Pekanbaru, RIAU - Grup Whatsapp Forest Talk Pekanbaru masih aktif kendati event telah berlalu sejak tgl. 20 Juli 2019. Ada saja hal yang diperbincangkan, paling banyak kabar Riau terkini, dan saya selalu menyimak. Belakangan, cerita yang saya baca tak lagi indah, isinya tentang bencana kabut asap. Foto, video, link artikel, link postingan di medsos, semua mengabarkan tentang udara yang kian tak sehat akibat kebakaran hutan dan lahan di mana-mana, masyarakat mengalami gangguan kesehatan pernafasan, sungguh memprihatinkan.
Riau Berkabut Asap |
Aksi Sosial Bloggers Pekanbaru
Adalah Bang Putra Senapelan, melalui pesan Whatsapp ia menyampaikan ide untuk melakukan aksi nyata dalam rangka #melawanasap. Idenya tak muluk-muluk dalam bentuk aksi besar, sekedar langkah kecil berupa kegiatan berbagi masker gratis kepada masyarakat Riau di Pekanbaru sudah sangat baik.
Senada dengan yang disampaikan oleh Bang Andrew Pradana, dengan ikut turun dan menyebarkan kepedulian terhadap dampak kebakaran dan asap yang terus berulang diharapkan bisa memberi dampak positif dan menggerakan teman-teman lainnya untuk peduli.
Siapa yang akan diajak bergerak bersama? Tentunya kelompok terdekat yaitu Blogger Pekanbaru.
Bloggers Pekanbaru bekerjasama dengan Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia
Ide dari Bang Putra dan rekan-rekan blogger Pekanbaru lainnya kemudian saya teruskan ke tim Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Alhamdulillah direspon dengan sangat baik. Nggak pakai lama, melalui Ibu Titi dan Ibu Amanda, YDS dan Climate Reality Indonesia menyatakan setuju untuk membantu donasi.
Ide dari Bang Putra dan rekan-rekan blogger Pekanbaru lainnya kemudian saya teruskan ke tim Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Alhamdulillah direspon dengan sangat baik. Nggak pakai lama, melalui Ibu Titi dan Ibu Amanda, YDS dan Climate Reality Indonesia menyatakan setuju untuk membantu donasi.
Selanjutnya, saya hanya perlu 1/2 hari untuk berdiskusi dengan Bang Putra. Tanpa berlama-lama, pada hari berikutnya langsung ada realisasi. Dana masuk, dukungan masuk, apa lagi yang ditunggu? Nggak ada. Saatnya belanja masker, sesegera mungkin, karena kabut asap tak bisa menunggu.
Belanja Masker di Glodok
Sobat dekat saya @utamiisharyani mengetahui aksi sosial yang akan diadakan oleh Bloggers Pekanbaru. Ia juga mengikuti berita kabut asap di Riau. Sebagai anak muda yang memiliki jiwa sosial dan rasa peduli yang tinggi, Tami antusias bergabung dan menawarkan diri untuk membantu saya belanja masker di Glodok Lindeteves. Suami saya nggak mau kalah, ia minta ikut untuk jadi driver dan tukang angkat-angkat dus. Baeklaaaah!
Hari Sabtu (10/8) adalah hari yang pendek untuk belanja karena sebagian besar toko hanya buka setengah hari. Apalagi besoknya Hari Raya Idul Adha, jadwal tutup toko dipercepat.
Sobat dekat saya @utamiisharyani mengetahui aksi sosial yang akan diadakan oleh Bloggers Pekanbaru. Ia juga mengikuti berita kabut asap di Riau. Sebagai anak muda yang memiliki jiwa sosial dan rasa peduli yang tinggi, Tami antusias bergabung dan menawarkan diri untuk membantu saya belanja masker di Glodok Lindeteves. Suami saya nggak mau kalah, ia minta ikut untuk jadi driver dan tukang angkat-angkat dus. Baeklaaaah!
Hari Sabtu (10/8) adalah hari yang pendek untuk belanja karena sebagian besar toko hanya buka setengah hari. Apalagi besoknya Hari Raya Idul Adha, jadwal tutup toko dipercepat.
Kami bergegas mencari, dari satu toko ke toko yang lain. Ada yang palsu, ada yang asli, ada yang murah, ada yang mahal, ada yang nggak ada sama sekali, ada yang bilang discontinue, ada yang serba ada apa saja tersedia. Selama mencari masker, saya bolak-balik konfirmasi ke rekan-rekan blogger di Pekanbaru biar nggak salah beli. Sayang kan udah beli banyak-banyak eh ternyata maskernya nggak cocok buat memfilter asap kebakaran hutan?
Apapun drama yang terjadi di pertokoan Glodok, akhirnya masker yang dibutuhkan berhasil didapatkan. Senang!
Apapun drama yang terjadi di pertokoan Glodok, akhirnya masker yang dibutuhkan berhasil didapatkan. Senang!
Glodok Lindeteves (10/8/2019) |
Dapat 6 dus, total 2600 pcs masker |
Selimut Asap di Hari Raya
Rencananya, semua masker akan saya kirim via kurir pada hari Minggu (11/8). Tapi saya ingat, hari Minggu adalah Hari Raya Idul Adha. Jasa pengiriman tutup. Saya juga tidak mungkin pergi-pergi dulu, mau fokus ibadah, dan pastinya melaksanakan kegiatan berqurban.
Rencananya, semua masker akan saya kirim via kurir pada hari Minggu (11/8). Tapi saya ingat, hari Minggu adalah Hari Raya Idul Adha. Jasa pengiriman tutup. Saya juga tidak mungkin pergi-pergi dulu, mau fokus ibadah, dan pastinya melaksanakan kegiatan berqurban.
Sabtu dan Minggu belum bisa kirim paket, Senin baru bisa. Lalu saya berpikir, jika paket saya antar ke kurir hari Senin, bisa jadi Selasa baru jalan. Rabu sampai Riau, dan mungkin saja Kamis baru tiba ditujuan. Alangkah lamanya. Biaya kirim juga tak murah. Saya sudah cek ongkirnya, sekitar 1-1,3 jutaan. Mahal juga yak! Setelah menghitung waktu dan biaya yang ada, lebih mending saya antar langsung ke Pekanbaru. Lebih cepat dikirim lebih baik, biar bisa lekas dibagikan.
