Warung Nasi Bu Imas - Ragam makanan di Bandung seolah nggak ada habisnya. Mulai dari kuliner pinggir jalan yang enak-enak, sampai kuliner papan atas yang bayarnya mesti merogoh kocek dalam-dalam ada banyak. Jika mampir ke Bandung, rasanya kurang lengkap jika tak mencicip masakan khas Sunda. Di mana tempat makan hidangan Sunda yang enak di Bandung? Jika selama ini Asli Laksana atau Ampera jadi buah bibir, kali ini ada satu lagi yang nggak kalah kondang, namanya Warung Nasi Bu Imas. Selain jadi favorit penggemar masakan Sunda, juga paling banyak direkomendasikan sebagai destinasi wisata kuliner di Bandung.
Warung Nasi Bu Imas Bandung |
Dari De Braga By Artotel Cerita Bermula
Minggu (14/4/2019) adalah hari kedua saya di Bandung dalam rangka kegiatan ASUS ZenBook Roadshow. Setelah acara blogger gathering di Hotel Savoy Homman plus jalan-jalan seru di Jalan Braga hari Sabtu (13/4/2019), selanjutnya saya dan Anjas Maradita pindah penginapan ke De Braga Hotel by Artotel. Dari sinilah cerita kulineran di Warung Nasi Bu Imas bermula.
Jadi ceritanya, hari Minggu itu saya berencana jalan-jalan dulu sebelum pulang ke Jakarta. Jadwal kereta kami sore jam 3. Pagi-pagi saya langsung beres-beres. Semua barang sudah rapi, tinggal berangkat. Tentunya, saya tak melewatkan sarapan. Jamu, telur, bubur, kue, nasi, semua saya santap supaya bertenaga untuk beraktivitas seharian.
Baca dulu: ASUS Blogger Gathering Bandung
Baca dulu: ASUS Blogger Gathering Bandung
Di Bandung bersama Anjas Maradita dan blogger Bandung |
Hari beranjak siang, waktu sarapan hotel sudah habis. Si Anjas belum juga keluar kamar. Dia lelah dan tidur sampai siang sodara-sodara! Huaaa….gimana rencana jalan-jalannya?
Saya mondar-mandir di hotel. Jalan ke kolam renang hotel, masuk kamar, keluar lagi, liat-liat pemandangan pagi dari lantai (lupa lantai berapa belas), dan menikmati semua itu sambil kesal. Iya, kesal karena mau jalan nggak ada temannya. Nunggu Anjas lama sekali.
Akhirnya jelang makan siang kami baru keluar hotel, jalan kaki menyeret koper ke Jalan Asia Afrika (dekat kok, sekitar 100 meter). Kami berhenti di depan Starbucks. Melewati orang-orang sedang syuting entah apa. Di situ Anjas dihampiri seseorang. Fans-nya! Aih, beken sekali anak muda satu ini. Sudah 2 kali saya liat dia disamperi subscriber channel Youtube nya. Abis itu kami pesan taksi online. Mau kemana? Makan siang sodara-sodara. Anjas kelaparan. Rasakan! haha
Akhirnya jelang makan siang kami baru keluar hotel, jalan kaki menyeret koper ke Jalan Asia Afrika (dekat kok, sekitar 100 meter). Kami berhenti di depan Starbucks. Melewati orang-orang sedang syuting entah apa. Di situ Anjas dihampiri seseorang. Fans-nya! Aih, beken sekali anak muda satu ini. Sudah 2 kali saya liat dia disamperi subscriber channel Youtube nya. Abis itu kami pesan taksi online. Mau kemana? Makan siang sodara-sodara. Anjas kelaparan. Rasakan! haha
De Braga By Artotel Bandung |
Rekomendasi Warung Nasi Bu Imas
Kami dapat rekomendasi Warung Nasi Bu Imas dari Putri Zhea Wizeanda, wanita Spanyol yang biasa dipanggil Zii (((Spanyol))). Dia salah satu peserta blogger gathering. Blognya di www.bellabellezhee.com. Seperti biasa, tiap roadshow kami pasti minta rekomen tempat kuliner ke bloggers. Sayang kan sudah jauh-jauh berkunjung tapi nggak dimanfaatkan mencari pengalaman baru, kulineran misalnya. Promosi apik ala Zii memang sukses bikin saya penasaran. Gimana nggak penasaran wong dia sampai bilang ikan bakarnya maknyus, sambal dadak dan leuncanya cetar, lalap petainya aduhai, ayam gorengnya warbiyasak….aarghhh!
