“Rangkaian hari jadi Tidore ke-909 tahun 2017 diawali dengan lomba menulis blog “Tidore Untuk Indonesia” yang diprakarsai komunitas Fola Barakati, dengan tim kecilnya Ngofa Tidore (Anak Tidore). Luar biasanya, di dalam Ngofa Tidore ini bergabung mereka yang tak bertalian darah atau sejarah secuilpun dengan Tidore, selain teranting semangat dan semacam perasaan jatuh cinta yang hampir tak terelakkan pada Tidore; sejarah, khasanah budaya dan karunia pesona alamnya. Mereka bukan partisipan melainkan personil inti yang terlibat mendesain konsep dan sebagainya. Untuk pertama kalinya kegiatan pembuka hari jadi Tidore diprakarsai oleh komunitas, bukan oleh institusi “pelat merah”. Ini seakan menandai munculnya kesadaran di kalangan elit Tidore bahwa upaya pelestarian tradisi dan pembangunan kepariwisataan akan efektif bila didukung peran serta masyarakat, terutama komunitas atau kelembagaan masyarakat yang terkait.” – Sofyan Daud : Indonesia Menulis Tidore, Tidore Untuk Indonesia.
Membaca tulisan Pak Sofyan Daud di blog pribadinya tersebut, mendorong saya untuk menuliskan isi hati saya kala menjadi juri dalam Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia yang digelar pada 12 Februari – 18 Maret 2017. Lomba telah selesai dan pemenang telah diumumkan. Namun, Tidore tidak akan pernah selesai untuk diangkat dan digaungkan. Semangat untuk menulis dan menceritakannya pada dunia, akan terus berkelanjutan, dan semoga tak berkesudahan.
Membaca tulisan Pak Sofyan Daud di blog pribadinya tersebut, mendorong saya untuk menuliskan isi hati saya kala menjadi juri dalam Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia yang digelar pada 12 Februari – 18 Maret 2017. Lomba telah selesai dan pemenang telah diumumkan. Namun, Tidore tidak akan pernah selesai untuk diangkat dan digaungkan. Semangat untuk menulis dan menceritakannya pada dunia, akan terus berkelanjutan, dan semoga tak berkesudahan.
Sebuah kehormatan bagi saya ditunjuk oleh Fola Barakati dan Ngofa Tidore untuk menjadi bagian dalam event tidak kecil ini. Pengalaman tak terduga, mendebarkan tapi menyenangkan, sekaligus mendapatkan pelajaran.
Annie Nugraha
Traveler, Pengusaha, Konsultan Pariwisata
Yuk Annie yang sudah beberapa kali mencicipi jadi juri lomba skala Asia, kemampuannya menjadi juri tentu tak diragukan lagi. Pengalamannya di dunia pariwisata juga bukanlah hal baru. Beliau pernah bekerja di lingkup kementrian ekonomi kreatif (yang kemudian digabung menjadi pariwisata dan ekonomi kreatif). Pengalaman traveling-nya pun perlu saya susul bertahun-tahun biar terkejar. Tanpa banyak berkata-kata kepada banyak orang, pengusaha perhiasan ini sesungguhnya adalah konsultan pariwisata.
Instagram: @Annie_nugraha
Blog: www.annienugraha.com
Annie Nugraha |
Sofyan Daud
Budayawan dan Sastrawan Maluku Utara
Pria kelahiran Pulau Tidore, Maluku Utara ini meminati sastra, seni, budaya dan fotografi. Beliau memiliki kapasitas mumpuni dalam dunia budaya dan sejarah Maluku Utara. Keberadaannya sebagai juri tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Menjadi juri dalam lomba menulis blog Tidore, sangat tepat diserahkan padanya untuk menilai tulisan peserta dari sisi sejarah dan budaya.
Pak Sofyan Daud aktif dalam kegiatan kesastraan nasional dan internasional. Memimpin Komunitas dan Lembaga Garasi Genta, lembaga penerbitan, memerhati kesastraan, sejarah, budaya, literasi, fotografi dan videografi. Pendiri dan kini pembina Forum Studi & Perpustakaan Independensia. Pembina dan Penasihat Garda Nuku (Generasi Muda Sultan Nuku). Menulis beberapa buku puisi dan sejarah. Ikut mendirikan beberapa media massa cetak dan aktif menulis artikel.