Sementara itu di hari raya, masyarakat Riau menjalankan salat Ied dengan mengenakan masker. Kabut asap makin tebal. Sedih 😥
Salat hari raya pakai masker |
Kondisi Pekanbaru di Hari Idul Adha 11 Agustus 2019 |
Senin pagi (12/8) hujan turun di bumi bagian Riau. Boleh teriak WOW gak sih? "WOW, kedatangan saya disambut hujan?! " 😂
Kabar menyenangkan tentang hujan semarak menghiasi ruang chat di Whatsapp. Walau sejenak saja, rasa syukur dan gembira terbaca dari ungkapan yang tertulis. Saya turut senang, bahkan berharap hujan terus turun agar bisa memadamkan api sehingga tiada lagi kabut asap menyelimuti satu provinsi.
Kabar menyenangkan tentang hujan semarak menghiasi ruang chat di Whatsapp. Walau sejenak saja, rasa syukur dan gembira terbaca dari ungkapan yang tertulis. Saya turut senang, bahkan berharap hujan terus turun agar bisa memadamkan api sehingga tiada lagi kabut asap menyelimuti satu provinsi.
Enam dus masker yang saya beli saya sulap menjadi 4 dus. Sebagian saya padatkan dalam dus lainnya, sebagian lagi masuk koper untuk dibawa ke kabin. Trik ini bukan hendak menipu pihak maskapai, melainkan agar berat bisa diminimalisir, biar biaya bagasi tak terlalu banyak membebani.
Syukurlah Batik Air free bagasi 20kg, plus 7 kilogram kabin, jadi hemat banyak. Walau ternyata, koper saya akhirnya masuk bagasi juga karena beratnya mencapai 9 kilogram! Huaaa rupanya timbangan di rumah saya ngaco! Dasar timbangan tua, bisa akurat hanya saat menghitung berat badan saja. Giliran barang dia keliru huhu.
Ya sudahlah ya, nggak masalah, yang penting barang terbawa semua.
Kiri masih 6 dus, kanan sudah jadi 4 dus dan 1 koper |
Pekanbaru diselimuti asap |
Hotel Zuri Express Pekanbaru
Rasanya baru kemarin ke Pekanbaru untuk event Forest Talk with Bloggers Pekanbaru (20/7), sekarang sudah kembali. Saya agak nggak menyangka akan secepat ini berkunjung lagi. Apa saya harus berterima kasih kepada asap karena ia telah membuat saya datang lagi? Oh, tentu tidak. Asap tak layak mendapat ucapan terima kasih!
Dari Bandara Sultan Syarif Kasim saya langsung membawa semua barang ke Hotel Zuri Express Pekanbaru, tempat saya menginap sampai hari Selasa tgl. 13/8.
Oh ya, sebetulnya saya tidak bermaksud menginap. Setelah antar barang, pinginnya sih Senin sore langsung kembali ke Jakarta. Tetapi, Bang Andrew bilang kegiatan bagi-bagi masker akan diadakan pada hari Selasa. Wow baru sampai sudah langsung mau dibagikan? Yes, secepat itu memang, dan sayang sekali kalau saya tidak gabung.
Ah iya, boleh sedikit me-review kamar Zuri Express nggak? Kamar deluxe yang saya tempati cukup lapang buat sendirian. Interiornya cerah ceria dan kekinian. Semua oke saja kecuali satu hal: AC nya nggak dingin! 5 jam saya tunggu, udara kamar tetap tidak kunjung sejuk. Saat pertama kali masuk, saya sudah komplen sih, tapi nggak ada perbaikan berarti. Mas-mas hotelnya cuma mengutak-atik remot. Magrib saya komplen lagi, baru deh diseriusi. Kali ini yang datang seorang teknisi. Dia cuma bilang kalau AC nya perlu tambah freon. Apapun masalahnya pokoknya saya mau AC nya sejuk. Titik! Wkwkw. Yesss...malam harinya AC sudah normal, nggak gerah lagi!
Btw, kalau butuh kamar harga ekonomis, boleh juga nih hotel. Kamar deluxe-nya Rp 230ribuan saja per malam, tapi tanpa sarapan. Sarapan hotel bujet kan so so saja, mending sarapan di luar.
Oh ya, sebetulnya saya tidak bermaksud menginap. Setelah antar barang, pinginnya sih Senin sore langsung kembali ke Jakarta. Tetapi, Bang Andrew bilang kegiatan bagi-bagi masker akan diadakan pada hari Selasa. Wow baru sampai sudah langsung mau dibagikan? Yes, secepat itu memang, dan sayang sekali kalau saya tidak gabung.
Zuri Express Pekanbaru |
Ah iya, boleh sedikit me-review kamar Zuri Express nggak? Kamar deluxe yang saya tempati cukup lapang buat sendirian. Interiornya cerah ceria dan kekinian. Semua oke saja kecuali satu hal: AC nya nggak dingin! 5 jam saya tunggu, udara kamar tetap tidak kunjung sejuk. Saat pertama kali masuk, saya sudah komplen sih, tapi nggak ada perbaikan berarti. Mas-mas hotelnya cuma mengutak-atik remot. Magrib saya komplen lagi, baru deh diseriusi. Kali ini yang datang seorang teknisi. Dia cuma bilang kalau AC nya perlu tambah freon. Apapun masalahnya pokoknya saya mau AC nya sejuk. Titik! Wkwkw. Yesss...malam harinya AC sudah normal, nggak gerah lagi!
Btw, kalau butuh kamar harga ekonomis, boleh juga nih hotel. Kamar deluxe-nya Rp 230ribuan saja per malam, tapi tanpa sarapan. Sarapan hotel bujet kan so so saja, mending sarapan di luar.
Restoran Plaza Senapelan
Senin malam Elvina, Bang Andrew, Athrie, Mirwan, Muthia menemui saya di hotel. Sebuah perjumpaan yang menyenangkan! Gimana nggak merasa bahagia bertemu mereka yang ramah-amah dan penuh kehangatan?? Api kali hangat 😛
Senang banget pastinya bertemu Bloggers Pekanbaru. Meskipun event Forest Talk sudah berlalu, silaturahmi kami nggak putus, tetap terjalin baik, bahkan menjadi akrab 💗
Malam itu rencananya mau rakor. Ceilah rakor haha. Rakornya di Restoran Plaza, Plaza Senapelan. Eh nggak ding, rakornya nanti di hotel, sambil beres-beres masker. Tapi kami tetap keluar, cari makan dulu. Saya lapar maksimal maaaak! Setelah kenyang, kami langsung balik hotel, saya motoran dibonceng Vina. Ajib juga motoran malam-malam sama Vina. Diajak ngebut padahal katanya dia nggak hafal rute haha
Masker-masker Untuk Korban Kabut Asap
Sebanyak 1 koper dan 2 dari 4 dus masker kami bongkar. Satu persatu dikeluarkan plastik. Plastiknya jadi sampah. Bah! Pekerjaan membongkar masker tak membutuhkan waktu lama, ada tangan Mirwan dan Vina yang lincah. Tas kain dari Lestarihutan.id yang dibagikan saat event jadi wadah masker, buat dibawa saat pembagian. Nggak hanya tas kain, rompi lestari hutan yang kece itu pun akan dipakai selama kegiatan, biar jadi identitas, bukan untuk gaya dan pamer nama.
