Saya mencoba menghimpun beberapa tempat kuliner di Lampung yang pernah saya kunjungi selama periode Agustus 2015 hingga April 2016. Dalam sembilan bulan tersebut, terhitung ada lima kali saya ke Lampung.
Festival Krakatau 2015 pada bulan Agustus menjadi titik awal saya mulai Keliling Lampung. Dilanjut dengan Festival Teluk Semaka bulan November 2015, trip Kiluan bulan Januari 2016, trip Kiluan bulan Februari 2016, dan terakhir adalah trip Danau Ranau bulan April 2016. Bulan Juli ini saya akan ke Lampung lagi untuk berwisata ke Kiluan, Gigi Hiu, Desa Wisata Gedung Batin, dan Air Terjun Puteri Malu di Way Kanan. Belum tahu akan jajal kuliner apa lagi. Biarlah nanti jadi cerita baru di postingan selanjutnya.
Kuliner yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini berasal dari lima kunjungan sebelumnya. Tentu saja apa yang saya tulis ini tidak mewakili keseluruhan kuliner yang ada di Lampung. Masih banyak jenis kuliner dan tempat kuliner lainnya yang bertebaran di Lampung.
Bakso Sony, Bakso Paling Enak di Lampung
Dalam obrolan-obrolan traveler yang pernah ke Lampung, kerap terselip cerita tentang Bakso Sony sebagai salah satu kuliner yang mesti dicoba ketika berkunjung ke Lampung. Enak, mesti coba, biar afdol kulineran di Lampung, begitu kata mereka. Ok, saya sudah datang dua kali. Pertama, tgl. 19/11/2015 ketika menghadiri Festival Teluk Semaka 2015. Yang kedua tgl. 27/2/2016 saat hendak ke Kiluan bareng Ratna Aulia dkk.
Kepopuleran Bakso Sony selain karena memang sudah punya nama, juga karena baksonya memang enak. Kalau saya lihat daging baksonya memang banyak, minim terigu. Kalau rasa kuah sama enak lah dengan kuah-kuah bakso lain yang pernah saya makan. Dua kali saya ke sini selalu di waktu pagi, seusai melakukan penerbangan dari Jakarta ke Lampung.
Pusat Bakso Sony ada di Jl. Wolter Monginsidi (dekat RS Bumi Waras). Sedangkan cabangnya ada di Jl. Z.A Pagar Alam (dekat Teknokrat), Jl. Raden Intan (sebelum Gramedia), dan di Jl. Cut Nyak Dien (dekat RM Garuda di depan Chandra pasar bawah. Bakso Sony buka dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam.
Festival Krakatau 2015 pada bulan Agustus menjadi titik awal saya mulai Keliling Lampung. Dilanjut dengan Festival Teluk Semaka bulan November 2015, trip Kiluan bulan Januari 2016, trip Kiluan bulan Februari 2016, dan terakhir adalah trip Danau Ranau bulan April 2016. Bulan Juli ini saya akan ke Lampung lagi untuk berwisata ke Kiluan, Gigi Hiu, Desa Wisata Gedung Batin, dan Air Terjun Puteri Malu di Way Kanan. Belum tahu akan jajal kuliner apa lagi. Biarlah nanti jadi cerita baru di postingan selanjutnya.
Kuliner yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini berasal dari lima kunjungan sebelumnya. Tentu saja apa yang saya tulis ini tidak mewakili keseluruhan kuliner yang ada di Lampung. Masih banyak jenis kuliner dan tempat kuliner lainnya yang bertebaran di Lampung.
Bakso Sony, Bakso Paling Enak di Lampung
Dalam obrolan-obrolan traveler yang pernah ke Lampung, kerap terselip cerita tentang Bakso Sony sebagai salah satu kuliner yang mesti dicoba ketika berkunjung ke Lampung. Enak, mesti coba, biar afdol kulineran di Lampung, begitu kata mereka. Ok, saya sudah datang dua kali. Pertama, tgl. 19/11/2015 ketika menghadiri Festival Teluk Semaka 2015. Yang kedua tgl. 27/2/2016 saat hendak ke Kiluan bareng Ratna Aulia dkk.
Kepopuleran Bakso Sony selain karena memang sudah punya nama, juga karena baksonya memang enak. Kalau saya lihat daging baksonya memang banyak, minim terigu. Kalau rasa kuah sama enak lah dengan kuah-kuah bakso lain yang pernah saya makan. Dua kali saya ke sini selalu di waktu pagi, seusai melakukan penerbangan dari Jakarta ke Lampung.
