“Kenapa baru tahu sekarang?”
Pertanyaan ini muncul di benak saya saat pertama kali menginjakkan kaki di gedung SMESCO Indonesia pada hari Minggu (27/9). Kehadiran saya di gedung ini adalah untuk menyaksikan event SMESCO Art Fest and Netizen Vaganza 2015. Tersirat rasa sesal dalam tanya, dan itu bukan tanpa alasan karena selama ini saya memang ‘buta’ akan keberadaan tempat ini. SMESCO adalah sebuah tempat yang memiliki banyak sekali produk-produk usaha kecil dan menengah karya anak bangsa. Produk-produk KUKM yang tak biasa-biasa saja dipamerkan sekaligus dijual di tempat ini.
Saya baru pertama kali datang ke Smesco. Dari sekilas info yang saya baca sebelum datang ke tempat ini, bahwa di sini terdapat UKM gallery. Selebihnya saya tak tahu dan sengaja membiarkan diri tak banyak tahu dulu. Seperti yang saya katakan di awal, kesan pertama saya terhadap tempat ini berupa rasa sesal. Rasa itu muncul secara spontan, seiring dengan ingatan saya yang juga secara spontan tertuju pada kejadian-kejadian di masa lampau yang berhubungan produk-produk lokal.
Saya menyesali ketidaktahuan saya selama ini. Ketidaktahuan yang menyebabkan saya pernah ‘malu’ pada kenalan-kenalan saya yang berasal dari luar negeri karena tidak bisa memberi informasi tempat belanja oleh-oleh khas Indonesia yang lengkap disekitar Jakarta. Selama ini, jika ada yang mencari produk lokal untuk oleh-oleh, saya hanya mampu menunjukkan dua tempat andalan, yaitu Sarinah dan toko Batik Keris di mall-mall tertentu. Mungkin karena saya kurang gaul, jadi tahunya dua tempat itu saja.
Pertanyaan ini muncul di benak saya saat pertama kali menginjakkan kaki di gedung SMESCO Indonesia pada hari Minggu (27/9). Kehadiran saya di gedung ini adalah untuk menyaksikan event SMESCO Art Fest and Netizen Vaganza 2015. Tersirat rasa sesal dalam tanya, dan itu bukan tanpa alasan karena selama ini saya memang ‘buta’ akan keberadaan tempat ini. SMESCO adalah sebuah tempat yang memiliki banyak sekali produk-produk usaha kecil dan menengah karya anak bangsa. Produk-produk KUKM yang tak biasa-biasa saja dipamerkan sekaligus dijual di tempat ini.
Saya baru pertama kali datang ke Smesco. Dari sekilas info yang saya baca sebelum datang ke tempat ini, bahwa di sini terdapat UKM gallery. Selebihnya saya tak tahu dan sengaja membiarkan diri tak banyak tahu dulu. Seperti yang saya katakan di awal, kesan pertama saya terhadap tempat ini berupa rasa sesal. Rasa itu muncul secara spontan, seiring dengan ingatan saya yang juga secara spontan tertuju pada kejadian-kejadian di masa lampau yang berhubungan produk-produk lokal.
Saya menyesali ketidaktahuan saya selama ini. Ketidaktahuan yang menyebabkan saya pernah ‘malu’ pada kenalan-kenalan saya yang berasal dari luar negeri karena tidak bisa memberi informasi tempat belanja oleh-oleh khas Indonesia yang lengkap disekitar Jakarta. Selama ini, jika ada yang mencari produk lokal untuk oleh-oleh, saya hanya mampu menunjukkan dua tempat andalan, yaitu Sarinah dan toko Batik Keris di mall-mall tertentu. Mungkin karena saya kurang gaul, jadi tahunya dua tempat itu saja.
Tas wanita buatan daerah Sulawesi Tenggara |
Sepatu batik Bengkulu |
Dompet batik Jambi |
Dompet wanita di paviliun Papua |
Sewaktu masih aktif ‘nguli’ di sebuah perusahaan, saya cukup sering menerima dan menemani tamu perusahaan dari luar negeri. Di antaranya dari Jerman, Italy, Perancis, Amerika, Singapura, dan Malaysia. Mereka ke Indonesia untuk beragam keperluan, seperti seminar, training produk, meeting, pertemuan untuk kontrak kerjasama, pameran, atau apapun yang terkait dengan urusan bisnis antar perusahaan beda negara. Yang sangat sering terjadi adalah ketika tamu-tamu asing itu minta diajak mencari produk khas Indonesia untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh, namun saya tidak berhasil membuat mereka mendapatkan apa yang dicari. Tentu tidak mungkin bagi saya tiba-tiba bisa caw dan wuusss terbang ke berbagai daerah di Indonesia demi mencari produk yang mereka inginkan dengan segera, bukan?