Mirwan bertugas menjadi seksi dokumentasi, yang lainnya membagikan masker. Saya? Saya tukang mengamati saja hoahaha. Oh hei, kenapa mesti didokumentasikan segala? Berbagi mah berbagi aja, selesai. Nggak perlu orang tahu yeee kaaan? Hoho...kegiatan positif yang didokumentasikan dan nantinya bakal dibagikan ke medsos salah satu tujuan baiknya supaya bisa menginspirasi orang lain untuk ikut peduli. Kembali ke niaaaat :))
Pukul 5 subuh semua diahruskan kumpul di lobi Hotel Zuri Express, dan diharapkan jam 6 sudah di lokasi. Tempat pertama yang akan di datangi adalah Pasar Sukaramai. Kenapa pasar? Karena di pasar tempatnya orang beraktifitas di luar dan pastinya memerlukan masker. Tempat lainnya adalah sekolah-sekolah, perempatan di jalan protokol, bundaran tugu, dan beberapa tempat terbuka lainnya. Targetnya pastilah orang-orang yang banyak beraktifitas di luar. Bila ada permintaan masker di daerah yang terjadi kebakaran hutan, insha Allah akan dikirim.
Demikianlah rakor malam itu, di hotel Zuri Express. Rapat ala-ala itu dipimpin oleh Bang Andrew dengan penuh kesantaian dan kemanjaan. Mantul kan? Yoi 😂
Hari Berbagi Masker Gratis
Selasa pagi (13/8) sekitar jam 5 bang Andrew dkk sudah tiba di hotel. Hal itu membuat saya dan Vina panik, pasalnya kami bangun kesiangan. Athrie menemui kami di kamar, bikin makin panik saja karena kami belum siap huhu. Akhirnya, urusan mandi, berpakaian, dan dandan ala wanita jadi ngebut but buuuuut 💨💨
Pagi itu kami berenam. Ada Hairil, Mirwan, Athrie, Vina dan Bang Andrew. Hanya mereka yang bisa ikut pagi. Blogger lainnya akan menyusul dan bertemu di lokasi. Pasar Sukaramai kami tempuh dengan jalan kaki dari hotel. Nggak jauh, sekitar 300 meter saja. Lumayan buat mengolahragakan kaki, biar nggak manja naik kendaraan mulu. Padahal sampai sana pegel juga ciiiin haha dasar anak manja!! 😂
Selama berjalan menuju pasar, Hairil dan Bang Andrew mulai membagikan masker kepada orang-orang yang ditemui. Mulai tukang ojek, petugas kebersihan yang menyapu jalan, dan siapa saja yang berpapasan di jalan.
Pasar Sukaramai Pekanbaru
Pagi itu tak hujan, kota tampak berselimut kabut asap. Tipis sih, sependek yang saya lihat. Tapi, setipis apapun itu, tetaplah asap. Tidak bagus untuk kesehatan, bukan? Pasar Sukaramai seperti namanya, ramai orang lalu lalang dan berjualan. Di sanalah teman-teman blogger memulai kegiatan berbagi masker.
Dari satu orang menjadi dua, belasan, puluhan, dan seterusnya hingga akhirnya masker habis! Namanya juga butuh, gratis pula, peminatnya banyak. Bang Andrew dan Athrie kembali ke hotel mengambil masker. Kami menunggu di pasar. Sementara itu, blogger lainnya mulai berdatangan. Ada Muthia, Mutie, Nafi, dan Bang Putera. Tim makin banyak. Hore!
Pembagian masker sesi dua jadi makin cepat selesai. Ludes dalam sekejab. Lega pastinya, meski sebuah garis merah agak tebal menghiasi lengan Bang Putera. Entah tergores oleh apa, mungkin cakaran tanda sayang dari ibu-ibu yang berebut masker 😅
Kedai Kopi 328 Pekanbaru
Tepat jam 7 pembagian masker di Pasar Sukaramai selesai. Sesuai pesan Bang Andrew, kegiatan akan dilanjutkan setelah Dzuhur karena pagi itu beberapa orang mesti berangkat ke kantor untuk bekerja, dan yang lainnya mesti kembali ke rumah untuk mengurus keluarga. Mengenai teknisnya gimana, Bang Andrew mengajak kami membicarakannya di Kedai Kopi 328.
Kedai Kopi 328 terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 328, Kota Pekanbaru. Lokasinya berjarak sekitar 50 meter dari pasar. Ketika datang, tampak banyak orang sedang makan. Apa yang membuat warung dekat pasar ini ramai? Apakah kopinya? Ah, enggak juga. Saya malah tak lihat ada bloggers yang pesan kopi 😂
Yang jelas, di sini ada menu ketupat sayur, lontong pecel, bubur ayam, mie pangsit, aneka jajanan pasar, dan minuman teh/kopi.
Obrolan pagi di warung kopi mestinya beragam, dari A sampai Z. Tapi tidak dengan kami, di tengah kesibukan makan perbincangan didominasi perihal kegiatan pembagian masker. Kesimpulannya, tempat pembagian masker berikutnya di perempatan Tugu Zapin, dan akan dilakukan sekitar jam 1 siang. Sip. Sarapan dan obrolan tuntas, kami pun berpencar. Ada yang ke kantor, ke rumah, dan tempat lainnya. Saya, Elvina, dan Mirwan ikut Bang Putera, kembali ke Zuri Express.
RR Cafe Delima
Di sela-sela mengikuti kegiatan Bloggers Pekanbaru, saya menyempatkan mencari souvenir khas Riau. Nafi @annafimuja merekomendasikan Rumah Tanjak Riau. Katanya, di sana ada selendang songket dan tanjak yang bisa dibeli buat oleh-oleh. Memang sih cuma songket KW murah meriah, tapi lumayanlah buat dipakai ala-ala. Saya jadi penasaran ingin lihat-lihat.
