Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah
Dari pintu bangunan utama masjid yang terbuka lebar, saya memasuki ruang salat di lantai satu. Di dalam ternyata sedang berlangsung acara pernikahan. Saat itu hadirin sedang khidmat mendengarkan lantunan ayat suci. Suasana menjadi begitu syahdu merasuk kalbu. Saya dan Dely -teman saya- langsung duduk ikut mendengarkan.
Seusai pembacaan ayat suci, saya langsung beranjak untuk menjelajah bangunan masjid. Sebelum berlalu, perhatian saya tertuju pada kotak kayu besar berisi sebuah Al Quran raksasa berukuran 145cmx95cm. Mushaf besar yang dinamakan Mushaf Al Akbarini merupakan karya Santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo.
Di dalam ruangan induk masjid juga terdapat 4 minaret masing-masing setinggi 62 meter. Salah satu minaret di bagian depan (timur), dilengkapi dengan lift. Untuk naik ke lantai 2, jamaah dapat menggunakan tangga yang terletak di sisi selatan dan utara dari pintu masuk.
Nuansa Jawa terlihat dari detail motif batik, seperti tumpal, kawung, dan parang pada dasar tiang penyangga, serta dari bentuk Tajugan pada atap di bawah kubah utama. Sedangkan, nuansa Islami Timur Tengah hadir lewat goresan kaligrafi di dinding masjid. Untuk kubahnya sendiri berbentuk setengah lingkaran dari cor beton dengan garis tengah 20 meter.
Ruangan induk |
Mushaf Al Akbar |
Motif batik pada tiang |
Ketika acara pernikahan selesai, dan orang-orang mulai meninggalkan ruang dalam masjid, saya kembali ke lantai 1 untuk mendekati area mimbar. Setelah saya amati ternyata posisi mimbar tidak menyatu dengan bagian mihrab. Posisinya berada di sebelah kiri atau sisi selatan dari bagian mihrab. Sedangkan, bagian mihrab dikemas sangat apik.
Sebuah bedug raksasa ditempatkan di dalam masjid bagian timur utara. Bedug karya KH.Ahmad Shobri, asal Tinggarjaya, Jatilawang, Purwokerto Banyumas tersebut dinamakan Bedug Ijo Mangunsari. Mangunsari adalah nama dukuh tempat dibuatnya beduq. Dalam bahasa Arab Maun Syaar artinya pertolongan dari kejelekan.
Beduq Ijo terbuat dari Kayu Waru pilihan dan dilengkapi dengan Kentongan Ijo. Panjang beduq 310 cm dan garis tengah bagian tengahnya 220 cm. Keliling depan/belakang 588 cm. Keliling tengah 683cm. Jumlah paku 156 buah.
Mimbar dan tempat khotib terpisah |
Akses dari ruang salat bangunan induk menuju ruang auditorium |
Fasilitas Lengkap
Banyak detail menarik yang membuat MAJT tampak istimewa diantara masjid-masjid lainnya yang ada di Indonesia. Mulai dari luas area tanah, arsitektur yang megah, hingga berbagai fasilitas modern yang melengkapinya.
Kompleks masjid ini mencapai luas 10 hektar. Luas bangunan utama untuk shalat saja mencapai 7.669 meter persegi. Terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu untuk jamaah pria dan lantai dua untuk jamaah wanita. Kapasitas ruang utama diperkirakan dapat menampung hingga 6.000 jamaah. Area plasa seluas 7.500 meter persegi yang merupakan perluasan ruang salat dapat menampung hingga 10.000 jamaah.
MAJT dilengkapi dengan convention hall (auditorium) berkapasitas 2000 orang, perpustakaan modern “Digital Library”, “Office space” ruang perkantoran yang disewakan, wisma penginapan “Graha Agung” berkapasitas 23 kamar berbagai kelas, serta tempat parkir di bawah plasa yang mampu menampung 680 mobil dan 670 sepeda motor.
Sementara di bagian selatan dan timur masjid (Blok A dan B) terdapat Pujasera, tempat wisatawan yang ingin mencicipi aneka hidangan. Dan di bagian depannya terdapat toko-toko yang menjual beragam souvenir untuk oleh-oleh. Terdapat juga unit pelayanan kesehatan jamaah, berupa Poliklinik dua poly, yaitu Poli Umum dan Poli gigi.
Kompleks masjid ini mencapai luas 10 hektar. Luas bangunan utama untuk shalat saja mencapai 7.669 meter persegi. Terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu untuk jamaah pria dan lantai dua untuk jamaah wanita. Kapasitas ruang utama diperkirakan dapat menampung hingga 6.000 jamaah. Area plasa seluas 7.500 meter persegi yang merupakan perluasan ruang salat dapat menampung hingga 10.000 jamaah.
MAJT dilengkapi dengan convention hall (auditorium) berkapasitas 2000 orang, perpustakaan modern “Digital Library”, “Office space” ruang perkantoran yang disewakan, wisma penginapan “Graha Agung” berkapasitas 23 kamar berbagai kelas, serta tempat parkir di bawah plasa yang mampu menampung 680 mobil dan 670 sepeda motor.
