Kawasan Kota Tua Jakarta seperti memiliki magnet tersendiri. Hampir setiap hari pengunjung berbagai kalangan usia menyambangi kawasan ini. Selain daya tarik gedung-gedung klasik peninggalan Belanda, di sekitar kawasan ini juga sangat cocok untuk dijadikan tempat bersantai ataupun berkumpul dengan teman dan kerabat.
Museum Sejarah Jakarta dan Taman Fatahillah adalah inti dari Kawasan Kota Tua. Kedua museum diapit oleh Museum Keramik dan Seni Rupa, Gedung Kantor Pos Indonesia, Kafe Batavia, serta Museum Wayang. Di antara bangunan tersebut, perhatian saya tertambat pada bangunan Museum Wayang.
Museum Wayang pada mulanya merupakan lokasi gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “ de oude Hollandsche Kerk “. Hingga tahun 1732 gereja ini berfungsi sebagai tempat untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia.
Gereja tertua di kawasan Kota Tua ini sudah mengalami beberapa kali perombakan hingga menjadi gedung yang nampak sebagaimana sekarang ini. Bagian depan museum dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar untuk disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman kompeni.
Bekas halaman gereja kini menjadi taman terbuka Museum Wayang. Di dalam taman terdapat sembilan prasasti yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja. Di antara prasasti tersebut tertulis nama Jan Pieterszoon Coen, seorang Gubernur Jenderal yang membangun Kota Batavia layaknya miniatur Belanda di atas reruntuhan Kota Jayakarta.
Dua Gedung Museum Wayang, Gedung lama dan Gedung Baru |
Lahan dan Bangunan
Museum wayang terdiri dari dua bangunan yang disebut Gedung Lama dan Gedung Baru. Gedung Lama berdiri diatas tanah seluas 990M2 terdiri dari bangunan bertingkat dua yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No.27 Jakarta. Sedangkan Gedung Baru berdiri di atas tanah seluas 627 M² dan luas bangunan berlantai dua 747 M² yang terletak di Jalan Pintu Besar No.29 Jakarta.
Ketika berwisata ke Kota Tua, Museum Wayang sangat sayang jika dilewatkan. Museum ini memiliki 5400 koleksi wayang dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam dunia perwayangan dari berbagai wilayah Indonesia. Koleksi kelompok wayang yang dimiliki antara lain Kelompok Wayang Golek, Kelompok Wayang Kulit Purwa, Kelompok Wayang Kulit Lain-lain, Kelompok Wayang Mainan, dan Kelompok Wayang Campuran.
Ruang pamer wayang di dalam museum |
Lorong yang berhadapan dengan taman terbuka di dalam museum. |
Selain Wayang, terdapat juga koleksi topeng dan beberapa koleksi boneka yang dikendalikan dengan tangan dari mancanegara. Koleksi topeng meliputi Topeng Bali, Topeng Cirebon, Topeng Jogja, dan Topeng Malang. Bagi pengunjung yang ingin mendapatkan cinderamata, di tersedia wayang golek, wayang kulit, wayang kaca, dan buku-buku pewayangan.
Museum Wayang menjadi tempat wisata edukatif bertaraf international untuk semua lapisan masyarakat. Pendokumentasian seluruh informasi mengenai wayang Indonesia di museum ini merupakan cara untuk menjaga kelestarian dan terpeliharanya budaya perwayangan Indonesia sebagai kekayaan budaya bangsa, sehingga dapat terus dimiliki oleh generasi muda mendatang.
Di sini pengunjung tidak hanya mendapat informasi mengenai wayang dari seluruh daerah Indonesia dan luar negeri, tetapi juga mengikuti kegiatan edukatif dan rekreatif yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu, sehingga bisa mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dalam mengenal bukti kekayaan sejarah budaya Indonesia.
Museum Wayang dibuka setiap hari Selasa-Minggu dari pukul 09.00-15.00 WIB. Senin dan hari libur nasional tutup. Harga tiket masuk Rp 5.000 / orang dewasa. Mahasiswa Rp 3.000 / orang dan untuk pelajar/anak-anak Rp 2.000 / orang.
Prasasti di dalam taman terbuka di dalam gedung museum |
Cara Menuju Museum Wayang
Kawasan Kota Tua merupakan salah satu wilayah strategis di Jakarta yang bisa dicapai oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Untuk kendaraan umum bisa digunakan moda transportasi bus TransJakarta koridor 1 rute Blok M - Kota. Sedangkan angkutan kecil yang melewati wilayah Kota Tua yaitu Mikrolet M12 jurusan Pasar Senen-Kota, M08 jurusan Tanah Abang-Kota, M15 jurusan Tanjung Priok-Kota, dan Patas AC 79 jurusan Kampung Rambutan-Kota. Selain bus ada juga transportasi KRL Jabodetabek yang melayani rute Bogor-Jakarta Kota.
*Semua foto dokumentasi Katerina
*Artikel ini pernah dimuat di CIPO Sabtu 7/11/2015
Liputan yang menarik Mbak. Salam hangat dari Aceh 😀
BalasHapusKak ... yg di lorong pada baris itu mau antri zakat yaaa ??? mmg dimuseum ada bagi2 zakat ??? #Kabur #dikeplak
BalasHapusseru nih museumnya. Pengunjungnya lumayan rame ya, Mbak. Ira
BalasHapusKota Tua kayaknya dimanapun berada selalu menjadi magnet tersendiri ya mba. Jadi pengin nih diajak Mba Rien ke Museum Wayang ini ;)
BalasHapusaku belum pernah nyoba mbak, kapan2 aku mau ke kota tua, kemaren mbak donna bilang aku harus ke sana hehe
BalasHapusAlhadulilah, tayang juga di CIPO
BalasHapus