Padanan permai antara gunung dan laut menjadi simfoni unik Bumi Marijang, bersanding sejarah yang menghidupkan julukan legendaris The Spice Island.
Tidore Kepulauan - Maluku Utara |
Nama Tidore berasal dari rangkaian kata "To Ado Re" yang berarti "Aku Telah Sampai". Sebelum itu, Pulau Tidore dikenal dengan sebutan "Limau Duko" atau "Kie Duko" karena di pulau tersebut terdapat gunung berapi.
Adalah Kie Marijang, gugusan pulau tertinggi kepulauan Maluku, yang berdiri tegak di sana. Kini gunung tersebut sudah tidak aktif lagi. Marijang dalam bahasa Tidore bermakna gunung atau puncak yang indah.
Tidore kerap disandingkan dengan Ternate karena letaknya bersebelahan. Dua pulau ini hanya terpisah selat dan Pulau Maitara. Keindahan pemandangannya diabadikan dalam uang kertas Rp. 1000, di mana tergambar Pulau Maitara yang berada di antara keduanya. Dengan menumpang kapal cepat, pulau kecil yang dijuluki The Spice Island ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 15 menit dari Pelabuhan Bastiong, Ternate.
Tidore kerap disandingkan dengan Ternate karena letaknya bersebelahan. Dua pulau ini hanya terpisah selat dan Pulau Maitara. Keindahan pemandangannya diabadikan dalam uang kertas Rp. 1000, di mana tergambar Pulau Maitara yang berada di antara keduanya. Dengan menumpang kapal cepat, pulau kecil yang dijuluki The Spice Island ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 15 menit dari Pelabuhan Bastiong, Ternate.
Baca juga: Lomba Menulis Blog Tidore
Pulau Maitara yang tergambar dalam uang Rp 1.000,- |
BENTENG TAHULA
Bagi penggemar wisata sejarah dan budaya, ada 3 destinasi yang wajib dikunjungi di Tidore yaitu Benteng Tahula, Benteng Torre dan Kedaton Kesultanan. Ketiganya bukan hanya tercatat dalam kisah Indonesia, tapi mengguncang dunia sebagai titik pembuktian teori Heliosentri-nya Copernicus. Benteng Torre dan Tahula peninggalan Bangsa Portugis, menunjukkan bukti bahwa salah satu bangsa besar Eropa pernah berada di Pulau Tidore.
Benteng Tahula terletak di Jalan Syaifudin, Desa Soa Sio, Kota Tidore Kepulauan. Lokasi benteng berada di atas bukit yang curam di daerah pesisir. Untuk mencapai Benteng Tahula harus mendaki ratusan anak tangga hingga puncaknya. Di atas benteng terlihat jelas seluruh kota Sia Sio juga sebagian lekuk Pulau Tidore. Terdapat makam dan semacam kolam di halaman benteng.
Tonton juga video : Travel Blogger goes to Tidore
Salah satu sisi Benteng Tahula yang menghadap ke Soa Sio |
Benteng Tahula dikenal juga dengan nama Benteng Tohula atau Kota Hula. Pembangunannya baru dimulai pada tahun 1610 oleh Chirstobal de Azcqueta Menchacha (1610-1612), gubernur Spanyol saat itu. Pekerjaan pembangunan selesai tahun 1615 pada masa gubernur Spanyol Don Jeronimo de Silva (1612-1617) dan benteng ini diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore atau Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore. Spanyol menggunakan benteng ini hingga tahun 1662. Setelah kepergian Spanyol, pada tahun 1707, Belanda yang berkuasa saat itu meminta Sultan Tidore untuk menghancurkan Benteng Tahula. Namun, sebelum Benteng Tahula sepenuhnya dibongkar, Sultan Tidore Hamzah Fahroedin (1659-1700) meminta benteng dipertahankan sebagai tempat tinggal kerajaan.
Benteng Tahula adalah salah satu penanda perdagangan rempah di masa lalu. Benteng ini menjadi saksi ribuan pelayaran setiap harinya keluar masuk Pulau Tidore. Bukan hanya angkutan rempah, tapi juga pelayaran rakyat penghubung antar pulau-pulau di Maluku Utara.