Saya teringat pada Mr. Zamborelli dari Italia. Ia pernah mencari ukiran patung suku Dhani. Namun, di tempat yang saya sarankan barang itu tak ditemukannya. Mr. Gonschorowski dari Jerman, pernah minta ditunjukkan tempat penjualan tas wanita yang terbuat dari kayu lantung. Tas itu pesanan istrinya. Menurut istrinya, tas itu produk UKM dari Bengkulu. Saat itu saya sungguh tak bisa membantu karena mendengar nama kayu lantung saja saya belum pernah, apalagi menunjukkan tempat penjualannya. Saya kadang heran, dari mana orang-orang asing itu tahu tentang produk-produk semacam itu. Dari pengakuan yang saya dengar, ada yang menyebut dari internet, dari majalah maskapai yang dibaca di pesawat, dan ada pula tahu dari temannya yang pernah datang langsung ke daerah pembuat produk tersebut.Maka sejak itu, saya kerap berandai dalam hati, apabila ada gallery khusus produk lokal dari seluruh daerah di Indonesia, alangkah senangnya. Tidak perlu menunggu harus keliling Indonesia dulu untuk mendapatkannya.
Kenangan saat masih ‘nguli’ yang membuat malu tak hanya sampai disitu. Dulu, selain informasi produk lokal, tempat-tempat menarik dan eksotik di pelosok-pelosok Tanah Air juga amat minim mengisi ruang pengalaman dan pengetahuan saya. Bukan sekali dua kali saya mati suara dan mati gaya akibat ditanya “Kamu pernah ke Pulau Komodo? Bagaimana cara ke sana?”. “Gili Meno itu di mana? Apakah pulaunya masih perawan?”. “Di Danau Toba itu katanya ada saudara sebangsa saya yang jadi pemilik hotelnya, apa kamu pernah ke sana dan mengenalnya?”. "Saya ingin ke Bromo, rute perjalanannya seperti apa?". Berderet tanya tentang tempat-tempat wisata lokal yang memikat mata teman dari luar negeri tak mampu saya jawab, sebab tempat-tempat itu belum pernah saya datangi. Saya ingin menerangkan berdasarkan pengalaman, bukan berdasar cerita orang lain. Sayangnya pengalaman saya belum ada. Saya sedih.
“Kamu tahu bagaimana songket Palembang itu dibuat?” “Berapa lama kain tradisional Baduy dibuat?” “Apa nama alat tenun yang digunakan wanita Minang dalam membuat kain tradisional?” “Di mana, ya, beli miniatur rumah gadang?” “Pernah membatik tidak? Bagaimana prosesnya?” “Bagaimana cara orang Baduy memanen madu?”
Saya pernah tak becus menjawab semua itu. Saya malu.
Saya teringat pada Mr. Zamborelli dari Italia. Ia pernah mencari ukiran patung suku Dhani. Namun, di tempat yang saya sarankan barang itu tak ditemukannya. Mr. Gonschorowski dari Jerman, pernah minta ditunjukkan tempat penjualan tas wanita yang terbuat dari kayu lantung. Tas itu pesanan istrinya. Menurut istrinya, tas itu produk UKM dari Bengkulu. Saat itu saya sungguh tak bisa membantu karena mendengar nama kayu lantung saja saya belum pernah, apalagi menunjukkan tempat penjualannya. Saya kadang heran, dari mana orang-orang asing itu tahu tentang produk-produk semacam itu. Dari pengakuan yang saya dengar, ada yang menyebut dari internet, dari majalah maskapai yang dibaca di pesawat, dan ada pula tahu dari temannya yang pernah datang langsung ke daerah pembuat produk tersebut.Maka sejak itu, saya kerap berandai dalam hati, apabila ada gallery khusus produk lokal dari seluruh daerah di Indonesia, alangkah senangnya. Tidak perlu menunggu harus keliling Indonesia dulu untuk mendapatkannya.