Kabar baik untuk blogger, Garda Nuku berencana akan membukukan tulisan para peserta lomba blog. Rencana tersebut didukung oleh Sultan Tidore, Fola Barakati, Ngofa Tidore, dan komunitas-komunitas Tidore yang tinggal di Tidore maupun di luar Tidore.
Instagram: @Sofyan_Daud
Blog: www.sofyandaudgarasi.blogspot.co.id
Sofyan Daud |
Blogger menjuri blogger
Saya sendiri, baru menjadi blogger pada tahun 2008, dan mulai konsisten menulis traveling sejak 2012 hingga sekarang. Saya masih blogger belum apa-apa dan belum siapa-siapa. Bagi saya, menulis adalah hobi, begitupun traveling dan fotografi. Blog adalah tempat saya untuk menuangkan minat tersebut. Duka menjadi blogger ada, tapi lebih banyak sukanya. Dapat rejeki dari blog banyak, tapi keluar duit sendiri jauh lebih banyak.
Selama menjadi blogger, saya sudah beberapa kali ikut lomba. Sedikit menangnya, banyak kalahnya. Semua tetap berharga karena saya mendapat pengalaman dari sana, dan jadi terdorong untuk terus belajar lebih baik lagi. Sependek ini, lomba-lomba menulis yang saya ikuti hampir semuanya ada hubungannya dengan traveling. Mungkin karena hobinya di situ, jadi lebih sreg untuk ikutan. Bagi saya, rasa sreg itu penting. Menulis jadi lebih enjoy. Tidak ada keterpaksaan. Tidak ada beban. Berlomba pun jadi menyenangkan.
Ketika menjadi peserta lomba, saya tahu kadang betapa susahnya mencari ide. Begitupun saat mengumpulkan bahan dan menyusunnya menjadi tulisan yang enak dibaca. Kadang pernah sampai berminggu-minggu baru selesai. Dan biasanya baru rampung jelang dateline. Selalu PD dengan tulisan sendiri, dan bagi saya itulah tulisan terbaik yang saya buat.
Menanti pengumuman pemenang selalu bikin deg-degan. Saat tahu menjadi juara, senangnya luar biasa. Saat kalah, ya sudah. Kecewa ada, tapi sesaat. Tidak berlarut-larut. Mungkin karena saya termasuk orang yang mudah. Mudah sedih, mudah senang. Mudah move on he he. Kalau dibawa berlarut-larut rugi juga sih, malah menghilangkan mood dan semangat untuk menulis hal lainnya.
Bagi saya, wadah untuk berkompetisi juga bisa lewat media cetak (majalah/koran). Saya anggap mengirim tulisan ke media itu seperti lomba. Di mana redaktur dan editor adalah juri untuk sekian banyak tulisan yang masuk. Pernah tahu nggak kalau tulisan wisata/traveling yang dikirim ke sebuah majalah terkenal bisa mencapai ratusan dalam sebulan? Nah, saya harus bersaing sebanyak itu hanya untuk dimuat dalam 1 edisi yang terbitnya cuma 1 bulan :D Rasanya sama seperti ikut lomba di blog, ada usaha keras dalam menulis dan pastinya deg-degan bakal diterima atau nggak. Saat redaksi mengabari tulisan saya akan dimuat, itu adalah pengumuman pemenang. Saat tulisan akhirnya nampang di majalah, itu adalah hadiah yang saya terima. Perihal kemudian dapat uang dari hasil masuk majalah, itu bonus.
9 tahun ngeblog, baru mencicipi 16 kali menang lomba menulis blog. 5 tahun menjadi travel writer, baru 72 kali tulisan dimuat di majalah dan koran. 1 tahun mulai menjamah dunia vlog, baru 2x video traveling tayang di Net TV. Menurut saya, prestasi kecil itu belum apa-apa untuk dijadikan alasan sebagai syarat menjadi Juri Lomba Menulis Blog.