Pusat Bakso Sony ada di Jl. Wolter Monginsidi (dekat RS Bumi Waras). Sedangkan cabangnya ada di Jl. Z.A Pagar Alam (dekat Teknokrat), Jl. Raden Intan (sebelum Gramedia), dan di Jl. Cut Nyak Dien (dekat RM Garuda di depan Chandra pasar bawah. Bakso Sony buka dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam.
1 porsi berisi 6 biji bakso padat daging sapi |
Bareng Mas Yopie, Lia, Mike, Dita, dan mbak Dwi |
Pindang Baung Dapoer Tatu
Pindang baung adalah salah satu menu andalan yang saya santap di Pondok Makan Dapoer Tatu yang terletak di Jl. Putri Balau No 24, Kedamaian, Bandar Lampung. Kuahnya merah, kaya cita rasa dengan rasa pedas dan asam yang sangat menonjol. Ikannya segar, tidak amis, dan gurih.
Saya masih ingat hari itu tgl. 30/8/2015 untuk pertama kalinya saya makan di Dapoer Tatu dan pertama kalinya pula menyantap pindang Lampung. Saya tidak sendiri, tapi bersama kawan-kawan blogger undangan Festival Krakatau 2015. Panitia festival mengajak kami mencicipi kuliner pindang sebelum diajak menyaksikan parade budaya yang digelar di Jl. Dr. Susilo.
Di Dapoer Tatu juga tersedia pindang kepala simba, pindang patin, dan pindang iga sapi. Rumah makan ini buka hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 10.00 - 22.00 WIB. Kalau berkunjung ke Lampung, kuliner khas yang satu ini wajib dicoba. Dapoer Tatu merupakan salah satu dari sekian banyak rumah makan pindang di Lampung. Cobain deh pindangnya, sedap dan bikin nagih.
Ayo tebak siapa dia? |
Pindang pertama yang saya makan di Lampung :D |
Pindang jadi model |
Setelah dari Dapoer Tatu, keesokan harinya (tgl 31/8/2015) kami kembali makan siang dengan pindang. Awalnya pada belum tahu akan makan siang dengan apa. Mas Indra duniaindra.com melemparkan tanya, saya usul pindang, eh disetujui. Kami pun diajak ke Jalan Sultan Agung, dan di situ ada pondok pindang di pinggir jalan.
Senang banget diajak makan pindang lagi. Walau kadar sedapnya masih lebih enak di Dapoer Tatu, tapi rasanya tetap lumayan. Mungkin karena saya makannya sudah dalam keadaan lapar, dan juga karena makan bareng-bareng kawan. Suasana enak bikin makan pun jadi terasa enak.
Sambalnya menggoda sekaleee |
Lalapan segar |
Pindang lagi, nggak bosan-bosan... |
Asiknya makan bareng |
Minum Kopi Lampung di Dr Coffee Café
Ada 20 jenis kopi (arabica dan robusta) dari berbagai daerah di Indonesia yang ditampilkan di kafe ini. Bisa dinikmati dengan beragam penyajian dan cara seduh seperti tubruk, Vietnam Drip, V60 Dripper, French Press, dan Rock Presso. Kisaran harga per gelas Rp 8.000 – Rp 16.000,-. Selain kopi Nusantara, ditampilkan juga kopi asli Lampung, di antaranya single origin Fajar Bulan, Ulu Belu, Liwa, Sumber Jaya, dan Mekar Sari (organik).
Sewaktu saya dan kawan-kawan ke sana (30/8/2015), kafenya bertempat di sebuah ruko di jalan Sumantri Brojonegoro. Dekat jalan masuk ke kampus Unila. Kabar terbaru yang saya dapat dari Mas Ali (owner Dr.Coffee), kafe sudah pindah tempat. Sekarang lokasinya di Jalan Pagar Alam (gang PU) No. 41. Saya sih belum pernah datang ke tempat baru. Moga saat ke Lampung akhir bulan Juli ini saya ada kesempatan mampir.
Tahun lalu saya dan kawan-kawan tidak sekedar menyeruput kopi, tapi juga sambil belajar mengenal rasa dan aroma kopi dari ahlinya, siapa lagi kalau bukan Pak Karjo. Mas Ali dan Mas Vero pun hadir di antara kami. Mereka termasuk orang-orang yang giat menggalakkan kopi Lampung di Bandar Lampung. Sedangkan Pak Karjo adalah salah satu pemilik sertifikat R Grader di Lampung. Hari itu beliau banyak menjelaskan tentang kopi, dari aroma sampai rasa kopi, cara menyeduh, sniffing, dan cupping.