Pukul 10 saya dan Vina berangkat ke Rumah Tanjak Riau yang terletak di Jalan Melati Indah, Delima, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru. Kami diantar oleh Bang putra. Nafi sudah menjelaskan lokasi toko ke Bang Putera. Karena itu dengan sangat percaya diri Bang Putra membawa kami tanpa dibantu google map, bahkan tanpa tahu alamat jelas toko. Bang Putera hanya berpatokan: Nggak jauh dari perempatan lampu merah, dan letaknya di sebelah kiri. Mana ada ketemu, yang ada kami bolak-balik kayak setrikaan sampai 3 kali 😂
Setelah dicarikan alamat lengkap oleh Nafi, akhirnya toko ketemu. Begitu kami sampai ternyata tokonya tutup. Tak menyerah, saya hubungi nomor telpon yang tertera pada spanduk di depan toko. Untunglah dijawab oleh pemiliknya langsung. Kami diminta menunggu, katanya anak gadisnya akan ke toko dalam waktu 15 menit. Duh, 15 menit lumayan lama, mending ngaso di kedai kopi, bisa sambil minum dan makan-makan sesuatu. Ngopi dimana?
Vina mengajak ke RR Cafe Delima, katanya di sana bisa buat duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kok Vina tahu? Ternyata, kafe yang terletak di Jalan Delima, Kel. Tabek Gadang, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru itu berada tak jauh dari tempat tinggal Vina. Masih daerah kekuasaannya juga. Pantesan 😄
Rumah Tanjak Riau
Kopi dan kudapan pisang goreng coklat keju di RR Cafe cukup ampuh mengusir kantuk. Semoga saja hal serupa dirasakan oleh Bang Putra dan Vina. Saya perhatikan mereka sudah terkantuk-kantuk sejak berangkat dari hotel. Harusnya kopi sudah membuat mereka segar lagi, semangat lagiii😄
Kami kembali meluncur ke Rumah Tanjak Riau. Sampai di sana, ternyata tokonya belum juga dibuka sodara-sodaraaa haha. Untunglah anak gadis yang punya toko sudah datang, tapi ia menunggu di luar. Heran juga, kenapa ia tak membuka tokonya, masuk, dan menunggu kami di dalam saja?
Ada banyak Tanjak dipajang, begitu juga kain dan selendang songket. Hmm..memang sih KW, bukan yang asli. Wajarlah kalau harganya murah meriah. Selembar selendang dibanderol Rp 60.000 dan Rp 50.000 untuk sebuah Tanjak. Warnanya banyak, cerah ceria meriah. Saya jadi punya ide untuk menjadikannya sebagai souvenir. Ya, souvenir untuk acara blogger gathering Asus di Balikpapan. Selain unik dan bisa dipakai bareng-bareng pas acara, juga cocok dengan tema "Colorful of My Life" yang akan diusung.
Saya membeli sepasang selendang dan tanjak untuk souvenir pribadi. Untuk souvenir acara Asus akan saya pesan di kemudian hari. Nanti biar dikirim via kurir saja ke Jakarta. Siti, anak gadis yang punya toko mengerti maksud saya, ia setuju dan mengatakan bisa. Alhamdulillah.
Saya menyukai produk khas tiap daerah. Menjadikannya souvenir untuk acara adalah cara sederhana saya dalam menghargai suatu budaya, dan mengenalkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya. Sama seperti acara blogger gathering ASUS di Bandung pada bulan April lalu, syal tenun saya jadikan souvenir untuk bloggers Bandung. Tanjak hadir di Balikpapan pasti akan menjadi sesuatu yang unik, bukan?
Makan Siang di Sultan Resto
Belum afdol kulineran di Pekanbaru bila belum menyantap Masakan Khas Melayu. Ok baiklaaaah...mari datang ke Sultan Resto.
Pertama kali saya dengar nama Sultan Resto dari Ibu Amanda saat kami sama-sama ke Pekanbaru pada Bulan Juli lalu. Sayangnya waktu itu kami belum sempat ke Sultan Resto. Maka kali ini, keinginan untuk mencicipi menu khas Melayu di Sultan Resto harus jadi.
Sultan Resto, sebuah resto dengan unsur khas Melayu yang kental, bangunannya mengadopsi arsitektur Kesultanan Siak. Saya datang ke sini nggak cuma bisa menikmati beragam menu Khas Melayu, tapi juga bisa belajar budaya Melayu dan sejarah Kota Pekanbaru melalui foto-foto lama yang terpajang di dinding restoran.
Banyak pilihan menu yang bisa dipilih sesuai selera. Untuk momen pertama berkunjung, saya sangat tertarik pada menu Pindang Senangin. Apa pula itu? Ternyata Senangin itu nama ikan. Saya kira pindang yang bermakna "menyenangkan" 😆 Wah, hal baru nih kenal nama ikan Senangin. Saya kira ikan sungai lho, ternyata ikan laut. Pindangnya sangat enak. Cita rasa kuahnya cocok dengan selera saya. Saya nggak ada sampai berkomentar begini, "aduh asem banget, aduh rasa kunyit dan cabenya kebangetan nih..." Begituuuu!
Makan enak di Sultan Resto bareng Bang Putra, Vina, dan Arief. Formasi lengkap Blus nih ceritanya he he. Kami makan agak ngebut, diburu waktu untuk kegiatan bagi-bagi masker.
Semoga saja ada kesempatan ke Pekanbaru lagi untuk mencoba menu-menu lainnya sampai puas!
Oh iya, saya melewatkan bagian pelayan berpantun. Jadi di resto ini tuh ya, sesaat setelah makanan terhidang, si kakak pelayan akan berpantun. Pantun ala Melayu. Saya nggak lihat karena sedang berada di lantai atas untuk salat. Hmm jadi penasaran seperti apa pantunnya.
Ada lagi nih yang unik, wadah tempat air cuci tangan berupa teko. Tangan yang akan dicuci ditaruh di atas wadah lainnya, lalu disiram air yang dituangkan dari dalam teko. Jadi cuci tangannya bukan dicelup-celupkan ke air dalam mangkok seperti cara cuci tangan di rumah makan Padang 😀
Perempatan Tugu Zapin
Sesi kedua pembagian masker dilakukan di perempatan Tugu Zapin depan kantor gubernur Riau. Kami berada di sana sekitar pukul 2 siang. Matahari sedang garang segarang-garangnya. Panasnya menyengat, bikin badan banyak berkeringat. Tapi percayalah, sepanas apapun cuaca siang itu, tak melunturkan semangat kawan-kawan blogger Pekanbaru.
Vina dan Bang Putra kembali turun di jalan. Kali ini ada Arief ikut serta. Bang Andrew, Mirwan, dan Muthia baru datang kemudian. Tim bagi-bagi masker jadi banyak lagi. Semua turun ke jalan, kecuali saya, hanya berdiri di pinggir jalan sambil memegang kamera, mengabadikan kegiatan.