Selama menjadi blogger, saya sudah beberapa kali ikut lomba. Sedikit menangnya, banyak kalahnya. Semua tetap berharga karena saya mendapat pengalaman dari sana, dan jadi terdorong untuk terus belajar lebih baik lagi. Sependek ini, lomba-lomba menulis yang saya ikuti hampir semuanya ada hubungannya dengan traveling. Mungkin karena hobinya di situ, jadi lebih sreg untuk ikutan. Bagi saya, rasa sreg itu penting. Menulis jadi lebih enjoy. Tidak ada keterpaksaan. Tidak ada beban. Berlomba pun jadi menyenangkan.
Ketika menjadi peserta lomba, saya tahu kadang betapa susahnya mencari ide. Begitupun saat mengumpulkan bahan dan menyusunnya menjadi tulisan yang enak dibaca. Kadang pernah sampai berminggu-minggu baru selesai. Dan biasanya baru rampung jelang dateline. Selalu PD dengan tulisan sendiri, dan bagi saya itulah tulisan terbaik yang saya buat.
Menanti pengumuman pemenang selalu bikin deg-degan. Saat tahu menjadi juara, senangnya luar biasa. Saat kalah, ya sudah. Kecewa ada, tapi sesaat. Tidak berlarut-larut. Mungkin karena saya termasuk orang yang mudah. Mudah sedih, mudah senang. Mudah move on he he. Kalau dibawa berlarut-larut rugi juga sih, malah menghilangkan mood dan semangat untuk menulis hal lainnya.
Bagi saya, wadah untuk berkompetisi juga bisa lewat media cetak (majalah/koran). Saya anggap mengirim tulisan ke media itu seperti lomba. Di mana redaktur dan editor adalah juri untuk sekian banyak tulisan yang masuk. Pernah tahu nggak kalau tulisan wisata/traveling yang dikirim ke sebuah majalah terkenal bisa mencapai ratusan dalam sebulan? Nah, saya harus bersaing sebanyak itu hanya untuk dimuat dalam 1 edisi yang terbitnya cuma 1 bulan :D Rasanya sama seperti ikut lomba di blog, ada usaha keras dalam menulis dan pastinya deg-degan bakal diterima atau nggak. Saat redaksi mengabari tulisan saya akan dimuat, itu adalah pengumuman pemenang. Saat tulisan akhirnya nampang di majalah, itu adalah hadiah yang saya terima. Perihal kemudian dapat uang dari hasil masuk majalah, itu bonus.
9 tahun ngeblog, baru mencicipi 16 kali menang lomba menulis blog. 5 tahun menjadi travel writer, baru 72 kali tulisan dimuat di majalah dan koran. 1 tahun mulai menjamah dunia vlog, baru 2x video traveling tayang di Net TV. Menurut saya, prestasi kecil itu belum apa-apa untuk dijadikan alasan sebagai syarat menjadi Juri Lomba Menulis Blog.
Bersama Sultan Tidore H. Husain Syah, Ngofa Tidore, dan Fola Barakati |
Kepercayaan
Kepercayaan yang dimiliki oleh Ngofa Tidore yang membuat saya berada dalam barisan para juri. Mereka yang menilai dan mereka yang menunjuk saya. Ini bukan menyenangkan, ini justru “mengerikan” bagi saya. Ada tanggung jawab yang saya pikul. Berat tapi kemudian saya terima dengan Bismillah.
Event Tidore tidak digagas dan dikerjakan dalam 1 bulan. Tapi berbulan-bulan. Dan saya mulai terlibat banyak diskusi dengan Ngofa Tidore sejak bulan September 2016. Sedangkan Ngofa Tidore sendiri sudah memetakan rencana untuk event HJT ke-909 ini sejak 1 tahun sebelumnya.
Ngofa Tidore telah membawa saya ke “dunia Tidore” dengan banyak kisah dan cerita. Bahkan saya jadi mengenal banyak orang baru yang berasal dari Tidore. Semangat dan usaha tinggi yang dilakukan oleh Ngofa Tidore dalam mewujudkan event HJT ini saya kagumi dalam diam. Terlalu sedikit kata untuk melukiskannya dalam tulisan.