Ini biji kopi luwak liar lho... |
Bareng Pak Karjo dan Mas Adi owner Dr.Coffee |
Teh kulit kopi |
Vietnam drip |
Belajar mengenali kopi dari aromanya |
Menu Nusantara Spesial di Kedai Kopi Oey
Kedai ini asyik buat nongkrong, ruangannya cukup lapang, tampilan interior-nya pun unik. Tentu menyenangkan bersantap di sini, apalagi sambil bercengkerama dengan teman/keluarga/pasangan. Kopi Oey punya pilihan menu yang cukup beragam, di mana menu terbagi dalam menu utama, sarapan, kudapan, menu mie, dan ekstra. Menu favoritnya kudu dicoba, di antaranya, Mie Kepiting Pontianak, Sego Ireng Spesial, Nasi Ayam Suir Cabe Hijau, Soto Tangkar, Roti Bakar Prantjis, Prata Kari Ajam, Singkong Sambel Roa, dan Banana Flambe ala Mode. Untuk minuman yang jadi favorit antara lain : Cappuccino, Kopi Tarik, Wedang Oewoeh Imogiri, Milo Dinosaurus, dan Koffie Susu Indotjina. Menu sarapan berkisar Rp 12.000-Rp 30.000. Sedangkan menu utama kisaran harga mulai Rp 20.000 – Rp 55.000.
Kopi Oey terletak di Jl. Wolter Monginsidi No. 56, Bandar Lampung. Telp: 0721-241742. Berdampingan dengan Hotel POP Tanjung Karang. Pembukaannya pun beriringan dengan Hotel, yaitu tahun 2014. Kalau berkunjung ke Lampung, lantas menginap di POP Hotel, tinggal selangkah saja untuk bersantap atau ngopi-ngopi enak di Kedai Oey.
Ruang Kedai Kopi Oey |
Makanan yang dipesan kawan-kawan malam itu |
Singkong goreng sambal roa |
Minuman terbuat dari singkong |
Mas Indra, saya, Melly, dkk lainnya |
Masakan Sunda di Bumbu Desa
Bagi penggemar masakan tradisional Sunda, Bumbu Desa bukan restoran yang asing. Sejak berdiri tahun 2004 sampai akhir tahun 2015, Bumbu Desa pernah membuka 67 outlet yang tersebar di berbagai kota Indonesia, Malaysia dan Singapore. Gerainya ada di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Malaysia. Salah satu gerai di Sumatra ada di Lampung, tepatnya di Jl. Teuku Umar No.9 Kedaton, Bandar Lampung.
Saya dan kawan-kawan blogger mampir ke resto ini pada tgl. 28/8/2015 saat mengikuti Festival Krakatau 2015. Hari itu kami baru tiba di Lampung, malamnya diajak makan di Bumbu Desa. Awalnya saya kira akan diajak makan dengan menu khas Lampung, ternyata disambut menu Sunda :D
Bumbu Desa adalah resto dengan konsep pelayanan warung Tegal (warteg) yang dikemas secara modern dan profesional, bersih, sehat, cepat dan ramah. Di sini tersedia aneka tumisan, pepes, gorengan, sayur, serta lauk berupa ayam goreng dan bakar, ikan mas dan gurame, jeroan sapi, gepuk dll. Minuman yang tersedia terdiri dari aneka jus, aneka es, panas/dingin, yoghurt, minuman ringan. Ada pula cemilan tradisional Sunda seperti ubi rebus, kacang tanah, ongol-ongol dan lain-lain yang dapat dipilih sesuai selera.
Aneka menu khas Sunda |
Makanan kami malam itu... |
Makan malam bareng di Bumbu Desa |
Pindang Simba Rumah Makan Ika Pesawaran
Rumah Makan Ika terletak di pinggir jalan raya Way Ratay, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit dari Bandar Lampung. Kalau sedang dalam perjalanan dari Bandar Lampung menuju pantai Mutun, Pantai Klara atau ke Teluk Kiluan pasti akan melewati rumah makan ini.