Perempatan Tugu Zapin ramai kendaraan. Saat lampu merah adalah saat yang aman untuk menghampiri para pengendara. Masker Nexcare dan N95 dibagikan, sebanyak yang bisa dibagi.
Hampir 1 jam di jalan. Tepat pukul 3 sore masker habis dibagikan, bertepatan dengan waktu saya untuk undur diri dari kegiatan. Saya harus bergegas ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Pukul 17 Batik Air akan membawa saya terbang meninggalkan Riau.
Di perempatan Tugu Zapin saya berpisah dengan kawan-kawan blogger. Perpisahan yang tak bisa dipungkiri menghadirkan sejumput rasa sedih, seolah bakal lama berjumpa lagi dengan mereka yang sudah seperti saudara. Apakah bakal ada rindu di tiap asap yang mengudara?
Semoga Tak Ada Lagi Api dan Asap di Riau
Kabut asap sangat berbahaya bagi kesehatan pernafasan. Jangankan orang-orang yang berada di dekat sumber kebakaran, mereka yang berada di daerah yang jauh dari sumber asap juga bisa merasakan dampak yang serius.
Suami saya pernah di Riau pada tahun 2012 sampai 2015. Ia memiliki pengalaman buruk terhadap kabut asap yang terjadi pada tahun 2015. Ia tahu persis bagaimana rasanya menderita bernafas dalam tebalnya asap, dan itu yang membuatnya mengerti betapa mengerikan dampak asap bagi kesehatan pernafasan dalam jangka panjang.
Kegiatan bagi-bagi masker gratis adalah langkah kecil yang dilakukan oleh Blogger Pekanbaru dalam upaya mengatasi dampak kabut asap yang terjadi. Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia yang fokus pada gerakan pelestarian hutan mendukung penuh kegiatan ini. Harapannya, tentu yang paling utama tidak ada lagi peristiwa kebakaran hutan, disengaja maupun tidak. Masyarakat bisa hidup aman dan sehat.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan tak hanya melanda Riau, tapi juga daerah lain seperti Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Kebanyakan dari kita tahu, kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Asap yang ditimbulkan juga menjadi polusi udara yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik. Selain itu, asap bisa mengganggu jarak pandang, terutama untuk transportasi penerbangan.
Kita tak boleh menutup mata pada semua itu bukan?
Kondisi Riau memang memprihatinkan. Mungkin karena itu pula pada hari yang sama, Selasa 13/8/2019 Menteri LHK Siti Nurbaya, Kapolri Tito Karnavian, Panglima TNI AD Hadi Tjahjanto, KA BPNB Doni Manardo, Gubernur Riau H. Syamsuar dan Forkompinda meninjau dan melakukan pemadaman titik api yang berada di 23 jalan koridor Langgam, Kab. Pelalawan, Riau.
Semoga ada solusi jitu yang dapat membuat bencana karhutla tak terulang lagi di masa yang akan datang.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa laporan kegiatan Blogger Pekanbaru bagi-bagi masker diisi oleh cerita tentang kuliner, hotel, tanjak, hingga restoran? Karena saya seorang travel blogger. Saya juga melihat Pekanbaru dari sisi saya sebagai seorang pejalan yang gemar berwisata. Selama ada kabut asap, apa yang terjadi dengan kegiatan pariwisata di kota ini? Apakah masih bergeliat dan menarik untuk dinikmati?
Buat saya, Pekanbaru adalah kota yang menyenangkan untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata. Banyak hal yang bisa dikagumi di sini. Banyak hal menarik yang bisa dituliskan. Banyak objek menawan yang bisa diabadikan dalam lensa. Banyak cerita yang bisa dituturkan. Banyak hal baik yang bisa dirasa.
PEKANBARU TANPA ASAP bikin siapapun jadi betah dan rindu untuk kembali.
Mari lebih peduli pada kebakaran hutan agar Indonesia lebih sehat, nyaman, dan aman.
www.yayasandoktorsjahrir.com
www.lestarihutan.id
IG: @yayasandoktorsjahrir
Twitter: @YSjahrir
Terima kasih kepada:
Senin malam Elvina, Bang Andrew, Athrie, Mirwan, Muthia menemui saya di hotel. Sebuah perjumpaan yang menyenangkan! Gimana nggak merasa bahagia bertemu mereka yang ramah-amah dan penuh kehangatan?? Api kali hangat 😛
Senang banget pastinya bertemu Bloggers Pekanbaru. Meskipun event Forest Talk sudah berlalu, silaturahmi kami nggak putus, tetap terjalin baik, bahkan menjadi akrab 💗
Malam itu rencananya mau rakor. Ceilah rakor haha. Rakornya di Restoran Plaza, Plaza Senapelan. Eh nggak ding, rakornya nanti di hotel, sambil beres-beres masker. Tapi kami tetap keluar, cari makan dulu. Saya lapar maksimal maaaak! Setelah kenyang, kami langsung balik hotel, saya motoran dibonceng Vina. Ajib juga motoran malam-malam sama Vina. Diajak ngebut padahal katanya dia nggak hafal rute haha
Restoran Plaza, Plaza Senapelan |
Masker-masker Untuk Korban Kabut Asap
Sebanyak 1 koper dan 2 dari 4 dus masker kami bongkar. Satu persatu dikeluarkan plastik. Plastiknya jadi sampah. Bah! Pekerjaan membongkar masker tak membutuhkan waktu lama, ada tangan Mirwan dan Vina yang lincah. Tas kain dari Lestarihutan.id yang dibagikan saat event jadi wadah masker, buat dibawa saat pembagian. Nggak hanya tas kain, rompi lestari hutan yang kece itu pun akan dipakai selama kegiatan, biar jadi identitas, bukan untuk gaya dan pamer nama.
Mirwan bertugas menjadi seksi dokumentasi, yang lainnya membagikan masker. Saya? Saya tukang mengamati saja hoahaha. Oh hei, kenapa mesti didokumentasikan segala? Berbagi mah berbagi aja, selesai. Nggak perlu orang tahu yeee kaaan? Hoho...kegiatan positif yang didokumentasikan dan nantinya bakal dibagikan ke medsos salah satu tujuan baiknya supaya bisa menginspirasi orang lain untuk ikut peduli. Kembali ke niaaaat :))
Pukul 5 subuh semua diahruskan kumpul di lobi Hotel Zuri Express, dan diharapkan jam 6 sudah di lokasi. Tempat pertama yang akan di datangi adalah Pasar Sukaramai. Kenapa pasar? Karena di pasar tempatnya orang beraktifitas di luar dan pastinya memerlukan masker. Tempat lainnya adalah sekolah-sekolah, perempatan di jalan protokol, bundaran tugu, dan beberapa tempat terbuka lainnya. Targetnya pastilah orang-orang yang banyak beraktifitas di luar. Bila ada permintaan masker di daerah yang terjadi kebakaran hutan, insha Allah akan dikirim.
