Travelerien.com
Pelabuhan Kuala Stabas Krui tampak berseri meski sedang sepi dari seliweran orang-orang. Mungkin yang ingin menyeberang sudah berangkat, atau bisa jadi jadwal kedatangan baru saja lewat. Beberapa pria tampak duduk di warung sambil menyeruput kopi, menikmati pagi. Melewati mereka tanpa sedikitpun melirik cukup membantu saya berjalan lebih cepat ke arah jukung dengan pengemudi yang mulai berteriak-teriak.
“Cepat, cepat…cepat naik!”
Seruan itu terdengar berulang tiap kali ombak kembali ke laut, sedikit mendatangkan rasa panik. Memang beralasan, sebab dengan cara itu naik jukung jadi lebih mudah. Meski diminta cepat, kami tetap ditunggu karena jaket pelampung orange harus dipakai dulu, cover ransel dipasang, gadget disimpan rapat-rapat, dan bila perlu minum obat anti mabuk dulu agar nyaman selama berlayar. Setelah beres baru naik.
Jukung-jukung di Pelabuhan Kuala Stabas |
“Mundur sini, ke belakang, duduk ke belakang….cepaaat.”
Bapak pengemudi masih setengah berteriak. Wajahnya tegang. Saya mengikuti perintahnya, menata letak badan di atas perahu yang dikuasainya.
Petualangan dimulai. Jukung menuju lautan, melaju kencang menyeberang ke Pulau Pisang. Sepuluh orang dalam satu jukung, sesuai kapasitas maksimum. Ikut serta ransel-ransel berisi berbagai perlengkapan. Alam semesta tampaknya merestui perjalanan. Dihadiahkannya kami langit biru bersih, matahari bersinar terang, dan angin yang membelai wajah dengan jutaan rasa sayang.
Tak keliru memilih trip di bulan Maret karena cuaca mulai bersahabat. Berlibur ke pulau sudah aman. Pelayaran ini pun mengandung kebahagiaan. Wajah-wajah teman seperjalanan mengguratkan rasa senang yang tak terkatakan. Saya mengembangkan senyum, mensyukuri nikmat Tuhan yang telah mengantarkan saya ke Pesisir Barat pada waktu yang tepat bersama orang-orang yang tepat. Rejeki sungguh misteri, seperti halnya jodoh. Indah pada waktunya.
Pakai jaket pelampung sebelum naik, biar aman :) |
Menyeberang ke Pulau Pisang
Pulau Pisang dapat dilihat dari Pelabuhan Kuala Stabas, seakan begitu dekat. Tapi ternyata perlu waktu tempuh 45 menit untuk mencapainya. Pagi itu tak ada acara berburu atraksi lumba-lumba. Jadwalnya besok, saat kembali ke Pelabuhan Kuala. Fokus pada jelajah daratan Pulau Pisang membuat saya ingin lekas sampai. Meski begitu, mata tetap saja awas menyapu lautan. Barangkali bersirobok dengan gerombolan lumba-lumba yang tiba-tiba muncul dan melompat.
“Kalau sudah dekat Pulau Pisang saya mau ambil gambar, boleh agak melambat, pak?” tanya Mas Arif ke bapak pengemudi di belakang. Bapak tua itu mengiyakan. Waktu yang diberikan untuk mengambil gambar Pulau Pisang yang luasnya sekitar 231 hektar saja itu hanya sebentar. Selanjutnya perahu kembali ngebut.
Pengalaman seru menyeberang naik jukung |
Dari kejauhan, pasir putih yang membalut permukaan pantai tampak begitu cemerlang. Sedangkan pohon-pohon kelapa dengan daunnya yang melambai-lambai, bak canopy yang memayungi pulau. Jauh di bagian tertingginya terlihat puncak Menara Rambu Suara menyembul di antara pepohonan. Rasa tak sabar untuk segera sampai kian memuncak.
Pulau Pisang cukup dekat dengan daratan Pulau Sumatera bagian Lampung, tepatnya Desa Tembakak, Kecamatan Karya Penggawa, Pesisir Barat. Jika menyeberang dari Desa Tembakak, hanya perlu waktu tempuh 15 menit saja untuk sampai ke Pulau Pisang. Jika saya tinggal di Tembakak, mungkin sudah bolak-balik beberapa kali dalam sehari ke Pulau Pisang. Ngapain? Leyeh-leyeh senang di atas pasir putihnya :D
Dermaga apung Pulau Pisang |
Pulau Pisang kami datang!
Sebuah dermaga peninggalan masa lampau, tampak rusak, retak, dan bolong-bolong. Sungguh mustahil digunakan. Di sebelahnya ada tonggak-tonggak hitam berjejer mengapit pijakan terapung warna oren yang terbuat dari plastic floating dock. Sayangnya jukung tidak mengantar ke dermaga apung itu, sebab katanya sulit untuk turun. Musim angin barat begini, pasirnya bertumpuk, jadi terangkat.
Kebanyakan jukung memilih mendarat di atas hamparan pasir pantai. Termasuk jukung kami. Melompat dari jukung saat ombak lari ke laut sepertinya akan menjadi hal biasa di musim ini. Sensasi berkejaran dengan ombak disertai jeritan kebasahan membuat acara turun dari jukung jadi seru-seru menegangkan.
