|
Pulau Menjangan, di antara laut biru dan langit biru |
Jam 1 siang baru lewat beberapa menit ketika kapal yang kami tumpangi mendekati daratan Pulau Menjangan. Dari kejauhan terlihat ada dermaga, sebuah gerbang, serta sebuah bangunan mirip rumah. Oh, aku kira pulau ini hanya berisi bangunan pura, ternyata ada juga yang lainnya. Tadi, sewaktu sedang mengelilingi pulau, dari atas kapal yang sedang berlayar aku lihat kapal-kapal berlabuh begitu saja di sekitar pantai dan hutan mangrove. Tak ada apa-apa. Benar-benar seperti pulau asing.
Apa yang aku inginkan saat berada di pulau Menjangan? Ingin berjumpa hewan menjangan, duduk-duduk di pantainya yang berpasir putih, jalan-jalan menyusuri savana, keliling melihat 7 pura, memotret dan dipotret sebanyak-banyaknya *yang ini mesti. Mesti!*. Tapi satu hal paling urgent yang aku ingin lakukan saat singgah di pulau ini adalah makan siang. Lapar men!
Menjangan dalam bahasa Jawa berarti kijang. Dinamakan Pulau Menjangan karena di pulau tak berpenghuni ini terlihat ada banyak menjangan, tapi populasinya kian menurun. Untuk melindungi habitat menjangan dari kepunahan dan tentunya untuk menjaga kelestarian alam serta keanekaragaman hayati Pulau Menjangan dan sekitarnya, akhirnya pemerintah melakukan usaha konservasi dengan menjadikannya sebagai Taman Nasional Bali Barat.
|
Kondisi geografis pulau Menjangan terdiri karang dan batuan vulkanik |
|
cenderung gersang saat musim kering |
Meski di Bali, tapi pulau Menjangan terpisah dari dataran utama Bali. Jadi, untuk mencapai pulau ini mesti menggunakan transportasi laut. Nah, kami ke sini nyebrangnya pakai kapal kecil. Bukan pake pesawat, apalagi pintu dora emon.
Saat itu angin berhembus agak kencang, ombak tak begitu tenang, kapal kami sedikit kesulitan merapat ke dermaga. Remaja laki-laki (awak kapal) beraksi. Ia melempar tambang ke arah dermaga. Aku lupa apa yang diincarnya. Lemparannya kurang mantep, tambang itu tak juga tersangkut. Yang ada, tiba-tiba terdengar bunyi benturan. Rupanya sisi kapal membentur sisi kapal lainnya. Jedug!
Suara mas Memen (kapten kapal) terdengar kencang memberi beberapa perintah. Suaranya membuat bapak tua (awak kapal) dan anak remaja itu makin bergerak lincah, berjuang keras melabuhkan kapal. Si remaja laki-laki melempar tali sekali lagi. Hap. Nyangkut. Aksi heoriknya aku catat baik-baik, ia bak pahlawan tak kesiangan.
|
Mbak Zulfa, Lestari, mbak Ira, dan kapal kami (paling kanan) |
Kami berloncatan keluar dari kapal. Barang-barang penting kami bawa turun, terutama seperangkat alat untuk narsis dan bergaya-gaya. Rugi sudah sampai di sini ga foto-foto he he. Kamera andalan, tongsis narsis, handphone buat eksis di sosmed *emakemak alay*, kain pantai, sampai sunglasses pelindung mata, pokoknya semua di angkut ke daratan.
Sebelum kami meninggalkan kapal, mas Memen mengingatkan kami secara tegas: “Tolong bawa semua sampah bekas makan kembali ke kapal yaaa.”
Siap boossss…!
Sinar matahari sedang cantik-cantiknya menghujam kulit. Rasanya ingin berlari di jembatan, lekas sampai di gazebo, duduk, makan, dan istirahat. Eiiit….ada ucapan manis menyambut di gerbang masuk pulau: “Selamat datang di Pulau Menjangan. Taman Nasional Bali Barat.” Abis baca itu, badan rasanya langsung nyesss kayak disiram air es. Abaikan panas, abaikan keringat. Nikmati moment ini. Moment menjejak Pulau Menjangan pertama kali. Rasakan sebaik mungkin. Siapa tahu besok-besok tak ada rejeki lagi ke sini. Tak terulang dua kali. Caelaaah…
|
selamat datang di Pulau Menjangan |
|
gaya duluuuuu |
Masuk pulau ini ada biaya yang mesti dibayarkan kepada pengelola. Saya tidak tahu berapa jumlahnya, sebab diurus oleh mas Dwi yang punya paket trip Menjangan. Kami tinggal datang dan masuk saja.