Tangga menuju puncak benteng |
BENTENG TORRE
Benteng Torre dibangun atas perintah Sancho de Vasconcelos yang mendapat ijin dari Sultan Gapi Baguna tanggal 6 Januari 1578. Ijin ini didapat setelah Portugis diusir dari Ternate oleh Sultan Baabullah karena Portugis telah membunuh Sultan Khairun pada tahun 1570. Nama Torre kemungkinan berhubungan dengan nama kapten Portugis pada saat itu yaitu Hernando De La Torre.
Benteng Torre tidak berada di tepian laut, melainkan di atas bukit, tepat di buritan Kedaton Kesultanan Tidore. Secara keseluruhan Benteng Torre telah mengalami kerusakan dan hanya menyisakan kurang lebih 30% dari keseluruhan bangunan. Hanya dinding keliling bagian depan saja yang masih berdiri. Diduga akibat gempa yang seringkali terjadi di masa lalu. Setelah berabad-abad, baru pada tahun 2014 benteng ini dipugar.
Benteng-benteng yang dulu berdiri angkuh, sekarang melamun syahdu menyaksikan angin dan ombak bersabung di lautan. Tumpukan bebatuan muntahan dari gunung masih ada di sekitar benteng. Benteng yang berada di ketinggian ini menghadap ke arah tenggara dan berbentuk persegi empat dengan tambahan bangunan setengah lingkaran di sisi barat daya atau bagian kanan depan. Duduk-duduk sore di sini, mata saya dimanjakan oleh panorama laut Tidore yang biru. Sedangkan pada pagi hari, dari atas benteng yang kian dilanda uzur dan bermetamorfosis menjadi artefak dari masa silam yang hanya dibanggakan warga sekitarnya ini, kita dapat menyaksikan betapa menawannya matahari terbit di Tidore.
Tonton juga video : Benteng Torre Wisata Sejarah di Tidore
Benteng Torre di atas bukit |
NEGERI ATAS AWAN
Gura Bunga merupakan desa tertinggi di Tidore, berada di lereng Gunung Marijang yang mempunyai ketinggian 1.730mdpl, menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Maluku Utara. Gunung berbentuk kerucut hampir sempurna ini, dindingnya digurat banyak sumber air dan dirimbuni dengan tumpukan batu untuk ritual adat.
Untuk mencapai Kie Matubu (puncak Kie Marijang) diperlukan lima jam lagi perjalanan kaki. Dari puncaknya kita dapat menikmati panorama Pulau Ternate dan Maitara, Pulau Mare yang teluknya menjadi persingggahan kahia (lumba-lumba), serta hutan-hutan hijau di lembah sekeliling gunung yang memeluk hangat rimbun pohon pala dan cengkih, muara segala pelayaran akbar bermula.
Salah satu Negeri Atas Awan di Tidore ini seringkali diselimuti oleh kabut yang menimbulkan kesan magis. Dari sudut mana pun, suasana desa ini diselimuti ketenangan. Warganya senantiasa menyapa ramah. Rumah-rumah dengan halaman yang sangat bersih dihiasi bermacam bunga yang beraneka warna, membuat desa ini tampak menawan.
Tonton juga video : Negeri di Atas Awan Tidore
Rumah tradisional Tidore di Desa Gura Bunga |
Di Gurabunga masih terdapat rumah asli Tidore. Di sini pula para sowohi, yang menjadi penghubung Kesultanan Tidore dengan roh para leluhur, menetap. Kelurahan yang berada di ketinggian 900mdpl ini dihuni oleh lima marga dengan rumah adat masing-masing marga, menjadi simbol persatuan keanekaragaman adat budaya. Berbaur dengan masyarakat setempat dan mencoba merasakan sentuhan kehidupan dan kearifan lokalnya, menjadi pengalaman berharga yang saya dapat dari Gura Bunga.
Bulan April lalu, Gura Bunga menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Sonine Gurua, yaitu perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara tersebut diadakan perjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan seperti kofi dabe (kopi rempah) dll, serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Di sini pula diadakan prosesi Tagi Kie, yaitu prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou.
Gura Bunga di malam hari, berlatar Kie Matubu |
KAMPUNG KALAODI
Tidore mempunyai kampung Kalaodi yang disebut sebagai Kampung Ekologi Pelindung Tidore. Terletak di bagian utara Tidore dan berada di ketinggian sekitar 900mdpl. Kebun-kebun di kampung Kalaodi termasuk dalam kawasan hutan lindung Tagafura yang kaya dengan tanaman-tanaman produktif seperti cengkih dan pala.