Kenangan saat masih ‘nguli’ yang membuat malu tak hanya sampai disitu. Dulu, selain informasi produk lokal, tempat-tempat menarik dan eksotik di pelosok-pelosok Tanah Air juga amat minim mengisi ruang pengalaman dan pengetahuan saya. Bukan sekali dua kali saya mati suara dan mati gaya akibat ditanya “Kamu pernah ke Pulau Komodo? Bagaimana cara ke sana?”. “Gili Meno itu di mana? Apakah pulaunya masih perawan?”. “Di Danau Toba itu katanya ada saudara sebangsa saya yang jadi pemilik hotelnya, apa kamu pernah ke sana dan mengenalnya?”. "Saya ingin ke Bromo, rute perjalanannya seperti apa?". Berderet tanya tentang tempat-tempat wisata lokal yang memikat mata teman dari luar negeri tak mampu saya jawab, sebab tempat-tempat itu belum pernah saya datangi. Saya ingin menerangkan berdasarkan pengalaman, bukan berdasar cerita orang lain. Sayangnya pengalaman saya belum ada. Saya sedih.
“Kamu tahu bagaimana songket Palembang itu dibuat?” “Berapa lama kain tradisional Baduy dibuat?” “Apa nama alat tenun yang digunakan wanita Minang dalam membuat kain tradisional?” “Di mana, ya, beli miniatur rumah gadang?” “Pernah membatik tidak? Bagaimana prosesnya?” “Bagaimana cara orang Baduy memanen madu?”
Saya pernah tak becus menjawab semua itu. Saya malu.
Bir Pletok khas Betawi |
Produk Sukabumi, minuman kesehatan dari buah Mengkudu dan kulit manggis. |
Madu produk dari Bangka Belitong |
Kerupuk ikan produk dari Bangka Belitong |
Aneka kopi |
Kopi Bali dan kopi Toraja |
Rasa malu membuat saya termotivasi untuk mulai melakukan perjalanan keliling Indonesia. Perjalanan dalam artian sungguh-sungguh untuk mengenal setiap daerah dengan segala keunikan lokalnya. Langkah awal saya mulai dengan berhenti jadi kuli perusahaan. Pikir saya, jika saya tetap terikat waktu dengan pekerjaan, kesempatan untuk menjelajah sudut negeri tak akan maksimal.
Sejak beberapa tahun lalu, perjalanan itu sudah dimulai. Satu demi satu, sedikit demi sedikit, saya mulai bisa menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah membuat saya merasa seperti orang asing di negeri sendiri. Pande Sikek di Sumatera Barat, Dusun Badui di Banten, Desa Sade di Lombok, adalah salah tiga dari sedikit tempat yang pernah saya datangi. Saya ke sana karena ingin melihat langsung cara pengrajin setempat menenun kain kebanggaan mereka. Bukan hanya tenun, tetapi juga bermacam produk kerajinan tangan lainnya, seperti busana, ukiran, makanan, perhiasan, perabot rumah tangga, dan lain sebagainya.
Ada yang pernah bertanya kepada saya, kenapa saya traveling keliling Indonesia saja, dan menulis tentang Indonesia saja? Maka, cerita di atas bisa menjadi jawaban. Ngeblog di blog bertema traveling, dan menjadi kontributor media cetak untuk rubrik traveling, sebenarnya adalah cara saya untuk merekam pengalaman dan pengetahuan saya dalam proses mengenal Indonesia, meski sekedarnya. Saya tak ingin pengalaman ‘malu’ di masa lampau terulang lagi. Saya ingin, ketika teman-teman asing, atau teman-teman lokal yang lama tinggal di luar negeri dan belum pernah menjelajah Indonesia bertanya pada saya tentang wisata lokal dan produk lokal, saya bisa membantu memberi jawaban dengan cepat, tepat dan akurat. Tetapi, tujuan yang paling penting dari semua itu adalah mengajak diri saya sendiri untuk mengenal Indonesia lebih dekat. Saya merasa belum layak menyeru dan mengajak orang lain sebelum saya sendiri melakukannya.
Jujur, sampai saat ini saya memang belum seratus persen menggunakan produk lokal. Masih ada brand-brand luar menempel di keseharian saya. Cuap-cuap di sini tentang mencintai produk lokal, sebetulnya adalah tamparan untuk diri saya sendiri.
Pada dasarnya, sebagai manusia saya menghargai setiap hasil karya, siapapun pembuatnya dan di negara manapun karya itu dibuat. Tetapi, ketika berbicara tentang kebanggaan, produk lokal tak tergantikan.
event |
Bazzar |
Jajanan lokal di area Art Fest |
Banyak makanan |
Food truck |
SMESCO adalah sebuah tempat yang direkomendasikan untuk menjadi rujukan tempat berbelanja produk-produk Nusantara secara lengkap, baik dari jumlah maupun jenisnya. UKM Gallery ini mirip mall yang secara khusus menjual produk-produk unggulan dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Karya terbaik anak bangsa dihimpun di sini, dipajang begitu apik, menghadirkan keindahan ketika dipandang.