Beban berat menilai 93 tulisan peserta lomba, saya permudah dengan mengosongkan hati dari segala tendensi, baik kepada kawan atau pun lawan. Syukurnya sih ngga ada lawan hehe. Semua adalah teman. Selama tulisannya bagus dan sesuai harapan semua tim juri dan panitia, ya layak menang, siapapun dia.
Kami menilai sesuai kapasitas masing-masing. Pak Sofyan dari sisi budaya dan sejarah. Yuk Annie dari sisi pariwisata. Saya dari sisi blogger dan media sosial. Saya tidak tahu seberapa berat Pak Sofyan dan Yuk Annie menjalankan tugasnya. Tapi kalau saya, membaca tulisan sambil memeriksa semua blog dan medsos 93 peserta itu bukan perkara mudah. Saya bahkan membaca tulisan blogger sampai 2x biar lebih yakin.
Baca juga: Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia
Dukungan dan semangat yang tak pernah henti, serta masukan-masukan yang berarti, membuat penjurian akhirnya selesai tepat waktu. Semua tulisan bagus. Betapa sulitnya kami untuk memilih. Banyak kelebihan, sedikit kekurangan yang kami temui. Pesertanya dari Aceh sampai Tidore itu sendiri. Dari yang muda, masih pelajar dan belum punya KTP ikut serta.
Dalam tulisan peserta, ada yang keliru menyebut nama tempat, dimana lokasi di Ternate di sebut di Tidore. Keliru menyebut nama makanan. Keliru foto. Tidak share link blog di medsos. Tidak memasang flyer lomba dalam blog. Ada yang tidak punya akun Twitter, ada yang baru bikin. Tidak menggunakan kata “Visit Tidore Island” pada awal judul tulisan. Meski konten adalah hal utama, tapi hal-hal teknis menjadi perhatian juri sebagai bukti keseriusan peserta dalam memenuhi S&K lomba. Meski demikian, kekurangan seperti itu masih bisa diperbaiki dan kami tetap menghargai usaha yang sudah dilakukan peserta untuk mengikuti lomba ini.
Jumlah peserta sungguh di luar dugaan. Satu minggu pertama sejak lomba digelar, kami baru menerima 7 tulisan. 11 tulisan pada minggu ke-2. 11 tulisan pada minggu ke-3. Sampai disini, tulisan yang masuk seakan berhenti. Sempat khawatir lomba ini miskin peminat. Barangkali tema lomba berat. Belum lagi ditambah banyak yang belum pernah ke sana. Saya tahu rasanya menceritakan sebuah tempat yang belum pernah dikunjungii, hanya tahu lewat cerita orang, itu sungguh sulit. Menuliskannya pun tidak dapat RASA-nya. Hambar. Ngarang. Apalagi jika hendak memasukkan unsur sejarah, perlu riset dan mencari sumber yang sahih agar yang ditulis adalah sebuah kebenaran. Tapi memang disitulah tantangannya, kita berlomba dituntut untuk kreatif, menulis dari sudut pandang yang tepat sehingga bisa menyajikan tulisan yang berkualitas dan enak untuk dibaca.
Sultan Tidore, permaisuri, dan mbak Anita, mendukung penuh lomba menulis blog Tidore |
Menjelang dateline, tulisan kembali berdatangan. Email panitia dihujani data dan link blog peserta. Bertubi-tubi hingga pukul 23.59 pada tgl 18 Maret 2017. Seperti keran yang dibuka lebar-lebar, tulisan mengucur deras. 64 tulisan masuk di hari terakhir! Total ada 93 tulisan. Luar biasa. Sungguh di luar dugaan.
