Letupan kegembiraan mewarnai kunjungan saya ke Dufan pada Rabu, 16/4/2015 lalu. Tidak pernah terbayangkan oleh saya suasananya jadi jauh lebih ceria dari dua kunjungan saya beberapa tahun sebelumnya.
Menjumpai kembali wahana ekstrem yang belum pernah berhasil saya taklukkan (Tornado & Histeria), dan mengobati rindu pada wahana yang selalu saya favoritkan (Bianglala), menjadi alasan atas tujuan saya ke Dufan kali ini.
Ada kenangan istimewa tentang Dufan yang sampai kini masih saya ingat betul. Tahun 1999, saat tante saya baru sehari menikah di Jakarta, ia mengajak keluarga besar kami dari Palembang dan keluarga besar suaminya dari Jawa Tengah, berlibur bersama. Hari di mana seharusnya sang pengantin baru pergi honeymoon di tempat nan jauh, menyepi, dan hanya berdua saja, justru memilih untuk berlibur di Dufan. Katanya, Dufan tempat yang tepat untuk semua keluarga saling #gandengtangan, bersama-sama menikmati keceriaan.
Selamat datang di Dufan |
Kami tiba di Ancol saat sang raja siang tepat berada di atas kepala. Yang diharap tentu saja semoga tidak ada kepadatan antrian di gerbang masuk Ancol. Harapan terkabul, setelah membayar tiket masuk Rp 25.000 / orang dan Rp 20.000 / mobil, kami memasuki kawasan Ancol dengan lancar dan mudah.
Berhubung sudah memasuki waktu salat Dzuhur, kami mampir ke masjid Baiturahman, masjid besar dengan fasilitas yang sangat memadai. Hendak bersenang-senang, rasanya akan sangat tenang kalau ibadah didahulukan. Di dalam Dufan pun sebenarnya tersedia banyak musola, lengkap dengan toilet dan tempat wudhu. Jadi, bagi umat muslim, tidak perlu khawatir ketika mencari tempat untuk salat.
Ini petunjuk arah ke musola. Mudah kan? |
Ini salah satu musola di Dufan, bersih dan nyaman |
Area parkir pengunjung Dufan luas. Letaknya pun dekat dengan pintu masuk Dufan. Saya lega, karena tidak perlu berjalan jauh. Di tempat pembelian tiket, keramaian pengunjung mulai terlihat. Padahal hari Rabu, bukan akhir pekan. Sempat menerka, jangan-jangan antrian tiket juga ramai. Ternyata terlihat biasa. Tapi, kita lihat saja nanti saat di dalam, benar-benar sepi atau justru sebaliknya.
Setelah membayar tiket masuk Rp 190.000 /orang, kami memasuki Dufan. Di akhir pekan, harga tiket menjadi Rp 280.000 / orang. Dengan harga tersebut, pengunjung bebas menggunakan semua wahana permainan yang ada. Untuk penggunaan musola dan toilet semuanya gratis, kecuali jika ingin mendapatkan aneka souvenir, makanan dan minuman yang dijual di kios-kios milik Dufan, mesti bayar.
Jangan lupa beli tiket dulu :D |
Ini tiket Dufan kami ^_^ |
Setelah melewati tempat pengecekan tiket masuk, saya mulai bertanya-tanya dalam hati: Hendak ke mana dan mencoba apa?
#IniDufanKami. Semua wahana permainan boleh kami coba.
Ya, saya tahu, wahana Dufan sangat beragam, diperuntukkan mulai untuk anak-anak hingga dewasa. Ada lebih dari 26 aktifitas yang bisa dilakukan di sini, mulai dari kategori children rides, thrill ride, family ride, hingga water ride semua ada. Selama berada di sini, kami pun bebas hendak bermain apa saja (asalkan sesuai syarat usia pengguna wahana).
Hore....saya di Dufan |
Jadi, bukan tak ada yang menarik, justru sangat banyak yang menarik di sini. Namun, kali ini kami ingin menikmati semua itu hanya dengan bersantai-santai. Apakah ini akan menyenangkan? Tentu saja. Apakah benar tak ingin mencoba? Mari kita lihat.
“Itu Turangga Rangga, kita lihat dari dekat, yuk…,” ajak bojoku #sambilmenggandengerattanganku.
Turangga Rangga, wahana pertama yang kami jumpai setelah melewati pintu masuk wahana Dufan. Sebuah wahana klasik yang menjadi salah satu ikon permainan Dufan. Tidak lengkap datang ke Dufan tanpa mencoba wahana yang satu ini.
Tergiur untuk mencoba? Ternyata iya!
