Restaurant Vietopia terletak di Jalan Cikini Raya No. 33. Terbilang kecil, bahkan terlihat sempit. Jika tak jeli, agak sulit menyadari bahwa diantara deretan bangunan ruko model lama itu ada restaurant. Ada papan nama resto di bagian depannya, tapi tak begitu menonjol.
*****
Minggu siang tgl 26/7, teman-teman kontributor Jakarta Corners mengajak kumpul di Restaurant Vietopia di daerah Cikini. Di sana, akan ada mbak Donna, mbak Evi, dan mbak Shinta. Mbak Dewi Rieka yang saat itu sedang berada di Bogor tak ikut serta. Katanya ia tak ada teman berangkat, pun kurang tahu transportasi menuju Vietopia. Sedangkan Salman, masih berada di luar Jakarta.
Meet up di Vietopia ini merupakan kesempatan pertama pasca lebaran untuk berkumpul lagi dengan teman-teman blogger. Saya antusias untuk datang. Apalagi pertemuan ini akan jadi kopdar pertama dengan mbak Shinta Ries.
Saya janjian dengan mbak Evi untuk berangkat bareng. Dari BSD kami naik shuttle bus. Oh ya, sekarang kalau ke Jakarta saya merasa ketagihan naik shuttle bus BSD. Soalnya merasa nyaman, nggak perlu capek nyetir. Ongkos bis juga murah, cuma Rp 15.000. Rute yang dilalui pun banyak. Kalau bawa mobil, ongkos tol saja bisa lebih dari 50 ribu PP. Belum hitung-hitungan BBM nya. Belum capeknya. Belum macetnya yang kadang bikin stress.
Supir bajajnya nggak ngebut |
asyik juga naik bajaj :D |
Saya dan mbak Evi awalnya tidak tahu akan turun dimana. Berkat google map, kami bisa menyesuaikan lokasi turun yang terdekat menuju Vietopia. Akhirnya, kami putuskan turun di depan RSU Tarakan. Dari sana, kami lanjut naik bajaj. Bajaj? Horeeee! Ini untuk kedua kalinya saya naik bajaj. Pertama naik bajaj sekitar 4 thn yang lalu (kalo ga salah) bareng Erie. Kalau dulu naik bajaj orange, hari ini naik bajaj biru berbahan bakar gas :D
Sewa bajajnya Rp 30.000. Ditawar oleh mbak Evi Rp 20.000. Supirnya setuju. Kami pun berangkat. Wah ternyata enak lho naik bajaj. Bisa nyalip dan nyelip-nyelip. Hihi. Berisik? Nggak seberisik bajaj yang dulu pernah saya naiki. Setelah merayapi jalanan ibu kota, tak pakai lama kami pun sampai di Menteng Huiz.
Turun dari bajaj saya merasa seperti salah turun. Tapi sesaat kemudian merasa yakin telah turun di tempat yang benar. Hehe. Saya kembali melihat google map. Tanda biru yang menjadi lokasi kami berada saat itu sudah berada dekat dengan tanda merah yang menjadi lokasi resto. Di mana restonya? Kami menyeberang. Mulai mencari. Nama jalan sudah benar. Kok restonya tak ada? Ketemu nomor 33. Jangan-jangan itu restonya. Kami masuk.
Tampak depan restoran Vietopia. Nama restonya kecil :D |
bangunan jadul tapi bersih dan rapi |
Restaurant Vietopia ada di deretan ruko ini |
Ketika masuk, suasana di dalam resto tampak sepi. Hanya ada 2 meja terisi. Seorang perempuan berjilbab memandang ke arah kami. Di dekatnya terlihat ada mbak Donna. Itu pasti mbak Shinta! Yaa….akhirnya kami ketemu. Alhamdulillah.
Baiklah, sekarang saya ceritakan tentang suasana restonya.
Jadi gini, bagian dalam resto ini ternyata berbeda dengan luarnya. Kesan sempit saat dilihat dari luar, seperti menghilang. Warna putih yang mendominasi ruang resto, menciptakan kesan lapang. Tata ruangnya apik. Nuansa vintage sangat terasa. Simple dan romantis, itu kesan pertama saya saat memasuki resto ini.