Akhirnya saya di sini bersama mereka |
Tulisan “Welcome to Pulau Pisang” pada sebuah kayu dengan latar belakang bangunan Balai Pekon Pasar menyambut kedatangan. “Akhirnya saya menjejakkan kaki di Pulau Pisang,” begitu yang terucap di hati ketika membaca tulisan itu. Sebuah kelegaan sederhana untuk keinginan yang pernah tertunda.
Siang amat terik, keringat mengucur, membangkitkan rasa haus untuk menenggak minuman soda dingin. Tapi ucapan Aries bahwa di sini susah listrik, membuyarkan keinginan itu. Membuahkan gelak tawa seiring langkah menuju homestay yang berjarak cukup dekat dari pantai. Homestay Bang Jon namanya.
Menginap di rumah warga |
Ada banyak rumah warga yang kamarnya disewakan untuk wisatawan. Harga sewa rata-rata Rp 200 ribu/malam/orang sudah termasuk makan 3 kali sehari. Rumah yang kami tempati berada di pinggir jalan, dekat pantai dan dermaga.
Dua kamar untuk rombongan kami. Satu kamar besar dengan dua kasur besar untuk 4 orang (Yayan, Aries, Deddy, dan Mas Arif). Sedangkan mas Don di ruang tengah. Satu kamar ukuran sedang dengan dua kasur besar untuk Yuk Annie, Dian, dan saya. Dua kamar mandi dalam rumah sepertinya mesti bergantian agak lama he he. Tapi antrian tertib kok :D
Kamar kami para perempuan |
Kamar para lelaki, cukup buat berempat |
Usai menaruh barang-barang dan melepas lelah sejenak, kami mengisi waktu dengan pergi ke pantai dekat dermaga. Ada waktu satu jam sebelum solat Jumat, cukup lama untuk melihat-lihat dan mengambil foto suasana pantai. Beberapa kali jukung datang menurunkan penumpang. Saat itulah pantai jadi ramai. Setelahnya, sepi lagi.
Sesi foto jadi pecah kalah anjing tuan rumah mengikuti kemana kami pergi. Bahkan tanpa terduga jadi model masuk frame. Sebuah nama diberikan padanya: Ogik!
Main bareng di pantai Pulau Pisang *Photo Aries Pratama* |
Desa bersahaja dengan warga yang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, terutama para perempuan. Sedangkan laki-laki ada yang menjadi nelayan dan berkebun. Jalan desa berupa setapak kecil yang cukup untuk dilewati motor. Tak ada mobil di sini. Bangunan-bangunan rumah banyak telah tua dan tak terurus, ditinggalkan penghuninya yang telah pindah ke luar pulau.
Mau kemana kita? |
Banyak rumah tua kosong dan rusak di Pulau Pisang, salah satunya ini |
Hidangan makan siang masakan dari pemilik homestay berupa gulai buah kelor, ikan segar goreng, sayur lodeh daun katu, kentang cabai merah, petai rebus, dan sambal pedas, sukses menggoyang lidah.
Ada kenikmatan tersendiri bersantap bersama kawan-kawan yang doyan makan. Saya yang sehari-harinya tergolong malas makan, jadi ketularan lahap dan nambah-nambah. Tapi memang perlu makan yang cukup karena energi yang keluar saat traveling itu berlipat-lipat. Saya sering berkata pada diri sendiri: ”Makan yang cukup dari apa yang ada, biar nggak ada apa-apa saat jalan-jalan.”
Naik Motor Keliling Pulau Pisang
Aries memberi saya kejutan dengan mengajak keliling pulau naik motor. Kapan saya pernah menduga bakal motoran menjelajah Pulau Pisang? Kenyataan yang amat menyenangkan. Aroma petualangan pun menyergap, memeluk saya dengan seribu kegembiraan, terlebih boncengan berdua Mas Arif. Sebuah pengalaman baru yang benar-benar seru.
“SIM C ku kan sudah kadaluarsa, Ma,” ucap Mas Arif khawatir. Entah kapan terakhir kali bojoku itu nyetir motor. Saya pun sudah lupa saking lamanya :D
“Yang menilang paling kera atau mungkin lumba-lumba, mas.” Candaan istrinya ini tak membuatnya tertawa. Hadeuuh… khawatir banget sih mas…mas…haha. Dampak terbiasa taat aturan berkendara mungkin ya. Positive sih ketimbang ia justru merasa baik-baik saja tanpa SIM kemana-mana.
Sewa motor buat keliling pulau |
Aries berdua Don, Deddy bonceng yuk Annie, Yayan bonceng Dian. Saya dan mas Arif. Pas 4 motor. Seingat saya Deddy ingin dibonceng biar bisa foto-foto, tapi pada akhirnya dia yang harus nyetir motor boncengin yuk Annie hihi.
Di Pulau Pisang, motor bisa disewa dengan harga Rp 60.000 perhari. Nyetir sendiri. Kalau masih asing dengan pulau, saran saya ajak warga buat jadi guide. Meski pulau kecil, tetap perlu seseorang untuk bantu menunjukkan tempat-tempat yang bisa dikunjungi. Pun kita tidak tahu mana tempat yang aman dan tidak aman. Menggunakan jasa warga turut membantu mereka dalam merasakan manfaat atas kedatangan wisatawan juga, kan?
Sepanjang jalan berfoto dan membuat video, saksikan videonya diYoutube saya ya :D |
Bangunan Sekolah Jaman Belanda
Di Pulau Pisang hanya ada dua sekolah dasar, salah satunya SDN Pasar Pulau Pisang. Bangunan SDN Pasar ini sudah beberapa kali saya lihat fotonya di medsos para pejalan yang pernah ke Pulau Pisang. Sekolah didirikan sejak jaman kolonial Belanda sehingga dianggap bersejarah.