Dulu, pertama kali mencoba Turangga Rangga pada tahun 1999. Yang kedua tahun 2009. Sekarang, ketika mencobanya lagi, sensasinya masih sama. Santai, namun asyik dan menyenangkan. Ada romantisme masa kanak-kanak yang tercipta kala duduk di salah satu dari 40 ekor kudanya. Bedanya, kali ini saya menaikinya di siang hari. Dulu, petang jelang malam, saat ribuan lampu di wahana ini terang menyala, rasanya berada di tempat paling terang di dunia. Dan itu tidak keliru, sebab tempat ini memang jadi tempat paling benderang di Dufan.
“Asyik, Ma, asyiiiiik…,” seru gadis kecil di belakang kami. Ia mengulurkan tangan ke ibunya. Sang ibu menyambut tangan tersebut. Gadis kecil itu tersenyum-senyum senang. Saya dan mas berpandangan menyaksikannya. Betapa gembiranya ia.
Dari Turangga-Rangga kami pindah ke Kawasan Kalila. Semua wahana di kawasan ini diperuntukkan untuk anak-anak. Kami melihat Ubanga-Banga, wahana mobil senggol yang disebut juga Kiddies Bumper Cars. Wahana satu ini wajib dicoba oleh anak-anak. Saat itu, ada sekitar 5-6 anak sedang bermain. Sementara, orang tuanya berdiri di luar, menyaksikan dari balik pagar pembatas.
Teringat dulu, saya pernah bermain bumper cars di wahana Baku Toki. Salip-salipan, tabrak-tabrakan, seru! Sampai saat waktunya habis, saya rela antri untuk main lagi hehe. Sekarang, jadi penonton saja, menikmati menyaksikan anak-anak kecil girang ‘menyetir’ sambil dadah-dadah kepada ayah ibunya yang menonton di pinggir wahana.
Dari Kiddie bumper cars, kami pindah ke area lain, menuju Ice Age Arctic Adventure. Melewati dua kios souvenir yang product-productnya menggoda untuk di lihat dan dibeli. Hmm…beli nggak ya? Ah, nanti saja saat selesai berkeliling.
Di depan wahana Ice Age Arctic Adventure, terlihat antrian mengular sejak dari pintu masuk wahana sampai jauh di sepanjang tembok luar wahana. Wow! Begitu ramai peminat karakter Sid, Diego, Manny, dan Scrat dalam film Ice Age produksi 20th Century Fox yang ingin bertemu secara langsung.
Ya, di wahana hasil kerjasama 20th Century Fox Consumer Product-Amerika dan 3DBA- Eropa itu, pengunjung dapat merasakan proses pencairan es di kutub utara persis seperti yang diceritakan dalam ke 4 seri film Ice Age. Sebuah petualangan yang dikemas dalam konsep dark ride dan diramaikan oleh berbagai efek spesial dan juga teknologi canggih yang penuh dengan kejutan, membuat pengunjung rela antri panjang. Tentu pengalaman yang menyenangkan bisa merasakan petualangan Ice Age sepanjang 365 m itu.
Di dekat wahana Ice Age ada Bianglala. Dua kali ke Dufan, saya selalu menikmati kincir besar satu ini. Dibawa naik ke ketinggian ± 30 meter dpl itu sensasinya luar biasa. Meski saya takut ketinggian, tetapi pemandangan pantai yang terlihat dari ketinggian kincir ternyata mampu mengenyahkan rasa takut. Dulu pernah satu kali naik kincir saat sore, sensasinya lebih terasa karena dapat menikmati romantisme terbenamnya matahari di antara gemerlap lampu-lampu kawasan Ancol.
Dari Bianglala kami menuju wahana Kora-Kora yang ada di sebelahnya. Antrian pengunjung juga terlihat panjang. Sementara, di atas perahu kora-kora yang mulai terayun, beberapa wajah terlihat masih sumringah. Selang berapa lama, ketika ayunan makin tinggi, mulai terdengar teriakan : “aaaaaaaaaaaaaaa…” begitu berulang-ulang.
Tergiur untuk mencoba? Ternyata iya!
Turangga-Rangga, salah satu icon permainan Dufan |
#sambilmenggandengerattanganku |
“Asyik, Ma, asyiiiiik…,” seru gadis kecil di belakang kami. Ia mengulurkan tangan ke ibunya. Sang ibu menyambut tangan tersebut. Gadis kecil itu tersenyum-senyum senang. Saya dan mas berpandangan menyaksikannya. Betapa gembiranya ia.
Mau ke mana saja mudah. Ada banyak signboard. Tinggal ikuti saja. |
Bumper cars di Kawasan Kalila |
Teringat dulu, saya pernah bermain bumper cars di wahana Baku Toki. Salip-salipan, tabrak-tabrakan, seru! Sampai saat waktunya habis, saya rela antri untuk main lagi hehe. Sekarang, jadi penonton saja, menikmati menyaksikan anak-anak kecil girang ‘menyetir’ sambil dadah-dadah kepada ayah ibunya yang menonton di pinggir wahana.