Saya beruntung bisa hadir di event SMESCO Art Fest and Netizen Vaganza. Selain dapat melihat bermacam-macam keunikan produk lokal, juga berkesempatan mengikuti empat workshop keren yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Sebagai travel blogger amatiran yang sedang senang-senangnya menikmati kegiatan fotografi, juga sedang aktif-aktifnya eksis di sosial media, saya tak mau ketinggalan menimba ilmu dari para pembicara mumpuni dalam workshop Travel Writing bersama Agustinus Wibowo, Still Life Photography bersama Raiyani Muharammah, VLOG Tips &Triks bersama Sacha Stevenson, dan Monetize Your Socmed bersama Yeyen Nursjid.
Agustinus Wibowo |
Raiyani Muharammah |
Namun, karena waktu workshop ada yang dilangsungkan secara bersamaan, maka saya hanya dapat memilih salah dua, yakni Travel Writing dan Still Life Photography. Agustinus Wibowo berbagi ilmu tentang cara memberi nyawa pada tulisan perjalanan. Menurutnya, memasukan unsur manusia dalam tulisan perjalanan akan membuat tulisan jadi lebih hidup. Sedangkan pada workshop berikutnya, mbak Raiyani memberi tips memotret benda mati agar tampak hidup dan berbicara sehingga didapatkan foto yang lebih artistik dan bermakna.
Rasanya, workshop berlangsung begitu singkat, namun begitu padat dan penuh manfaat. Di akhir workshop, mbak Raiyani mengadakan lomba foto. Tempat pengambilan foto dilakuan di paviliun-paviliun yang ada di lantai 15, tempat berlangsungnya workshop. Semua produk lokal yang ada di setiap paviliun dijadikan objek foto. Maka, semua peserta pun menjelajah seluruh gallery, memotret apapun yang disukai. Ada yang memotret kain tradisional, baju adat, souvenir khas, produk makanan, dan lain sebagainya. Di akhir penilaian, didapat empat pemenang. Alhamdulillah saya terpilih jadi pemenang kedua.
Usai mengikuti workshop, saya dan suami mulai berkeliling. Satu demi satu paviliun kami sambangi. Takjub, tentu saja. Setiap karya suatu daerah memiliki ciri khas tersendiri. Tiap seni budaya yang ditampilkan sarat dengan keindahan dan keunikannya, dikemas menarik dan berkesan anggun. Aneka kain tradisional seperti batik dengan beragam motif dan bahan pilihan dari berbagai daerah di Nusantara. Beragam Kain Songket dengan kualitas terbaik, mulai dari songket Palembang, Bengkulu, Jambi, Padang, hingga Kain Tenun Nusa Tenggara yang datang dari berbagai kabupaten. Aneka miniatur rumah adat, perhiasan dan ragam aksesoris pilihan dengan model terkini, produk fashion dari kain-kain tradisional, furniture, produk makanan, minuman, dan perawatan tubuh dari bahan alami pun tersaji.
Smesco Indonesia Company merupakan lembaga yang dikelola secara profesional dengan target untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk unggulan KUKM Indonesia kepada masyarakat internasional. Dengan prioritas utama untuk meraih berbagai macam pangsa pasar yang dapat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Di sini, saya tak sekedar dapat melihat produk lokal, tetapi juga mendapatkan informasi mengenai usaha dan proses pembuatan produk. Tempat ini bukan sekedar gallery untuk cuci mata, melainkan juga gallery untuk menambah ilmu pengetahuan. Di sini tempat hasil karya anak bangsa dilestarikan. Tempat yang membanggakan budaya Indonesia di dunia Internasional.
Smesco Indonesia Company merupakan lembaga yang dikelola secara profesional dengan target untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk unggulan KUKM Indonesia kepada masyarakat internasional. Dengan prioritas utama untuk meraih berbagai macam pangsa pasar yang dapat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Di sini, saya tak sekedar dapat melihat produk lokal, tetapi juga mendapatkan informasi mengenai usaha dan proses pembuatan produk. Tempat ini bukan sekedar gallery untuk cuci mata, melainkan juga gallery untuk menambah ilmu pengetahuan. Di sini tempat hasil karya anak bangsa dilestarikan. Tempat yang membanggakan budaya Indonesia di dunia Internasional.
Baju wanita dari serat nanas |
Manfaat nyata buat saya pribadi secara sangat sederhana mungkin lebih kepada kemudahan mendapatkan beragam produk lokal berkualitas tinggi tanpa harus keliling Indonesia. Selebihnya adalah sebagai sarana untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia kepada masyarakat Indonesia itu sendiri, dan juga masyarakat internasional.