Bangunan asli berdiri di bagian depan, terdiri dari 5 ruang kelas. Sedangkan bangunan tambahannya ada di belakang. Bentuk pintu yang tinggi dan lebar, mencirikan arsitektur bangunan gaya Eropa. Tanpa jendela namun dinding bagian atas dibuat berlubang-lubang sebagai sirkulasi udara.
Bangunan sekolah sejak jaman Belanda |
Menara Rambu Suara
Perjalanan berkendara motor terasa mudah karena jalan yang kami lalui berupa setapak yang disemen. Rata dan mulus meski kontur tanah menanjak dan menurun. Melintasi perkampungan dan perkebunan. Pada satu belokan, jalanan menurun terjal, ada sedikit ketakutan yang menyertai. Tapi mas Arif menenangkan, aman katanya.
Saya tak pernah sesenang ini. Menceritakan ulang bagaimana rasanya bermotor berdua di tengah kebun cengkeh yang rimbun, adalah pengalaman tak biasa yang mampu menggetarkan rasa. Mungkin hal biasa bagi orang lain, tapi ini beda bagi saya. Merekamnya dalam video jadi sebuah keharusan. Saya ingin menjadikannya oleh-oleh untuk diperlihatkan pada dua buah hati tersayang.
Perkebunan cengkeh milik warga |
Di perkebunan cengkeh milik warga inilah terdapat Menara Rambu Suara. Saya sempat keliru menyebutnya sebagai Mercusuar. Jika mercusuar pada umumnya bangunan tertutup, Menara Rambu Suara terbuka. Fungsinya pun berbeda.
Menara ini terdiri dari 4 tingkat. Lantai singgahnya kecil, paling banyak bisa dipijak oleh 4 orang dengan total beban tertentu. Mesti bergantian kalau mau naik. Karena terbuka, bisa jadi kena panas atau hujan. Harus berhati-hati saat turun. Besi-besi masih terlihat baru dan kuat. Catnya pun masih bagus. Enak dilihat. Naik pun merasa aman.
Gratis masuk Menara Rambu Suara |
Saya hanya sampai pada tingkat 2. Pada tingkat 3 dan 4 ada Yayan, Deddy, Aries, dan Mas Arif. Agak gentar jika melanjutkan. Saya tak seberani itu. Namun apa yang saya lihat dari tingkat dua sudah sungguh Alhamdulillah. Menakjubkan dan bikin saya tak ingin lekas-lekas turun.
Pemandangan laut dengan gradasi warna yang cantik. Barisan bukit di daratan Pulau Sumatera bagian Lampung. Garis pantai, pasir putih di pantai, nyiur melambai, atap-atap rumah penduduk, area perkebunan, hingga gulungan ombak yang tak henti menyerbu pantai. Semua terlihat dari atas menara. Memanjakan mata. Menyegarkan jiwa. Pesona tak terbantahkan dari Pesisir Barat. Jika ke sini, naiklah menara ini.
Pemandangan indah dari atas menara |
Alhamdulillah bisa berada di sini bersama orang-orang tersayang |
Makam Keramat di Batu Liang
Tawaran menggiurkan dari Batu Liang karena merupakan salah satu spot sunset terbaik di Pulau Pisang. Motor-motor pun berhenti pada sebuah jembatan. Sekitar 20 meter jalan kaki untuk sampai di pinggir tebing yang sangat curam. Dibawahnya sudah menanti batu-batu cadas yang cukup dengan sekali jatuh bisa meremukkan tulang belulang. Naudzubillah.
Sementara di samudera nan luas, gelombang menciptakan ombak panjang dan tinggi menuju tepian. Surganya para peselancar. Surganya para fotografer.
Terus terang, tempat ini membuat saya dihantui ketegangan sekaligus rasa takut. Duduk sesaat pada sebuah batu yang menjorok ke laut pun bikin saya gemetar. Melihat Deddy, Yayan, Dian, dan Mas Arif berfoto di batu itu saya jadi takut.
Karena tempat ini tidak aman, saya sarankan pada siapa saja yang mampir ke sini untuk berhati-hati. Jangan berdiri terlalu pinggir. Jangan abaikan keselamatan untuk sekedar mendapatkan foto spektakuler.
Aries dengan keberaniannya berdiri di ujung batu :D |
Kita fotonya di sini saja biar aman :D |
Sekitar 5 meter dari bibir jurang ada lubang dalam dan panjang, yang konon kabarnya jika dimasuki ada terowongan yang mengantar kita pada suatu tempat. Hmm…ada yang sudah membuktikan? Tapi jaman dulu, mungkin saja ada yang membuatnya untuk tujuan tertentu. Bisa jadi sebagai tempat persembunyian, jalan pelarian, atau malah tempat pembuangan mayat? Hiii…saya bergidik.
Terdapat sebuah makam yang disebut-sebut keramat. Kuburannya panjang. Mungkin karena ukuran orang jaman dulu tinggi-tinggi. Konon merupakan orang penting di jamannya (perlu diteliti lagi). Di nisan tertulis tahun lahir tahun 1844 dan meninggal di tahun 1964. Itu artinya usia hidupnya 120 tahun dan jenazahnya telah 53 tahun bersemayam di Pulau Pisang.