Dari Kiddie bumper cars, kami pindah ke area lain, menuju Ice Age Arctic Adventure. Melewati dua kios souvenir yang product-productnya menggoda untuk di lihat dan dibeli. Hmm…beli nggak ya? Ah, nanti saja saat selesai berkeliling.
Antrian wahana Ice Age Arctic Adventure mengulaaaaar |
Ayo, telan saya kalau berani! :)) |
Ya, di wahana hasil kerjasama 20th Century Fox Consumer Product-Amerika dan 3DBA- Eropa itu, pengunjung dapat merasakan proses pencairan es di kutub utara persis seperti yang diceritakan dalam ke 4 seri film Ice Age. Sebuah petualangan yang dikemas dalam konsep dark ride dan diramaikan oleh berbagai efek spesial dan juga teknologi canggih yang penuh dengan kejutan, membuat pengunjung rela antri panjang. Tentu pengalaman yang menyenangkan bisa merasakan petualangan Ice Age sepanjang 365 m itu.
Bersantai di atas Bianglala asyik bangeeet |
Bianglala masih jadi wahana favorit setiap ke Dufan |
Dari Bianglala kami menuju wahana Kora-Kora yang ada di sebelahnya. Antrian pengunjung juga terlihat panjang. Sementara, di atas perahu kora-kora yang mulai terayun, beberapa wajah terlihat masih sumringah. Selang berapa lama, ketika ayunan makin tinggi, mulai terdengar teriakan : “aaaaaaaaaaaaaaa…” begitu berulang-ulang.
Paling serem dari Kora Kora saat diayun setinggi ini |
Aaaaaaaaahhhhhh...... |
Selama perahu terayun-ayun tinggi hingga kemiringan 90°, sekitar 50-an orang di atas perahu itu ada yang menutup wajah dengan kedua tangan, ada yang mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya, ada pula yang terpejam sambil berteriak dan memegang kepalanya. Menyaksikan itu semua, saya terbahak.
Sebenarnya, lucu mentertawakan orang ketakutan, karena dulu saya pernah di posisi itu. Duduk di ujung perahu Kora-Kora, tempat paling seram. Saat terayun, posisi badan seperti berdiri, jantung seperti copot, dan rasanya makin copot jika tidak berteriak. Selesai berteriak, ada perasaan malu dengan pengunjung di kiri, kanan, depan dan belakang. Merasa seolah paling kencang berteriak, padahal yang lain juga sama. Saya sebetulnya tidak berani tapi penasaran. Penasaran tapi ngeri. Ngeri tapi bahagia sesudahnya. Aneh.
Wahana Kora-Kora ini sudah ada di Dufan sejak pertama kali Dufan diresmikan. Masih jadi wahana favorit saya. Meski kali ini saya tidak mencobanya, tapi saya puas menyaksikan orang lain menikmatinya.
Dari Kora-Kora kami langsung menuju wahana Histeria. Oh ya, di dekat Kora-Kora ini ada wahana Gajah Bledug, Perang Bintang, dan Halilintar. Tahun 2008 saya sudah pernah mencoba ketiga wahana itu. Halilintar pernah menjadi wahana paling menakutkan buat saya. Merasakan meniti lintasan panjang, menanjak, menurun, dan menikung, lalu meluncur sangat cepat, membuat badan seperti tertinggal di belakang. Tak ayal teriakan kencang pun terdengar. Itu pula yang bisa saya lihat hari ini. Dan saya, kembali terpingkal, seolah mentertawakan diri sendiri.
“Berani nggak naik Histeria?” tanya bojoku.
Sebenarnya, lucu mentertawakan orang ketakutan, karena dulu saya pernah di posisi itu. Duduk di ujung perahu Kora-Kora, tempat paling seram. Saat terayun, posisi badan seperti berdiri, jantung seperti copot, dan rasanya makin copot jika tidak berteriak. Selesai berteriak, ada perasaan malu dengan pengunjung di kiri, kanan, depan dan belakang. Merasa seolah paling kencang berteriak, padahal yang lain juga sama. Saya sebetulnya tidak berani tapi penasaran. Penasaran tapi ngeri. Ngeri tapi bahagia sesudahnya. Aneh.
Wahana Kora-Kora ini sudah ada di Dufan sejak pertama kali Dufan diresmikan. Masih jadi wahana favorit saya. Meski kali ini saya tidak mencobanya, tapi saya puas menyaksikan orang lain menikmatinya.