Tgl. 27/2/2016 saya melakukan perjalanan ke Teluk Kiluan bareng Lia, Dita, Mike, dan mbak Dwi. Ketika sudah masuk jam makan siang, kami mampir ke Rumah Makan Ika atas rekomendasi Mas Yopie. Sebelumnya, waktu ke Kiluan bulan Januari Mas Yopie sudah ajak saya kemari, tapi waktu itu tidak jadi. Baru kesampaian saat bareng Lia dkk. Saya yang pada dasarnya memang suka banget makan pindang, tentu nggak nolak diajak kemari. Teman-teman pun setuju makan siang dengan menu pindang.
Terus terang saya asing dengan nama Simba. Mas Yopie bilang nama lainnya adalah ikan Kuwe. Saya masih tidak tahu apa itu ikan Kuwe. Ikan simba ternyata adalah ikan laut besar berdaging tebal. Seberapa besar? Saya tidak tahu. Yang saya tahu pindangnya itu berupa kepala ikan. Tidak ada badannya. Kami makan kepala ikan? Iya! Hihi.
Sama seperti masakan pindang yang saya makan di Dapoer Tatu, kuah pindang kepala simba ini kaya cita rasa. Rasa pedas bercampur asam, bikin lidah tak henti bergoyang. Tapi tetap saja seenak apapun makanan, saya nggak bisa makan banyak. Satu mangkuk besar pindang kepala simba itu akhirnya dihabiskan oleh Mas Yopie. Para wanita tak berdaya, klenger kalau harus menandaskan semuanya.
Selain menu utama pindang ikan, Rumah Makan Ika juga menyajikan menu seafood lain seperti ikan kerapu, bawal, gurame bakar/goreng, aneka masakan udang dan cumi serta telur ikan goreng yang jadi favorit pengunjung. Tumis kangkung terasi disini juga enak banget rasanya.
Sama seperti masakan pindang yang saya makan di Dapoer Tatu, kuah pindang kepala simba ini kaya cita rasa. Rasa pedas bercampur asam, bikin lidah tak henti bergoyang. Tapi tetap saja seenak apapun makanan, saya nggak bisa makan banyak. Satu mangkuk besar pindang kepala simba itu akhirnya dihabiskan oleh Mas Yopie. Para wanita tak berdaya, klenger kalau harus menandaskan semuanya.
Selain menu utama pindang ikan, Rumah Makan Ika juga menyajikan menu seafood lain seperti ikan kerapu, bawal, gurame bakar/goreng, aneka masakan udang dan cumi serta telur ikan goreng yang jadi favorit pengunjung. Tumis kangkung terasi disini juga enak banget rasanya.
Serbu kelezatannya! |
Kita pasti tahu siapa sapu jagatnya :)) |
Sabar....bapak-bapak dulu ya neng... |
Ikan Nila Bakar di RM. Khang Mengan Jejama
Rumah makan ini terletak di Jalan Raden Intan, Way Mengaku, Liwa Lampung Barat. Saya makan siang di sini hari Sabtu tgl. 23/4/2016 saat akan berwisata ke Danau Ranau bersama Mas Yopie, Mbak Ita, Yuk Ugun, Yuk Lina, dan Ilhan.
Khan Mengan Jejama artinya tempat makan bersama. Saya dengar, menu andalan yang jadi favorit pengunjung di rumah makan ini adalah Gulai Taboh. Taboh menurut bahasa Lampung berarti santan. Masakan satu ini bahan utamanya ikan gabus atau ikan nila. Sajiannya bisa utuh satu ekor ikan yang telah dipanggang atau dipotong dadu. Konon, dulunya Gulai Taboh merupakan sajian khusus para raja dan tamu. Di masa kini, gulai taboh sudah jadi menu sehari-sehari masyarakat Liwa.
Nah, siang itu kami tidak makan gulai taboh, melainkan ikan nila bakar hasil budi daya Danau Ranau. Lengkap dengan sambal, lalapan, dan semacam sayur asam. Saya suka rasa daging ikannya yang segar, terasa gurih. Mas Yopie cerita, kalau sedang berada di Liwa dia biasanya mampir makan di sini.
Rumah makan ini terletak di Jalan Raden Intan, Way Mengaku, Liwa Lampung Barat. Saya makan siang di sini hari Sabtu tgl. 23/4/2016 saat akan berwisata ke Danau Ranau bersama Mas Yopie, Mbak Ita, Yuk Ugun, Yuk Lina, dan Ilhan.