Saya merasa surprise ketika membaca nama-nama blogger yang ikut serta. Aduhaiiiii……para travel blogger ternama turun gunung! Para langganan juara lomba blog ikut menulis. Tulisannya menarik semua. Makin pusinglah kami dibuatnya :D
Saya merasa surprise ketika membaca nama-nama blogger yang ikut serta. Aduhaiiiii……para travel blogger ternama turun gunung! Para langganan juara lomba blog ikut menulis. Tulisannya menarik semua. Makin pusinglah kami dibuatnya :D
Saya membaca tulisan tentang sejarah Tidore yang dituturkan dengan sangat indah, bak membaca novel sastra. Saya terkagum-kagum dengan kekayaan Tidore yang ditulis dengan sangat lengkap dan bikin makin tidak sabar untuk mencelat ke Tidore biar bisa melihat dan merasakannya langsung.
Rasanya nih, pingin saya menangkan semua biar pada berangkat ke Tidore dan melihat langsung Tidore yang mereka ceritakan itu. Saya terharu. Jika saya yang hanya juri dan bukan orang Tidore saja terharu, bagaimana dengan Pak Sofyan dan Ngofa Tidore? Lebih terharu lagi! Pak Sofyan sampai membuat tulisan khusus terkait antusiasme peserta lomba blog Tidore ini.
Jangan tanya bagaimana perasaan Mbak Anita selaku direktur Ngofa Tidore. Wanita cantik asli Tidore tersebut berulang-ulang mengucap syukur dan terima kasih kepada semua blogger yang telah berpartisipasi dalam lomba menulis blog yang baru pertama digelar untuk Tidore.
Berteman baik dengan beberapa blogger yang ikut serta lomba menulis blog juga jadi tantangan sendiri dalam menjuri. Apalagi ada yang memang sudah beberapa kali traveling bareng saya. Dugaan-dugaan tidak enak pasti ada. Tapi hal semacam itu tidak akan mempengaruhi prinsip saya. Segala kritik (termasuk nyinyiran :p ) saya jadikan tantangan dengan membuktikan bahwa siapapun pemenangnya memang layak jadi juara.
Sekali lagi, betapa sulitnya bagi para juri untuk menentukan pemenang karena semua tulisan berkualitas. Namun pada akhirnya Tim Juri harus memilih 5 terbaik saja. Berikut adalah nama-nama yang sudah diumumkan oleh panitia pada tgl. 23 Maret 2017 lalu.
Berteman baik dengan beberapa blogger yang ikut serta lomba menulis blog juga jadi tantangan sendiri dalam menjuri. Apalagi ada yang memang sudah beberapa kali traveling bareng saya. Dugaan-dugaan tidak enak pasti ada. Tapi hal semacam itu tidak akan mempengaruhi prinsip saya. Segala kritik (termasuk nyinyiran :p ) saya jadikan tantangan dengan membuktikan bahwa siapapun pemenangnya memang layak jadi juara.
Sekali lagi, betapa sulitnya bagi para juri untuk menentukan pemenang karena semua tulisan berkualitas. Namun pada akhirnya Tim Juri harus memilih 5 terbaik saja. Berikut adalah nama-nama yang sudah diumumkan oleh panitia pada tgl. 23 Maret 2017 lalu.
Pemenang Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia:
1.Rifki Faiza Rahman www.papanpelangi.me : To Ado Re Sultan
2.Haryadi Yansyah www.omnduut.com : Bukti Betapa Indonesia Itu Kaya
3.Deddy Wijaya www.deddyhuang.com : Merekam Jejak Wisata Pulau Rempah
4.Eko Nurhuda www.bungeko.com : Menelusuri Jejak Sejarah Pulau Rempah
5.Attini Zulfayah www.emakmbolang.com : Mengirup Sejarah, Menghembuskan Budaya dan Wisata Tidore Untuk Indonesia
3.Deddy Wijaya www.deddyhuang.com : Merekam Jejak Wisata Pulau Rempah
4.Eko Nurhuda www.bungeko.com : Menelusuri Jejak Sejarah Pulau Rempah
5.Attini Zulfayah www.emakmbolang.com : Mengirup Sejarah, Menghembuskan Budaya dan Wisata Tidore Untuk Indonesia
Tim juri dan panitia lomba juga mengumumkan 10 tulisan yang masuk dalam 15 besar yang kemudian diperlombakan untuk mendapatkan gift dari NgofaTidore dan perhiasan dari Fibi Jewelry dengan cara mengumpulkan LIKE sebanyak-banyaknya dari pembaca. Lomba tersebut diadakan di Facebook Annie Nugraha.