Sementara di bagian selatan dan timur masjid (Blok A dan B) terdapat Pujasera, tempat wisatawan yang ingin mencicipi aneka hidangan. Dan di bagian depannya terdapat toko-toko yang menjual beragam souvenir untuk oleh-oleh. Terdapat juga unit pelayanan kesehatan jamaah, berupa Poliklinik dua poly, yaitu Poli Umum dan Poli gigi.
Ruang salat jamaah laki-laki |
Lantai 2 tempat salat jamaah wanita |
Wujud Perkembangan Islam
Filosofi perancangan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan perwujudan dan kesinambungan historis perkembangan agama Islam di Tanah Air. Filosofi ini diterjemahkan dalam Candrasengkala yang dirangkai dalam kalimat “Sucining Guna Gapuraning Gusti” yang berarti Tahun jawa 1943 atau Tahun Masehi 2001, sebagai tahun dimulainya realisasi dari gagasan pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah.
MAJT menjadi daya tarik di kalangan masyrakat setempat maupun luar daerah. Tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sekaligus memanfaatkannya untuk beriwsata. Pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, pengunjung senantiasa datang memadati masjid.
Berdasarkan keterangan Fatquri Buseri, jumlah pengunjung harian mencapai 3.000 ribu orang. Angka tersebut didapat dari jumlah penjualan tiket masuk Menara Asmaul Husna. Jumlah pengunjung bisa lebih dari itu karena tidak semua pengunjung masuk menara. Apalagi untuk memasuki kompleks masjid memang tidak dikenakan biaya apapun.
MAJT menjadi daya tarik di kalangan masyrakat setempat maupun luar daerah. Tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sekaligus memanfaatkannya untuk beriwsata. Pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, pengunjung senantiasa datang memadati masjid.
Berdasarkan keterangan Fatquri Buseri, jumlah pengunjung harian mencapai 3.000 ribu orang. Angka tersebut didapat dari jumlah penjualan tiket masuk Menara Asmaul Husna. Jumlah pengunjung bisa lebih dari itu karena tidak semua pengunjung masuk menara. Apalagi untuk memasuki kompleks masjid memang tidak dikenakan biaya apapun.
Lubang-lubang tempat masuknya cahaya alami |
Desain lampu sederhana |
Warna-warna teduh |
Bagi wisatawan luar daerah, masjid ini menjadi tempat transit sebelum berziarah ke makam Wali Songo. Mereka memanfaatkan penginapan yang tersedia. Dengan tarif permalam Rp 300.000,- pengunjung sudah bisa menikmati kamar nyaman dengan fasilitas serupa hotel berbintang. Kondisi tiap kamar bersih dan rapi.
Disebutkan bahwa peziarah biasanya datang tidak kenal waktu. Mereka bisa datang kapan saja dan biasanya datang dengan menggunakan bus. Jumlah bus mencapai puluhan. Rombongan yang pernah datang seperti tamu-tamu pejabat DPR RI, DPD RI, Lemhanas, peserta-peserta kursus, penataran, instansi, bahkan tamu-tamu dari luar negeri. Tercatat ada 17 negara asal tamu yang pernah datang ke masjid ini.
Dalam perbincangan saya dengan Bapak Fatquri Buseri di ruang kantor badan pengelola, diceritakan bahwa semua pemasukan yang berasal dari infaq, penyewaan auditorium, tiket masuk menara, penyewaan kamar penginapan, dan lain-lain, digunakan sebesar-besarnya untuk biaya operasional masjid. Penggunaanya diatur oleh dewan pengurus yang terdiri dari Pembina, Penasihat, Pengawas, dan Pengelola masjid.
Kemegahan dan keindahan MAJT memang mengagumkan. Itu sebabnya selalu dipadati wisatawan. Seperti siang itu, sejumlah bus datang membawa banyak rombongan. Padahal hari itu hari Senin, bukan akhir pekan. Di lantai 2 bangunan induk saya berjumpa dengan rombongan wisatawan asing. Setelah saya tanya, ternyata berasal dari Jepang.
Basement |
Kantor pengelola masjid |
Tempat jajan |
Kios souvenir |
Sebelum meninggalkan MAJT, saya dan Dely menyempatkan ke Pujasera untuk sekedar mencicipi kuliner yang tersedia. Kios-kios dagang di tempat ini tertata rapi dan bersih. Menikmati makanan dan minuman pun jadi terasa nyaman. Selain pujasera, ada juga kios-kios souvenir. Bermacam barang yang biasa dijadikan oleh-oleh dijual di sini. Baju kaos, topi, tas peci, hingga boneka-boneka lucu.
Berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah tak hanya mengingatkan saya pada keagungan Allah SWT tetapi juga pada keragaman budaya yang melekat pada arsitekturnya. Selain sebagai sarana ibadah umat, masjid ini juga menjadi perlambang perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.
Tak heran jika masjid ini menjadi salah satu tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan ketika menyambangi kota Semarang.
Foto diambil dari Menara Asmaul Husna |
*Tulisan terkait: Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah, Mutiara Tanah Jawa
*Semua foto dokumentasi Katerina
*Tulisan ini merupakan bagian dari artikel saya yang pernah dimuat di majalah Noor edisi Januari 2015.
*Tulisan ini merupakan bagian dari artikel saya yang pernah dimuat di majalah Noor edisi Januari 2015.