Kios jajan di dalam Dufan ada di mana-mana |
Haus atau lapar, nggak perlu bingung, banyak yang jual |
Dari Kora-Kora kami langsung menuju wahana Histeria. Oh ya, di dekat Kora-Kora ini ada wahana Gajah Bledug, Perang Bintang, dan Halilintar. Tahun 2008 saya sudah pernah mencoba ketiga wahana itu. Halilintar pernah menjadi wahana paling menakutkan buat saya. Merasakan meniti lintasan panjang, menanjak, menurun, dan menikung, lalu meluncur sangat cepat, membuat badan seperti tertinggal di belakang. Tak ayal teriakan kencang pun terdengar. Itu pula yang bisa saya lihat hari ini. Dan saya, kembali terpingkal, seolah mentertawakan diri sendiri.
“Berani nggak naik Histeria?” tanya bojoku.
Pertanyaan menantang, dan saya merasa tertantang. Inilah wahana yang belum pernah berani untuk saya taklukkan. Tahun 2008, saya mundur teratur saat sudah dalam antrian. Melejit cepat ke atas hingga ke ketinggian 60 meter selama 4 detik, dilontarkan tiba-tiba ke udara dengan kecepatan 4x gaya gravitasi, di menara tegak lurus pula, membuat nyali saya menciut. Sungguh, padahal itu baru melihatnya, bagaimana jika benar-benar mencoba?
“Serem, tapi asyik, lho,” ujar petugas penjaga antrian Histeria.
“Beneran?” tanya saya berulang-ulang, berusaha meyakinkan diri bahwa itu memang benar asyik. Saya lihat sendiri, di antara pengunjung yang sudah mencoba, ada yang antri lagi, ingin naik lagi. Astagaaa….padahal saya lihat tadi dia menjerit-jerit ketakutan, eh sekarang mau mencoba lagi. Ternyata benar ya, seseram apapun permainannya, setakut apapun rasanya, tetap berakhir dengan bahagia dan penasaran ingin mengulanginya lagi. Asyik!
Wahana ‘super’ seram ini mempunyai banyak syarat untuk ikut serta, salah satunya tinggi badan. Semua syarat itu gunanya untuk keselamatan, jadi wajar dilarang naik jika tidak memenuhi syarat.
Penasaran ingin tahu apakah saya mencoba permainan ini atau tidak? Ya, saya akhirnya mencobanya. Urung deh ya sekedar melihat-lihat saja. Hehe.
Setelah di dorong dan disemangati terus menerus, keberanian itu muncul. Apalagi saya ditemani, jadi makin berani. Namun, saya tetap deg-degan dan gemetaran saat mulai duduk di bangku Histeria. Ketika mulai bergerak naik, saya pun mulai memejamkan mata. Saat bangku melesat cepat ke atas, seketika itu juga nyawa seperti tertinggal di bawah, dan saya terlontar ke puncak menara hanya dengan raga saja.
Kengerian amat sangat membuat saya hanya bisa berteriak “Aaaaaaaaaaaaaaaaa..” Karena tak sedetik pun saya membuka mata, saya melewatkan pemandangan nan indah di atas menara. Bagaimana saya berani membuka mata, sedang berdiri di ketinggian 5 meter (di tempat terbuka) saja rasanya dengkul seperti patah, apalagi 60 meter seperti Histeria ini. Benar-benar seperti namanya, Histeria, itulah yang saya rasakan saat itu.
Kapok? Entahlah. Sesaat saya memang merasa kapok, tapi sesaat kemudian saya justru penasaran! Akhirnya saya berseru: “Saya mau lagi!” Hahaha.
“Istirahat saja dulu, minum-minum dulu.” Ucapan bojoku benar, saya pun duduk, menenangkan diri. Karena tadi sudah mencoba, ditonton orang, sekarang giliran saya menonton orang lain duduk di kursi terdakwa Histeria hehe. Wajah-wajah tegang, cengengesan, bahkan datar tanpa ekspresi, terlihat di wajah-wajah penumpang histeria. Mungkin wajah saya tadi juga demikian.
Saat bangku melesat, jeritan itu mulai terdengar. Kaki yang bergerak-gerak tak mau diam seolah berontak, mata yang terpejam, serta teriakan histeris, sungguh lucu! Dan saya kembali mentertawakan pemandangan itu. Lagi-lagi, saya seperti mentertawakan diri sendiri. Sebab, beberapa menit sebelumnya, saya juga seperti itu.
Dari Histeria, kami menuju wahana Tornado, melewati wahana Treasureland Temple of Fire, tempat pertunjukkan yang di lengkapi berbagai teknologi dan special effect seperti tembakan, ledakan, api, air dan bola batu raksasa. Karena saat itu belum dibuka, petualangan penyelamatan harta karun suku Maya Inca yang tersimpan di dalam Temple of Fire ini kami lewati dulu.