Kedua komoditi ini adalah penghasilan utama sebagian besar warga Kalaodi. Di sela-sela tanaman rempah itu, warga juga menanam kenari, kayumanis dan pinang. Beberapa kerajinan dari bambu seperti Saloi dan Tolu yang banyak dijual di Pasar Goto (pasar tradisional Tidore) juga dihasilkan dari sini. Saloi semacam keranjang untuk dipakai ke kebun, sedangkan Tolu sejenis topi lebar pelindung kepala dari hujan dan panas.
Dari ketinggian Desa Kalaodi, terlihat Pulau Maitara dan Pulau Ternate |
Suasana kampung Kalaodi sangat tenang. Jalanannya kerap lengang. Sesekali saja motor berlalu santai. Di kebun-kebunnya, pohon-pohon rempah tinggi menjulang, tumbuh rapat hampir sepanjang jalan. Buah cengkih dan pala dijemur begitu saja di tepi jalan tanpa khawatir akan hilang.
Kampung dengan udara sejuk sepanjang waktu ini tak hanya kaya akan rempah, tapi juga kaya akan keindahan panorama. Pemandangan menawan kota Tidore dan Pulau Halmahera di timur, juga Pulau Maitara dan Pulau Ternate di sebelah barat, menjadi suguhan yang bisa dinikmati setiap saat.
Sejuk, bersih, dan tenang |
EKSOTISME PULAU FAILONGA
Pulau Tidore memiliki 12 pulau besar dan kecil, di antaranya Pulau Failonga, Pulau Mare, Pulau Maitara, Pulau Tamong, Pulau Pasi, Pulau Woda, Pulau Joji, Pulau Guratu, dan Pulau Sibu. Masing-masing pulau menawarkan keanekaragaman hayati laut timur yang pesonanya sulit untuk ditolak. Saya mengunjungi salah satunya yaitu Pulau Failonga. Sebuah pulau dengan air laut bagaikan cermin, membuat awan putih tidak hanya berkeliaran di langit, tetapi juga di air laut.
Failonga terkenal dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang indah. Cocok untuk tempat rekreasi, memancing, diving dan snorkeling. Dari Pelabuhan Goto, pulau seluas 1,1 km2 ini dapat ditempuh selama 10 menit dengan menggunakan speedboat. Pulau Failonga masuk dalam kategori pulau-pulau kecil, hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengitarinya
Sembilan puluh delapan persen Failonga adalah tebing batu yang sebagiannya tergolong curam. Sisanya berupa pantai dan batuan berukuran kecil yang melandai. Pantai pasir putih nan halusnya juga dilindungi batuan berukuran raksasa dari deburan ombak. Airnya yang sangat jernih, hangat, dan dangkal, membuat siapapun betah untuk menikmati panorama bawah lautnya yang menawan. Benar-benar surga tersembunyi di laut Tidore.
Baca juga: Pesona Pulau Failonga Tidore
Pantai pasir putih dan air jernih di laut Pulau Failonga yang menawan |
KULINER KHAS TIDORE
Mempelajari pengaruh rempah dalam kehidupan masyarakat Tidore makin lengkap jika disertai dengan mencicipi tradisi kulinernya. Masyarakat Tidore yang terkenal gemar mengunyah menawarkan pilihan menu yang beragam. Beberapa diantaranya sudah sering terdengar, namun baru kali ini saya makan langsung di tempatnya.
Sagu Singkong atau biasa disebut Kasbi menjadi makanan pokok pengganti nasi di Tidore. Sagu Singkong dibuat dari parutan singkong kering yang dimasukkan ke dalam sebuah cetakan yang terbuat dari gerabah yang terlebih dahulu dibakar diatas sebuah tungku panjang. Di masa lampau, Kasbi merupakan makanan yang awet sampai satu tahun, sehingga sering dibawa oleh para pejuang dan pelaut Tidore ataupun pelaut kolonial yang singgah di Tidore sejak jaman dahulu sebagai bekal untuk perang ataupun pergi berlayar di lautan.
Beberapa kuliner khas Tidore: Gohu, Ikan bakar dabu-dabu, kasbi |
Kasbi secara umum seperti roti tawar bakar, tapi bentuknya pipih persegi panjang. Kasbi lebih berserat dan lebih cepet mengenyangkan. Lebih legit dari roti tawar. Kasbi biasanya dikonsumsi bersamaan dengan lauk ikan yang dibakar, panggang, berkuah ataupun goreng. Bisa juga ditambahkan selai, jadi kudapan teman minum teh. Di Tidore, Kasbi yang dibuat oleh pembuat rumahan dijual seharga 10.000/8pcs.
