Jam tangan
kini bukan lagi sekedar penunjuk waktu melainkan juga sebagai aksesori
pelengkap penampilan. Kegunaan jam tangan telah beralih fungsi dan bergeser
pada kebutuhan sebagai pelengkap gaya hidup, baik untuk pria maupun
wanita. Tak heran jika akhirnya, sebagian orang akan merasa penampilannya
kurang lengkap tanpa mengenakan jam tangan.
Kapan terakhir
kali saya membeli jam tangan untuk diri sendiri?
Seingat saya
sekitar 5 tahun yang lalu. Cukup lama memang. Dan selama 5 tahun tersebut saya
masih setia dengan 1 jam tangan. Alexander Christie. Demikian nama merk yang
tertera di balik batu Saphire anti
gores yang menutupi bagian atasnya. Dulu saya membelinya untuk kado. Kado yang
saya berikan untuk diri saya sendiri. Hehe.
Jam tangan analog
merk AC ini saya namakan Saphire,
sesuai nama batu yang digunakan sebagai kaca penutup. Ukurannya mungil, dengan diameter
vertical dan horizontal sekitar 20mm. Designnya sederhana, bahannya all solid stainless steel. Sosoknya yang
elegan dan tidak norak, bagai simbol sebuah kepribadian. Ketika awal
memilikinya, saya berharap simbol tersebut menjelma dalam diri saya sebagai pemakainya.
Saphire masih
setia berdetak menunjukkan waktu. Melingkar erat di pergelangan tangan dan telah
saya pakai berulang kali. Ia memiliki kemampuan berada hingga kedalaman 30
meter di dalam laut. Karenanya ia pernah saya ajak berulang kali mandi,
snorkeling, bahkan diving ke dasar laut. Memang sih tidak sampai 30 meter, paling banter 3 meter hehe. Kemampuan Shapire di dalam air ternyata tidak
selaras dengan kemampuan saya menyelami kedalaman samudra.
Shapire cantik pernah berulang kali mengangkasa, melampaui
pulau-pulau dan kota, memuncaki bukit dan gunung, bergumul lumpur, dihembus
angin, dan bergesekan dengan butiran pasir di pantai. Ia masih saja bernafas,
tidak semaput dan tetap semangat melanjutkan hidup tanpa kecacatan.
Apakah Shapire istimewa?
Tentu. Sebab
ia memiliki sejarah panjang yang menjadi bagian dari banyak
pencapaian kreativitas saya selama ini. Mengenakannya di tangan, lebih
berarti ketimbang emas permata berbentuk gelang dan cincin. Demikian saya
menempatkan kelasnya. Tanpa Shapire, apalah
artinya penampilan saya. Hehe. Lebay dot com.
Apakah Shapire
mahal?
Oh, soal mahal atau murah itu relatif. Jika hendak dibandingkan dengan arloji
merk Patek Philippe yang harganya 900 ribu pound, maka Shapire adalah jam
tangan super murah! Harganya seperti langit dan bumi. Bahkan di kelas Jean
Dunnand saja masih super jauh.
Meskipun bukan kelas jam tangan
mewah, tapi bagi saya yang punya kemampuan finansial terbatas, harga Shapire terbilang mahal di jamannya. Di
masa kini statusnya mungkin berubah jadi jam tangan murah (atau sebaliknya?).
Terlepas dari soal harga, bagi saya Shapire
berharga karena sejarah yang melekat bersamanya sungguh tak ternilai
angka-angka.
Sebagai
seorang yang gemar traveling, saya pernah bermimpi punya jam tangan
Jaeger-LeCoultre Master Compressor Chorongraph Ceramic. Jam ini punya fitur dual-time
GMT yang bisa mengakomodasi kebutuhan akan informasi waktu di tanah air
dan destinasi tujuan bagi seseorang yang gemar menjelajahi dunia. Punya fitur
kronograf serta desain tachymeter yang apik. Yang menjadi daya tarik
utamanya adalah dominasi material ceramic yang melapisi setiap bagian
jam tangan.
Konon jam tangan
Jaeger-LeCoultre versi MCCC hanya diproduksi
500 buah di dunia. Sudah dipastikan saya tidak kebagian, dong. Bukan karena kalah cepat meng-order, tapi karena kalah cepat
punya banyak duit. Orang bayar pakai uang, saya bayarnya pakai daun hehe. Harganya
bisa beli 1 unit citicar merek A. Eh
lagi pula jam tangan ini sepertinya dicipta untuk mahluk Tuhan berjenis kelamin
laki-laki, bukan perempuan si mahluk Tuhan paling sexy. Bener ga ya?
Berbicara
tentang model jam, 2 tahun lalu saya pernah tergoda ingin punya selain Shapire. Kejadian bermula ketika saya
berjumpa teman di Selebrity Fitnes. Si teman mengenakan jam warna merah dengan
design sangat keren dan bergaya sporty. Saya naksir!. Lalu saya pergi ke toko
jam. Setelah melihat dan mencoba beberapa model, kok rasanya tidak cocok ya?
Kenapa di pergelangan teman saya terlihat keren tapi di pergelangan saya tidak?
Selidik punya selidik, ternyata ketidak cocokkan itu terletak pada harga. Dompet
saya meraung melihat bandrol harga. Alamak.
Okelah,
mungkin untuk punya jam tangan hebat seperti Escale Worldtime dari Louis
Vuitton belum kesampaian. Hey, jam mana lagi itu? Itu lho, jam tangan keren
yang dirancang untuk mempermudah para globetrotter atau pebisnis melihat waktu
hanya dengan melirik inisial nama kota pada dial. Oh, punya Escale Worldtime sungguh masih sebatas mimpi. Jadi, untuk
saat ini kelas saya masih sebagai pembeli jam tangan murah.
Berbagai model
jam tangan wanita kini banyak membanjiri pasar fashion. Hal ini merupakan hasil
dari besarnya keinginan wanita untuk selalu tampil secara modis dan fashionable.
Untuk mendapatkannya sebetulnya mudah. Tinggal sesuaikan saja dengan bujet yang
ada.
Oh ya, beberapa
waktu lalu saat sedang buka-buka toko online, saya berpapasan dengan jam tangan
Casio Baby G : BGA-131-7B. Fitur dan spesifikasinya menarik. Warnanya putih. Modelnya
maskulin. Si Baby G menyapa: “Ayo dong beli saya.” Glodak….
Baby G membuat saya ingin memilikinya, menemani si klasik
dan feminin Shapire.
Mungkinkah Shapire bersedia dipoligami dengam merk lain? Mari
kita tanya pada dompet yang mendekam di sudut lemari.
Wuikkkk 900 ribu pound itu duit semua, ya? Kalau aku duitnya aku pakai buat keliling dunia ajah. hehehehehe.
BalasHapusira
www.keluargapelancong.net
Hahaha...eh jamnya sama mbak saya juga pakai Alexander Christie itu pun dibeliin suami :D ngarepnya pengen jam yang maskulin dikit kayak G-Shock biar bisa dipakai outdoor adventure, tapi belum kesampaian juga.
BalasHapusCasio baby G nya unyu beeed…
BalasHapusNice artikel gaya bebas ka rieeen!! >_<