Sebelum mendekati area Tornado, kami mengaso sejenak di Super Resto sambil menikmati beberapa makanan dan minuman. Di Dufan, memang banyak sekali tempat jajan. Jadi, kalau merasa lapar dan merasa haus, pilihannya banyak. Tidak perlu keluar Dufan lagi untuk sekedar makan dan minum.
Sebentar lagi Tornado akan diaktifkan. Kami bergegas mencari tempat duduk di bagian depan. Niatnya untuk menonton. Seperti apa wajah para penumpang yang duduk dengan berjajar dan saling membelakangi? Tegang! Hehe. Ketegangan itu tergambar jelas di wajah mereka. Lantas, bagaimana keadaan orang-orang itu saat duduk dengan posisi terbalik, dijungkirbalikkan di atas udara, berhenti, lalu digerakkan lagi dengan sangat dahsyatnya?
Huaaaaa……Ternyata super seru!
Seru seramnya, seru teriaknya, seru segalanya!
Saya yang cuma nonton saja bisa merasakan sensasi seperti apa yang dirasakan ketika berada dalam pusaran angin puting beliung alias tornado, apalagi mereka yang jadi penumpangnya? Tubuh penumpang dibuat jungkir balik, diputar, dibanting, hingga meluncur dengan cepat. Saya bisa bayangkan betapa ngerinya keadaan itu.
Saya yang melihat mereka dari bawah saja ngeri, apalagi mereka yang berada di ketinggian saat melihat tanah di bawah? Mungkin rasanya seperti mau jatuh. Merasakan naik menara Histeria tegak lurus saja seolah mau jatuh, apalagi dijungkir balik dan ditahan beberapa detik dengan posisi badan terbalik? Wow…benar-benar harus menyiapkan mental untuk naik wahana satu ini.
Dan lagi-lagi, kali ini saya gagal mencoba Tornado. Nyali saya benar-benar menciut. Hahaha.
“Serem, tapi asyik, lho,” ujar petugas penjaga antrian Histeria.
“Beneran?” tanya saya berulang-ulang, berusaha meyakinkan diri bahwa itu memang benar asyik. Saya lihat sendiri, di antara pengunjung yang sudah mencoba, ada yang antri lagi, ingin naik lagi. Astagaaa….padahal saya lihat tadi dia menjerit-jerit ketakutan, eh sekarang mau mencoba lagi. Ternyata benar ya, seseram apapun permainannya, setakut apapun rasanya, tetap berakhir dengan bahagia dan penasaran ingin mengulanginya lagi. Asyik!
Cek tinggi badan dan lain-lain dulu sebelum naik Histeria |
Wahana ‘super’ seram ini mempunyai banyak syarat untuk ikut serta, salah satunya tinggi badan. Semua syarat itu gunanya untuk keselamatan, jadi wajar dilarang naik jika tidak memenuhi syarat.
Penasaran ingin tahu apakah saya mencoba permainan ini atau tidak? Ya, saya akhirnya mencobanya. Urung deh ya sekedar melihat-lihat saja. Hehe.
Setelah di dorong dan disemangati terus menerus, keberanian itu muncul. Apalagi saya ditemani, jadi makin berani. Namun, saya tetap deg-degan dan gemetaran saat mulai duduk di bangku Histeria. Ketika mulai bergerak naik, saya pun mulai memejamkan mata. Saat bangku melesat cepat ke atas, seketika itu juga nyawa seperti tertinggal di bawah, dan saya terlontar ke puncak menara hanya dengan raga saja.
Siap-siap untuk histeris di Histeria |
Kengerian amat sangat membuat saya hanya bisa berteriak “Aaaaaaaaaaaaaaaaa..” Karena tak sedetik pun saya membuka mata, saya melewatkan pemandangan nan indah di atas menara. Bagaimana saya berani membuka mata, sedang berdiri di ketinggian 5 meter (di tempat terbuka) saja rasanya dengkul seperti patah, apalagi 60 meter seperti Histeria ini. Benar-benar seperti namanya, Histeria, itulah yang saya rasakan saat itu.
Kapok? Entahlah. Sesaat saya memang merasa kapok, tapi sesaat kemudian saya justru penasaran! Akhirnya saya berseru: “Saya mau lagi!” Hahaha.
“Istirahat saja dulu, minum-minum dulu.” Ucapan bojoku benar, saya pun duduk, menenangkan diri. Karena tadi sudah mencoba, ditonton orang, sekarang giliran saya menonton orang lain duduk di kursi terdakwa Histeria hehe. Wajah-wajah tegang, cengengesan, bahkan datar tanpa ekspresi, terlihat di wajah-wajah penumpang histeria. Mungkin wajah saya tadi juga demikian.