Ada pula Gohu, kerap disebut sashimi ala Tidore. Terbuat dari ikan mentah segar yang dicampur beberapa bumbu masak dan dibiarkan matang dengan cara disiram minyak kelapa mendidih. Salah satu kekayaan kuliner khas Nusantara ini tak hanya lezat, tapi juga sehat karena menggunakan ikan dan bahan-bahan alami yang segar. Selain teman yang cocok untuk nasi hangat, Gohu juga pasangan yang tepat untuk Popeda, kuliner khas Tidore lainnya. Olahan ikan lainnya berupa Kakap Goreng yang disiram sambal dabu-dabu, sambal khas Maluku Utara.
Baca juga: Kuliner Khas Tidore di Safira Beach Restoran
Kedaton Kesultanan Tidore |
KEDATON KESULTANAN TIDORE
Istana sepuh yang di sebut Kadato Kie ini berkedip manis menghadap laut. Tempat di mana semua sabda Sultan diampu dan dipatuhi di seantero wilayah kekuasaannya. Di sinilah saksi bisu sepak terjang Kesultanan Tidore, masa saat Sultan Nuku berkuasa sejak 1797, hingga berjaya dengan mempersatukan seluruh kerajaan di perairan Maluku termasuk Papua dan mengusir kompeni Belanda tanpa pertumpahan darah.
Abad berganti, masa berlalu. Kejayaan Kesultanan Tidore menjadi kenangan yang diabadikan dalam catatan sejarah. Kini Kadato Kie hanya dipakai untuk acara seremonial, juga tempat menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda pusaka milik kesultanan, seperti senjata (pedang dan perisai), mahkota, pisau keris Sultan, Al Quran tinta emas, pedang, pakaian Sultan, pakaian panglima perang/Kapita Lao.
Pada perayaan Hari Jadi Tidore ke-909 bulan April lalu, beberapa rangkaian acara dan adat istiadat Tidore dilaksanakan di Kadato Kie. Melalui kegiatan inilah saya akhirnya punya kesempatan menginjakkan kaki di dalamnya, bertemu Sultan dan Permaisuri, ikut dalam acara makan Saro (makan adat), bahkan duduk lama menyaksikan ritual Rakib Taji Besi.
Baca juga: Menjadi Juri Lomba Menulis Blog Tidore
Sultan Tidore Jou Husain Syah dan Permaisuri di Hari Jadi Tidore ke-909 |
Festival Tidore, April - Setiap Tahun
Prosesi Tagi Kie, Rora Ake Dango, Parade Juanga Sultan Tidore, Rora Paji, Panji Nyili-Nyili, hingga Kirab Agung Kesultanan, merupakan tradisi dan adat istiadat Tidore yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kegiatan budaya ini bisa disaksikan saat memperingati Hari Jadi Tidore yang rutin diadakan tiap tahun pada bulan April.
Parade Juanga adalah ekspedisi hongi Tidore di mana Sultan Tidore dan Bobato melakukan pelayaran mengelilingi teritori Kesultanan Tidore dan singgah di Kadaton Sultan Ternate dalam lawatan silaturahim, juga untuk mengunjungi masyarakat Tidore yang berada di Ternate. Selanjutnya, di Kadato Tidore di Ternate, Sultan akan singgah beberapa waktu untuk bersilaturahim sekaligus mengundang (dawaro se siloloa) masyarakat adat Tidore di Ternate untuk pulang menghadiri perayaan Hari Jadi Tidore (HJT).
Dua dari puluhan kapal yang mengikuti Parade Juanga |
Pasukan pengamanan dari istana ikut serta Parade Juanga |
Setelah Parade Juanga, malamnya dilaksanakan perjalanan Paji Nyili-Nyili. Dalam perjalanan ini, duplikat paji diarak melalui soa (kampung) menuju Kadato Kie melalui perjalanan laut dan darat sesuai rute Napak Tilas Perjuangan Sultan Nuku. Para Bobato Kesultanan Tidore ikut dalam acara Perjalanan Paji Nyili-Nyili. Kurang lebih 700 orang dari lima negeri yakni Raja Ampat, Seram, Maba, Patani, Weda dan Nyili-Nyili dalam Kesultanan Tidore. Tepat tanggal 12 April 2017, seluruh pasukan Paji Nyili-Nyili dari 4 penjuru bertemu di depan Kadato Kie, disambut oleh Sultan, Bobato dalam upacara adat.