Suasana sepi dan jauh dari keramaian membuat tempat yang menjanjikan pemandangan menawan ini kami tinggalkan. Agak kurang nyaman jika harus berada di sini sampai gelap. Hutan di kiri dan kanan jalan juga menambah kesan angker. Tapi percayalah, ungkapan ini ditulis oleh seorang penakut he he. Kalau kamu pemberani, habiskan petangmu di sini. Siapa tahu bisa bertualang sampai menjelajah dunia lain :D
Kenangan Indah di Batu Gukhi
Jalan bagus dan panjang, berawal dari Pekon Pasar tempat kami menginap dan berakhir sampai Pekon Pasar lagi, membuat motoran keliling Pulau Pisang jadi asik. Jalannya tidak putus meski banyak persimpangan. Letaknya pun berada di sepanjang pinggir pantai. Memudahkan untuk mampir berwisata pantai bagi siapa saja yang lewat.
Kami sempat mampir ke salah satu pantai untuk acara mandi-mandi senang, tapi urung karena banyak karang. Pantainya sepi. Hanya terlihat 2 orang sedang memancing ikan. Motor kembali dipacu, kali ini langsung ke tujuan terakhir: Batu Gukhi.
Abrasi menyebabkan kerusakan pada garis pantai. Beberapa pohon rubuh dengan akar yang terangkat ke atas. Di dekatnya tersisa area terbuka dengan permukaan yang dibalut rerumputan halus. Di sana kami duduk melepas penat setelah beberapa jam berkeliling naik motor.
Pantai di sebelah selatan merupakan pantai pasir putih, cocok buat berenang-renang atau sekedar berendam. Sedangkan sebelah utara lebih banyak karang, besar-besar dan tajam. Terdapat karang tinggi yang bila dilihat dari samping bentuknya menyerupai wajah manusia. Karang inilah yang disebut sebagai batu Gukhi. Namanya kemudian dilekatkan sebagai nama pantai.
Ada yang asik bermain air melihat hewan-hewan laut |
Perairan di sekitar pantai terbilang dangkal meski banyak karang. Sekitar 100 meter ke arah laut baru agak dalam. Deddy, Yayan, Dian mengisi waktu dengan melakukan sesi foto. Mas Arif sibuk dengan action cam, merekam video hewan-hewan laut yang banyak ia jumpai di sekitar Batu Gukhi. Cukup lama ia asyik sendiri melihat teripang, kepiting, ikan, hingga kerang. Sementara saya, yuk Annie, Aries, dan mas Don lebih banyak beristirahat di atas rerumputan. Mengunyah snack dan menyeruput kopi yang dibeli Aries di warung desa. Sore yang indah dan tak terlupakan.
Gempuran ombak besar dan tinggi di sisi selatan jadi hiburan yang tak henti membuat kagum sekaligus ngeri. Aries dan Mas Arif tampak bersemangat memotret moment tersebut.
Matahari mulai turun, tapi awan tebal kelabu sepertinya datang dan tak mau menyingkir. Nun jauh di kaki langit, sepertinya badai di laut tengah terjadi. Nyali saya ciut. Ditambah angin kencang yang terus berhembus. Kami memilih pulang.
Melihat Kerajinan Tapis di Pulau Pisang
Ibu pemilik homestay menyajikan makan malam dengan sayur khetak kidhip, masakan yang baru pertama kali saya jumpai. Sayur berkuah santan berisi campuran daun tangkil dan kacang hijau. Mirip lodeh bening tanpa bumbu-bumbu yang rasanya tajam.
Ibu pemilik homestay menyajikan makan malam dengan sayur khetak kidhip, masakan yang baru pertama kali saya jumpai. Sayur berkuah santan berisi campuran daun tangkil dan kacang hijau. Mirip lodeh bening tanpa bumbu-bumbu yang rasanya tajam.
Lauknya ikan blue marlin/tuhuk goreng. Tak ketinggalan petai rebus, mentimun, dan sambal. Kejutan kuliner kedua di Pulau Pisang setelah siangnya makan sayur buah kelor :D
Makan malam dengan Ikan Tuhuk (marlin) goreng dan sayur Khetak Khidip. Enak! |
Kegiatan jelajah pulau selama seharian menyisakan lelah. Badan segar seusai mandi dan rasa kenyang seusai makan, menghadirkan kantuk yang tak bisa saya lawan. Ketika yang lain masih asik mengelilingi hidangan sambil ngobrol, saya masuk kamar. Tidur nyenyak sampai pagi tanpa tahu kalau teman-teman malah pergi ke rumah tetangga untuk melihat kerajinan tapis.
Beruntung Mas Arif mengambil beberapa foto, ditambah info dari Mbak Dian dan Yuk Annie, jadi saya bisa bercerita sedikit tentang kerajinan tapis ini. Pengrajin tapis di Pulau Pisang cukup banyak. Biasanya tapis dibuat berdasarkan permintaan. Ada yang dalam bentuk kain, selendang, dan gorden pintu yang digunakan untuk acara tertentu. Kisaran harga kain Rp 3 juta, sedangkan gorden pintu Rp 1,5-2 juta.
Jika malam itu saya ikut serta, kebayang bakal ngiler liat kainnya dan bisa saja jadi kebawa mimpi :D
Kain Tapis Rp 3 jutaan |
Tapis untuk gorden pintu Rp 1,5-2 juta |
Pagi tanpa Sunrise tetap indah
Anjing pemilik homestay mengikuti langkah kami yang bergegas menuju pantai. Sepertinya hewan jinak itu cepat akrab dengan orang yang baru dia temui. Aries dan Mas Arief sibuk menata kamera, angkat tripod ke sana kemari. Saya dan yang lain mengisi waktu membicarakan Ogik yang tak mau lepas dari Deddy. Kami seperti punya teman baru, meski hanya seekor hewan.