Khan Mengan Jejama artinya tempat makan bersama. Saya dengar, menu andalan yang jadi favorit pengunjung di rumah makan ini adalah Gulai Taboh. Taboh menurut bahasa Lampung berarti santan. Masakan satu ini bahan utamanya ikan gabus atau ikan nila. Sajiannya bisa utuh satu ekor ikan yang telah dipanggang atau dipotong dadu. Konon, dulunya Gulai Taboh merupakan sajian khusus para raja dan tamu. Di masa kini, gulai taboh sudah jadi menu sehari-sehari masyarakat Liwa.
Nah, siang itu kami tidak makan gulai taboh, melainkan ikan nila bakar hasil budi daya Danau Ranau. Lengkap dengan sambal, lalapan, dan semacam sayur asam. Saya suka rasa daging ikannya yang segar, terasa gurih. Mas Yopie cerita, kalau sedang berada di Liwa dia biasanya mampir makan di sini.
Ikan nila bakar hasil budi daya di Danau Ranau |
Mas Yopie balapan ya sama Yogi :)) |
Gantengan siapa? Gue atau ikan? |
Ayam Goreng Bu Mar Kotabumi
Hari Minggu tgl. 24/4/2016, saya bersama Mbak Ita dan saudari-saudarinya, juga Mas Yopie, sedang dalam perjalanan balik dari Danau Ranau menuju Bandar Lampung. Jam 12 siang kami sudah berada di Kotabumi, dan memutuskan untuk makan di sini.
Baca ini juga: Berwisata ke Danau Ranau
Menu andalan rumah makan Bu Mar adalah ayam goreng dan bebek goreng. Ayam goreng disajikan dengan sambal, lalap, sayur asam. Bila suka, kita bisa minta tambahan tahu dan tempe goreng. Awalnya saya pikir rasa ayam gorengnya standar saja, sama seperti ayam-ayam goreng lainnya. Tapi ternyata saya keliru, ayam goreng Bu Mar ternyata enak. Daging ayamnya lembut, bumbunya meresap dan sambalnya sangat sedap. Cobain deh kalau sedang melintas di Kotabumi.
Jus buah naganya segerrrr |
Makan Masakan Padang di RM Ampera Kamang Indah
Hampir tiap daerah punya rumah makan yang menyajikan masakan Padang. Dalam satu kota bisa ada puluhan rumah makan Padang. Hal ini membuat para penggemar masakan Padang mudah untuk menemukan makanan kesukaannya. Kalau sedang kangen masakan Padang, tinggal datang saja ke rumah makan Padang favorit.
Di Lampung, rumah makan Padang andalan yang biasa saya datangi adalah RM. Begadang V. Alasannya, selain karena letaknya di pinggir jalan lintas Sumatra, juga bersebelahan dengan Hotel Nusantara yang biasa saya inapi bersama keluarga saat bermalam di Lampung sebelum melanjutkan perjalanan darat menuju Sumsel.
Baru pada bulan Nopember 2015 lalu saya punya kesempatan makan masakan Padang di tempat lainnya yaitu di RM Ampera Kamang Indah yang terletak di belakang Golden Bambu Kuning, Bandar Lampung. Hari itu hari pertama saya dan rekan-rekan blogger tiba di Lampung (19/11/2015) dalam rangka menghadiri undangan Festival Teluk Semaka 2015. Sebelum berangkat ke Tanggamus, Mas Indra DuniaIndra mengajak kami makan siang di Ampera Kamang Indah. Katanya, masakannya lumayan enak. Rumah makannya agak masuk ke dalam gang. Di sebelahnya ada Masjid (kami juga numpang shalat di masjid ini), dan di depan masjid itulah mobil mas Indra parkir.
Makan apa di Kamang Indah? Favorit saya nasi rendang, tapi herannya saya malah nggak pesan nasi rendang, melainkan nasi pakai ikan goreng :D
Pilih pilih mau makan pakai lauk apa |
absen dulu makan rendang, kali ini ikan :D |
Rumah Makan Sambal Lalap
Rumah makan Sambal Lalap terletak di Jl. Diponegoro No.192 Teluk Betung, Bandar Lampung. Saya dan kawan-kawan makan di sini pada Jumat malam tgl. 29/8/2015 sepulang dari Tour Gunung Anak Krakatau. Sampai di Sambal Lalap sudah agak malam, hampir jam 9. Perut sudah amat keroncongan, dicampur letih pula. Yang terpikir sampai di rumah makan adalah segera makan.