Demikianlah rakor malam itu, di hotel Zuri Express. Rapat ala-ala itu dipimpin oleh Bang Andrew dengan penuh kesantaian dan kemanjaan. Mantul kan? Yoi 😂
Malam-malam tetap meluangkan waktu buat kumpul begini |
Hari Berbagi Masker Gratis
Selasa pagi (13/8) sekitar jam 5 bang Andrew dkk sudah tiba di hotel. Hal itu membuat saya dan Vina panik, pasalnya kami bangun kesiangan. Athrie menemui kami di kamar, bikin makin panik saja karena kami belum siap huhu. Akhirnya, urusan mandi, berpakaian, dan dandan ala wanita jadi ngebut but buuuuut 💨💨
Pagi itu kami berenam. Ada Hairil, Mirwan, Athrie, Vina dan Bang Andrew. Hanya mereka yang bisa ikut pagi. Blogger lainnya akan menyusul dan bertemu di lokasi. Pasar Sukaramai kami tempuh dengan jalan kaki dari hotel. Nggak jauh, sekitar 300 meter saja. Lumayan buat mengolahragakan kaki, biar nggak manja naik kendaraan mulu. Padahal sampai sana pegel juga ciiiin haha dasar anak manja!! 😂
Selama berjalan menuju pasar, Hairil dan Bang Andrew mulai membagikan masker kepada orang-orang yang ditemui. Mulai tukang ojek, petugas kebersihan yang menyapu jalan, dan siapa saja yang berpapasan di jalan.
Masih subuh kumpul di lobi Zuri Express |
Lebih pagi lebih baik |
Jalan kaki menuju pasar |
|
Pagi itu tak hujan, kota tampak berselimut kabut asap. Tipis sih, sependek yang saya lihat. Tapi, setipis apapun itu, tetaplah asap. Tidak bagus untuk kesehatan, bukan? Pasar Sukaramai seperti namanya, ramai orang lalu lalang dan berjualan. Di sanalah teman-teman blogger memulai kegiatan berbagi masker.
Dari satu orang menjadi dua, belasan, puluhan, dan seterusnya hingga akhirnya masker habis! Namanya juga butuh, gratis pula, peminatnya banyak. Bang Andrew dan Athrie kembali ke hotel mengambil masker. Kami menunggu di pasar. Sementara itu, blogger lainnya mulai berdatangan. Ada Muthia, Mutie, Nafi, dan Bang Putera. Tim makin banyak. Hore!
Pembagian masker sesi dua jadi makin cepat selesai. Ludes dalam sekejab. Lega pastinya, meski sebuah garis merah agak tebal menghiasi lengan Bang Putera. Entah tergores oleh apa, mungkin cakaran tanda sayang dari ibu-ibu yang berebut masker 😅
Kedai Kopi 328 Pekanbaru
Tepat jam 7 pembagian masker di Pasar Sukaramai selesai. Sesuai pesan Bang Andrew, kegiatan akan dilanjutkan setelah Dzuhur karena pagi itu beberapa orang mesti berangkat ke kantor untuk bekerja, dan yang lainnya mesti kembali ke rumah untuk mengurus keluarga. Mengenai teknisnya gimana, Bang Andrew mengajak kami membicarakannya di Kedai Kopi 328.
Kedai Kopi 328 terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 328, Kota Pekanbaru. Lokasinya berjarak sekitar 50 meter dari pasar. Ketika datang, tampak banyak orang sedang makan. Apa yang membuat warung dekat pasar ini ramai? Apakah kopinya? Ah, enggak juga. Saya malah tak lihat ada bloggers yang pesan kopi 😂
Yang jelas, di sini ada menu ketupat sayur, lontong pecel, bubur ayam, mie pangsit, aneka jajanan pasar, dan minuman teh/kopi.
Obrolan pagi di warung kopi mestinya beragam, dari A sampai Z. Tapi tidak dengan kami, di tengah kesibukan makan perbincangan didominasi perihal kegiatan pembagian masker. Kesimpulannya, tempat pembagian masker berikutnya di perempatan Tugu Zapin, dan akan dilakukan sekitar jam 1 siang. Sip. Sarapan dan obrolan tuntas, kami pun berpencar. Ada yang ke kantor, ke rumah, dan tempat lainnya. Saya, Elvina, dan Mirwan ikut Bang Putera, kembali ke Zuri Express.
Abis kenyang oleh asap, gantian kenyang oleh makanan di Kedai Kopi 328 😃 |
RR Cafe Delima
Di sela-sela mengikuti kegiatan Bloggers Pekanbaru, saya menyempatkan mencari souvenir khas Riau. Nafi @annafimuja merekomendasikan Rumah Tanjak Riau. Katanya, di sana ada selendang songket dan tanjak yang bisa dibeli buat oleh-oleh. Memang sih cuma songket KW murah meriah, tapi lumayanlah buat dipakai ala-ala. Saya jadi penasaran ingin lihat-lihat.
Pukul 10 saya dan Vina berangkat ke Rumah Tanjak Riau yang terletak di Jalan Melati Indah, Delima, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru. Kami diantar oleh Bang putra. Nafi sudah menjelaskan lokasi toko ke Bang Putera. Karena itu dengan sangat percaya diri Bang Putra membawa kami tanpa dibantu google map, bahkan tanpa tahu alamat jelas toko. Bang Putera hanya berpatokan: Nggak jauh dari perempatan lampu merah, dan letaknya di sebelah kiri. Mana ada ketemu, yang ada kami bolak-balik kayak setrikaan sampai 3 kali 😂
Setelah dicarikan alamat lengkap oleh Nafi, akhirnya toko ketemu. Begitu kami sampai ternyata tokonya tutup. Tak menyerah, saya hubungi nomor telpon yang tertera pada spanduk di depan toko. Untunglah dijawab oleh pemiliknya langsung. Kami diminta menunggu, katanya anak gadisnya akan ke toko dalam waktu 15 menit. Duh, 15 menit lumayan lama, mending ngaso di kedai kopi, bisa sambil minum dan makan-makan sesuatu. Ngopi dimana?
