. Induk Tarsius akan menyapih anaknya saat telah berusia 80 hari dan setelah itu anak-anak Tarsius dapat langsung hidup secara mandiri. Tarsius mencapai kematangan seksual pada usia 17 bulan.
Apakah karakter Yoda dalam Star Wars terinspirasi dari Tarsius? (foto: goodnewsfromindonesia.id) |
Mata Besar Selalu Menatap
Bagian paling unik dari Tarsius ada pada matanya yang besar.
Di antara mamalia lain, ukuran mata Tarsius bahkan lebih besar dibanding ukuran otaknya. Kalau diperhatikan, mata besarnya yang selalu menatap itu tak pernah berkedip. Namun, keterbatasan ini tergantikan dengan kemampuan memutar kepalanya 180 derajat ke arah manapun. Persis seperti yang dilakukan burung hantu.
Tarsius memiliki kemampuan penglihatan yang sangat baik, bahkan tanpa adanya jaringan bola mata reflektif yang banyak dipunyai satwa nokturnal lain. Mata besarnya dapat digunakan untuk melihat dengan tajam di kegelapan malam. Sebuah adaptasi yang luar biasa yang membuatnya menjadi penjelajah malam yang hebat. Berkat matanya, ia bisa dengan mudah menemukan makanan di gelapnya malam.
Terancam Punah
Kita tentu bangga Indonesia menjadi tempat tinggal primata paling mengesankan di dunia, dan kita punya 11 spesies asli tergolong langka yang diketahui hidup di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya.
Saya pun senang bisa melihat langsung Tarsius di Belitung, meski tidak tahu itu jenis spesies yang mana. Penampilan fisik, khususnya pada jari-jari tangan dan kaki, berbeda dari spesies di Sulawesi yang saya lihat di foto. Silakan bandingkan Tarsius jepretan saya dengan foto Tarsius yang saya pinjam dari goodnewasformindonesia.id di atas.
Memang, daerah penyebaran Tarsius sangat luas, namun itu terjadi di masa lalu. Kini hanya dapat ditemukan di sedikit wilayah.
Maka, ada yang lebih penting untuk diketahui....
Sampai saat ini populasi Tarsius cenderung menurun menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources atau Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) pada tahun 2012. Penurunan populasi itu dipengaruhi faktor-faktor dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). (dikutip dari uajy.ac.id).
Jika Anda membaca lebih banyak lagi informasi mengenai Tarsius pada link yang saya sebutkan di bawah ini, mungkin Anda akan memiliki pemikiran yang sama dengan saya untuk turut menjaga dan mendukung kelestarian Tarsius di dunia.
Satu hal yang pasti, jika hutan kita tetap dalam kondisi baik, maka kelanjutan hidup Tarsius juga baik.
Saya, Mirwan, dan Afith bersama Mirza dan rekannya, staf Disbudpar Belitung Timur |
Sumber bacaan Tarsius:
1. Satuharapan.com
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/tarsius-si-penjelajah-malam-yang-menggemaskan
2. Mongabay.co.id
https://www.mongabay.co.id/2017/05/06/dua-spesies-tarsius-baru-yang-menginspirasi-yoda-ditemukan-di-sulawesi/
https://www.mongabay.co.id/2019/10/11/tarsius-niemitz-dinobatkan-sebagai-jenis-baru-setelah-25-tahun-ditemukan/
3. IDN Times
https://www.idntimes.com/science/discovery/eka-amira/5-fakta-menarik-tarsius-exp-c1c2
4. Goodnewsfromindonesia.id
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/05/04/tarsius-primata-asal-sulawesi-yang-menginspirasi-karakter-star-wars
Sumber foto Tarsius:
Dokumentasi pribadi. Kamera ASUS Zenfone 6.
Trip Belitung Timur via: Picniq Tour & Travel
IG: @picniqtour
+62 821 7560 1111 admin
+62 819 4955 5588 @jeff_picniq
+62 819 4922 2216 @anit_belitung