10 Tulisan yang masuk 15 besar :
1.Yudi Randa www.hikayatbanda.com
2.Rosdiana www.adventurose.com
3.Levina Mandalagiri www.nichealeia.com
4.Nana Dahlia www.pinkytraveler.com
5.Susi Ernawati : www.susindra.com
6.Adie Riyanto adiedoes.blogspot.co.id
7.Setianingsih ibutravel.wordpress.com
8.Indri Lestari Juwono www.tindaktandukarsitek.com
9.Dewi Ratnasari www.ratnadewi.me
10.Dessy Achierini www.karendis.com
Selamat kepada 5 pemenang dan 10 peserta yang masuk 15 besar. Mohon maaf kepada peserta lainnya yang namanya tidak saya sebutkan satu persatu di sini. Tetap semangat. Semoga dimudahkan rejeki untuk berangkat ke Tidore pada waktu lainnya.
Melalui tulisan ini, saya juga ingin menyampaikan maaf secara pribadi jika selama gelaran lomba dan proses penjurian terdapat kekurangan maupun kesalahan. Jika ada kekeliruan datangnya dari saya, jika ada kebaikan datangnya dari Allah.
April ini, untuk pertama kalinya rekan-rekan blogger berkunjung ke Kedaton Kesultanan dan bertemu Sultan |
Sabtu tgl. 8 April nanti, 5 pemenang akan berangkat ke Tidore. Saya ikut serta dalam perjalanan selama 9 hari tersebut (6 hari di Tidore, 3 hari di Ternate). Kami akan mengunjungi Pulau Mare, Pulau Failonga, Tanjung Konde, Tugu Pendaratan Sebastian De Elcano, Ngosi, Gurabunga, rumah adat, perkebunan, Benteng Tore, Tahula, Masjid Sultan, Makam Sultan Nuku, dan insha Allah mendaki puncak Kie Matubu. Sedangkan di Ternate, kami akan mengunjungi Makam Sultan Mahmud Badaruddin (Sultan Palembang) dan beberapa tempat wisata di Ternate.
Berenang, snorkeling, melihat pasar tradisional, berkunjung ke Kedaton Sultan Tidore, bergabung dengan warga merayakan Hari Jadi Tidore, mencicipi kuliner Tidore, serta bermalam di rumah warga, akan menjadi kegiatan blogger selama di Tidore. Kami juga akan menyaksikan dan mengikuti acara-acara adat seperti Rora Ake Dango, Parade Juanga Kesultanan Tidore, Ratib Haddad Firaj+Kota Paji+Rora Paji (di Kedaton), Perjalanan Paji, Kirab Agung (di Kedaton) dan Ratib Taji Besi.
Mbak Anita (direktur Ngofa Tidore) bersama Sultan Tidore dan keluarganya |
Semoga perjalanan para blogger dilancarkan, semua berjalan sesuai rencana, dan semua rangkaian kegiatan acara Hari Jadi Tidore dapat terlaksana dengan sukses. Aamiin.
Terima kasih sebesar-sebesarnya kepada Fola Barakati dan Ngofa Tidore yang telah menyertakan saya dalam event ini. Terima kasih telah membuat saya jatuh cinta pada Tidore.
Buat rekan-rekan blogger, sampai jumpa pada event Tidore berikutnya. Pantau terus media sosial Tidore Untuk Indonesia di Twitter @VTidore dan Instagram @visit.tidoreisland.
Syukur dofu-dofu.
Syukur dofu-dofu.
Syukur dofu-dofu menjadi bagian dari Tidore. Semoga perjalanan kita berjalan lancar dan tulisan kita dapat menggaungkan nama Tidore.
BalasHapusSuka banget sama kalimat ini, "Berteman baik dengan beberapa blogger yang ikut serta lomba menulis blog juga jadi tantangan sendiri dalam menjuri. Apalagi ada yang memang sudah beberapa kali traveling bareng saya. Dugaan-dugaan tidak enak pasti ada. Tapi hal semacam itu tidak akan mempengaruhi prinsip saya."
