Festival Krakatau merupakan salah satu perhelatan kebudayaan unggulan dari Provinsi Lampung yang rutin diadakan setiap tahun. Rangkaian kegiatan berlangsung sejak tanggal 23 Agustus hingga 30 Agustus. Terdiri dari Pesta Pantai & Food Festival, Lomba Baca & Musikalisasi Puisi, Krakatau Fes’ Expo, Petualang Nusantara, Tour Anak Krakatau dan Krakatau Jetski Adventure.
Puncak kemeriahan terjadi pada hari Minggu sore tanggal 30 Agustus, yakni pawai budaya yang bertajuk Lampung Culture & Tapis Carnival 2015. Event tahunan ini senantiasa mendapat perhatian besar dari warga Lampung karena melibatkan partisipasi dari semua lapisan masyarakat. Tidak hanya melibatkan kabupaten dan kota se-Provinsi Lampung, tetapi juga Komunitas Etnik dalam dan luar Provinsi Lampung. Itu sebabnya ramai warga turun ke jalan untuk melihat dan menyaksikan pawai, mulai dari Jalan Dr. Susilo di depan Mahan Agung dan berakhir di Lapangan Merah Enggal, Bandar Lampung.
Dalam postingan ini saya ingin menyajikan secara khusus penampilan budaya non-lokal yang turut berpartisipasi dalam parade budaya Lampung. Di antaranya kontingen dari Kab. Yogyakarta, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, OKU Sumsel, Kab. Sleman, NTB, Banten. Yang menarik di sini adalah bahwa Lampung tetap teguh menjaga dan mempertahankan budaya lokal, namun menerima kehadiran budaya luar dengan tangan terbuka. Diajak membaur, lalu dikembangkan menjadi budaya-budaya baru, sehingga budaya yang ada makin beragam dan kaya.
Yogyakarta
Tema : LIMBOK OF THE 21ST CENTURY
Limbok adalah Abdi Dalem. Bukan sekedar pelayan. Masyarakat Yogyakarta mencoba untuk menjadi Limbok yang menjaga tradisi namun juga membuka peluang dalam mengembangkannya dalam arus global. Sebagai Abdi Dalem bagi masyarakjat Yogyakarta bukanlah hanya melayani namun juga mengkritisi kota Yogyakarta yang sudah menjadi Melting Pot bagi beragam Budaya, juga harus bisa menjadi Limbok dalam Pariwisata Pendidikan dan Keadilan Sosial. Ia selayaknya mampu mengayomi menjadi pelayan maupun yang dilayani dan bersamaan menjunjung tinggi sikap mengkritisi.
Tema : LIMBOK OF THE 21ST CENTURY
Limbok adalah Abdi Dalem. Bukan sekedar pelayan. Masyarakat Yogyakarta mencoba untuk menjadi Limbok yang menjaga tradisi namun juga membuka peluang dalam mengembangkannya dalam arus global. Sebagai Abdi Dalem bagi masyarakjat Yogyakarta bukanlah hanya melayani namun juga mengkritisi kota Yogyakarta yang sudah menjadi Melting Pot bagi beragam Budaya, juga harus bisa menjadi Limbok dalam Pariwisata Pendidikan dan Keadilan Sosial. Ia selayaknya mampu mengayomi menjadi pelayan maupun yang dilayani dan bersamaan menjunjung tinggi sikap mengkritisi.
Bantul
Judul : CANTRIK MENTRIK
Dengan semangat para Cantrik berkumpul menimba ilmu disebuah padepokan. Mereka datang untuk belajar pada sang begawan. Disela istirahatnya mereka bersuka cita bermain bersama dengan penuh canda tawa. Mereka sangat suka bermain mainan tradisional yang saat ini sudah jarang ditemukan. Mereka menunjukan persaudaraan yang erat walau kadang terjadi perselisihan, namun jiwa kebersamaan membawanya pada kekompakan. Sifat cantrik yang jenaka seringkali membuat tertawa. Cantrik selalu ingin belajar tanpa mengenal putus asa.
Gunung Kidul
Judul: ”GEGOJEKAN”
Terinspirasi dari topeng yang berkarakter Gecul yang artinya lucu. Topeng adalah hasil kerajinan di desa Putat Patuk Gunung Kidul. Gerakan yang lucu dan lincah serta atraktif mengetengahkan karakter topeng tersebut yang menarik dalam suatu pertunjukan.
OKU (Ogan Komering Ulu) - Sumsel
Judul : ”DANG ADANGAN”
Merupakan adat yang terdapat di OKU tepatnya di daerah Ogan. Adang merupakan adat penyambutan tamu yang datang ke OKU. Sebelum para tamu memasuki tempat acara, tamu kehormatan tersebut di adang (hadang) dahulu dengan kain panjang yang membatasi antara tamu kehormatan dan tuan rumah sambil para wanita berpantun bersahut. Kemudian para tamu dipersilahkan memasuki tempat acara.
Busana adat pengantin OKU |
Sleman
Judul : PELANGI PAKSI EKA KAPTI
Garapan ini didasari oleh kekayaan alam di Seleman yaitu salak pondoh dan burung Funglor, Flora dan Fauna sedangkan Eka Kapri adalah semangat kebersamaan membangun Negeri.
Kostum menawan |
Kabupaten NTB
Judul: BARISAN GENDANG BELEQ
Gendang Beleq merupakan salah satu bentuk kesenian yang sangat populer dikalangan masyarakat pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Keberadaannya sebagai bagian dari upacara adat. Barisan Gendang Beleq pada kesempatan kali ini menampilkan iring – iringan dengan susunan barisan adalah pembawa papan nama memakai busana adat Sumbawa, sepasang busana adat pengantin Lombok, barisan penari Gandrung yang merupakan salah satu tari hiburan yang populer di masyarakat Lombok.