Sewaktu mau pesan taksi, saya agak bingung juga pilih lokasi tujuan karena ada beberapa alamat yang muncul di pencarian. Kata Zii, cari saja Warung Nasi Bu Imas Jl. Balonggede No.67. Ok, akhirnya ketemu. Saya dan Anjas meluncur pakai GO-CAR. Jarak tempuhnya sekitar 1 kilometer saja dari Starbucks Asia Afrika. Oalah ternyata dekat. Pantes waktu perjalanannya cepat. Cuma memang agak belok-belok. Kalau disuruh mengingat lagi rutenya, saya nyerah.
Supir sempat tanya warung mana yang jadi tujuan, karena di Jalan Balonggede itu ada 3 warung Nasi Bu Imas. Waduh, meneketehe haha. Pokoknya yang paling cepat sampai saja. Sudah nggak tega lihat Anjas hampir semaput. Akhirnya kami sampai di sebuah warung yang terletak di pertigaan jalan. Iya, persis di pertigaan yang sempit. Sempit karena di situ ada banyak sekali motor parkir sampai susah lewat. Motor orang-orang yang makan di Warung Bu Imas. Rame banget cyin!
Selalu ramai pengunjung |
Warung Nasi Bu Imas Sejak 1980
FYI, Jalan Balonggede adalah jalan yang memanjang dari Alun-Alun hingga ke ITC Kebon Kelapa di Jalan Pungkur. Nah, di jalan itulah 3 Warung Nasi Bu Imas Berada. Warung yang saya datangi berada di ujung jalan Balonggede. Warungnya cukup besar dan berlantai dua. Kalau dilihat dari luar sih kecil. Tapi kalau sudah masuk, jreng….cukup besar. Panjang ke belakang dan ada lantai duanya. Kelihatan sempit karena warungnya penuh orang, jadi tampak mengurangi luas ruangan.
Warung Nasi Bu Imas sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Menurut cerita, dulu warung Bu Imas berawal dari warung nasi yang sangat kecil di pojokan Jalan Balonggede dan Jalan Pungkur. Meski kecil tapi masakannya enak dan disukai banyak orang. Pelanggan jadi banyak. Kadang melebih kapasitas warung. Akhirnya warung ditambah, dibangun di tiga tempat. Konsisten pada ciri khas dan citarasa masakan Sunda lah yang membuat Warung Nasi Bu Imas menjelma menjadi rumah makan besar.
Meskipun di sepanjang Jalan Balonggede itu ada 3 rumah makan bertuliskan 'Warung Nasi Ibu Imas', tapi dapurnya tetap satu. Warung yang ada dapurnya merupakan warung pertama yang didirikan. Jadi kalau misal satu warung ramai, pengunjung bisa pindah ke dua warung lainnya. Bangunan paling baru dinamakan Warung Bu Imas 48, warung paling besar di antara 3 warung yang ada.
Tak pernah sepi pengunjung |
Ciri Khas Warung Sunda
Ciri khas makan di rumah makan Sunda adalah duduk di bangku panjang dengan makanan yang sudah tersedia di meja panjang. Begitu juga di Warung Bu Imas. Kalau bisa sih pilih meja yang di atasnya sudah terhidang beragam jenis lauk dan sayur. Saya dan Anjas boro-boro dapat meja yang ada hidangannya, meja kosong saja susah dicari. Nyaris antri kalau saja kami tidak jeli menemukan bangku kosong di antara orang-orang yang sudah duduk.
Saat memasuki warung, kami disambut sebuah gerobak besar. Di dalamnya terhampar segala macam lauk yang siap dihidangkan untuk pemesan. Sedangkan di bagian atasnya tergantung petai-petai. Bagi penggemar petai, pasti bakal jingkrak-jingkrak makan di sini.
Jangan harap ada pelayan menyambut dan mengantar ke meja, mereka sangat sibuk melayani pembeli yang sudah duduk saja. Cari sendiri dulu tempat duduk, baru dilayani. Di sini, seragam karyawan dan interior warung berwarna kuning dan hijau, ciri khas Warung Nasi Bu Imas. Pelayannya banyak tapi agak lambat melayani saking ramainya orang. Jadi kudu sabar bagi yang laparnya sudah tingkat dewa. Dengan ruangan semi terbuka, tentu saja tanpa AC. Cuma ada kipas angin yang berputar-putar manja.