BalasHapusSaat diumumkan jadi pemenang, aku langsung baca tulisanku berulang-ulang. "Bener nih tulisanku ini layak menang?"
Lalu terkenang lagi persiapan nulis untuk lomba ini. Mengolah datanya butuh berhari-hari. Nulisnya pun begitu. Bahkan ketika jadi, tak langsung dipublikan karena aku endapkan dulu dan dibaca ulang lagi jika-jika ada sesuatu yang kurang atau kesalahan.
Kenal mbak Rien, sebagai juri itu beban. Belum lagi tiba-tiba saat pelaksanaan lomba berkesempatan kenal sama mbak Annie, wah dobel lagi bebannya. Anggapan, "wajarlah menang, kan jalan bareng, kenal akrab dsb dsb" bisa jadi terbersit di sebagian benak orang.
Lalu aku lihat lagi peserta yang lain, ternyata kondisinya sebagian besar ternyata begitu juga. Kenal sama mbak Rien (dan juga mbak Annie). Jadi, kepercayaan diri itu (bahwa tulisanku emang layak) muncul lagi. Selain mungkin ada sisi-sisi dari tulisanku yang lebih unggul dari tulisan lain, mungkin ini juga rezekiku untuk menginjakkan kaki ke Indonesia timur telah tiba (mengingat sebelum ini sempat ikutan beberapa lomba lain dan kalah).
Terima kasih sekali lagi kepada semua pihak yang telah merancang acara ini hingga kemudian tercetuslah lomba blog dan kemudian (lagi) aku terpilih sebagai salah satu yang beruntung.
Omnduut.com
"9 tahun ngeblog, baru mencicipi 16 kali menang lomba menulis blog. 5 tahun menjadi travel writer, baru 72 kali tulisan dimuat di majalah dan koran. 1 tahun mulai menjamah dunia vlog, baru 2x video traveling tayang di Net TV"
BalasHapusItu mah amazing Mbak Rien, bener.... Pantes kalo bisa jadi juri, salut Mbak Rien
smoga lancar hingga ke Tidore nanti ya, Mbak Rien brsama rombongan...
Aku juga temannan tuh sama ibu-ibu juri, Hehehe...
BalasHapusTapi kalau memang belum layak, yang tetap saja belum layak.
Gak sabar tunggu tulisan berselimutkan pengalaman di lapangan.
Semoga suatu hari nanti diberi rezeki memeluk kekasih hati, Tidoreku sayang!
Menarik.. semoga dengan kekuatan blogger bisa membawa Tidore menjadi tujuan para wisatawan domestik dan mancanegara
BalasHapusDari sepanjang itu, ini yang aku garis-bawahi, "insya Allah mendaki Kie Matubu." Hahaha. Bukan apa-apa, aku ini jarang olahraga. Paling-paling jalan kaki sekilo pagi, itupun nggak rutin. Kita lihatlah nanti gimana di sana. Kalo medannya nggak terlalu berat, naik. Kalo kira-kira malah bakal bikin repot, mending mancing aja di laut. Hehehe.
BalasHapusBtw, lomba satu ini sudah kuincer sejak jauh-jauh hari. Sejak Mbak Rien kasih spoiler di medsos, sampai akhirnya resmi diumumkan. Cuma, bener kata Mbak Rien di atas, sulit menceritakan sesuatu yang belum pernah kita lihat dan kunjungi. Aku kudu ngangkat dari sisi apa? Berkali-kali aku ikut lomba wisata ke tempat yang belum pernah kukunjungi, dan hasilnya nol. Untung di sini diperbolehkan angkat sejarah, tema favoritku banget! Thanks God.
Tapi itu juga bukan lantas mempermudah nulis postingnya. Referensi sejarah Tidore dalam bahasa Indonesia sangat sedikit sekali yang bisa ditemukan di internet. Ensiklopedia online tak banyak membantu, begitu juga situs resmi pemerintah setempat, aku sampai harus membuka Google Books mana tahu ada peneliti luar yang pernah menerbitkan buku tentang Tidore atau Maluku, terus mencari web-web yang berkaitan dengan sejarah Indonesia era kolonial. Alhamdulillah, nemu juga.