Mbak shinta yang memilih Vietopia sebagai tempat bertemu. Ia sudah pernah makan di tempat ini. Katanya, makanannya halal. Itu yang penting. Dan itu sebabnya saya setuju. Meski jauh, tapi tak rugi datang ke tempat ini. Saya jadi tahu ada restoran Vietnam halal di Jakarta yang punya suasana romantis di dalamnya.
cozy |
ramah |
Selama berada di dalam resto, terdengar alunan lagu-lagu yang diputar adalah lagu-lagu lama barat yang bernuansa percintaan. Restonya sendiri cukup bersih dan para pelayannya juga ramah. Hanya saja waktu pelayanannya agak lama. Mungkin karena faktor jumlah pelayan yang tidak terlalu banyak.
Signature dish di restaurant Vietopia adalah Bo Luc Lac, Ca Pe Sua Da, Cha Gio, Ice Lemon, dan Pho Bo. Saya dengar, Pho bo di tempat ini dikenal sebagai Pho Bo terbaik di Jakarta. Saya tidak dapat memastikannya, sebab saya tak sering makan di resto Vietnam. Kalaupun makan, saya belum tentu juga memesan Pho Bo.
Mbak Shinta sudah lebih dulu memesan makanan. Ia menikmati Goi Cuon. Mirip risol. Didalamnya ada telur, sayur, mie, dan udang. Mbak Donna tidak makan, katanya masih kenyang. Saya pesan Banh Cuon, Vietnam pancake berisi ayam dan jamur. Menu appetizer ini enak, dan saya suka. Mbak Evi lain lagi, beliau memesan Bun Bo Xao.
Goi Cuon Fresh spring rolls filled with shrimp, egg & vegetable. |
Banh Cuon Minced chicken & mushroom wrapped in house made rice pancake |
Bun Bo Xao |
Ice lemon grass |
Sebenarnya ada beberapa menu yang sempat diminta, tapi banyak yang kosong. Faktor habis atau memang sedang tak tersedia, saya tak sempat menanyakannya. Untuk minuman, saya ikut saran mbak Shinta, yaitu ice lemon grass. Rasanya dingin dan segar, cocok jadi penghilang dahaga seusai bertualang naik bis dan bajaj hehe.
Harga makanan dan minuman di tempat ini tak terlalu mahal. Selaras dengan rasa yang diberikan. Mungkin itu sebabnya resto ini dikabarkan ramai pengunjung. Makanannya enak tapi harganya terjangkau.
Ao Dai, pakaian tradisional wanita Vietnam |
Siang itu, sewaktu baru masuk memang agak sepi. Namun tak berapa lama kemudian pengunjung mulai berdatangan. Oh iya, waktu teramai resto ini memang ada di jam makan siang. Sayang saya tak menyaksikannya, karena saya baru berada di sana setelah lewat jam makan siang.
Ada sekitar 60 seats yang tersedia di resto Vietopia. Untuk cara pembayaran bisa dengan menggunakan kartu Visa, Master, AMEX, Cash / Tunai. Buat yang ingin menikmati kelezatan makanan Vietnam yang HALAL, resto ini boleh dimasukkan dalam daftar.
food blogger ala ala :D *foto: Evi Indrawanto* |
Suasana yang nyaman, didukung makanan dan minuman yang enak, membuat waktu cepat berlalu. Tak terasa hari semakin sore. Sekitar jam 16.20 pertemuan kami akhiri.
Seperti biasa, rasanya kumpul-kumpul belum sah kalau belum foto-foto. Hehe. Setelah puas foto-foto di dalam, saatnya foto di luar restoran. Saat akan berfoto inilah saya menyadari ternyata baju kami berempat sama-sama bernuansa biru. Betul-betul tanpa disengaja. Saya memakai baju atasan biru. Mbak Evi, mbak Shinta dan mbak Donna memakai bawahan biru. Bahkan, Baju Kaos Cinta Indonesia yang dipakai oleh mbak Donna juga biru. Kayak janjian! :D
Ya, mungkin karena sehati, makanya samaan. Sama seperti pembicaraan tentang Jakarta Corners yang tadi kami lakukan, isinya sehati. *apaan coba :p
Indonesia banget baju kaosnya mbak Donna. Suka! |
Setelah meninggalkan resto, kami berencana bersama-sama melihat matahari terbenam dari pelabuhan Sunda Kelapa. Namun karena sesuatu hal, rencana tersebut kami urungkan. Kami memilih pulang. Mbak Donna kembali ke Depok, saya dan mbak Evi menumpang mobil mbak Shinta menuju Tangerang.