Dari gerbang masuk langsung terlihat bangunan seperti rumah panggung. Bangunan bercat hijau ini merupakan balai Taman Nasional Bali Barat. Berfungsi sebagai kantor resort Pulau Menjangan. Jaraknya sekitar beberapa belas meter saja dari gerbang pulau.
Di sebelah kanan setelah gerbang ada gazebo kosong. Kami makan di situ. Eh, didekat gazebo itu ternyata ada seekor menjangan sedang melahap isi kelapa. Aaaaw….pucuk di lapar menjangan pun tiba. Urat motret mendadak lebih kencang daripada urat lapar. Tunda dulu makannya, motret si jelita menjangan dulu. Entah betina atau jantan, pokonya sebut saja si jelita. Cantik gitu. Bikin aku kesengsem.
|
awas salah makan, itu batu bukan kelapa :D |
|
rasanya ingin kupeluk dan tak kulepas lagi |
Oke, si menjangan sedang
makan. Aku juga mesti makan. Makan siang kami berupa nasi pake telur, bakwan jagung, tahu dan pecel. Sederhana tapi rasanya sangaaaaat nikmat. Tempat kece
ini bikin makanan jadi enak. Faktor lapar juga sih he he. Oh ya, kalau
kamu ke pulau ini, bawa bekal sendiri ya. Nggak ada satupun orang jualan
makanan dan minuman di sini. Kalo makanan kami memang sudah disediakan
oleh mas Dwi karena sudah termasuk fasilitas dalam paket trip.
Di dekat gazebo ada pura, tempat sembahyang umat hindu. Kecil saja, tak mirip candi yang tinggi dan berundak-undak. Nah, di dekat pura itu ada jalan setapak kecil tapi panjang. Aku tak tahu ujungnya di mana. Dan tak tahu jika berjalan mengikuti setapak itu akan sampai di mana. Yang jelas bukan berujung di mall Alam Sutera. Ya eaaaalaaah.
|
Kantor pengelola |
|
Pura |
Tak jauh dari tempat kami makan, ada semacam lapangan terbuka. Rumput dan ilalang tumbuh di atasnya. Tampak kering dan kerontang. Namun bukan itu yang bikin mata tak enak memandang, melainkan sampah plastik yang berserakan. Rusak sudah pesona yang aku harapkan bisa bikin mata jadi segar.
Sampah siapa itu? Tak mungkin penduduk. Pulau ini tak dihuni penduduk. Hanya wisatawan yang datang ke pulau ini. Apakah itu ulah wisatawan yang datang seperti kami? Kalau benar, berarti yang membuangnya wisatawan alay yang patut dikandangin saja dirumahnya. Jangan disuruh kemanapun sampai dia nggak lagi buang sampah sembarangan.
Pantaslah kiranya mas Memen dan mas Dwi mengingatkan kami secara tegas untuk membawa kembali ke kapal semua bekas makanan dan minuman kami. Aku ngerti kenapa begitu, karena mereka merasa bertanggung jawab terhadap keadaan pulau Menjangan. Mereka tidak mau tempat indah ini menjadi tempat sampah oleh ulah wisatawan yang dibawanya.
Ya, walau tanpa diingatkan pun aku percaya kami bukanlah termasuk orang-orang seperti itu, yang buang sampah seenaknya. Kami tak kan meninggalkan apapun selain jejak. Kami tak kan mengambil apapun selain gambar.
|
tiga kapal itu isinya wisatawan asing semua |
|
monyet saja bersenang-senang main di pantai, masa kamu enggak? :D |
Lihat di sana, di laut sekeliling Pulau Menjangan. Turis-turis asing, wanita dan laki-laki, asyik snorkeling dan diving. Ada yang muda, dewasa, tua, bahkan ada bayi bule segala. Mereka datang dari jauh ke tempat ini, tak murah tentunya. Rela melintasi benua, rela mengarungi laut demi melihat keindahan pulau yang kita punya. Lantas, jika mereka melihat serakan sampah itu bagaimana? Aku malu semalu-malunya.