Dasar sudah suka sama sejarah, aku sedikit terbantu oleh rasa senang dan antusias ketika menulis posting. Meskipun harus membaca referensi sekaligus menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, dan menggarap secara spartan selama 3 hari berturut-turut (istriku jadi saksi gimana aku "mabok" pas nulis posting Tidore tsb.), akhirnya rampung juga.
Sama halnya lomba-lomba lain, begitu didaftarkan aku lupakan. Suer, aku bahkan lupa kapan pengumuman lomba ini. Kalau nggak dicolek teman-teman di medsos aku nggak bakal tahu. Hihihi.
Sekarang, aku sudah nggak sabar berangkat ke Tidore dan mendokumentasikan seluruh keagungannya. Insya Allah dilancarkan perjalanan kita ke sana. Amin.
Mas Eko pemasanan dulu mulai olahraga di rumah, lari tiap pagi. Hehe. Smg lancar ya perjalanannya Mbak Rien dan para pemenang.
Hapusaku nggak ikut, alasannya karena ya itu...duh nanti hambar banget wong aku belum pernah kesana. selamat buat para pemenang...ditunggu kisahnya langsung dari tidore
BalasHapusNggak bayangin baca blog satu persatu yang jumlahnya hampir 100, cek tulisan dan etc. kalau saya bisa belek en nih mata.
BalasHapussalut sama Dewan Juri. waktu lihat tulisan teman teman lainnya, ya Allah keren dan rapi tulisaanya.
Aku bayangin beratnya membaca sekian banyak tulisan. Bagus2 semua pula. Banyak faktor yang harus dinilai plus memperhatikan detaik semua syarat dan ketentuannya
BalasHapusTim juri sudah bekerja keras
Pemenang sudah ditentuka
Selamat buat semuanya
Wujudkan perjalanan indah Tidore untuk Indonesia
Bnrnya pingin banget ikutan lomba ini, tapi nggak kekejar. Karena tahu ini butuh riset , maklum lah belum pernah ke Tidore. Saat baca tulisan Koh Deddy langsung takjub, edyan keren amat tulisannya. Terus dalam hati bilang pasti menang nih jadi salah 1 diantara 5 pemenang. Salut buat tim juri dan seluruh peserta:)
BalasHapusMantap Mbk 72 kali masuk media tulisannya
BalasHapusSaluut buat juri lomba blog Tidore, aku baca blog para pemenang emang mereka pantas jadi juara. Ga kebayang siwernya baca 93 tulisan yg panjang dan detail.
BalasHapusbeuuuuh paragraf penutupnya bikin mupeng :(
BalasHapusKeren deh mbak bisa jadi juri lomba. Dan itu tulisan yg dikirim untk lomba sampai puluhan? Wah semangat sekaliii
BalasHapusTerima kasih atas apresiasi dan kesempatannya Mbak Katerina, dan juga juri yang lain :)
BalasHapusJadi juri emang gak mudah ya mbak aku baru ngadain GA seiprit aja udah mumet ntr milih yg mana yg mennag.
BalasHapusSoal lomba itu emang pelajaran berharga. Pas jd peserta hrsnya gak hanya siap menang, tapi jg siap kalah.
Meski aku sempet sedih jg pas gak lolos wkwkwk, tapi nyadar jg yg ain tulisannya keren2.
Moga tahun depan ada lombanya lg ya, ntr ikutan g, sampai menang :D :D :D
Selamat mbak.. Event Tidore untuk Indonesia ini luar biasa keren! Aku pribadi jadi belajar lebih banyak lagi tentang Tidore.
BalasHapusGak kebayang gimana rasanya baca 93 tulisan yang masuk, memilah dan dan memilih tulisan-tulisan yang memang layak untuk menang.
Nitip salam buat Kie Matubu ya.. Semoga aku bisa berdiri beneran di atas sana, bukan cuma mimpi seperti kemarin :)