Menara Histeria setinggi 60m! Ekstrem! |
Saat bangku melesat, jeritan itu mulai terdengar. Kaki yang bergerak-gerak tak mau diam seolah berontak, mata yang terpejam, serta teriakan histeris, sungguh lucu! Dan saya kembali mentertawakan pemandangan itu. Lagi-lagi, saya seperti mentertawakan diri sendiri. Sebab, beberapa menit sebelumnya, saya juga seperti itu.
Dari Histeria, kami menuju wahana Tornado, melewati wahana Treasureland Temple of Fire, tempat pertunjukkan yang di lengkapi berbagai teknologi dan special effect seperti tembakan, ledakan, api, air dan bola batu raksasa. Karena saat itu belum dibuka, petualangan penyelamatan harta karun suku Maya Inca yang tersimpan di dalam Temple of Fire ini kami lewati dulu.
Haus? Lapar? Tenang, ada Super Resto di dalam Dufan. |
Sebelum mendekati area Tornado, kami mengaso sejenak di Super Resto sambil menikmati beberapa makanan dan minuman. Di Dufan, memang banyak sekali tempat jajan. Jadi, kalau merasa lapar dan merasa haus, pilihannya banyak. Tidak perlu keluar Dufan lagi untuk sekedar makan dan minum.
Sebentar lagi Tornado akan diaktifkan. Kami bergegas mencari tempat duduk di bagian depan. Niatnya untuk menonton. Seperti apa wajah para penumpang yang duduk dengan berjajar dan saling membelakangi? Tegang! Hehe. Ketegangan itu tergambar jelas di wajah mereka. Lantas, bagaimana keadaan orang-orang itu saat duduk dengan posisi terbalik, dijungkirbalikkan di atas udara, berhenti, lalu digerakkan lagi dengan sangat dahsyatnya?
Di jungkirbalikan di Tornado |
Di putar-putar di Tornado |
Huaaaaa……Ternyata super seru!
Seru seramnya, seru teriaknya, seru segalanya!
Saya yang cuma nonton saja bisa merasakan sensasi seperti apa yang dirasakan ketika berada dalam pusaran angin puting beliung alias tornado, apalagi mereka yang jadi penumpangnya? Tubuh penumpang dibuat jungkir balik, diputar, dibanting, hingga meluncur dengan cepat. Saya bisa bayangkan betapa ngerinya keadaan itu.
Saya yang melihat mereka dari bawah saja ngeri, apalagi mereka yang berada di ketinggian saat melihat tanah di bawah? Mungkin rasanya seperti mau jatuh. Merasakan naik menara Histeria tegak lurus saja seolah mau jatuh, apalagi dijungkir balik dan ditahan beberapa detik dengan posisi badan terbalik? Wow…benar-benar harus menyiapkan mental untuk naik wahana satu ini.
Tornado, bagai masuk ke pusaran beliung |
Aaaaaaaaaaaaaahhh... |
Efek digulung tornado: Ngeri, Senang, Bahagia, Penasaran :)) |
Dan lagi-lagi, kali ini saya gagal mencoba Tornado. Nyali saya benar-benar menciut. Hahaha.
Ya…biarlah saya mencobanya di lain waktu. Sampai mental saya benar-benar meraksasa, saya pasti akan ke sini lagi, mencoba Tornado.
Tornado memang jadi puncak dari segala wahana uji nyali. Meski sekedar melihat, namun kepuasan menyaksikan keberanian penumpang digulung Tornado, sangat terasa. Acara jalan-jalan keliling Dufan tetap berlanjut. Kami melihat Istana Boneka, melintasi wahana-wahana lainnya yang tak kalah menarik. Lorong Sesat, Villa Victoria, Rango Rango (tilt house), Grist Mill, Outlet Wild West, Kafe, dan Niagara-Gara.
Istana Boneka |
Niagara-Gara |
Bersantai di Dufan |
Toko Souvenir Duffan |
Aneka oleh-oleh Dufan |
Villa Victoria |
Di sini, tak ada wahana yang membosankan untuk dicoba, justru senantiasa memancing untuk mencoba lagi, lagi, dan lagi. Ungkapan kapok naik wahana-wahana ekstrimnya, hanyalah ucapan sesaat, sebab setelah itu terbit lagi niat untuk mengulanginya lagi pada kunjungan berikutnya.
Dufan #gandengtangan |
#sambilmenggandengerattanganku |
Semua gandeng tangan di Dufan ^_^ |
Imajinasi, ekspresi, edukasi, dan emosi, semua berpadu jadi satu. Penasaran wahana apa saja yang bisa dicoba dan dinikmati di Dufan? Silakan klik website Dufan ini, ada banyak informasi detail di dalamnya --> Dufan Ancol, Beyond Imagination.
Selalu ada alasan untuk datang lagi ke Dufan.