Pulau Menjangan dikenal sebagai wall diving terbaik di Bali. Memiliki taman bawah laut yang sangat cerah dan penuh warna sekaligus kaya biota laut. Pulau ini dikelilingi terumbu karang yang ditandai dengan drop off sedalam 60 meter dan formasi batuan yang kompleks. Formasi batuan tersebut membentuk sejumlah gua-gua besar dan kecil yang menjadi habitat bagi terumbu karang, karang lunak, kerapu besar, dan belut moray. Di gua-gua kecil, kakap kecil dan batfish banyak terlihat hilir mudik.
|
Pura Ganesha, salah 1 dari 7 pura yang ada di Pulau Menjangan |
|
Rombongan umat Hindu yang hendak sembahyang di Pura Ganesha |
Dasar laut pulau Menjangan kaya akan barrel sponges dan sea fans yang bahkan dapat mencapai ukuran yang sangat besar. Kedalaman laut dan aliran arus yang tenang menjadikan taman bawah laut sekitar Menjangan adalah tempat hidup bagi tuna, gerombolan jackfish, batfish, angelfish, penyu laut, bahkan hiu.
Pada kedalaman sekitar 45 meter, terdapat titik menyelam Anchor Wreck. Sesuai namanya, terdapat bangkai kapal lengkap dengan jangkarnya yang sudah berkarat. Lokasi tersebut dikenal dengan sebutan Anker atau Kapal Budak.
Di bagian barat Pulau Menjangan terdapat titik penyelaman yang disebut-sebut sebagai tempat menyelam terbaik di Pulau Menjangan. Eel Gardens namanya. Sesuai namanya, di kawasan ini terdapat sejumlah besar koloni garden eel dan sea fans. Penyelaman biasanya dimulai dari dinding di kedalaman sekira 40 meter yang kaya gorgonia dan jenis biota atau tumbuhan laut lainnya. Kawasan ini juga tenar sebab pesona pasirnya yang putih berkilau di tepi garis pantainya.
|
taman laut mumpuni |
|
lihatlah yang indah-indah agar hati pun menjadi indah |
Surga bagi para makro-fotografer, video-operator, dan ahli biologi kelautan, adalah titik penyelaman Secret Bay. Terletak di dekat pelabuhan Gilimanuk, kawasan penyelaman ini memiliki dasar laut berupa pasir vulkanis (berlumpur) berwarna abu-abu dan merupakan habitat bagi biota laut yang langka dan endemik. Kawasan ini adalah rumah bagi banyak kuda laut dengan beragam jenis, seperti dragonets, ghostpipefish, nudibranch, lionfish, udang laut, belut pita, dan lain sebagainya.
Dengan keindahan taman laut yang mempuni, air jernih dan tenang, jenis ikan hias beragam, serta palung laut dengan keindahan terumbu karang beragam, Pulau Menjangan memang layak dijadikan sebagai spot diving paling populer di Bali. Bagi siapapun yang menyukai wisata snorkeling dan selam, mengagendakan tour ke pulau cantik ini tentu sebuah keharusan.
|
yuuuun ayuuuun asyik di ayunan |
|
kalau hatimu merasa sempit, mungkin kamu kurang piknik. Pergilah melihat laut dan langit luas terbentang itu :D |
Bagi yang ingin mengetahui cara ke Pulau Menjangan, info trip, akomodasi, sewa kapal dan alat snorkeling, serta biaya perjalanan ke Pulau Menjangan, silakan mampir ke tulisan yang saya posting sebelum ini:
- Berlayar ke Pulau Menjangan
- Snorkeling di Pulau Menjangan.
Catatan perjalanan ini belum selesai. Masih ada lanjutannya lagi. Nantikan postingan berikut yang akan bertabur foto-foto indah memesona. Tring. *ngilang*
*Semua foto dokumentasi Katerina