Moment menggetarkan yang jangan dilewatkan menjelang upacara puncak HJT adalah saat Pasukan Kirab Agung Kesultanan menerima Paji Angkatan Perang, Paji Gimalaha & Famanyira di tempat penyatuan Paji (Limau Soasio), untuk kemudian diarak memasuki lokasi upacara di Sinoni Salaka, Kadato Kie.
Paji Nyili Nyili |
Mari sejenak pulang ke Tidore, tanah di mana tradisi dan kearifan dirawat dalam kebijaksanaan, kesabaran, dan kerendahhatian para sowohi dan Joguru sejak ratusan tahun lampau.
Syukur dofu-dofu, Joo.
CARA KE TIDORE
Pulau Tidore cukup mudah dicapai dari Ternate, di mana bandara yang menghubungkan Provinsi Maluku Utara dengan daerah-daerah lain di Indonesia berada. Dari Ternate naik speedboat dari pelabuhan Bastiong dengan ongkos Rp. 10.000,- selama 10 menit menuju Pelabuhan Rum di Tidore. Setelah itu baru naik angkot atau sewa bentor (becak motor) untuk membawa kita keliling Tidore. Ongkos bentor Rp 5.000,- – Rp 10.000,-
PENGINAPAN
Seroja adalah satu-satunya penginapan di Tidore yang sudah beroperasi puluhan tahun. Rumah dengan luas sekitar 500an m2 ini, walaupun tampak sangat sederhana di bagian luar, tapi mampu memberikan kenyamanan bagi yang singgah. Terletak di jalan utama Kelurahan Soasio, penginapan ini berada tak jauh dari beberapa tempat wisata sejarah seperti Benteng Tahula, Masjid Kesultanan (Sigi Kolano), Makam Sultan Nuku, Dermaga Kesultanan (Doro Kolano), dan Kadato Kie (Istana Kesultanan Tidore). Harga sewa kamar Rp 300.000,- – Rp 350.000,-/kamar. Sudah termasuk sarapan kue dengan secangkir teh atau kopi. Tersedia juga jasa cuci baju.
RESTORAN
RESTORAN
Tidore minim restoran. Hanya ada warung-warung makan kecil pinggir jalan atau pinggir pantai yang bisa dijadikan tempat makan. Satu dari sedikit restoran yang saya rekomendasikan sebagai restoran yang menyajikan menu-menu khas Tidore adalah Restoran Safira Beach di Cobodoe.
Di sini tersedia Kasbi, Gohu, Soup Ikan, Kakap dabu-dabu, dan lain-lain. Restoran Safira terletak di pinggir pantai, mempunyai view ke laut lepas dan pulau-pulau di sekitar Tidore. Safira Beach: IG @safirabeachresto, Telepon: 0813-2698-4446
Xpressair inflight magazine Juy 2017 |
Tulisan Tidore ini dimuat di Majalah Xpressair edisi Juli 2017. Saya posting di sini dalam versi sedikit berbeda dari yang dimuat di majalah, tetapi dari segi isi tetap sama. Semoga bermanfaat :)
Semua foto diambil oleh saya, Katerina, dan menggunakan kamera saya. Saya tidak perkenankan kepada siapapun untuk menggunakan foto yang saya posting di sini kecuali dengan ijin saya terlebih dahulu.
Terima kasih kepada Ngofa Tidore Tour & Travel yang telah membawa saya ke Tidore selama 6 hari (plus 3 hari di Ternate) untuk mengikuti Festival Tidore 2017 dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909. Sebuah pengalaman berharga yang sangat berkesan dan tidak terlupakan 😍💜💕
Cerita tentang Tidore akan saya tulis kembali pada postingan-postingan berikutnya dalam versi berbeda dari tulisan versi majalah. Untuk video-video tentang Tidore, dapat dilihat dalam channel youtube saya di www.youtube.com/katerinas
Contacts: Anita Gathmir – 0815.1433.7014, Gathmir – 0816.829.959, Annie Nugraha – 0811.108582. Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, annie.nugraha@gmail.com, visittidore@gmail.com