Bukit di seberang pulau tempat matahari pagi biasa muncul masih jadi pusat perhatian. Tapi, langit di ufuk timur tak jua memerah. Akhirnya, sama seperti matahari terbenam di Batu Gukhi yang tak bisa kami saksikan karena awan yang menutupi, pagi ini pun matahari terbit lewat dari harapan. Sedih? Tidak.
Demi sunrise indah, keluar pagi2 seusai subuh |
Alam memang tak bisa diajak janjian. Masih bersyukur tidak hujan. Setidaknya masih bisa menikmati suasana fajar di Pulau Pisang. Menyaksikan nelayan menaiki perahu, pergi mencari ikan di lautan. Sisanya melakukan kesenangan dengan memotret. Namun yang paling saya sukai adalah menghirup dalam-dalam udara pagi yang masih sangat bersih dan segar. Tidak tiap saat begini. Betapa saya mensyukurinya.
Pagi nan syahdu |
Pagi masih terasa syahdu, masih asik untuk berlama-lama di pantai. Namun ada yang mesti diburu. Jam 7 kami mesti segera meninggalkan Pulau Pisang. Hari ini hari terakhir menjelajah pesona Krui. Kami harus kembali ke Labuhan Jukung secepatnya.
Kopi, teh, dan pisang goreng jadi sarapan pembuka yang lezat. Di jeda berkemas dan mandi, lalu dilanjut sarapan bersama dengan nasi goreng. Sederhana namun nikmatnya luar biasa. Meski hanya semalam, berpisah dengan rumah yang menjadi tempat kami bermalam menerbitkan sedih. Masih terkenang mandi bergantian di dua kamar mandi yang ada. Kamar mandi kecil namun airnya berlimpah. Mati lampu di kamar mandi. Pakai senter HP. Ngecas batre Hp dan kamera, ternyata listrik mati. Tidur di kamar yang pintunya terbuka, hanya ditutup gorden tipis yang kapan saja bisa terbuka kala melambai tertiup angin. Entah kapan saya akan kembali lagi melihat rumah itu…
Sarapan pembuka |
Sarapan penutup |
Waktu pasti akan berlalu, tapi kenangan akan Pulau Pisang akan tetap tinggal dalam ingatan. Kebersamaan dengan sahabat-sahabat dekat, adalah momen terindah yang tak akan pernah berulang. Teramat sayang jika tak menghargainya.
colokan kabel di ruang tengah yang akan selalu dikenang :D |
Momen Indah Bertemu Banyak Lumba-lumba
Telah tiga kali datang ke Kiluan pada periode 2016, tak juga bertemu banyak lumba-lumba yang mampu membuat saya benar-benar merasa puas. Meski selalu gagal, tapi tak ada kesal, tak ada kapok. Yang ada saya terus menyulam harapan suatu hari nanti akan bertemu dengan sajian paling spesial. Entah kapan, hanya bisa menunggu sampai semesta menjawab dengan caranya yang paling rahasia.
Perjalanan pulang ke Pelabuhan Kuala Stabas punya warna yang berbeda. Jika saat berangkat dihadiahi langit cerah dan sangat biru, sekarang kami pulang dengan langit berawan dan cenderung mendung. Tapi siapa sangka di balik itu Tuhan menghadiahkan kami dengan atraksi paling menawan dari lumba-lumba.
Lumba-lumba terbanyak yang pernah saya lihat *Photo by Aries Pratama* |
Lumba-lumba muncul jauh lebih banyak dari yang pernah saya lihat selama di Kiluan. Sangat dekat. Dari depan, dari samping kanan dan kiri jukung. Kamera sudah siap, tapi selalu kalah cepat. Mungkin memang waktunya hanya melihat dengan mata. Menikmati tanpa harus terbebani oleh kata-kata hoax bagi yang meragukan. Seperti yang diucapkan Yayan yang saat itu duduk dekat saya, “Cuma mau menikmati”. Iya, kita adalah pejalan yang menikmati perjalanan. Menikmati apa-apa yang kita lihat dalam perjalanan. Kita bukan penjual foto. Lupakan urusan foto-foto. Terima kasih kepada Aries yang berhasil mengabadikan kemunculan lumba-lumba lewat kameranya.
Lagi-lagi, saya tak pernah sesenang ini. Betapa keberuntungan begitu pandai memberi pelukan pada waktu yang sangat indah.
“Saya tak membawa atraksi lumba-lumba itu ke hadapanmu, tapi saya membawamu ke tempat di mana lumba-lumba beratraksi di habitatnya.”
Pesona Krui 2017
Perjalanan menjelajah Pulau Pisang memberi pengalaman berharga, sekaligus kenangan yang indah. Laut dan daratannya menawarkan petualangan seru yang akan selalu dirindukan pada masa-masa yang akan datang.
Tidakkah kamu juga menginginkannya?
Sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, Kabupaten Pesisir Barat memiliki berbagai potensi pariwisata dan keberagaman budaya yang tidak kalah menarik dengan daerah lain. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sehingga memiliki panorama pantai yang indah dan memukau. Para pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan pantai dan deburan ombak serta kesejukan angin sambil menyaksikan sunset.