Menteng Huiz, tepat di seberang restoran Vietopia |
Hotel Whiz, di sebelah Menteng Huiz, di depan Restoran Vietopia |
*Semua foto dokumentasi Katerina
Rien selalu pinter memadukan foto dan kejadian jadi cerita yang menarik. Terus berasa udah lama banget sejak ketemu di sini belum ngumpul lagi. Ayo... ayooo, meet up lagii, cari tempat yg cozy lagi
BalasHapusHampir sebulan sejak habis ketemuan di sana ya mbak. Ayo kita meet up lagi. Di Tangerang yuk :D
Hapuswekekekee karena sesuatu hal yaa ngga jadi ke pelabuhan qiqiqi
BalasHapusiyaaa karena mobil aku mogok hahahaa *hadeuuhhh
Hahaha iya mbak gapapa. Udah jelang magrib juga kan ya waktu itu. Kalo jadi pun bakal pulang malem kita. Khawatir juga ntar di tengah jalan mogok lagi, trus kita pada dorong-dorong bergembira haha Syukurlah abis itu mobilnya sehat lagi ya mbak :)
HapusJakarta Corner ini besutan siapa Mbak? Kan kalo hellosemarang besutan ezy travel.
BalasHapusWah da hotel Whiz, nggak sabar pengin ngereview :D
Besutan blogger-blogger kece *halah :p
HapusAyo dong review hotel Whiz yang di Semarang kemarin. Pasti bagus nih reviewnya Ihwan :)
Restonya asik banget.. Makanannya juga looks yummi.. hmmm...
BalasHapusDulu aku kira semua resto Vietnam itu non halal, baru tau kalo ada yang halal itu justru di Singapur. Jadi pengen makan banh cuon..
Di Singapore ada, di Jakarta juga ada yang Halal. Memang agak jarang sih ya ada yang halal.
HapusKalo Banh Cuon itu 'kulit'nya basah. Beberapa kadang ada yang ga suka. Maunya kering kayak Goi Cuon. Mbak suka kah yang basah?
Interiornya berkesan jadul gitu ya, Mbak... Tapi ngiler liat lumpia basah ala Vietnamnya. Dan kaos Mbak Donna bikin mupeng.... hehe. ira
BalasHapusIya, mbak. Agak-agak vintage gitu. Isi lumpianya enak. Ada jamurnya itu yang aku suka. *jamur lover :D
HapusAku juga pingin punya kaos kayak mbak Donna. Tapi kalo ada maunya yang merah. Penggemar merah soalnya hihi
berasa kayak di Singapore gitu, kelihatannya bersih aja gituh hahaha
BalasHapuskalau makanan ini bikin gue ngiler berat Mba hahaha
Apa-apa kalo bersih berasa kayak di Singapore ya hehe. Padahal kita memang punya banyak tempat bersih kok Man. Mungkin karena dirimu sering menemukan sudut-sudut Jakarta kotor ya, jadinya ga biasa liat kawasan bersih seperti ini :D :D
HapusAyo dong ajak kita ke Vietopia, makan-makan di sana bareng JC
belom pernah cobain makanan vietnam nih :D next, mungkin cobain disini sebelum cobain di negara aslinya ya :D
BalasHapusIya tentunya. Ayolah ajak Putri ke Vietopia buat nyobain. Jangan lupa ajak-ajak ya :))
HapusMbak sorryyy tapi itu yang captionnya Bun Bo Xao bukan Bun Bo Xao, karena 'Bun' sendiri artinya bihun, vermicelli rice. Itu kayaknya yang di foto ayam ya :) Vietopia ini udah lumayan lama ya, makanya udah agak dekil juga tempatnya hihihi dulu putih bersih =))
BalasHapusNah aku menginap di Whiz waktu terakhir ke Jakarta. Baru ngeh ada restoran kece deket situ. Yang jelas Bakmi Roxinya enak banget di sana mbak Rien.
BalasHapus