Kegembiraan dan kepuasan berlibur, serta keamanan dan kenyamanan wahana
yang selalu terjamin, menjadi faktor utama kenapa saya masih ingin
datang lagi ke Dufan di waktu-waktu yang akan datang.
Menikmati #LiburanSerudiDufan, membuat segala penat rutinitas pecah dan terganti oleh kenangan menakjubkan bersama orang terkasih. Ayo gandeng #GandengTangan di Dufan.
(*)
*Semua foto dokumentasi pribadi. Diambil dengan kamera Canon EOS 7D.
#IniDufanKami |
#LiburanSerudiDufan |
Dufan #GandengTangan |
Menikmati #LiburanSerudiDufan, membuat segala penat rutinitas pecah dan terganti oleh kenangan menakjubkan bersama orang terkasih. Ayo gandeng #GandengTangan di Dufan.
Dufan #Neverendingfun |
(*)
*Semua foto dokumentasi pribadi. Diambil dengan kamera Canon EOS 7D.
Itu belum coba Histeria sama Tornado. Waktu terakhir ke Jakarta pingin ngajakain Najin kesini, tapi terlewati. Selalu ada alasan tuk kembali. :) #Gandengtangan
BalasHapusDua wahana itu serem, mbak. Karena itu kah belum mencoba? Aku baru sekarang mencoba Histeria. Tornado belum. Masih nggak berani :(
HapusNext time semoga sempat ajak Najin mampir ya mbak :) Yuk #GandengTangan
terakhir ke dufan pas sd.. dah lama banget yah... senang bisa lihat foto2nya ternyata lebih bagus dr ingatan saya dulu hehehe... jd kepingin main lg di dufan.
BalasHapusUdah lama sekali ya mbak. Sudah waktunya main-main lagi ke Dufan. Sekarang banyak wahana baru yang asyik, seru bahkan ekstrem ada. Kenyamanan Dufan kini lebih terasa :)
HapusOh, tidaaaaakkk!!
BalasHapusAku jadi mupeeeeng bingitsss mau kemariih! Terakhir kali ke Dufan itu, aku masih SD Mbaaak. Ya ampuuun time flies so FAST! Adududuuuuhhh... pengiiin ke DUfan, tapi tapi tapiiii tiket Sby-Jkt kan lumayan mehong... Hihihihi..... #bloggerSensitifBudget
Hahaha....jadi ngikik baca #BloggerSensitifBudget. Bisa aja mbak Nurul nih :)
HapusSudah sangat lama ya mbak ga ke Dufannya. Kalo ke Dufan lagi, bisa lihat kalo sekarang Dufan sudah banyak berbeda dan berubah. Pengalamannya akan lebih seru dan asyik :)
Menyenangkan sekali liat foto-fotonya Mbak, pasti keliling Dufan dalam sehari nggak akan cukup deh untuk mencoba semua wahana tersebut.
BalasHapusMungkin kalau di Batu ini kayak Jatim Park 1 dan 2 ya Mbak? Saya baru berani nyoba yang kora-kora, yang lainnya nggak deh daripada liburan jadi kacau karena pusing n muntah-muntah.
Saya juga satu paham dengan Mbak Nurul di atas, blogger sensitive budget ahahaha
Sehari nggak cukup, Wan. Apalagi kalau di wahana anak-anak. Biasanya anak-anak kan tidak mau sebentar. Abis coba, mau coba lagi. Belum wahana lainnya. Itu baru anak, wahana untuk dewasa lain lagi. Mesti 2 hari kali baru tuntas :D Mesti nginep di Putri Duyung Cottage yang ada dala kawasan Ancol kayaknya hehehe
HapusAku belum pernah ke Jaitm Park 1 dan 2. Jadi belum tahu seperti apa mainan yang ada di sana :) Moga kalo ke Malang lagi bisa mampir dan main2 :)
Wah...kasihan kalo sampe pusing dan muntah2. Mending enggaklah Wan. Kalo aku sih enggak sampe segitunya, paling sempoyongan. Kalo aku sih paling parah ya rasa takutnya saja. Kalo sampe muntah enggak.