Selain pantai, objek wisata di Kabupaten Pesisir Barat sangat beragam. Terdapat beberapa wisata unggulan yang akan terus dikembangkan oleh Dinas Pariwisata Pesisir Barat, di antaranya Pulau Pisang yang baru saja saya jelajahi tgl. 17/3, Pantai Tanjung Setia yang kami kunjungi pada tgl. 18/3, Pantai Labuhan Jukung tempat kami menginap tgl. 16/3, dan wisata sejarah di Kramat Manulla, Makam Gajah Mada, dan Goa Matu.
Letak pantai-pantai di Pesisir Barat sangat strategis dan mudah diakses. Dari Bandar Lampung, Pesisir Barat dapat ditempuh sekitar 5-6 jam dengan berkendara mobil atau motor. Jangan khawatir dengan tiket masuk tempat wisata, di sini rata-rata tidak dipungut biaya. Sewa mobil dari Bandar Lampung Rp 250 ribu per hari belum termasuk supir dan BBM. Biaya sewa perahu ke Pulau Pisang Rp 600.000 PP sudah termasuk tur lumba-lumba.
Bulan April nanti Dinas Pariwisata Krui akan menggelar berbagai event dalam rangka hari jadi Krui. Banyak kegiatan yang akan dilaksanakan dalam event tersebut, di antaranya:
• Krui Pro 2017 WSL QS1000 Surfing Competition pada tgl. 15-20 April 2017
• Aneka lomba yang akan digelar mulai 13-22 April 2017 terdiri dari lomba tari adat, lomba tari kreasi, lomba ngunduh damar, lomba pidato bahasa Inggris, lomba layang-layang, lomba lagu Lampung, Lomba Mawalan, Lomba Foto Wisata, Lomba Bahasa Arab, Lomba Pidato Bahasa Mandarin, Lomba Ngukur kelapa
• Rekor MURI 1001 orang Ngunduh Damar pada tgl. 13 April 2017
Rangkaian kegiatan yang tentunya sangat menarik untuk disaksikan. Selain dapat memperkaya pengetahuan akan budaya salah satu daerah di Lampung, juga dapat memperkaya pengalaman berwisata.
Jika teman-teman punya rencana berkunjung ke Pulau Pisang pada bulan April nanti, bisa datang saat event, biar dapat momentnya. Percaya deh bakal ketagihan datang ke Krui. Saya yang baru saja habis dari sana rasanya pingin balik lagi dan ingin ikut menyaksikan rangkaian kegiatannya, tapi tidak bisa karena bertepatan dengan trip selama 2 minggu di Tidore dan Ternate. Tapi suatu saat saya pasti kembali, entah bersama rombongan traveler, atau berdua saja bersama suami.
Berwisata di Krui tentu bukan hanya ke Pulau Pisang. Masih ada tempat-tempat menarik lainnya yang kami kunjungi selama di Krui, seperti Pantai Tanjung Setia, Perkebunan Damar, Pantai Labuhan Jukung. Kami juga sempat mengunjungi sentra kuliner di Pasar Pagi, melihat Bandara Seray, dan mampir ke Tugu Tuhuk (ikon Krui). Kunjungan ke tempat-tempat tersebut akan saya tulis pada postingan berikutnya.
Liburan bareng ke Pulau Pisang itu menyenangkan :) |
- Terima kasih kepada Dinas Pariwisata Krui atas undangan mengikuti trip Krui dari tgl 16-18 Maret 2017 dalam rangka menyambut Pesona Krui 2017.
- Terima kasih juga kepada Mas Aries Pratama dari Dinas Pariwisata Krui yang telah menemani kami selama 3 hari Eksplorasi Keindahan Krui
- Terima kasih kepada akun-akun medsos di Lampung yang telah membantu me-repost postingan foto-foto Krui saya di Instagram dengan tanpa pamrih telah turut menyebarkan informasi wisata Krui: @Lampuung @lampunggham @pesisirbarat_ @ilovelampung @jalan2lampung @lampungkuybareng.
- Terima kasih @ijamitkrui dan @kruitourism
- Terima kasih teman-teman Travel Blogger Indonesia atas kebersamaannya : Dian Radiata dari Batam (adventurose.com), Deddy (deddyhuang.com) dan Haryadi Yansyah (omnduut.com) dari Palembang, dan yuk Annie (annienugraha.com) seorang blogger sekaligus konsultan pariwisata dari Jakarta
Lampung memang bukan milik masyarakat Lampung saja, Lampung adalah milik mereka semua yang mencintai Lampung. Jaya terus pariwisata di Indonesia, khususnya Pesisir Barat dan semoga event Pesona Krui 2017 sukses.
Baca juga cerita perjalanan Jelajah Krui dari teman-teman seperjalanan saya berikut ini :
Dian Radiata : Ija Mit Krui
Annie Nugraha : Hatiku Tertambat di Pulau Pisang
Haryadi Yansyah : 24 Jam Bermanjah di Pulau Pisang
Annie Nugraha : Sejuta Pesta di Pesisir Barat Lampung
Video Jelajah Pulau Pisang:
Aku menikmati tulisan mbak Rien.
BalasHapusBetulll colokan listrik di ruang tamu itu jadi rebutan hehe sampai aku chargerku ketinggalan hiks..
Kangen Ogik yaa
Maklum listrik terbatas. Colokan juga. Pas balik ke homestay langsung jadi rebutan :D Aku sempat sibuk ngecas nggak tahunya listrik padam haha. Aku jatuh hati sama Ogik. Anjing baik yang banyak gaya :D
HapusBaca ini bikin senyum-senyum sendiri. Aku kangeeeeeen! Btw itu model rumah tuanya boleh juga hahahahaha...