Turun dari bus banyak motor parkir depan rumah makannya. Saya menduga pengunjungnya sedang ramai, ternyata betul. Tapi kami masih bisa dapat tempat, agak ke belakang merapat tembok. Ramai-ramai duduk satu meja. Menu yang disajikan menu paket heboh. Heboh karena murah meriah. Satu paket ayam goreng + sambal lalap, atau paket ikan goreng + sambal lalap harganya tidak sampai Rp 20 ribu.
paket ayam bakar |
paket nasi ikan goreng |
Makan bareng |
Granny’s Nest Café & Resto
Terletak di Jalan Pulau Sebuku No. 9B, Antasari, Bandar Lampung, Granny's Nest adalah cafe dan resto yang mengusung konsep dekorasi shabby vintage style yang menarik.
Baca ini dulu: Guest House Omahakas dan Granny'snest Cafe & Resto
Desain interiornya kece dan terkesan romantis. Tempat ini seolah bukan hanya tempat untuk menikmati makanan dan minuman tetapi juga suasana. Ada live music, kita bisa request lagu kesukaan, atau bahkan nyanyi. Bagi pecinta kuliner, Granny’sNest menyediakan banyak sekali pilihan makanan dan minuman yang bisa dinikmati sendiri atau bersama teman/pasangan/keluarga. Dari makanan lokal hingga internasional yang dijamin tidak mudah bikin bosan. Soal harga, menurut saya sih sesuailah dengan apa yang ditawarkan. Cita rasa dan tampilan sajiannya memang dirancang khusus untuk mengundang selera. Modern, elegan, dan berkelas.
Nasi goreng Thailand |
Sepasang minuman segar yang menggoda |
Asiknya makan rame-rame |
Kulineran di Tanggamus
Banyak kenangan yang saya dapat saat menghadiri Festival Teluk Semaka di Kotaagung pada bulan November 2015 tahun lalu. Mulai dari acara parade budaya hingga kegiatan Tour D’Semaka (tgl 20/11/2016). Lembah dan Air Terjun Pelangi jadi tempat paling indah yang saya lihat di sana. Sedangkan kulinernya, makan bareng-bareng di rumah Pak Adi (sekretaris desa Sukamaju) adalah yang paling seru untuk dikenang.
Kami ke rumah Pak Adi seusai jalan-jalan mengunjungi Danau Hijau dan Kawah Belerang di Bukit Pagar Alam. Rumah Pak Adi kebetulan memang dijadikan tempat persinggahan makan siang. Sampai di rumahnya kami disuguhi menu santap siang yang menggiurkan berupa nasi dengan ikan lele goreng, sambal terasi, sayur asam, rebus daun singkong dan bayam, tempe goreng, kerupuk dan aneka lalapan segar.
Apa yang bisa saya ceritakan adalah semangat makan yang begitu menggelora pada tiap-tiap orang. Seru dan nikmat sekali makan di desa, apalagi bersama kawan-kawan seperjalanan.
Rumah Pak Adi (sekretaris Desa Sukamaju, Kec. Ulu Belu) |
Hidangan istimewa untuk para peserta Tour D'Semaka |
Serbuuu :))) |
Sikaaat :)) |
Selama di Kota Agung kami tak punya waktu untuk kulineran karena sibuk dengan rangkaian kegiatan yang sudah dijadwalkan. Hanya sekali kami keluar makan, itu pun karena memang sudah masuk jam makan malam. Makan apa? Makan pecel lele/ayam bareng-bareng di tenda pinggir jalan.
Ada yang ga doyan lele goreng? |
Yang penting makan bareng... |
Keliling Lampung dari waktu ke waktu, membawa saya pada berbagai petualangan seru, termasuk kuliner.
Saya berterima kasih kepada Mas Yopie Pangkey yang sudah banyak mengenalkan saya pada keindahan wisata Lampung, termasuk ragam kulinernya yang bikin nagih. Rasanya, tidak akan pernah bosan menikmati kuliner aceh di Warung Mie Aceh Jambo Raya, atau pun ketoprak Romo di Jalan Sudirman seberang Galael. Masih terbayang porsi ketopraknya yang menggunung di dalam piring.
Bareng Mas Yopie dan Encip di Warung Mie Aceh Jambo Raya |
Mie Aceh, makanan favorit |
Apabila ingin mencicipi Ketoprak Romo, silakan datang setelah magrib sampai tengah malam. Hanya di jam-jam tersebut ketoprak Romo jualan. Soal rasa, ketopraknya lumayan enak. Tapi ya gitu, karena porsi makan saya kecil, ketopraknya nggak habis. Porsinya besar bagi saya. Apalagi ada telor rebusnya segala. Beuh...