Vina mengajak ke RR Cafe Delima, katanya di sana bisa buat duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kok Vina tahu? Ternyata, kafe yang terletak di Jalan Delima, Kel. Tabek Gadang, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru itu berada tak jauh dari tempat tinggal Vina. Masih daerah kekuasaannya juga. Pantesan 😄
Pisgor Coklat Keju RR Coffee |
Riau panas gaes, mudah haus mudah lapar bawaannya |
Keren tulisan di dindingnya |
Kopi dan kudapan pisang goreng coklat keju di RR Cafe cukup ampuh mengusir kantuk. Semoga saja hal serupa dirasakan oleh Bang Putra dan Vina. Saya perhatikan mereka sudah terkantuk-kantuk sejak berangkat dari hotel. Harusnya kopi sudah membuat mereka segar lagi, semangat lagiii😄
Kami kembali meluncur ke Rumah Tanjak Riau. Sampai di sana, ternyata tokonya belum juga dibuka sodara-sodaraaa haha. Untunglah anak gadis yang punya toko sudah datang, tapi ia menunggu di luar. Heran juga, kenapa ia tak membuka tokonya, masuk, dan menunggu kami di dalam saja?
Ada banyak Tanjak dipajang, begitu juga kain dan selendang songket. Hmm..memang sih KW, bukan yang asli. Wajarlah kalau harganya murah meriah. Selembar selendang dibanderol Rp 60.000 dan Rp 50.000 untuk sebuah Tanjak. Warnanya banyak, cerah ceria meriah. Saya jadi punya ide untuk menjadikannya sebagai souvenir. Ya, souvenir untuk acara blogger gathering Asus di Balikpapan. Selain unik dan bisa dipakai bareng-bareng pas acara, juga cocok dengan tema "Colorful of My Life" yang akan diusung.
Saya membeli sepasang selendang dan tanjak untuk souvenir pribadi. Untuk souvenir acara Asus akan saya pesan di kemudian hari. Nanti biar dikirim via kurir saja ke Jakarta. Siti, anak gadis yang punya toko mengerti maksud saya, ia setuju dan mengatakan bisa. Alhamdulillah.
Saya menyukai produk khas tiap daerah. Menjadikannya souvenir untuk acara adalah cara sederhana saya dalam menghargai suatu budaya, dan mengenalkannya kepada orang-orang yang belum mengetahuinya. Sama seperti acara blogger gathering ASUS di Bandung pada bulan April lalu, syal tenun saya jadikan souvenir untuk bloggers Bandung. Tanjak hadir di Balikpapan pasti akan menjadi sesuatu yang unik, bukan?
Wanita Melayu berselendang dan Laki-Laki Melayu bertanjak |
Makan Siang di Sultan Resto
Belum afdol kulineran di Pekanbaru bila belum menyantap Masakan Khas Melayu. Ok baiklaaaah...mari datang ke Sultan Resto.
Pertama kali saya dengar nama Sultan Resto dari Ibu Amanda saat kami sama-sama ke Pekanbaru pada Bulan Juli lalu. Sayangnya waktu itu kami belum sempat ke Sultan Resto. Maka kali ini, keinginan untuk mencicipi menu khas Melayu di Sultan Resto harus jadi.
Sultan Resto, sebuah resto dengan unsur khas Melayu yang kental, bangunannya mengadopsi arsitektur Kesultanan Siak. Saya datang ke sini nggak cuma bisa menikmati beragam menu Khas Melayu, tapi juga bisa belajar budaya Melayu dan sejarah Kota Pekanbaru melalui foto-foto lama yang terpajang di dinding restoran.
Banyak pilihan menu yang bisa dipilih sesuai selera. Untuk momen pertama berkunjung, saya sangat tertarik pada menu Pindang Senangin. Apa pula itu? Ternyata Senangin itu nama ikan. Saya kira pindang yang bermakna "menyenangkan" 😆 Wah, hal baru nih kenal nama ikan Senangin. Saya kira ikan sungai lho, ternyata ikan laut. Pindangnya sangat enak. Cita rasa kuahnya cocok dengan selera saya. Saya nggak ada sampai berkomentar begini, "aduh asem banget, aduh rasa kunyit dan cabenya kebangetan nih..." Begituuuu!
Arief dan Bang Putra |
Makan enak di Sultan Resto bareng Bang Putra, Vina, dan Arief. Formasi lengkap Blus nih ceritanya he he. Kami makan agak ngebut, diburu waktu untuk kegiatan bagi-bagi masker.
Semoga saja ada kesempatan ke Pekanbaru lagi untuk mencoba menu-menu lainnya sampai puas!
Oh iya, saya melewatkan bagian pelayan berpantun. Jadi di resto ini tuh ya, sesaat setelah makanan terhidang, si kakak pelayan akan berpantun. Pantun ala Melayu. Saya nggak lihat karena sedang berada di lantai atas untuk salat. Hmm jadi penasaran seperti apa pantunnya.
Ada lagi nih yang unik, wadah tempat air cuci tangan berupa teko. Tangan yang akan dicuci ditaruh di atas wadah lainnya, lalu disiram air yang dituangkan dari dalam teko. Jadi cuci tangannya bukan dicelup-celupkan ke air dalam mangkok seperti cara cuci tangan di rumah makan Padang 😀
@sultanresto.pekanbaru |
Perempatan Tugu Zapin
Sesi kedua pembagian masker dilakukan di perempatan Tugu Zapin depan kantor gubernur Riau. Kami berada di sana sekitar pukul 2 siang. Matahari sedang garang segarang-garangnya. Panasnya menyengat, bikin badan banyak berkeringat. Tapi percayalah, sepanas apapun cuaca siang itu, tak melunturkan semangat kawan-kawan blogger Pekanbaru.
Vina dan Bang Putra kembali turun di jalan. Kali ini ada Arief ikut serta. Bang Andrew, Mirwan, dan Muthia baru datang kemudian. Tim bagi-bagi masker jadi banyak lagi. Semua turun ke jalan, kecuali saya, hanya berdiri di pinggir jalan sambil memegang kamera, mengabadikan kegiatan.
Perempatan Tugu Zapin ramai kendaraan. Saat lampu merah adalah saat yang aman untuk menghampiri para pengendara. Masker Nexcare dan N95 dibagikan, sebanyak yang bisa dibagi.
Hampir 1 jam di jalan. Tepat pukul 3 sore masker habis dibagikan, bertepatan dengan waktu saya untuk undur diri dari kegiatan. Saya harus bergegas ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Pukul 17 Batik Air akan membawa saya terbang meninggalkan Riau.
Di perempatan Tugu Zapin saya berpisah dengan kawan-kawan blogger. Perpisahan yang tak bisa dipungkiri menghadirkan sejumput rasa sedih, seolah bakal lama berjumpa lagi dengan mereka yang sudah seperti saudara. Apakah bakal ada rindu di tiap asap yang mengudara?