BalasHapusModel langka itu. Jauh bawanya dari Batam :D
HapusIya, kangen banget!
Waaaa lengkap bangeeeeett mba rien, seruuu yaaaa jalan2 bersama pasangan dan teman2, kapan yaaa ngetrip sama2 lagi ^_^
BalasHapusIya manda, jalan bareng teman-teman memang seru. Apalagi kalau kegiatan menjelajah pulau seperti ini. Ada banyak hal yang terjadi dan bisa diceritakan. Moga ada kesempatan jalan bareng lagi ya. Jalan-jalan ke Sumatera aja yuk.
HapusAsyik sekarang ngetripnya bareng yayang, romantis dah mbak Rien. Itu emang ada drescodenya yaa baju seragam gitu. Aku belum pernah naik perahu nyebrang laut mbak, serem2 gimana gitu.
BalasHapusNggak ada dresscode khusus. Kami hanya janjian warna untuk keperluan foto-foto. Karena dari awal sudah mengira bakal berada di sekitaran pantai dan perbukitan hijau, makanya mau pakai baju dengan warna2 cerah. Ternyata kompak :D
HapusKelihatannya memang serem. Tapi itu aman. Nelayan dan wisatawan yang ke Pulau Pisang sudah bolak balik pakai perahu itu. Mau nggak mau ya memang harus pakai perahu kecil itu. Yang bawa perahu sudah terbiasa dan bisa diandalkan. Penumpang juga dilengkapi jaket pelampung.
Seru banget sampai naik jukung. Aku juga pengennnnn...
BalasHapusAyo cobain naik jukung juga mbak Ira. Jukungnya jauh lebih kecil dari perahu yang kita naiki waktu ke Pulau Menjangan. Tapi lautnya lebih tenang. Gelombangnya ga sekuat dan sederas di selat Bali.
HapusWaaaaaa aku menikmati sekali membaca ini. Serasa diajak ikut jelajah pulau pisang. Apalagi jalannya bareng sahabat yang menambah semarak suasana
BalasHapusDan satu lagi, aku selalu kagum melihay foto2 mbak Rien. Bikin mupeng ih
Mari main ke Pulau Pisang, Mbak Arni. Ajak teman-teman di BK :D
HapusAih aku suka itu dresscodenya emang sengaja ya Mbak Rien? Btw itu sekolahnya instagrammable amat ya buat pepotoan.
BalasHapusThanks Dewi. Kami janjian warna baju biar ngejreng saat foto2 :D
HapusIya, instagrammable banget bangunan sekolahnya. Bangunan lama dan tua kebanyakan gitu ya.
Wah ke Pulau Pisang bareng suami ya, Mbk? Kece fotonya semoga sukses ya, Lampung makin banyak wisatawan datang.
BalasHapusAamiin. Semoga pariwasata Lampung makin maju dan memberikan banyak manfaat pada masyarakatnya. Terima kasih Mbak Naqiyyah ^_^
HapusHahaha, nggak kebayang ditilang sama kera.
BalasHapusBaru dengar Krui dari blog ini, keren ternyata, dan itu pulau pisang pasirnya putih bersih, pingiinnn. Bangga mbak bisa mempromosikan pariwisata Indonesia
Surat tilangnya pake daun kalau ditilang kera :p
HapusAku juga belum lama tahu nama Krui, dan baru sekarang lihat langsung. Potensi wisatanya ternyata menjanjikan. Pemerintah di sana juga aktif mengembangkan potensi yang ada. Jalan darat ke sana bagus, ada bandara juga walau sementara sedang ga berfungsi. Kalau suatu hari mbak Zulfa ingin ke Krui, aku mau temani :)
Seru pisan Mbakyu ... ah, lumba-lumba dan foto misterius itu tetap memukau ...
BalasHapusSeseruan bareng lagi yuk Kang Ali. Mungkin lihat lumba2 di Pulau Pisang perlu dicoba bareng blogger2 Trizara nih :D
HapusBanyak banget agenda di lampung ya. Kabar gembiranya, dari Jogja sudah ada penerbangan langsung ke Lampung, tapi baru satu kali penerbangan saja.
BalasHapusSetidaknya ada penerbangan langsung meski baru 1 flight.
HapusIya, banyak agenda. Beberapa Pemkab di Lampung aktif mengangkat pariwisata daerahnya. Kita yang bukan orang Lampung jadi tertarik untuk datang :)
Mba Rieeeennnnn mau banhettt ke Pulu Pisang. Pengen bangen menjelajah cantiknya pulau pisang. Kapan ya semoga bisa kesana. Hayuk mba kita jalan-jalan bareng
BalasHapusAsik banget ceritanya Mba Rien T_T #mupengAbis
BalasHapusTerima kasih sdh mengenalkan Lampung pd dunia!
Kudu masuk bucket list nih klo pulkam.
Terima kasih Julee.
HapusAaaaah......baru sedikit tempat di Lampung yang saya datangi dan tulis di blog. Belum ada apa2nya bagi dunia :D
Pertama lihat foto-fotonya di IG udah bikin mupeng aja.
BalasHapusTernyata Lampung punya pesona yang keren ya mbak.
Suka dengan pantai-pantainya.