Lho belum ke Jatim Park 1 atau 2 tho pas ke BNS dulu? Kirain udah. Wahananya lengkap Mbak dan luas banget. Iya kalau ke Malang harus main ke sana, kebetulan yang Jatim Park 2 aku belum ke sana he3
HapusAku tahun kemarin ke dufan dan yaa banyak perubahan yang aku lihat di dufan setelah sekian lama ga ke dufan lagi dan tahun kemarin kesana lagi suasana terasa pangling dan tempat2 yang pengen aku naikin pun lumayan agak bingung dimana hihihi. Dan tahun ini jadi pengen kesana lagi :D
BalasHapusSama, aku juga pangling sewaktu ke sana. Banyak yang baru. Suasananya makin nyaman, rapi, dan tertib. Pokoknya seneng banget liatnya. Dari siang sampe sore ga berasa, padahal belum semuanya di jelajahi. Wida mesti ke Dufan lagi buat mewujudkan keinginannya :)
HapusAku belum pernah ke Dufa... hiks... Paling terkesan aku ama foto tempat makannya. Bagus banget. ira
BalasHapusKalau sedang mudik, dan mbak Ira ingin ke Dufan, kabari aku aja ya mbak. Nanti aku temani :)
HapusTempat makannya menarik, ya mbak. Desain interior dan eksteriornya meriah. Ada yang mirip klenteng dan resto-resto Jepang :D Mungkin sengaja biar menarik, bangunannya disesuaikan dengan tema Dufan yang fun :)
Terakhir ke Dufan tahun 2002. Naik Kora-kora jantung serasa diremas-remas hahaha. Kangen main ke Dufan lagi, apalagi udah banyak wahana baru *walaupun aku belom tentu berani naik hwhwhw
BalasHapusHahaha....rata-rata sama kok Cek Yan. Aku juga ga berani. Waktu pertama liat Histeria dan Tornado, nyaliku keok duluan. Pada kunjungan kedua baru berani. Itupun hanya Histeria. Tornadonya enggak. Bener2 butuh nyali besar untuk naik Tornado. Tapi jadinya penasaran bangeeeet :)))
HapusDulu Kora2 dan Halilintar ya yang paling serem. Rasanya jantung kayak mau copot :D
Kalo ke Jakarta kudu cobain Tornadonya ya :p
Pertama kali ke dufan tahun 1994, sempet terpisah dari rombongan keluarga, untung gak berapa lama udah ketemu, terakhir ke sana Januari tahun kemaren tapi gak bisa lama cuma ke Dufan sama Atlantisnya doang. Tahun depan kalo sempat kesana lagi :D
BalasHapusTahun depan kelamaan. Tahun ini saja, pas di 30 tahun Dufan, banyak harga khusus untuk pengunjung :)
Hapuspaling ngga berani naik kora2 yang bolak balik bikin jantung dag dig dug :D
BalasHapusDibanding Histeria dan Tornado, Kora-Kora belum seberapa :D
HapusTerakhir ke Dufan bulan Januari 2004, waktu baru abis patah hati. Iya.. PATAH HATI! Puas banget rasanya bisa teriak-teriak di semua wahana yang ada, rasanya langsung plong deh....
BalasHapushahaha.... kebayang plongnya. Yang nggak patah hati saja bisa seneng, apalagi yang patah hati. Teriaknya pasti sepenuh hati banget tuh :))))
Hapusaish daku dah lama banget ngak ke dufan, mungkin yaaa 9 th an gitu. Terakhir waktu jalan ama temen kantor 2006 dulu
BalasHapusWaktunya untuk ke Dufan lagi tuh mas. Banyak yang baru dan beda....seru!
Hapusserunyaaaa liburan di dufan ya mb Rien.. walau kalau suruh naik wahanan yang bikin "senam jantung" sudah nggak berani.. xixixixxi
BalasHapusBerani naik tornado gk berani naik hysteria...
BalasHapusasyiknya.. bisa menikmati wahana di dufan
BalasHapusDulu pernah ke sana waktu kecil, pengen banget ke Dufan lagi dan merasakan naik Tornado, kalau Hysteria dah pernah nyobain yang di Trans Studio. Seruuu pasti yaaa.
BalasHapusSelamat ya mbak jadi juara nih tulisannya :)
Kereennn... detail....komplit dan menggoda... :D
BalasHapusDuh, terakhir ke Dufan tahun berapa yaaa... kayaknya 1997 deh mba *tutup mata sambil cabut uban :D
BalasHapusPas dulu ke sana Kora Koranya pas lagi rusak, naik Niagara-gara ajah, asyiiikk... Yg bikin mau muntah tuh yg itu mba, duduk kayak di ayunan itu trus diputar2 sampe kenceng itu apa ya namanya. Duduknya sendirian, gak berjejer kayak tornado. Asli...lemeess banget abis itu hahahaa.. Ini tadi aku baca sambil liat foto2nya sampe keringetan telapak tanganku mba, ikut merasakan sensasi diputar-digulung-dibanting :D
Setuju, Dufan memang seru! Juga kisah jalan-jalan Mbak di sana.
BalasHapusNice posting!
Halilintas ya masih g mb? Sy paling suka naik itu.
BalasHapusMbak ke Dufan ini bisa dijangkau dengan jalan kaki ya? Kalau TMII kan nggak ya? Gempor kaki
BalasHapusKirain tiap permainan kudu bayar mbak, ternyata nggak ya?