Barisan pembawa Dulang yang keberadaanya biasanya terdapat dalam prosesi adat perkawinan Bima. Barisan musik Gendang Beleq tersebut disebut Gendang Beleq, karena adanya gendang besar atau beleq dalam bahasa Lombok dan dimainkan sambil menari. Pada zaman dahulu gendang beleq dimainkan sebagai pemberi semangat pasukan kerajaan yang akan berangkat berperang atau menyambut para ksatria pulang dari medan perang. Dalam perkembangannya gendang Beleq dimainkan sebagai pelengkap budaya dalam upacara-upacara adat seperti penyambutan tamu kehormatan, pengiring prosesi adat perkawinan, sunatan dan lain-lain.
Busana pengantin adat NTB |
Gendang Beleq |
Penari gandrung |
Motif indah kain NTB |
Kabupaten Banten
Judul : ”PAHUMAN”
Huma bagi petani Banten Selatan adalah keseharian dan kehidupan. Huma merupakan tempat berkawinnya Nyi Sri Pohali Larasati dengan Bumi. Di Huma simbol-simbol kehidupan tersaji, ada angklung, lambang keselarasan ada saung tempat berteduh dan perlindungan. Ada bebegig simbol penghalau penyakit dan sesajian persembahan. Kesemuanya lambang harmonisasi alami yang saling mengisi Dina tani urang napak. Dina tani urang napak yang artinya pada pertanian kami berpijak dan dari pertanian kami menggapai untuk harapan masa depan.
Huma bagi petani Banten Selatan adalah keseharian dan kehidupan. Huma merupakan tempat berkawinnya Nyi Sri Pohali Larasati dengan Bumi. Di Huma simbol-simbol kehidupan tersaji, ada angklung, lambang keselarasan ada saung tempat berteduh dan perlindungan. Ada bebegig simbol penghalau penyakit dan sesajian persembahan. Kesemuanya lambang harmonisasi alami yang saling mengisi Dina tani urang napak. Dina tani urang napak yang artinya pada pertanian kami berpijak dan dari pertanian kami menggapai untuk harapan masa depan.
Penampilan Banten ini diproduksi oleh Dinas kebudayaan Provinsi Banten. Pimpinan Kabid Produksi dan Pembinaan Kebudayaan Daerah Provinsi Banten Oleh sanggar Salabar Lebak Banten.
~ Lampung - INDONESIA tgl. 30 Agustus 2015.
Semua foto merupakan dokumentasi Katerina, pemilik blog www.travelerien.com. Tidak diperkenanan menyimpan dan menyebarluaskannya tanpa seijin Katerina.
Waaa keren, festivalnya diikuti berbagai propinsi salah satunya yogyakarta
BalasHapusIya, karena warga Lampung sendiri ada yang berasal dari Yogyakarta.
HapusSalut dengan Lampung yang punya ide kreatif sehingga bisa event tahunan yang tak hanya diikuti seniman lokal namun dari luar Lampung. Semoga event-event serupa bisa dihelat di propinsi lainnya.
BalasHapusAamiin. Semua kembali ke pemerintah daerah. Kalau diwadahi, kreatifitas pasti maju dan berkembang serta bisa tampil.
HapusAamiin. Semua kembali ke pemerintah daerah. Kalau diwadahi, kreatifitas pasti maju dan berkembang serta bisa tampil.
HapusYang Yogya keren bangeeeeet. Make upnya sangat total! :)
BalasHapusSeneng juga Sumsel menurunkan wakilnya.
Make up mereka menyesuaikan dengan kejenakaan yang ditampilkan, Cek Yan :D
HapusIya, aku juga senang, walau hanya dari 1 kota di Sumsel saja. Melihat busana khas Melayu dengan kain songket yang mereka pakai, aku jadi kangen daerah asal.
Ramai penuh dengan warna-warni seni dan tradisi yang menawan
BalasHapusIndah dan memesona ya mas Indra. Aku hampir nggak berkedip menyaksikan penampilan mereka. Takjub.
HapusTersepona aku sama foto-fotonya. warna warni Indonesia banget ya mbak rien. Padahal ini belum seluruh Indonesia ini yak
BalasHapusIya mbak, ini baru beberapa kota di luar Lampung. Nanti aku posting penampilan 12 kota yang ada di Lampung, akan lebih warna warni lagi. 1 Provinsi saja sudah sedemikian beragam, apalagi seluruh Indonesia
Hapuseventnya keren juga,,seperti eventnya JFC ya,, semoga dari luar negri bisa ikutan juga nantinya
BalasHapusKalo yang dari luar negeri ikutan nanti judulnya bukan budaya lokal (Indonesia) lagi dong :D
HapusBudaya Indonesiaku sungguh kaya... ira
BalasHapuswonderful Indonesia ^_^
HapusFotonya keren-keren semuaaa... Seneng deh bisa ketemu mbak Rien pas di Krakatau Festival kemarin ^^
BalasHapusAku lebih senang lagi bisa ketemu Halim di festival kemarin. Makin bertambah teman baikku yang punya passion yang sama :)
Hapussaksikan pawai budaya Festival Krakatau 2015 ini berasa kayak Taman Mini Indonesia Indah ya.
BalasHapusMeskipun ga banyak provinsi tapi banyak warna & budaya :)