Ketoprak Romo |
Ada satu hal yang saya percayai selama ini, kuliner bisa membuat seseorang jatuh cinta pada suatu tempat, membuatnya ingin balik lagi, lagi, dan lagi.
Kamu punya pengalaman kuliner di Lampung?
Luar biasa tempat-tempat makan yang sudah dikunjungi...!!
BalasHapusTerima kasih sudah ajak aku kulineran di banyak tempat di Lampung.
HapusAkhir Juli ke Rumah Makan Cikwo jadiin ya :)
Aku ikuuuut :D
HapusDuh itu pindang, ikan bakar, bakso, sama sambelnya menggoda pisaaaan...
Mbak Dian mesti ikut...pokoknya sampai Lampung langsung foto2 dan makan2 haha. Cari penerbangan pagi aja mbak biar hari pertama kita penuhi dengan kulineran :D
HapusOra ono mbaaak... Pesawat dari Batam ke Lampung adanya siang..
HapusBakso Sony di Lampung kayaknya paling top deh....
BalasHapusSepertinya begitu mbak. Banyak yang sarankan ke bakso Sony kalo main-main ke Lampung.
HapusYa ampuuun Mbak Rien banyak banget ternyata ya yang bisa disambangi di Lampung. Jadi banyak referensi nih kalau traveling ke sana. Makanannya menggoda banget. Aku bookmark ah sekalian.
BalasHapusIni belum seberapa mbak Lina. Baru secuil saja tempat kuliner yang aku datangi di Lampung. Kapan ke Lampung? Kita kulineran bareng yuk :)
HapusHem... enakkk.. suka yg gurami, bakso ma pindang mBk hehe. Nikmat, udah fotonya bagus juga. Jadi pengen nyobain mbak
BalasHapusSandi kapan ke Lampung?
HapusMb Rien racuuun...aku netes liur ni. Makanannya banyak n macem2. Seru banget yak, apalagi selain enak juga sehat. Duh kangen maem pindang jadinyaaa
BalasHapusKelihatan banyak macamnya ya Diba, itu karena aku makan di beberapa rumah makan yang menyajikan menu dari luar Lampung seperti Padang, Sunda, Jawa, dll.
HapusKangen Pindang Palembang ya? Ayo cobain juga Pindang Lampung :)
Rasa pedas bercampur ayam ? huaaaa kesukaanku, pedas segar. Apalagi kalau kepala ikan, suka titil titil istilah orang jawa ngereketi.
BalasHapusKalau dirumah ibu suka bikin singkong goreng dicocol sama sambel terasi, Huaaa Laparrrr
Mbak Zulfa typo huhuhu
HapusMaksudnya "rasa pedas bercampur asam" kan? bukan "ayam" :D
Kepala ikannya gede mbak, banyak dagingnya. Apa tuh titil-titil? Disedot?
Jadi kan ke Lampung bulan ini? Nanti kita hajar pindangnya rame-rame haha
Aku awalnya agak aneh makan singkong goreng dicocol sambal, tapi pas nyoba ya biasa aja sih. Enak juga ternyata.. Awas batal haha
DAUN SINGKONG PAK ADI NGGAK ADA NGALAHIN *capslock jebol* hahaha
BalasHapusInget pertama kali nyampe Lampung, denger mbak Rien dkk makan di bakso Sony aku mupeng abis. Niatnya mau nyusul eh ternyata nggak ketemuan :( padahal sebelum berangkat temen-temenku udah wanti2 buat nyoba makan di sana huhuhu.
Pas lihat Grannys Nest inget adegan tembak menembak di sana hahaha
Hahahaha....ya ampun aku kalo ingat makan di rumah pak Adi itu langsung ingat betapa semangatnya kalian makan. Sampe terdiam ga banyak kata-kata lagi saking menikmati rebusan sayur bayam dan daun singkong dicocol sambal. Pada kalap dan lahap banget.