Baca juga: Kuliner Kopi Asiang Pontianak
Baca juga: Kuliner Kopi Asiang Pontianak
Di sini biasa makan satu meja dan satu bangku dengan orang lain |
Meja-meja selalu penuh |
Ragam Menu Warung Nasi Bu Imas
Lauk : Ayam bakar/goreng, ikan mas goreng/bakar, rendang, limpa, paru, babat, kikil, belut, otak sapi, udang goreng, telor dadar, usus ayam, cumi, ampela goreng, tahu goreng, tempe goreng, tempe bacem, perkedel jagung, perkedel kentang.
Aneka pepes: Pepes ikan, pepes teri, pepes jamur, pepes ayam, pepes tahu, pepes usus.
Sayur & sop: Sayur asem hingga Sop kikil.
Lainnya: Petai, Kerupuk Palembang, Kerupuk Aci.
Minuman: Jus strawberry, jus sirsak, jus jambu, jus mangga, jus alpukat, susu soda, es jeruk, jus tomat, jus jeruk, teh botol sosro, fruitea, S-Tea, Tebs, Prima.
Semua menu lauk, sayur, sop, dan pepesan baru dibuat setelah diorder. Misalnya ayam, baru digoreng/dibakar setelah ada yang pesan.
Baca juga: Kuliner Pindang 77 Bengkulu
Baca juga: Kuliner Pindang 77 Bengkulu
Aneka lauk di warung nasi Bu Imas |
Lauk-lauk ini baru digoreng jika sudah dipesan |
Sambalnya Luar Biasa
Ayam Bakar, Paru, Otak Sapi, dan Pepes Jamur jadi pilihan kami. Saya makan nasi lauk otak sapi dan paru, Anjas pakai Ayam Bakar. Ayam bakarnya berukuran sedang. Saya tak ikut icip-icip, tapi kata Anjas teksturnya empuk dan citarasanya enak. Saya percaya Anjas bilang enak, sebab ayam itu dia makan sampai habis. Hmm…sebenarnya antara lapar dan enak beda tipis sih haha. Tapi beneran, kata orang-orang ayam bakar/goreng Warung Bu Imas tuh memang enak kok. Jadi favorit banyak pelanggan.
Saya terbuai oleh kelezatan dua potong paru goreng berukuran besar yang digoreng tidak kering. Kenyal dan empuk ketika digigit. Otak sapi yang saya pesan juga nggak kalah enak. Sama-sama jadi lauk terenak yang saya makan saat itu. Senang deh nggak salah pilih lauk. Soalnya, paru dan otak sapi itu tanpa rekomendasi siapa-siapa. Cuss saja pesan karena memang jadi kesukaan.
Sambal Dadak & Karedok/Sambal Leunca |
Sambal Dadak dan Karedok Leunca
Karedok/sambal Leunca dan Sambak Dadak menguasai kenikmatan makan siang itu! Yessss….buat saya sambal inilah sang primadona Warung Bu Imas.
Ketika semangkuk sambal dadak dan semangkuk leunca diletakkan di depan mata, terlalu gila kalau berlama-lama mendiamkannya. Setelah difoto-foto gembira demi konten blog, segera saya jamah itu leunca dan dadak. Mau tahu rasanya? Rasa pahit leunca berpadu dengan terasi udang, cabe rawit, bawang putih dan kencur. Tambahan daun kemangi memberi aroma wangi dan rasa yang khas pada karedok leunca. Saya menyendok kuahnya, menumpahkannya di atas nasi. Dan melahapnya dengan menggunakan telapak tangan, bukan sendok. Gils…nikmatnya juara!
Jangan tanya gimana rasa sambal dadak. Sambal ini berwarna merah, agak berair dengan sensasi semburat terasi dan citarasa pedas. Sengatan cabainya membuat bibir panas. Saya kepedasan enak. Mulut berdesis. Tiap berapa suap menyeruput es teh, berusaha membilas sambal di mulut, menghilangkan pedas. Semakin dihilangkan ternyata semakin menggila pedasnya. Butir-butir keringat muncul di dahi. Mata melotot. Kipas angin seperti tak ada gunanya.
Benar kata Zii, sambal dadak dan leunca di Warung Bu Imas ini memang juara. Saya nyaris jingkrak-jingkrak saking senangnya makan dadak dan leunca enak.
Sambal-sambal itu disajikan gratis bersama lalapan timun, selada air, dan daun tespong. Semuanya terasa nikmat saat dimakan dengan nasi putih hangat. Sorga bagi penggemar masakan rumahan ala Sunda.
ready for lunch |
Harga Murah Makan Nikmat
Makanan enak selalu mahal?? Oh, itu nggak berlaku di Warung Nasi Bu Imas. Harga makanan disini sangat affordable. Total makan saya berdua Anjas hanya Rp 98.890 pakai ayam bakar, 2 paru, otak sapi, pepes jamur, sudah termasuk nasi, es jeruk, dan es teh. Sambal dadak dan karedok leunca nya gratis. Lalap daun-daunannya juga gratis!
