Masih tentang Wonosobo. Setelah cerita tentang Telaga-Telaga di Atas Awan dan Keindahan Yang Tersembunyi di Balik Perbukitan, masih ada lagi yang tak kalah menarik untuk diceritakan, yakni kuliner Mie Ongklok.
Mencicipi Mie Ongklok
Hari mulai berganti malam ketika rombongan kami tiba kembali di pusat Kota Wonosobo. Perut pun mulai keroncongan. Mi Ongklok Pak MUhadi menjadi tujuan kami untuk wisata kuliner malam itu. Bisa dibilang, bangunan bertingkat dua di Jalan A.Yani, Wonosobo, inilah trademark kuliner Wonosobo yang dikejar wisatawan.
Konon, nama Muhadi sudah melekat sebagai spesialis mi ongklok, karea ia lah pencipta mi ongklok. Sajian mi-nya memang sangat khas. Mi ongklok menggunakan mi kuning, yang istimewa ada pada penataan mi dan campuran kubis dan kucai yang menyerupai kerucut, dan diguyur kuah kental. Rasa kuahnya, lezat memanjakan lidah. Katanya, kuah mi merupakan campuran saripati singkong, gula merah, dan udang kering, yang ditambah bumbu kacang, taburan lada, dan bawang goreng.
Menikmati mi ongklok ternyata ada seninya. Jika diaduk justru akan berkurang nikmat kuahnya. Mi cukup dinikmati sesuap demi sesuap tanpa merusak bentuknya. Lebih lengkap jika ditemani satai sapi, tekstur dan rasa daging sapi dinilai paling cocok di lidah saat dikunyah bersamaan dengan mi. Penyuka rasa pedas, bisa menambahkan sambal cabai rawit halus.
Sebetulnya, kedai mi ongklok bertebaran di Wonosobo. Namun, hanya ada dua nama yang bisa dibilang terjamin cita rasanya, yakni Mie Ongklok Pak Muhadi dan Mie Ongklok Longkrang di Jalan Pasukan Ronggolawe. Mencicipi mie ongklok untuk pertama kali dan langsung di tempat pencipta resepnya, membuat acara kuliner ini jadi terasa istimewa dan sulit dilupakan.
Menikmati Hiburan Karawitan
Kami menginap di Desa Wisata Sendang Sari. Sebuah desa di Kecamatan Garung yang namanya kerap disingkat menjadi Dewi Sri. Penginapan kami adalah kediaman Ibu Toto, istri mantan lurah Sendang Sari yang pernah menjabat beberapa periode. Di rumahnya yang besar, terdapat banyak kamar tidur dan kamar mandi. Itu sebabnya dapat menampung rombongan kami.
Rumah Ibu Toto bukan hanya jadi tempat kami menginap, tapi juga tempat berlangsungnya pelatihan travel writing yang diisi oleh penulis buku terkenal ‘Balada Si Roy’, yaitu Gol A Gong. Suatu kebetulan bagi kami karena trip Wonosobo ini bertepatan dengan Tur Literasi Jawa Gol A Gong di Wonosobo, sehingga bisa menghadirkan beliau di antara kami. Tur Literasi Jawa Gol A Gong berlangsung sejak 09 Oktober – 22 Nopember 2014 di beberapa kota di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Malam itu, turut hadir beberapa pejabat desa dan sesepuh desa di rumah ibu Toto. Mereka duduk bersama kami dan ikut berbagi informasi tentang riwayat desa dan tempat-tempat wisata yang telah kami kunjungi. Tak hanya acara silaturahmi dan travel writing, kami juga disuguhi penampilan apik grup Karawitan Pusporini pimpinan Ibu Toto. Para pemain musik karawitan rata-rata telah lanjut usia. Namun, jari jemari mereka lincah memainkan alat musik gamelan. Kabarnya, para pemain sudah bergabung sejak pertama kali grup karawitan itu dibentuk, yaitu sejak tahun 1990.
Selama acara berlangsung, kami disuguhi penganan khas desa seperti tempe kemul, nasi begono, ubi rebus, pisang rebus, kacang rebus, dan teh Tembi asli Wonosobo. Kami menikmati malam hingga menjelang pergantian hari, ditemani alunan tembang berbahasa Jawa yang mengalun syahdu, menghanyutkan perasaaan.
Grup Karawitan Pusporini |
Sesi Travel Writing bersama Gol A Gong |
Teh Tambi dan tempe kemul |
Di depan kediaman ibu Toto, tempat kami menginap |
*Semua foto dokumentasi Katerina
Teh tambi rasanya gimana mbak? Kok namanya unik ya?
BalasHapusNgilerrr lihat Mie Ongkloknya, ntar mo bales nulis yang bikin ngiler huahahaha. Bener loh kalau kuah diaduk jadinya nggak enak. Dulu setengah aduk trus seruput, kok jadi aneh begini, lanjutnya makan tanpa diaduk ditambah satenya yang ughh tambah nendang deh kuliner khas Wonosobonya ^^
BalasHapusMie Ongklok! Ya ampun, ya ampun, makanan kok enaknya begitu amat sih yaaa .. *ngeces* :D
BalasHapusKangen mie ongklok! Makanan wajib kalau wisata ke Dieng.
BalasHapusBelum juga kesampean mencicipi mie ongklok khas wonosobo di tasik nggak ada yang jual penasaran sama rasa dan kuahnya :G
BalasHapusBelum pernah ngerasain mie ongklok, jadi pengeen
BalasHapusJadi kangen Wonsosobo... mie ongklok dan tempe kemulnya itu loooh.. Hmmm...
BalasHapusPengen ke Wonosobo lagiiiii. Mau makan mie ongklok lagiiiiiii :D
BalasHapusWah cocok nih mbak, besok kalau kesana ane wajib nyoba kayaknya :D
BalasHapusHehehe...
Pak Munadi ini yang paling terkenal, kuah kacangnya nyuss...
BalasHapuspenasaran banget dengan mie ongklok ini mbaaa...
BalasHapusaduuuhh setumpuk tempe kemul itu bisa lhooo aku abisin sendirian, aaaaak pengeeen
BalasHapusWah ketemu mas Gong. Aku suka buku travelingnya. Suka juga dengan kisah cintanya dengan mbak Tias. Saluuuut
BalasHapus