Semoga Tak Ada Lagi Api dan Asap di Riau
Kabut asap sangat berbahaya bagi kesehatan pernafasan. Jangankan orang-orang yang berada di dekat sumber kebakaran, mereka yang berada di daerah yang jauh dari sumber asap juga bisa merasakan dampak yang serius.
Suami saya pernah di Riau pada tahun 2012 sampai 2015. Ia memiliki pengalaman buruk terhadap kabut asap yang terjadi pada tahun 2015. Ia tahu persis bagaimana rasanya menderita bernafas dalam tebalnya asap, dan itu yang membuatnya mengerti betapa mengerikan dampak asap bagi kesehatan pernafasan dalam jangka panjang.
Kegiatan bagi-bagi masker gratis adalah langkah kecil yang dilakukan oleh Blogger Pekanbaru dalam upaya mengatasi dampak kabut asap yang terjadi. Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia yang fokus pada gerakan pelestarian hutan mendukung penuh kegiatan ini. Harapannya, tentu yang paling utama tidak ada lagi peristiwa kebakaran hutan, disengaja maupun tidak. Masyarakat bisa hidup aman dan sehat.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan tak hanya melanda Riau, tapi juga daerah lain seperti Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Kebanyakan dari kita tahu, kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Asap yang ditimbulkan juga menjadi polusi udara yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik. Selain itu, asap bisa mengganggu jarak pandang, terutama untuk transportasi penerbangan.
Kita tak boleh menutup mata pada semua itu bukan?
Kondisi Riau memang memprihatinkan. Mungkin karena itu pula pada hari yang sama, Selasa 13/8/2019 Menteri LHK Siti Nurbaya, Kapolri Tito Karnavian, Panglima TNI AD Hadi Tjahjanto, KA BPNB Doni Manardo, Gubernur Riau H. Syamsuar dan Forkompinda meninjau dan melakukan pemadaman titik api yang berada di 23 jalan koridor Langgam, Kab. Pelalawan, Riau.
Semoga ada solusi jitu yang dapat membuat bencana karhutla tak terulang lagi di masa yang akan datang.
Bloggers Pekanbaru Peduli Korban Asap Riau |
Mungkin ada yang bertanya, mengapa laporan kegiatan Blogger Pekanbaru bagi-bagi masker diisi oleh cerita tentang kuliner, hotel, tanjak, hingga restoran? Karena saya seorang travel blogger. Saya juga melihat Pekanbaru dari sisi saya sebagai seorang pejalan yang gemar berwisata. Selama ada kabut asap, apa yang terjadi dengan kegiatan pariwisata di kota ini? Apakah masih bergeliat dan menarik untuk dinikmati?
Buat saya, Pekanbaru adalah kota yang menyenangkan untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata. Banyak hal yang bisa dikagumi di sini. Banyak hal menarik yang bisa dituliskan. Banyak objek menawan yang bisa diabadikan dalam lensa. Banyak cerita yang bisa dituturkan. Banyak hal baik yang bisa dirasa.
PEKANBARU TANPA ASAP bikin siapapun jadi betah dan rindu untuk kembali.
Mari lebih peduli pada kebakaran hutan agar Indonesia lebih sehat, nyaman, dan aman.
www.yayasandoktorsjahrir.com
www.lestarihutan.id
IG: @yayasandoktorsjahrir
Twitter: @YSjahrir
Terima kasih kepada:
- Bloggers Pekanbaru
- Yayasan Doktor Sjahrir
- Climate Reality Indonesia
- Mas Amril Taufik Gobel di Jakarta
- Utami Isharyani di Jakarta
- Mbak Anne di Jakarta
- Bang Putra Senapelan
- Bang Andrew Pradana
- Athrie
- Elvina
- Muthia
- Mirwan Choky
- Annafimuja
- Mutia
- Om Attayaya Yar Zam
Idolahku... Aku juga suka klo janjalan ke negeri org bawa leholeh khas sana. Miniml ada tulisan kota A atau apa gtu...
BalasHapusAda cerita di tiap perjalanan dan tujuan. Thanks Nafi sudah kenalkan aku pada Rumah Tanjak Riau. Jadi punya barang yang bisa dibeli banyak buat oleh-oleh di acara ASUS Balikpapan :)
HapusThank u mbaaaaakkk
BalasHapusThank you juga Tami!
HapusDatang lagii mmbbaaaa..
BalasHapusAku kemarin Korban asap, gile dah Bengeknya.
Datang lagi main ke Siak atau touring darat ke Sumbar kita
Insha Allah datang lagi, aku mau ke Siak, pingin banget ke sana.
HapusUhuyyyy!! Lengkap beud yaaa mamih. Dari dateng hingga kembali ke jakarta.
BalasHapusPerihal asap ngga akan pernah habis sih, tapi berkurang saja sudah alhamdulillah. Terimakasih buat manteman yang sudah peduli dan mau ikut turut serta membantu, baik turun langsung maupun materi. Terharu vinatuhhhh..
Sisi lain si mamih balik ke pekanbaru akhirnya dia bisa makan di sulthan resto wkkwkwwk
Wkwwk Pindang Ikan di Sultan Resto bikin aku ketagihan!
HapusUhuyyyy!! Lengkap beud yaaa mamih. Dari dateng hingga kembali ke jakarta.
BalasHapusPerihal asap ngga akan pernah habis sih, tapi berkurang saja sudah alhamdulillah. Terimakasih buat manteman yang sudah peduli dan mau ikut turut serta membantu, baik turun langsung maupun materi. Terharu vinatuhhhh..
Sisi lain si mamih balik ke pekanbaru akhirnya dia bisa makan di sulthan resto wkkwkwwk
mantep banget, semoga membantu masyarakat Riau yang sedang terkena kabut asap
BalasHapusAamiin. Hanya langkah kecil, semoga menjadi inspirasi bagi pihak lain yang bisa peduli lebih banyak :)
HapusRiau emg langganan soal asap ini. Sama seperti yang saya alami 3 tahun di Kalbar.
BalasHapuskeren mb Rien aksinya, kecil tapi nyata. Kecil bagi sebagian orang tapi sesungguhnya hal yang sangat besar menurut saya.
Ngeri banget bang asapnya. Semoga sekarang sudah berkurang banyak dan akhirnya ga ada asap lagi ya
HapusMaraknya berita soal asap bring me here. Saudara saya di Palembang juga terkena kabut asap. Asapnya tebal plus bau yang sangat menyengat. Enggak terbayangkan di daerah yang lebih dekat dengan titik asap. :( Semoga keadaan segera membaik.
BalasHapusAamiin.
Hapus