Kalau mau ngetrip begini, menunggu anak2 besar dlu hehehe
Iya Von, Lampung punya seribu pesona. Tinggal datang kalau mau menikmati keindahannya. Masih punya balita ya, memang agak repot kalau diajak bertualang. Paling pilih wisata yang aman dan nyaman aja dulu kalau mau. Berwisata di sekitaran kota, kulineran misalnya. Dirimu kan food blogger. Nyobain kulineran di Lampung bawa anak2 aku rasa nggak harus nunggu mereka besar :D
Hapusmantap banget tripnya.
BalasHapusKental dengan aroma petualangan
HapusMba Rien tulisannya lengkap banget, foto-fotonya juga. Namanya lucu ya, Pulau Pisang. Hehehe.
BalasHapusThanks Grace. Iya nih, lucu, padahal di sana banyaknya pohon kelapa :D
HapusFoto barengnya favorit semuaaaah. Petjaaaah!
BalasHapusKalau KL udah kayak negara kedua, lampung ini udah kayak provinsi kedua bagiku. Sering banget jalan ke sana sampe dikira gak pulang-pulang muahahaha. Gak pernah gagal bikin hepi jelajah Lampung.
omnduut.com
Alhamdulillah Yan, sudah jadi rejekimu punya kesempatan untuk datang ke Lampung berkali2. Jaraknya juga dekat ya dari Palembang, apalagi bisa dicapai dengan kereta, jadi memudahkan. Sering2 saja ke Lampung Yan, siapa tahu jodohmu ada di sana haha
HapusSeneng banget main ke Pulau Pisang bareng Yayan dkk. Sampai bertemu di trip berikutnya ya.
seru banegt!! aku mau kesana!!!
BalasHapusAyo datang. Tinggal hubungi Mas Aris kalau mau liburan ke Pulau Pisang. Dia siap membantu.
HapusSalah satu pengalaman traveling yang tak terlupakan. Jatuh 2x dari motor nyatanya tidak membuat saya dan Deddy Huang untuk terus menelusuri Pulau Pisang. Terimakasih untuk semua adik-adikku yang berkenan ikutan repot membawa koper saya yang manis dan lucuk. Semoga kita bisa mbolang bareng2 kali ya #mmuuacchhh
BalasHapusKoper Yuk Annie bukannya jalan sendiri ke Pulau Pisang? Langsung masuk homestay haha
HapusAamiin semoga mbolang bareng lagi, pakai ransel baru *lol
Ah akhirnya Mbak Rien ke Pulau Pisang. Dapat Sunrise gak mbak disana.
BalasHapusAku terakhir kesana belum ada jembatan yg dekat Dermaga.
Ah Pulau Pisang selalu bikin kangen
Nggak dapat sunrisenya, tapi diganti dengan kemunculan lumba2 yang banyak. Alhamdulillah.
HapusItu dermaga apung, Fajrin.
tidur berempat rame-rame dempet dempetan gitu seru sih. dan oh itu sarapan pagi pake pisang goreng!! enyaaakk
BalasHapusSeru dan bakal jadi kenangan tak terlupakan.
HapusEnak bangeeet pisang gorengnya Saya habis 5 lho! :))
mbaak...bikin mupeng banget sih ceritanya...seruuu ya jalan-jalan bareng gitu...
BalasHapusSeru dan menambah pengalaman. Terutama bisa bareng2 mengenalkan keindahan Pulau Pisang ke kawan-kawan lain :)
HapusMba, saya peechless bacanya... Cmn bisa berdoa mdh2an bisa ke sana kpn2...
BalasHapusHai mb rien, baca ini aku jdi kebayang2 buah pisang, dan aku taunya Lampung itu identik dg Way kambas
HapusMakasih infonya mb. Btw ada koh deddy jg asiiik
Itu lumba2nya ya allah emes bgt ya. Indah dan banyak
@ Nathalia : Aamiin
Hapus@ Mei : Kalau sedang beruntung bisa ketemu lumba2. Kadang tidak ada sama sekali.
Terima kasih kembali mei :)
Duhhh, pantainya cantiik, mau juga ke Pulau Pisang, oh em ji jukungnya kenapa kecil gituuu..
BalasHapusTenang Mbak Dewi, aman kok jukungnya :D
HapusRata2 ukuran jukung di sana sama. Kapasitasnya 10 orang. Ada jaket pelampung untuk pengaman. Pengemudi perahunya pun bisa diandalkan. Sudah mahir menghadapi gelombang :D
Pulau Pisang memang mempesona. Tahun lalu ada acara semarak pulau pisang dan lomba foto lumba-lumba. Mudah-mudahan tahun ini ada event lagi di sana
BalasHapusSaya lihat di dalam rangkaian kegiatannya nggak ada lomba foto lumba2 dan semarak Pulau Pisang, Mas Edi. Mungkin ditiadakan dan diganti dengan lomba2 yang sudah disebutkan dalam flyer yang saya share dalam tulisan di atas.
HapusTerima kasih Mas Edi sudah mampir :)
Ahh Pulau Pisang bagus juga yaa..Saya suka banget pemandangannya dari atas menara, indah banget bisa melihat seluruh pulau dan pantai-pantai kecenya. Di pulau ini apa bisa snorkeling juga?
BalasHapusSalam kenal :)
Pulaunya tenang, ngga bising, pun mau foo jadi ga bocor hehhe
BalasHapusWAh pantainya Masya Allah bersih sekali :-)
BalasHapuslumba-lumbanya ya Allah tolonggg... jadi mau kesanaaaaa....
BalasHapusDi pulau pisang bisa snorkeling gak mbak ?
BalasHapus