Datang ke SMESCO membuka mata saya. Anggapan terhadap produk-produk UKM tidak berkualitas pun kini berubah. SMESCO bukan sekedar ikon pusat layanan promosi dan inovasi, tetapi juga menjadi jaminan kualitas dan daya tahan produk yang berstandar internasional. Yang lebih penting lagi, SMESCO juga mengedukasi untuk menjadi lebih peka pada konsep originality dalam produk Indonesia, sehingga mendukung pengrajin UKM di seluruh Indonesia untuk lebih mengembangkan potensinya.
Mempromosikan produk lokal dengan cara mencintai, memakai, dan membeli produk khas Indonesia terutama produk KUKM Indonesia yang ada di UKM Gallery dan Paviliun Propinsi, tentunya bukanlah hal yang sulit. Yang diperlukan hanya kesadaran dan kemauan. Saya pun kembali mengajak diri sendiri untuk melakukan itu. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Datang ke SMESCO membuka mata saya. Anggapan terhadap produk-produk UKM tidak berkualitas pun kini berubah. SMESCO bukan sekedar ikon pusat layanan promosi dan inovasi, tetapi juga menjadi jaminan kualitas dan daya tahan produk yang berstandar internasional. Yang lebih penting lagi, SMESCO juga mengedukasi untuk menjadi lebih peka pada konsep originality dalam produk Indonesia, sehingga mendukung pengrajin UKM di seluruh Indonesia untuk lebih mengembangkan potensinya.
Mempromosikan produk lokal dengan cara mencintai, memakai, dan membeli produk khas Indonesia terutama produk KUKM Indonesia yang ada di UKM Gallery dan Paviliun Propinsi, tentunya bukanlah hal yang sulit. Yang diperlukan hanya kesadaran dan kemauan. Saya pun kembali mengajak diri sendiri untuk melakukan itu. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
koteka |
SMESCO Building
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.94 Jakarta 12780 – Indonesia
Telp: 62.21 2753 5400 (Hunting), Fax: 62.21 7919 4628
mailto : info@smescoindonesia.com
UKM GALLERY buka setiap hari mulai pukul 10.00 - 21.00 WIB
Bagi yang ingin menjadi bagian dari penggunaan produk lokal, SMESCONV mengadakan Blog Competition dengan tema "Lokal Brand Lebih Keren". Kamu bisa ikutan lombanya. Syarat dan ketentuannya mudah, hadiahnya juga menarik berupa Laptop, SmartPhone serta Uang Tunai. Batas pengiriman hingga 20 Oktober 2015, untuk info lebih lengkap dapat dipantau melalui timeline @SmescoIndonesia
enak ada smesco. belanja kopi dari berbagai pelosok negeri nggak perlu capek kesana-kemari :D
BalasHapusYa betul. Semua produk lokal terpusat di SMESCO. Termasuk kopi. Tinggal pilih mau kopi daerah mana, semua ada.
HapusNanti kalau ke Jakarta aku mau ditemenin ke sini ya, Mbak :)
BalasHapusNgalamat kalap *kekepin dompet*
Iya nanti aku temani ke sini ya. Haha. Biarkan dompetmu terbuka :))
HapusTernyata sampeyan INI nguli juga toh. Sama mbak, aku juga akhirnya hengkang karena pingin jelajah bumi. Smesco INI kayak dilli hat di delhi
BalasHapusHihihi...toss mbak kalo gitu. Kalo jalan-jalan ke India dan pingin liat segala macam oleh-oleh khas India berarti ke Dili Hat ya mbak. Nanti ajakin ke sana ya mbaaaak
HapusOwalah, yg juara 2 ini Mbak Katerina toh. Wiih...ga tau berdampingan ma blogger ngetop.
BalasHapusSalam kenal mbak.
Tulisannya keren. Fotonya juga keren. Still Life Photography y langsung bagus aplikasinya. Saya langsung balik ke Cilegon, takut kemaleman, jd ga foto2 lagi deh. Nyesel juga.
Kalau yang kayak gini dibilang amatiran...lah saya apa yaaak?
Wah, ternyata yang juara 2 nya Mbak Katerina toh. Wuih...ga tau di sebelah ada blogger terkenal. Salam kenal Mbak.
BalasHapusTulisannya dan foto2nya keren.
Sayang banget acaranya di Jakarta :( pingin banget ketemu bang Ming.
BalasHapusyeay...semangat cintai produk produk indonesia *haiyaaaah
BalasHapus:D
Acara yang seru di tempat yang keren. Besok-besok balik lagi ke sana ah, buat belanja :-D
BalasHapus