HapusAh...itu artinya Yayan mesti ke Lampung lagi. Ditungguin bakso Sony tuh.
hahaha....adegan menembak itu lekat banget ya dalam ingatan. Sampe kita fotoin orangnya, eh mau aja :)))
Padahal aslinya aku bukan pemakan bakso loh mbak Rien. Setahun belum tentu sekali makan hahaha. Kalo mie ayam sih doyan banget! cuma penasaran kalo ada temen udah bilang "kamu harus cobain anu itu inu" termasuklah bakso Sony ini. Slruppp
HapusPengen baksonya :(
BalasHapusJulian, kamu tinggal berangkat aja ke Lampung kalo pengen :D
HapusMbak Rien, bikin pengen. Apalagi yang berbau kopi itu.... hadduh.... kulinernya bikin enggak nahan
BalasHapusWitri suka kopi ya? Sudah pernah minum kopi Lampung di Lampung? Hayuk ikut saya ke Lampung bulan ini :D
HapusWehh.,,, Langsung ngiler sama makanan2annya mbak Rien... hhee
BalasHapusPengambilan poto utk makanannya bagus jepretannya mba (y) :D
Rohma kudu nyobain biar ga ngiler hehe. Terima kasih ya Rohmah :)
HapusMbak Rien acaranya makan2 mulu, pulang ke Jkt nambah brp kilo (bawaan oleh2nya maksudku) hahahaha
BalasHapusSalah nih baca postingan ini pas puasa2 :P
Haha..April bisa saja. Kalo BB sukses naik 3,5 Kg. Keren lho kulineran di Lampung, bikin BB 5 tahun ga naik-naik jadi naik :D
HapusGlek. Langsung lapar liat foto2nya
BalasHapusMbak Rien sukses bikin saya ngiler nih
Itu Pindangnya nampak seger banget
Kalau mbak Arni jadi ke Lampung akhir bulan ini, kita bakal cobain makan pindangnya. Pindang ikan segar langsung dari Lampung :D
HapusBadan retro kecil. Ya mbak...
BalasHapusIya Mbak Inda :D
HapusMbak Rien kulineran banyak banget tapi kok ga gemuk-gemuk, iih mau nyaingin aku ya :P
BalasHapusIsssh....siapa yang mau saingan sama kamu haha
HapusAku langsingnya kayaknya abadi deh Wan. BB udah naik 3,5 kg tapi tetap ga keliatan gemuk, ya sudah disyukuri aja haha
Baru sekali ke lampung, dan belum sama sekali ke tempat2 yg disebutkan di atas...hiks
BalasHapusKalau suatu waktu ada ke Lampung lagi, mampir ke tempat2 kuliner yang aku sebutkan itu ya Om :D
HapusAaaaah, banyaknya kulinerannya :' aku baca ini pukul 01.51 WIB, waktu dimana perut meronta-ronta minta dikasih makan -_- wkwkwk tapi nggak tau kenapa, dari sekian banyak kulineran yang ada, aku ngiler sama Baksonya ._. lagi pengen bakso banget ini :D
BalasHapusAyo Febri ke Lampung kalau ngiler Bakso Sony, sekalian jalan-jalan lihat keindahan pantai dan pulau2 di Lampung. Mumpung musim liburan :)
HapusDuuuh siaaaap deh mbak *langsung naik buraq ke Lampung*
HapusWah bandar lampung punya banyak wisata kuliner jg ternyata, btw bakso sony ga ada hubungan merk sony asal jepang kan??
BalasHapusBolak balik ke Lampung, kayaknya cuma tahu Kedai Kopi Oey doang..., gara-gara nginep di Pop Hotel Lampung. Haha. Selebihnya sih nginep di rumah kakak ipar, jadi seringnya makan rumahan. Btw, kayaknya ada yang kurang Mbak Rien, ngga ada Mpek2 yak? Apa saya kelewat bacanya yak?
BalasHapustahun lalu ke lampung, cuma di rumah temen aja gak diajakin kemana2, berakhir di bandara, gegara dia gak hobi jalan2. hiks. Mbak Rien sukses bikin iri.
BalasHapusGiling!! banyak banget tempat yang udah di makan, eh, maksudnya tempat yang sudah disambangi untuk dimakan,halah.. gitu deh maksudnya.. belum pernah secara khusus ke lampung sih, tapi ini tempat yang rekomended kayaknya.. thx ya
BalasHapusLampung ternyata keceee..
BalasHapusMenunya menggugah selera banget. Itu pindang jadi modelnya lucu. Eh, lucu buat yang motret, bukan pindangnya. :D
BalasHapusYaaa Allah itu bakso sony kok bikin kangen banget, dah lama ngak kelampung nich
BalasHapusyuhuuu dapat kenalan food blogger dari lampung, salam kenal! btw itu sambal rendangnya menggoda iman banget mba :D
BalasHapushttp://dolinafatitela.blogspot.co.id/
aduh mbak, semua gambar ikan nya itu bikin lapeerrr.....
BalasHapusBeuhhhh, semuanya bikin ngiler, euy..... Moga2 ada rezeki ke Lampung. aamiin..
BalasHapus