Kalau datang sendiri bawa uang 100.000, dijamin bakal berpesta menghabiskan banyak macam lauk. Hehe. Intinya, kalau mau makan nikmat tanpa menguras kantong ya ke Warung Bu Imas ini cocok banget.
Ayam bakar, paru, dan otak sapi |
Favorit Penggemar Masakan Sunda
Warung Nasi Ibu Imas akan menjadi warung favorit saya bila ke Bandung lagi. Sederhana tapi nikmat. Pastinya, bikin nagih. Buktinya hari ini, saat saya membuat tulisan ini, saya mendadak menghubungi teman-teman blogger Bandung di WAG ZenBookID_Bandung. Saya bertanya, apakah Warung Bu Imas melayani delivery ke BSD Serpong Tangsel? Kata Tian Lustiana tidak bisa. Harus ada yang membelikan, lalu dikirim pakai kurir yang sehari sampai, misalnya Paxel.
Insha Allah weekend ini saya akan bersantap malam dengan menu dari Warung Nasi Bu Imas. Berkat kebaikan Tian ini bisa terjadi. Ia membantu mewujudkan rasa kepingin saya hehe sudah mirip orang ngidam saja. Tapi sungguh, menu Karedok Leunca, sambal dada dan ayam bakar/goreng Warung Bu Imas itu memang spesial.
Good food. Good time. Good friend |
Masih banyak variasi menu makanan Sunda lainnya yang bisa dinikmati di Warung Nasi Bu Imas. Tinggal datang dan pilih sesuai selera.
Buat yang sudah ke Warung Bu Imas, cerita dong pengalamannya makan di sana.
Warung Nasi Ibu Imas
Jalan Balong Gede No. 67
Bandung
Telp: (022) 4233954
Buka: 24 jam
Heheheheh sampe niat di paketin kak.. Next kalau ngiler lagi aku yang paketin.. Heheheh nampol kannn
BalasHapusWarnas Bu Imas ini jadi favorite keluarga saya mbak Rien, paling suka sama paru dan ayam bakarnya, enak. kalau anak saya suka cumi bakarnya, semuanya enak
BalasHapusAku baca ini tengah malem jadi pengen sambelnya sama karedok leunca. duh, ngiler aku, mbak Rien.
BalasHapusWaini.. aku kemaren makan yang di lantai bawah. Kalap, semua kepengen dicomotin. Dipajang di depan mata gitu soalnya 😅
BalasHapusPertama-tama, "Hai, Anjas..." Eh, haha... Wah asyiknya ya, Mba Rien. Lagi event Asus, bisa sekalian kulineran yang deket2 di Bandung. Terlebih kulinernya pun enak, walau rame banget ya kedainya. Lagi jam makan siang sih ya. Saya juga suka samba leunca, walau oncom leunca sih yang tetap jadi favorit, hehe... Otak sapi udah jarang makan deh, enak ini kayaknya ya...
BalasHapusAduh..aduh..bahayaaaa ini sajian berselera di warung nasi Bu Imas 🤣🤣🤣 Petenyaaa joss, sambal dadaknya mantap. Ngayal dulu kan belom nyobain wkwkwkwkw. Kursi panjang dan ruangan luas trus pengunjung ruameeee, khas banget warung makan sunda nih. Dijejerin juga semua makanannya duuuuh ngeces abiiissss.. Kapan dong aku diajak mamam bareng mb Rien ketjeh ini? 😋😍
BalasHapusKayaknya waktu ke bandung aku pernah makan di rumah makan persis gtu tapi lupa namanya, lokasinya deket gedung sate, mungkin khas rumah makan Sunda gtu kali ya, model bangkunya rame2 dan bisa pilih lauk sendiri jg.
BalasHapusYg khas emang sambel dan lalapannya ya mbak. AKu kyknya bakal nambah nasi kalau makan di sana apalagi kalau sambelnya enak dan lauknya jg gak pelit2 ukurannya :D
Di Bandung kan memang jalannya belok2 dan hampir sama semua bangunannya. Saya berkali2 ke bandung juga ga hafal2 jalannya.. Hahaha.. Mirip semuaaa..
BalasHapusWah boleh lah kalau nginep kesana lagi mampir ke warung Bu Imah nih